Anda di halaman 1dari 8

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PESAWAT TERBANG TANPA

AWAK YANG DAPAT DIOPERASIKAN SECARA OTOMATIS


UNTUK MONITORING

NASKAH PUBLIKASI

diajukan oleh
Ivan Adhi Nugroho
13.11.6852

kepada
FAKULTAS ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2017
PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PESAWAT TERBANG TANPA
AWAK YANG DAPAT DIOPERASIKAN SECARA OTOMATIS
UNTUK MONITORING
Ivan Adhi Nugroho 1), Asro Nasiri 2),
1)
Informatika Universitas AMIKOM Yogyakarta
2)
Sistem Informasi Universitas AMIKOM Yogyakarta
Jl Ringroad Utara, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta Indonesia 55283
Email : ivan.nu@students.amikom.ac.id 1), asro@amikom.ac.id 2)

Abstract - Unmanned Aerial Vehicle (UAV) is an Pembuatan Pesawat Terbang Tanpa Awak yang Dapat
aircraft that can be controlled remotely by a Dioperasikan Secara Otomatis untuk Monitoring ”.
grounded pilot and can be used in the future. Fixed 1.2 Rumusan Masalah
wing UAVs are generally used for taking pictures on Berdasarkan latar belakang yang sudah di uraikan
a large area such as monitoring the region, diatas maka permasalahan dalam rumusan ini adalah
plantations and highways that require an aircraft bagaimana membuat pesawat terbang tanpa awak
having to fly long duration. dengan menggunakan bahan yang mudah di dapat,
The aircraft has a wingspan 1400mm, murah serta memiliki durasi terbang (endurance) yang
1030mm fuselage and empennage configuration lama.
using twin inverted V-Tail boom making it more 1.3 Tujuan Penelitian
resistant to cross wind. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
Autopilot with flight controllers APM 2.6 is bagi masyarakat dan negara, sehingga PTTA ini dapat
used on this aircraft to be able to fly autonomous. memenuhi permintaan kebutuhan pesawat untuk
Based on test data obtained, this UAV can fly for 50 monitoring serta mempercepat kemandirian pengadaan
minutes 57 seconds by using 100% battery capacity. PTTA dalam negeri.
Stall speed is 28.8 km / h and a maximum speed of 72 1.4 Metodologi Penelitian
km / h. This aircraft has good stability in cross wind Metode yang digunakan dalam penelitian ini
conditions and can maneuver well therefore this adalah sebagai berikut.
plane is suitable for aerial mapping 1.4.1 Studi Literatur
Mencari dan mempelajari referensi tentang
Keywords - Unmanned Aerial Vehicle (UAV), perancangan pesawat terbang tanpa awak melalui karya
autopilot, flight controllers APM 2.6, fixed wing, aerial ilmiah orang lain, pengetahuan selama kuliah serta
mapping. artikel-artikel dari internet yang kemudian dianalisis
dan ditulis secara sistematis menjadi sebuah bahan
1. Pendahuluan penelitian kemudian diimplementasikan kedalam
1.1 Latar Belakang Masalah produk yang dibuat
Pesawat Terbang Tanpa Awak (PTTA) adalah 1.4.2 Konsultasi dan Diskusi
sebuah mesin terbang tak berawak yang dapat Melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing
dikendalikan dari jarak jauh oleh pilot yang berada di serta berdiskusi melalui forum komunitas
darat (Ground Control Station) atau mampu terbang aeromodeling baik offline maupun online untuk
secara mandiri berdasarkan parameter yang sudah mendapatkan saran serta masukkan yang bermanfaat
ditentukan, bisa digunakan lagi pada waktu mendatang dalam penulisan proposal skripsi ini.
serta mampu membawa muatan sesuai dengan misinya. 1.4.3 Pengumpulan Bahan
PTTA dibagi menjadi dua macam yaitu fixed wing dan Bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan produk
rotary wing. PTTA diantaranya adalah alumunium, polyfoam,
PTTA jenis rotary wing lebih dikhususkan untuk Ardupilot APM 2.6, GPS, power module, motor
penggunaan pengambilan foto dan video udara dalam brushless, ESC, UBEC, telemetry, radio control, servo
cakupan area kecil dengan durasi terbang 15-20 menit. dan propeller.
PTTA fixed wing yang sudah ada didominasi oleh 1.4.4 Perancangan
produk impor dan harus menunggu waktu minimal 1 Melakukan perancangan berdasarkan kebutuhan
bulan untuk pengiriman. yang akan dikehendaki baik dari segi perangkat keras
Kebutuhan survey lokasi menggunakan PTTA (hardware) maupun perangkat lunak (software) dengan
fixed wing untuk pemantauan wilayah, perkebunan, cara mempelajari hasil pengujian sebelumnya oleh
lahan perumahan, jalan raya atau yang lainnya pada penulis atau orang lain.
saat sekarang ini mulai banyak diminati karena lebih 1.4.5 Pengujian
efisien dan efektif. Pengujian PTTA dibagi menjadi 3 macam tahap
Atas dasar hal tersebut maka mendorong penulis pengujian yaitu pengujian struktur , komponen
untuk melakukan penelitian “Perancangan dan elektronik pesawat,dan fungsi dan kemampuan.
Pengujian struktur pesawat yaitu memastikan kekuatan

