Anda di halaman 1dari 5

I.

Pendahuluan
a. Prinsip : membuat larutan standar ( larutan yang sudah diketahui konsentrasinya ) , yang
berfungsi sebagai titran serta menstandarisasi larutan atau proses saat konsentrasi
larutan sekunder ditentukan dengan tepat dengan cara menitrasi dengan larutan
standar primer.
b. Tujuan : -menentukan normalitas larutan NaOH dengan larutan standar asam oksalat
dan larutan HCl dengan NaOH
- membuat larutann standar NaOH, asam oksalat, HCL
-mengukur konsentrasi larutan sta
ndar NaOh, Asam oksalat, HCl
c. Latar belakang : Kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari yang namanya larutan,
karena larutan memegang peranan yang penting dalam kehidupan makhluk hidup.
Dalam ilmu kimia, pengertian larutan ini sangat penting karena hampir semua reaksi
terjadi dalam bentuk larutan. Larutan dapat didefinisikan sebagai campuran serba sama
dari dua komponen atau lebih yang saling berdiri sendiri. Disebut campuran karena
terdapat molekul-molekul, atom-atom atau ion-ion dari dua zat atau lebih. Larutan
dikatakan homogen apabila campuran zat tersebut komponen-komponen penyusunnya
tidak dapat dibedakan satu dengan yang lainnya lagi. Misalnya larutan gula dengan air,
dimana kita tidak dapat lagi melihat dari bentuk gulanya, hal ini karena larutan sudah
tercampur secara homogen.
Pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu sering dihasilkan konsentrasi yang tidak
tepat dengan yang diinginkan. Untuk mengetahui konsentrasi sebenarnya dari larutan
yang dihasilkan maka dilakukan standarisasi. Standarisasi larutan dilakukan dengan
menggunakan larutan baku primer atau dengan larutan baku sekunder.
Larutan baku adalah larutan yang sudah diketahui dengan pasti konsentrasinya. Larutan
baku ada dua macam yaitu larutan baku primer dan larutan baku sekunder.Larutan baku
primer adalah larutan yang dibuat dari zat yang memenuhi syarat-syarat tertentu yaitu :
memiliki tingkat kemurnian yang tinggi, kering, stabil, tidak higroskopis,mudah larut
dalam air, dan mempunyai massa ekivalen yang tinggi.
Pada pembuatan larutan baku primer penimbangan harus teliti dan dilarutkan dengan
volume yang tepat dengan menggunakan labu takar. Zat yang dapat dibuat sebagai
larutan baku primer adalah Natrium tetraborat ( boraks ), asam benzoat, dan asam
oksalat. Larutan baku sekunder adalah larutan yang zat terlarutnya tidak harus zat yang
memiliki tingkat kemurnian tinggi. Larutan baku sekunder konsentrasinya ditentukan
berdasarkan standarisasi dengan cara titrasi terhadap larutan baku primer. Zat yang
dapat digunakan sebagai larutan baku sekunder adalah natrium hidroksida ( NaOH ) dan
asam klorida ( HCl ). http://www.jagadkimia.com/2017/11/standarisasi-hcl.html nama
website : jagad kimia
Dalam melakukan suatu percobaan titrasi, praktikan harus mampu mencampurkan 2
zatatau lebih yang berbeda serta mampu menentukan banyaknya suatu larutan
dengankonsentrasi yang telah diketahui agar tepat habis bereaksi dengan sejumlah
larutan yangdianalisis. Sehingga dalam menganalisis suatu larutan kita harus
menggunakan titrasi.Titrasi merupakan suatu metode yang bertujuan untuk
menentukan banyaknya suatu larutandengan konsentrasi yang telah diketahui agar
tepat habis bereaksi dengan sejumlah larutanyang dianalisis atau ingin diketahui
kadarnya atau konsentrasinya, sedangkan apabila salahsatu larutannya diketahui
konsentrasinya, larutan ini disebut larutan standar. Ada 4 macamreaksi yang digunakan
dalam titrasi yaitu reaksi asam-basa, reaksi redoks, reaksi pengendapan, dan reaksi
pembentikan kompleks.Dalam melakukan titrasi netralisasi kita perlu secara cermat
mengamati perubahan pH,hal ini dilakukan untuk mengurangi kesalahan dimana akan
terjadi perubahan warna dariindikator. Kadar larutan asam ditentukan dengan
menggunakan larutan basa atau sebaliknya.Dalam proses titrasi suatu larutan
ditambahkan sedikit demi sediki pada larutan yangvolumenya telah diketahui, sampai
tercapai titik ekuivalen (jumlah stoikhiometri(perbandingan mol) dari kedua peraksi.
yang biasanya ditandai dengan berubahnya warnaindikator disebut titik ekuivalen.
Nama : http://esdikimia.wordpress.com/2011/06/17/titrasi-asam-basa/
II. Alat dan Bahan
Alat : -labu takar - filler - buret -statif -pipet volume
-erlenmeyer
-gelas ukur
-pipet tetes
-spatula
-timbangan analitik
-corong
-gelas beaker
Bahan : NaOH, HCl, air, asam oksalat
III. Cara Kerja
Pembuatan larutan Hcl
- Mengambil aquades sebanyak 50 Ml ke dalam gelas beaker
- Memasukkan HCl yang ada di almari asam ke dalam gelas beaker yang telah terisi
aquades 50 ml dengan menggunakan filler dan pipet volume sebanyak 0,1 Ml
- Memasukkan larutan HCl dan aquades ke dalam labu takar dan tambahkan aquades
hingga garis batas
- Menempelkan label “HCl” di labu takar agar tidak tertukar

