Anda di halaman 1dari 1

Peran Opioid dalam Penatalaksanaan Dispnea pada Pasien Paliatif: Studi Kasus

Kartika Juwita, Hamzah Shatri, Rudi Putranto


Divisi Psikosomatik dan Paliatif, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia

Pendahuluan
Dispnea atau sesak napas merupakan salah satu gejala yang sering dijumpai pada pasien dengan
kanker stadium lanjut yang dapat mengganggu kualitas hidup. Studi oleh Kamal et al. menunjukkan
sebanyak 88.6% pasien mengalami dispnea pada perawatan akhir kehidupan.1 Meskipun dapat
ditatalaksana secara efektif dengan mengatasi penyebab dasar, pada beberapa kasus diperlukan
tatalaksana simtomatik lain untuk mengurangi keluhan. Opioid memainkan peranan penting dalam
manajemen farmakologis sesak napas pada pasien paliatif.

Ilustrasi Kasus
Perempuan 44 tahun dibawa ke IGD mengeluhkan sesak napas yang memberat. Pasien diketahui
kanker payudara kanan sejak 8 bulan sebelumnya, dan telah menjalani mastektomi serta kemoterapi.
Paska kemetorapi 6 siklus ukuran benjolan di payudara membesar. Pasien dirujuk ke RSCM untuk
menjalani radioterapi, namun dari rontgen dan CT scan paru didapatkan nodul paru yang dicurigai
nodul metastasis. Pemeriksaan fisik tampak sesak berat, Breathless Numerical Rating Scale – 8/10,
takikardi, takipnea, dan didapatkan rhonki basah kasar bilateral. Pasien diberikan oksigen
menggunakan non-rebreathing mask (NRM), nebulisasi, serta morfin intravena.

Diskusi
Opioid memainkan peranan penting dalam manajemen sesak napas pada pasien paliatif, khususnya
yang bersifat berat dan refrakter.2 Obat ini dapat digunakan baik pada individu yang belum pernah
maupun sudah pernah menggunakan opioid sebelumnya, tanpa menyebabkan depresi napas maupun
gangguan oksigenasi atau peningkatan konsentrasi CO2.3 Beberapa hipotesis terkait mekanisme kerja
opioid pada kasus dispnea, antara lain dengan menurunkan kebutuhan metabolisme dan ventilasi,
hingga mencetuskan efek sedasi kortikal.3 Guideline ESMO (European Society For Medical Oncology)
tahun 2015 dan NCCN (National Comprehensive Cancer Network) tahun 2018 merekomendasikan
opioid sebagai lini pertama paliasi dispnea berat/refrakter, dengan dosis awal lebih kecil dibandingkan
untuk paliasi nyeri. Morfin dapat diberikan pada dosis 2.5–5 mg/4 jam per oral, atau 1–2.5 mg/4 jam
subkutan, dan dapat ditingkatkan hingga mencapai 25-50%.3,4 Morfin merupakan salah satu jenis
opioid yang telah menjalani serangkaian penelitian untuk mengatasi dispnea pada pasien kanker. Pada
beberapa kasus dimana tatalaksana definitif telah dilakukan, perlu dipertimbangkan pemberian agen
opioid untuk meredakan gejala sesak yang berat atau refrakter. Meskipun studi yang ada mampu
membuktikan bahwa opioid dapat mengurangi dispnea pada pasien paliatif, namun tetap dibutuhkan
pertimbangan klinisi pada masing-masing kasus.

Keywords: Dispnea, kanker, paliatif, opiod, morfin

Anda mungkin juga menyukai