1
dari badan pesawat mampu menahan beban kejut penumpang. Bagian ini merupakan penghubung antar
ketika takeoff , cruise, dan landing. Kemudian komponen utama dengan yang lainnya.
pengujian komponen elektronik yaitu dengan cara 1.6.2 Sayap
memastikan semua komponen terpasang dan Sayap pesawat adalah bagian pesawat yang
berfungsi dengan benar setelah itu baru PTTA dapat dirancang untuk mengangkat pesawat. Secara umum,
dinyalakan untuk dilakukan kalibrasi sensor dan bentuk penampang atas sayap sengaja dibuat lebih
pemrograman parameter sampai pesawat dapat terbang melengkung dari bagian bawah. Hal ini menyebabkan
sesuai dengan kondisi yang diharapkan. kecepatan udara bagian atas lebih cepat dibandingkan
1.5 Tinjauan Pustaka bagian bawah , sehingga tekanan udara bagian bawah
Niendyawanti dan Eko Artanto (2014), akan lebih besar daripada bagian atas yang
“PEMANFAATAN PESAWAT UDARA NIR-AWAK menyebabkan adanya gaya angkat sayap ke atas.
(PUNA) SEBAGAI METODE ALTERNATIF Kemampuan sayap dalam menghasilkan gaya angkat
PENGUMPULAN DATA GEOSPASIAL PULAU- tergantung dengan airfoil yang digunakan. Bentuk
PULAU KECIL TERLUAR”. Penelitian ini sayap pesawat terdapat beberapa macam yaitu elliptical
menjelaskan tentang metode fotogrametri small format, wing, rectangular wing, moderate taper wing, high
yaitu sebuah foto udara yang diperoleh dari kamera taper wing, pointed tip wing, sweepback wing.
yang dipasang pada pesawat. Pada saat proses
pengumpulan data , pesawat akan diprogram untuk
melakukan pengambilan gambar secara berurutan yang
nantinya hasil gambar tersebut dijadikan satu
(stitching) sehingga didapatkan suatu hasil foto dengan
sudut pandang yang luas dan memiliki koordinat pada
setiap titiknya. Pesawat terbang tanpa awak yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Skywalker 1880 Gambar 1. Tekanan Udara Pada Sayap
[1].
Ermawan Supramianto dan Hendro Nurhadi 1.6.3 Empennage
(2012), “RANCANG BANGUN DAN ANALISA Empennage sering disebut dengan bagian ekor
AERODINAMIS SAYAP AUTONOMOUS FLYING pesawat. Empennage memiliki fungsi sebagai stabilizer
WING UAV”, penelitian tersebut menjelaskan tentang horizontal pesawat ketika berada diudara. Pemilihan
pentingnya posisi Angle of Attack (AoA), Center of desain empennage disesuaikan dengan tujuan
Gravity (CG),Center of Lift (CL), dan Center of penggunaan pesawat. berikut ini adalah beberapa tipe
Pressure (CP) untuk kestabilan pesawat ketika diudara. empennage yaitu Conventional, T-tail , Cruciform, H-
Jika sudut AoA ditambah maka CP bergerak maju dan Tail, Triple-Tail, V-tail, Inverted V, Y-tail, Twin-tail,
jika dikurangi maka CP akan bergerak mundur. Karena Boom-mount, boom –mounted inverted V, Ring-tail.
CG adalah titik pusat beban pesawat maka ketika AoA 1.6.4 Landing Gear
bertambah maka CL akan bergerak maju di depan CG Landing Gear atau roda pendaratan akan
menyebabkan gaya yang cendrung menaikkan hidung digunakan pada saat pesawat ketika berada di darat
pesawat, sedangkan jika AoA berkurang maka CL akan atau pada saat landing. Pesawat yang memiliki
bergerak mundur dibelakang CG. Hal ini yang kecepatan yang tinggi, landing gear akan ditarik
menyebabkan perlunya sebuah alat tambahan berupa kedalam badan pesawat untuk mengurangi hambatan
stabilizer horizontal yang diletakkan pada ekor supaya selama diudara sedangkan pesawat berkecepatan
pesawat dapat terbang [2]. rendah posisi landing gear adalah tetap (fixed gear) [4]
Muhammad Arifudin Lukmana dan Hendro 1.6.5 Power Plant
Nurhadi (2012), “RANCANG BANGUN Bagian dari power plant pesawat yaitu mesin dan
UNMANNED AERIAL VEHICLE (UAV) EMPAT propeller. Mesin pesawat digunakan untuk memutar
BALING–BALING(QUADROTOR-ARDUCOPTER propeller, sehingga dengan kecepatan rotasi propeller
)”. Penelitian ini menjelaskan tentang flight controller yang tinggi akan menyebabkan gaya dorong kedepan
APM yang digunakan sebagai pusat pengendali dan membantu menggerakkan pesawat melewati udara.
quadrotor. Beban yang mampu diangkat oleh alat ini Berdasarkan letak power plant terhadap fuselage dapat
sebesar 500 gram dan belum bisa menjalankan misi dibedakan menjadi 2 yaitu pusher dan tractor
secara otomatis dikarenakan belum menggunkan GPS 1.7 Kategori Airfoil
[3]. Desain airfoil dalam sayap pesawat sangat
1.6 Bagian Utama PTTA menentukan kemampuan sayap dalam menghasilkan
Komponen utama dari pesawat terbang baik yang gaya angkat. Jika saat pembuatan sayap menggunakan
berawak ataupun tanpa awak dapat dibedakan menjadi airfoil yang tepat maka sayap akan menghasilkan gaya
4 bagian yaitu : angkat yang besar dengan konsumsi energi yang
1.6.1 Fuselage rendah.
Secara umum Fuselage adalah bagian badan
pesawat yang membentang dari depan sampai belakang
yang didalamnya terdapat ruang pilot, kendali dan