Pembuatan larutan naoh

- Mengambil naoh dan timbang di neraca analitik hingga o,4 gram


- Memasukkan Naoh yang sudah ditimbang ke dalam labu takar
- Mengambil aquades ke dalam labu takar hingga garis batas
- Menempelkan label naoh di labu takar agar tidak tertukar

Standarisasi larutan naoh

- Mengambil 10 ml asam oksalat menggunakan pipet tetes ke dalam erlenmeyer


- Menetesi 2-3 tetes indikator pp
- Menitrasi dengan larutan naoh hingga warna berubah menjadi warna merah muda
- menCatat volume awal dan volume akhir
- mengulangi keempat langkah tersebut hingga 3 kali pengulangan

Standarisasi larutan Hcl :


- mengambil 10 ml larutan naoh menggunakan pipet tetes ke dalam erlenmeyer
- menetesi 2-3 tetes indikator pp
- menitrasi dengan larutan Hcl hingga warna merah mudanya hilang
- mencatat volume awal dan volume akhir
- mengulangi keempat langkah tersebut hingga 3 kali pengulangan
IV. hasil
S

TANDARISASI HCL DENGAN NAOH


Kelompok Volume Titrasi Normalitas
Volume 1 Volume 2 Rata - Rata
1 7,1 8,4 7,75 0,11
2 11 10 10,5 0,0895
3 10 9,5 9,75 0,098
4 12,6 11,4 12 0,0775
5 10,4 10,8 10,6 0,0698
6 9,5 9,6 9,55 0,106
7 6,5 11,7 9,1 0,118
8 5,5 10,7 8,1 0,13

STANDARISASI NAOH DENGAN ASAM OKSALAT

Kelompok Volume Titrasi Normalitas


Volume 1 Volume 2 Rata - Rata
1 10,5 11 10,75 0,093
2 10,5 10,6 10,55 0,094
3 10,2 10,5 10,35 0,096
4 10,4 10,9 10,65 0,093
5 10 17 13,5 0,074
6 10 9,5 9,75 0,102
7 8,9 9,6 9,25 0,108
8 8,9 9,6 9,25 0,108

