Professional invaders: menyerang saluran nafas yang sehat (flu umum, virus influenza, dll)
Sekunder invaders: sebabkan penyakit ketika imunitas sedang terganggu (pseudomonas)
Mekanisme protektif Flora Normal: terbatas di saluran atas saja, saluran nafas bawah steril.
Gram (+) atau anaerob
Antagonis mikroba (kompetisi)
Pembersihan partikel dan organisme dari saluran nafas.
- Disaluran nafas atas: system mukosilia → di nasofaring
- Pengeluaran saliva: di orofaring
RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | EKA SYAFNITA 2
STREPTOCOCCI
MORFOLOGI: gram (+), rantai/pasangan, biasanya berkapsul, non motil, tidak membentuk spora, fakultatif anaerob, butuh CO2, katalase (-)
Grup A: S. pyogenes
Grup B: S. agalactiae
Grup D: Enterococcus
Grup C: S. equisimitis
Grup G-F
Non grup: S. pneumonia, S. viridans
Corynebacterium diphteriae
Morfologi Habitat: nasofaring manusia, tp bukan flora normal
Mode transmisi: Orang ke orang ( droplet, kontak langsung dengan yang terinfeksi, terkena objek langsung
Aerobic, gram(+), non kapsul, koloni abu hitam pada media tellurite, granuloma metachromatic (granula babes-ernest)
Virulensi Exotoxin
Polipeptida yang tidak tahan panas
pH alkaline 7,8-8, aerobic, kadar besi rendah→esensial untuk produksi toxin
toxin hambat sinspro oleh ADP ribosilating
toxin masuk ke reseptor endositasis→asidifikasi endositik vesikel memudahkan A untuk pisah dari B→A masuk ke
sitoplasma→disitplasma A ganggu kerja sinspro→kematian sel→tenggorokan sakit, bull neck, shock
Pathogenesis tahap awal: sakit tenggorok, demam ringan, kel.leher bengkak
tahap lanjut: obstruksi sal nafas dan susah nafas, shock
biasanya ditemukan ditenggorokan orang karier yang sehat
Difteri:
- biasanya diawali dengan infeksi local membrane mukosa, menyebabkan faringitis membrane
- efek local toxin menghasilkan degenerasi sel epitel
- inflames, edema, pembentukan pseudomembran terdiri dari bekuan fibrin, leukosit, sel epitel mati dan mikroorganisme yang ada
di tenggorokan
- efek paling bahaya saat toxin jadi sistemik dan menyerang jantung (gagal jantung), saat perifer (paralisis), kel. Adrenal
(hypofunction)
- difteri kutaneus: di daerah tropical/ subtropical. Lesi nekrotik dgn pembentukan pseudomembran local
Diagnosis klinis: otot lemah, edema bullneck, pseudomembran
LAB: isolasi dan identifikasi
- Media telurite: membentuk koloni hitam
- Media agar loeffent: mengandung serum dan telur→ ↑formasi granula metacromatic di C. diphtheria
- Demonstrasi produksi toxin dengan gel difusi presipitasi→ test elek
Control Kebersihan
Imunologi: vaksin DPT
Kemoterapetik: penisilin, eritromisin, atau gentamisin
Ex: trakeobronkial, telinga tengah, sinus Infeksi paling banyak dikalangan dewasa dan
- H. influenzae (tipe B sangat pathogen pada Tipe penyakit infeksius: dewasa muda, tapi penyakit lemierre (fatal) pada
manusia) - Akut purulent exoserbasi bronchitis kronik bayi dan anak kecil
- H. ducreyi (transmisi sexual) - Sebabkan 10-15% otitis media & sinusitis Diagnosis: kultur darah anaerob
- H. parainfluenzae, H. aphropilus, H. aegyptiuss - Jarang sebabkan infeksi sistemik
(FN)
Mode infeksi:
- strain kapsul H. influenza lewat orang ke orang
(inhalasi droplet).