2
angkat (stall). Posisi CG yang baik yaitu pesawat dapat
terbang stabil tanpa perlu menambahkan trim control
surface [8].

Gambar 2. Karakteristik Airfoil


1.7.1 Symetrical
Airfoil symetrical memiliki nilai chamber yang
selalu 0, yaitu penampang atas dan bawah airfoil akan
memiliki bentuk dan ukuran yang sama (simetris).
Airfoil jenis ini sering digunakan untuk bagian ekor
pesawat atau untuk pesawat aerobatic dengan manuver
extreme.
1.7.2 Semi Symetrical
Airfoil kategori ini memiliki bentuk dimana Gambar 3. Posisi Center of Gravity
penampang bagian atas lebih melengkung daripada
bagian bawah. Airfoil ini sering digunakan untuk 1.9 Ardu Pilot Mega 2.6
desain sayap pesawat konvensional seperti pesawat Salah satu generasi dari Ardupilot yaitu Ardu
model trainer, sailplanes dan aerobatic [5]. Pilot Mega 2.6 (APM 2.6) , papan kendali ini
1.7.3 Flat Bottom menggunakan arsitektur 8 bit dan menggunakan
Airfoil kategori ini memiliki bentuk penampang microcontroller ATMega 2560. Pada papan kendali ini
bagian atas melengkung sedangkan bagian bawah rata. terintegrasi dengan sensor accelerometer, gyroscope,
Karakteristik dari airfoil ini memiliki drag yang besar magnetometer, dan barometer sehingga dapat
sehingga cocok digunakan untuk pesawat dengan meminimalisir gangguan sinyal dari pembacaan
kecepatan yang sangat rendah. Airfoil ini sering dipilih masing-masing sensor tersebut yang diakibatkan
untuk pembuatan sayap pesawat aeromodelling penggunaan sambungan kabel yang panjang. APM 2.6
dikarenakan proses pembuatannya yang mudah. mempunyai tegangan kerja sebesar 5 volt sehingga
1.7.4 Under Chambered membutuhkan power modul untuk menurunkan
Airfoil ini memiliki nilai chamber yang relatif tegangan dari baterai.
tinggi dimana penampang bagian bawah airfoil Tabel 1. Spesifikasi Ardu Pilot Mega 2.6
melengkung ke atas. Pesawat scale model, sailplane, Microcontroller ATMega 2560
free flight sering menggunakan airfoil ini dikarena Operating Voltage 5 Volt
membutuhkan gaya angkat sayap yang tinggi. Internal Memory 4 MB
1.7.5 Reflexed Airfoil Clock Speed 16 MHz
Airfoil ini memiliki bagian trailing edge yang - Accelerometer and
melengkung keatas, sehingga jika dilihat dari samping Gyroscope : MPU-6000
akan membentuk menyerupai huruf “ S “. Pesawat Sensor - Magnetometer : Optional
jenis flying wing (tail less) menggunakan airfoil ini - Barometer : MS5611-
dikarenakan mempunyai airfoil reflex sehingga 01BA03
menghasilkan efek momen positif yaitu nose-up pada Output Motor 8
pesawat untuk menggantikan fungsi horizontal Input Channel 8
stabilizer. Analog Input 8
1.8 Center of Gravity (CG) Telemetry Pin Available
Center of gravity adalah lokasi rata-rata berat dari GPS Pin Available