MENGHITUNG KEBUTUHAN BAHAN

Kelompok
V. .1 Titrasi Asam-Basa
VI. Reaksi asam-basa dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan asam
ataularutan basa. Penentuan itu dilakukan dengan cara meneteskan larutan basa yang
telahdiketahui konsentrasiya ke dalam sejumlah larutan asam yang belum diketahui
konsentrasinyaatau sebaliknya. Penetesan dilakukan hingga asam dan basa tepat habis
bereaksi. Waktu penambahan hingga asam dan basa tepat habis disebut titik ekuivalen.
Dengan demikian,konsentrasi asam atau basa dapat ditentukan jika salah satunya sudah
diketahui. Proses penetapan konsentrasi tersebut disebut titrasi asam-basa.Titrasi
merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat denganmenggunakan zat lain
yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi
yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatanreaksi asam basa maka
disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yangmelibatkan reaksi reduksi
oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks
dan lain sebagainya.
VII. Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant” dan biasanya diletakan didalam
Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai “titer”dan
biasanya diletakkan di dalam “buret”.
VIII. Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan.Pada laporan kali ini akan di jelaskan
mengenai titrasi asam-basa.
IX. 5.2
X.
XI. Prinsip Titrasi Asam-Basa
XII. Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant. Titrasiasam
basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan denganmenggunakan
larutan basa dan sebaliknya.Titrant ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai
keadaan ekuivalen (artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi).
Keadaan ini disebut sebagai
XIII. “titik ekuivalen”.
XIV. Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatatvolume
titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan datavolume
titrant, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titrant.
XV.
XVI.
XVII. 5.3
XVIII.
XIX. Cara Mengetahui Titik Ekuivalen
XX. Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa.Memakai pH
meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan, kemudianmembuat plot
antara pH dengan volume titrant untuk memperoleh kurva titrasi. Titik tengah
XXI. dari kurva titrasi tersebut adalah “titik ekuivalent”.
XXII. Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrant sebelum proses
titrasidilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat
inilahtitrasi kita hentikan.Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan
pengamatan, tidak diperlukanalat tambahan, dan sangat praktis.Indikator yang dipakai
dalam titrasi asam basa adalah indicator yang perbahanwarnanya dipengaruhi oleh pH.
Penambahan indicator diusahakan sesedikit mungkin danumumnya adalah dua hingga tiga
tetes.Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih
sedekatmungkin dengan titik equivalent, hal ini dapat dilakukan dengan memilih indicator
yang tepatdan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan.Keadaan dimana titrasi dihentikan
dengan cara melihat perubahan warna indicator
XXIII. disebut sebagai “titik akhir titrasi”.
XXIV.
XXV. 5.4
XXVI.
XXVII. Rumus Umum Titrasi
XXVIII. Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalent asam akan sama dengan mol-ekuivalent basa,
maka hal ini dapat kita tulis sebagai berikut:
XXIX. mol-ekuivalen asam = mol-ekuivalen basa
XXX. Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara Normalitas dengan volume makarumus
diatas dapat kita tulis sebagai:
XXXI. NxV asam = NxV basa
XXXII. Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah ion H+ pada
asam atau jumlah ion OH pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:
XXXIII. nxMxV asam = nxVxM basa
XXXIV.
XXXV.
XXXVI.
XXXVII.
XXXVIII. Keterangan : N = NormalitasV = VolumeM = Molaritasn = jumlah ion H+ (pada asam) atau OH
XXXIX. –
XL. (pada basa)
XLI. 5.4 Standarisasi NaOH dengan larutan asam oksalat
XLII. Ulangan IDik : V
XLIII.
XLIV. asam oksalat = 10 mL V NaOH = 19 mLM asam oksalat = 0,1 MDit : M NaOH = ...?Jawab : V
asam oksalat x M asam oksalat = V NaOH x M NaOH= 10 mL x 0,1 M = 19 mL x M NaOH= 1 =
19 x M NaOHM NaOH =
XLV.
XLVI. = 0,052 MUlangan IIDik : V asam oksalat = 10 mL V NaOH = 18 mLM asam oksalat = 0,1 MDit
: M NaOH = .... ?Jawab : V asam oksalat x M asam oksalat = V NaOH x M NaOH= 10 mL x 0,1
M = 18 mL x M NaOH= 1 = 18 x M NaOHM NaOH =
XLVII.
XLVIII. = 0,055 Mpembahasan

Anda mungkin juga menyukai