- Tipe B (banyak utk vaksin)
Tipe penyakit infeksius
- Strain encapsulated (tipe a-f) H. influenza:
produksi infeksi invasive (pneumonia,
meningitis, epiglottitis, bacteremia)
- Strain unencapsulated H. influenza (tipe non):
otitis media di anak kecil , infeksi sal. Nafas
bawah
Haemophillus influenza
Factor host:
- Vaksin Hib konjugasi (poliribitol
phosphate/PRP) kapsul
- Vaksin Hib konjugasi (tidak proteksi dari strain
nontypable)
- Org yg beresiko terinvasif H. influenza
(asplenia, imunokompremise)
- Kalau vaksin dari kapsul PRP(plg virulen) saja
kurang efektif
- Vaksin=kapsul PRP+protein→ titer Ab lbh
banyak daripada kapsul PRP saja
- Azithromycin
Komplikasi: - Rifampicin
- Pada anak: pneumonia, komplikasi neurologis - Floroquinolon
(kejang, enselopati), apnea, kematian - Terapi suportif (ventilasi, dialysis ginjal, rehidrasi,
- Dewasa: pneumonia, BB↓, hilang kendali BAK, koreksi ketidakseimbangan elektrolit
fraktur iga (usia lanjut) - Mengontrol (klomasi air dgn suhu 60oC
LAB:
1. Isolasi dan kultur
- Sampel nasofaring posterior: Dacron/swab
alginate calcium
- Fastidious MO: butuh nutrisi yg khusus utk
tumbuh→ agar charcoal, bordet gengou agar,
Tegan lowe agar
2. PCR: sensitifitas optimum→ambil sample 3mg 1
3. Ab flouresen direct: utk screening
4. Serologi: + jika igA terdeteksi dgn whole cell B
pertussis
PENCEGAHAN
1. Vaksin whole cell pertussis
- Mengandung suspense sel B pertussis yang
diinaktifasi dengan formalin
- Dikenal sbg DTwP (difteri, tetanus, whole cell
pertussis) → jarang
- Efisiensi 80-90%, perlindungan menurun 5-10
tahun setelah booster terakhir
- Rx local: merah, bengkak, sakit saat
penyuntikan, demam
2. Vaksin pertussis aselular
- Mengandung komponen yang ≠aktif (FHA, PT,
pertactin, fimbriae)
- Dikenal sbg DTaP (utk anak-anak usia 6mg-
6thn) atau Tdap (utk dws 10-64thn)
- Efikasi 80-85%
- Rx local: <DTwP
Treatment: antibiotic
- Makrolida: eritromisin, azithromisin,
kloritramisin
- Tetrasiklin: doxyciline
RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | EKA SYAFNITA 9
PENYAKIT DALAM
PNEUMONIA
Definisi Peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme: bakteri, virus, Jamur, parasite
Pneumonitis: Peradangan parenkim paru yang disebabkan oleh zat iritan, radiasi, bahan korosif
Faktor yang Mekanisme pertahanan paru
mempengaruhi Kolonisasi bakteri di saluran napas, saluran nafas bawah steril tdk memiliki flora normal
Pembersihan saluran napas terhadap bahan infeksius
Patogenesis Masuknya mikroorganisme ke saluran napas bawah
- Inhalasi langsung dari udara
- Aspirasi bahan-bahan di nosofaring dan orofaring, contoh: tersedak
- Perluasan langsung dari tempat-tempat lain: penyakit infeksi di organ lain
- Penyebaran hematogen
Klasifikasi, Community Acquired Pneumonia (CAP), di masyarakat
berdasarkan tempat • Definisi: pneumonia yang didapat diluar Rumah Sakit
• Etiologi: banyak disebabkan oleh kuman gram positif. Akhir-akhir ini banyak gram negatif
Hospital Acquired pneumonia (HAP), di rumah sakit
Ventilator Associated Pneumonia (VAP), karna pemakaian ventilator
Health Care Associated Pneumonia (HCAP), missal: org yang di panti jompo
Cara pengambilan Dahak, kurang efektif karena mudah terkontaminasi oleh kuman di sal. Atas
specimen Darah, kalau orang bakterimia tidak akan ketemu kumannya
Cairan pleura, kadang bisa temukan kuman di pleura tp jarang
Bronkoskopi, bisa menggunakan sikatan di bronkus, bisa dengan bilasan, atau di kuras dgn BAL (bronco alveolar lavas)
Transtorakal aspirasi: menusuk melalui dinding dada
Transtrakeal aspirasi: menusuk di trakea
Gambaran klinis Tanda-tanda infeksi saluran napas akut
Demam, suhu tubuh meninggi
Nyeri otot, sendi
Batuk, sputum purulen/mukoid kadang-kadang ada darah
Pemeriksaan Fisik Dada sakit tertinggal waktu bernapas
Suara napas bronkial atau menurun
Ronki basah halus - ronki basah kasar
RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | EKA SYAFNITA 11
Foto Ro
Terdapat konsolidasi
LAB Jumlah lekosit meninggi (> 10.000/ul) Procalcitonin (PCT) C-Reactive Protein (CRP)
LED meninggi - PCT meningkat terutama pada infeksi - Nilai normal CRP adalah 3 mg/L.