suatu benda, sehingga ketika mengangkat benda tepat I2C Pin Available
pada titik tersebut maka benda tersebut akan seimbang.
Length 66.5 mm
CG pada pesawat merupakan bagian yang sangat
Width 40.5 mm
penting dikarenakan kesalahan dalam perhitungan
Weight 38 gram
posisi CG mengakibatkan pesawat tidak dapat
dikendalikan. Secara umum lokasi CG dari sebuah
pesawat terbang tanpa awak yaitu 25% - 30% dari lebar 2. Pembahasan
sayap (chord). Posisi CG yang terlalu kedepan 2.1 Analisis Kebutuhan
menyebabkan hidung pesawat cendrung kebawah 2.1.1 Fungsional
(nose-down) sehingga perlu menambahkan trim-up Berikut ini adalah kebutuhan fungsional dari
pada elevator supaya seimbang, kondisi tersebut lebih sistem atau alat yang akan dibuat.
memberikan keseimbangan yang baik dari pada posisi 1. Pesawat dapat terbang secara otomatis berdasarkan
CG yang terlalu kebelakang, dikarenakan jika posisi jalur yang telah ditentukan.
CG terlalu kebelakang akan menyebabkan hidung 2. Pesawat mampu merekam gambar secara otomatis
pesawat keatas dan jika melewati batas toleransi maka 3. Pesawat mampu terbang lebih lama dibandingkan
pesawat akan kehilangan kendali dan kehilangan gaya produk impor sekelasnya.

3
2.1.2 Non Fungsional (flap dan aileron) juga menggunakan dua servo untuk
Perangkat keras yang digunakan untuk menggerakkan bidang kendali yaitu servo aileron-L
membangun pesawat terbang tanpa awak agar dapat dan aileron-R
berjalan sesuai dengan yang diinginkan adalah sebagi
berikut.
1. Komputer Desktop
2. Laptop
3. Flight controller APM 2.6
4. Modul GPS Ublox neo-6m
5. Power module
6. Telemetry 433 mhz
7. Radio control 2.4 GHz
8. Motor brushless outrunner 2826 1400kv
9. ESC 30A
10. UBEC 3A
11. Servo 9 gram
12. Baterai LIPO 3S 5200 mah 20C
2.2 Perancangan Struktur dan Elektronik
2.2.1 Perancangan Struktur Pesawat
Rancangan pesawat terbang tanpa awak yang
akan dibangun adalah pesawat dengan jenis fixed wing Gambar 5. Struktur Pesawat
. Desain sayap atas (high wing) dapat memberikan
kesetabilan yang lebih baik dibandingkan dengan tipe 2.3 Flowchart Sistem
mid wing atau low wing dikarenakan pusat gaya angkat Flowchart sistem merupakan gambaran umum
berada diatas pusat gravitasi (CG). cara kerja sistem dari awal sampai akhir sehingga dapat
Kemudian untuk menambahkan kestabilan dan melaksanakan tugasnya secara baik dan benar.
kelincahan ketika berbelok, pesawat ini menggunakan
desain ekor tipe inverted V-Tail. Dengan desain power
plant jenis pusher maka memberikan pengaman
terhadap motor dan propeller. Pesawat ini dirancang
agar dapat terbang pada kecepatan rendah dan
menengah maka desain airfoil menggunakan gabungan
antara model flat bottom dan symetrical.

Gambar 4. Struktur Pesawat Gambar 6. Flowchart Sistem


2.2.2 Perancangan Rangkaian Elektronik
Rangkaian pada gambar 5 merupakan rangkaian 2.4 Implementasi dan Pengujian Unit
keseluruhan dari sistem autopilot pesawat terbang 2.4.1 Firmware
tanpa awak yang terdiri dari flight controller, gps, Firmware adalah kumpulan perintah-perintah
telemetry radio, power module, UBEC, radio control, dalam bahasa mesin yang dimasukkan pada sebuah
ESC, motor brushless, servo, dan baterai. perangkat keras sehingga alat tersebut dapat berfungsi
Pesawat yang akan dibangun menggunakan sebagaimana mestinya. Firmware yang digunakan
konfigurasi ekor inverted V-Tail sehingga bidang untuk pesawat adalah ArduPlane. Pada saat sekarang
kendali (control surface) pada bagian ekor ini firmware ArduPlane sudah sampai versi 3.7.1
membutuhkan dua servo sebagai penggerak yaitu servo namun untuk papan flight controller APM 2.6
Tail-L dan Tail-R. Kemudian untuk bagian flaperon maksimal versi 3.4.0 .

4
2.4.2 Inisialisasi Hardware Autopilot 2.4.4 Pengujian Accelerometer dan Gyroscope
Setelah semua komponen hardware sistem Sensor accelerometer dan gyroscope digunakan
autopilot terpasang dengan benar maka tahap untuk mengetahui kondisi pesawat terhadap sumbu X
selanjutnya adalah inisialisasi hardware. Proses ,Y dan Z. Dari hasil pembacaan sensor tersebut maka
inisialisasi hardware dengan cara memanfaatkan fitur akan diperoleh berupa informasi sudut pitch dan roll
“Initial Setup” yang telah disediakan oleh Mission pesawat. Ketika posisi pesawat menukik kedepan maka
Planner. nilai sudut pitch bernilai negatif dan sebaliknya
2.4.3 Pengaturan Parameter sedangkan pada saat miring kanan sudut roll akan
Pengaturan parameter diperlukan agar sistem bernilai positif dan sebaliknya.
autopilot dapat bekerja dengan benar dan aman. 2.4.5 Pengujian Barometer
2.4.3.1. Failsafe Sensor barometer digunakan untuk mengetahui
Failsafe adalah langkah antisipasi yang dilakukan posisi ketinggian pesawat. Pengujian sensor ini dengan
oleh Sistem Autopilot ketika terjadi kegagalan fungsi cara mengkalibrasi sensor kemudian mengangkat
seperti lost signal atau sumber daya baterai pesawat pada ketinggian 1 meter. Jika hasil pembacaan
bermasalah. sensor barometer sesuai maka sensor ini normal.
Tabel 2. Parameter Failsafe 2.4.6 Pengujian Sinyal PWM Radio
Parameter Value:Unit Sinyal PWM radio memiliki rentang nilai antara
ARMING_CHECK 1:All 1000-2000 pada tiap channel nya, Parameter nilai
FS_BATT_MAH 1040 :Mah inilah yang dipergunakan oleh flight controller untuk
FS_BATT_VOLTAGE 10: Volt mengenali perintah yang diberikan oleh radio
FS_GCS_ENABL 1:Heartbeat transmiter. Sinyal PWM yang digunakan antara
FS_LONG_ACTN 1: Return To Launch channel 1 sampai 6. Nilai dari channel 1,2 dan 4 harus
FS_LONG_TIMEOUT 10: Seconds bernilai 1500 ketika posisi stick transmiter netral.
FS_SHORT_ACTN 1: Circle 2.4.7 Pengujian Pesawat Untuk Monitoring
FS_SHORT_TIMEOUT 1.5:Seconds Pengujian dilakukan dengan cara melakukan
THR_FAILSAFE 1:Enabled pengambilan gambar secara berurutan di atas lokasi
THR_FS_VALUE 950:PWM yang akan di monitoring. Proses pengujian ini
menggunakan kamera digital yang telah terpasang pada
2.4.3.2. Bidang Kendali
pesawat kemudian pesawat akan masuk pada mode
Bidang kendali seperti flaperon, elevator, rudder,
penerbangan auto untuk memulai misi. Setelah selesai
dan ground steering agar dapat dikendalikan oleh flight
melakukan pengambilan gambar dengan mode
controller maka perlu beberapa pengaturan parameter
penerbangan auto pada tahap selanjutnya adalah
sebagai berikut:
mengolah hasil pemotretan dengan teknik overlaping
Tabel 3. Parameter Bidang Kendali
foto sehingga hasilnya dapat digunakan sebagai data
Parameter Value:Unit
pembuatan peta udara. Aplikasi yang digunakan untuk
VTAIL_OUTPUT 3: DownUP
penggabungan foto yaitu Agisoft Photo Scan.
MIXING_GAIN 0.7
RC5_FUNCTION 24: Flaperon1
RC6_FUNCTION 25: Flaperon2
RC7_FUNCTION 26: GroundSteering
FLAP_IN_CHANNEL 5:CH
FLAP_SLEWRATE 50:Percent
FLAPERON_OUTPUT 4:DownDown

2.4.3.3. Mode Penerbangan


Mode penerbangan dapat digunakan untuk
menyesuaikan karakteristik penerbangan pesawat
berdasarkan dengan kondisi yang dihadapi. Mode
penerbangan dapat diaktifkan dengan cara melakukan
pengaturan beberapa parameter sebagai berikut
Tabel 4. Parameter Mode Penerbangan
Parameter Value:Unit Gambar 8. Hasil Penggabungan Foto Udara
FLTMODE_CH 6:CH
FLTMODE1 11:RTL 2.4.8 Pengujian Durasi Terbang Pesawat
FLTMODE2 5:FBWA Pengujian durasi terbang PTTA menggunakan
FLTMODE3 6:FBWB baterai lithium polymer 3S 5200mah . Lokasi pengujian
FLTMODE4 7:Cruise adalah di lapangan Madurejo, Prambanan, Sleman pada
FLTMODE5 10:Auto jam 14.00. Pada saat pengujian, mode penerbangan
FLTMODE6 0:Manual yang digunakan yaitu mode FBWA. Mode FBWA
yaitu mode penerbangan dengan sistem keseimbangan

5
yang dikendalikan oleh autopilot namun untuk mah. Berdasarkan data pengujian yang telah
kendalinya (manuver) dilakukan secara manual oleh dilakukan maka ketika PTTA menggunakan
pilot. Pada saat pengujian PTTA ini mampu terbang 100% daya baterai maka pesawat ini dapat
selama 41 menit 18 detik dengan sisa baterai 18% atau terbang selama 50 menit 57 detik.
menghabiskan 4214 mah. 3.2 Saran
Tabel 5. Hasil Pengujian Produk Dari proses peracangan dan pembuatan PTTA
PARAMETER V-Tail 1400 yang telah dilakukan pada skripsi ini maka penulis
Wing Span 1400 mm memberikan saran, diantaranya sebagai berikut:
Wing Cord 200 mm 1. Untuk meningkatkan kemudahkan dalam
Wing Area 28 dm2 mobilitas, maka pada bagian sayap pesawat dapat
AUW 1455 gram dibagi menjadi tiga bagian yaitu sayap kiri,
Wing Loading 51,96 gram/dm2 tengah, dan kanan. Kemudian bagian fuselage
Battery 3s 5200 mah juga perlu dipisahkan dari sayap
Battery Power 65,52 watt 2. PTTA ini menggunakan sistem autopilot dengan
Flight Current 6,03 A flight controller APM 2.6, flight controller ini
Flight Power 75,97 watt hanya mempunyai satu sensor IMU(Inertial
Max Flight Time 50 menit 57 detik Measurement Unit) sehingga ketika terjadi
kerusakan maka sistem akan bermasalah oleh
Cruise Speed 12 m/s (43,2 km/h)
sebab itu perlu adanya sebuah flight controller
Stall Speed 8 m/s (28,8 km/h
yang menggunakan dua sensor IMU seperti flight
Autopilot YES
controller Pixhawk.
Camera Optional
Frequency Radio 2.4 GHz dan 433 MHz Daftar Pustaka
Max Range 1-2 KM [1] Niendyawati, Artanto. 2014. Pemanfaatan
Operator 1 Pesawat Udara Nir-Awak (PUNA) sebagai Metode
Takeoff/landing Runway or Hand Launch Alternatif Pengumpulan Data Geospasial Pulau-
Manuver Responsif Pulau Kecil Terluar. Jurnal Badan Informasi
Handling Baik Geospasial. Bogor
Stall Stall [2] Ermawan, Hendro. 2012 . Rancang Bangun dan
Stall Recovery Easy Analisa Aerodinamis Sayap Autonomous Flying
Power Cukup Wing UAV. Jurnal Teknik Mesin Institut
Crosswind Baik Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya
3. Kesimpulan dan Saran [3] Arifudin, Hendro. 2012. Rancang Bangun
3.1 Kesimpulan Unmanned Aerial Vehicle (UAV) Empat Baling-
Berdasarkan hasil pembahasan “ Perancangan dan Baling (Quadrotor-Arducopter). Jurnal Institut
Pembuatan Pesawat Terbang Tanpa Awak yang Dapat Teknologi Sepuluh September. Surabaya
di Operasikan Secara Otomatis untuk Monitoring “ [4] Aircraft Structures (
dapat disimpulkan bahwa : https://www.faa.gov/regulations_policies/handboo
1. Pada bagian fuselage PTTA menggunakan ks_manuals/aircraft/amt_airframe_handbook/medi
konfigurasi twin boom inverted V-Tail sehingga a/ama_ch01.pdf ) diakses pada 19 januari 2017.
lebih tahan terhadap angin dari samping (cross [5] About Airfoils for Flying Model Aircraft (
wind). http://www.airfieldmodels.com/information_sourc
2. Karena airfoil menggunakan desain gabungan e/math_and_science_of_model_aircraft/rc_aircraft
antara symetrical dan flat bottom maka pesawat _design/plotting_airfoils/about_airfoils.htm )
ini dapat terbang pada kecepatan rendah dan diakses pada 20 januari 2017.
sedang. Stall speed PTTA ini adalah 8 m/s ( 28,8
km/h) dan 20m/s ( 72 km/h ) untuk kecepatan
Biodata Penulis
maksimal.
3. Untuk meredam gaya kejut ketika proses touch Ivan Adhi Nugroho, memperoleh gelar Sarjana
down landing maka pada landing gear depan Komputer (S.Kom), Program Studi Informatika
menggunakan suspension. Universitas AMIKOM Yogyakarta, lulus tahun 2017
4. Proses pembuatan Flight Management System
Asro Nasiri, memperoleh gelar Sarjana Elektro (Drs),
harus memperhatikan kondisi lingkungan sekitar
Jurusan Elektronika dan Instrumentasi UGM, lulus
penerbangan seperti arah angin, obstacle, runway,
tahun 1993. Memperoleh gelar Magister Komputer
dan radio interference agar misi dapat berjalan
(M.Kom), Program Pasca Sarjana Universitas
seperti yang diharapkan.
AMIKOM Yogyakarta, lulus tahun 2009. Saat ini
5. Pada saat proses pengujian menggunakan mode
menjadi Dosen dan Direktur Innovation Center di
penerbangan manual FBWA, PTTA ini dapat
Universitas AMIKOM Yogyakarta.
terbang selama 41 menit 18 detik dengan
menghabiskan 82% kapasitas baterai atau 4214

Anda mungkin juga menyukai