Hitung jenis lekosit bergeser ke kiri bakterial berat, sepsis, syok septik dan - Kadar CRP 10 mg/L merupakan indikasi
Kultur darah (+) : 20-25% penderita sindrom disfungsi multiorgan (MODS). inflamasi yang signifikan.
Ureum meninggi, kreatinin normal - Kadar PCT > 2 ng/mL menjadi - Kadar CRP di atas 100mg/L dapat
prediktor bakteremia, sepsis, syok digunakan untuk menentukan
septik dan MODS. prognosis dan kebutuhan ventilasi
- PCT sebagai panduan pemberian mekanis pada pasien pneumonia
antibiotik intensif (PCT 0.25 atau 0.5
ng/L).
- Menghentikan antibiotik bila kadar
PCT menurun tajam.
Perbedaan gambaran Gambaran Klinis Atipik (mycoplasma, legionella, chlamydia) Tipik (S. pneumonia)
klinis pneumonia Onset Gradual(bertahap) Akut
atipik dan tipik Suhu Kurang tinggi Tinggi, mengigil
Batuk Non produktif Produktif
Dahak Mukoid Purulent(ada pus)
Gejala lain Nyeri kepala, myalgia, sakit tenggorokan Jarang
Gejala diluar paru Sering Lebih jarang
Pewarnaan gram Flora normal atau spesifik Kokus (+)/(-)
Radiologi “patchy”, seperti bercak Konsolidasi lobar
Lab Leukosit: normal/rendah Kadang lebih tinggi
Gangguan fungsi hati Sering Jarang
Penilaian berat Sistim skor pada pneumonia di masyarakat menurut PSI CURB 65
RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | EKA SYAFNITA 12
penyakit Demografi C: Confusion yaitu tingkat kesadaran ditentukan berdasarkan uji mental
• Usia : laki-laki, umur (tahun) U: Urea
Perempuan, umur (tahun) - 10 R: Respiratory rate atau frekuensi napas
• Perawatan di rumah + 10 B: Blood pressure atau tekanan darah
• Penyakit penyerta 65: Umur ≥ 65 tahun
– Keganasan + 30
– penyakit hati + 20 Confusion
– gagal jantung kongestif + 10 Uji mental ≤ nilai 8 skor 1
– penyakit cerebrovascular + 10 Uji mental > nilai 8 skor 0
– penyakit ginjal + 10 Urea
Urea > 19 mg/dL skor 1
Pemeriksaan fisik Urea < 19 mg/dL skor 0
• Perubahan status mental + 20 Respiratory Rate (RR)
• Tekanan darah sistolik < 90 mmHg + 20 RR > 30x/menit skor 1
• Suhu tubuh < 35oC atau > 40oC +15 RR < 30x/menit skor 0
• Nadi > 125 kali/menit + 10 Blood pressure (BP)
BP < 90/60 mmHg skor 1
Lab/Radiologi BP > 90/60 mmHg skor 0
• Analisis gas darah arteri : pH < 7,35 + 30 Umur
• BUN > 30 mg/dl + 20 Umur > 65 tahun skor 1
• Natrium < 130 meg/liter + 20 Umur < 65 tahun skor 0
• Glukosa > 250 mg/dl + 10
• Hematokrit < 30% + 10
• PO2 < 60 mmHg + 10 Skor 0 – 1 : risiko kematian rendah, pasien dapat berobat jalan
• Efusi pleura + 10 Skor 2 : risiko kematian sedang, dapat dipertimbangkan untuk
dirawat
Skor > 3 : risiko kematian tinggi, harus ditatalaksana sebagai
pneumonia berat
Skor 4 atau 5 : harus dipertimbangkan perawatan intensif.
Indikasi rawat:
RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | EKA SYAFNITA 13
Fluorokuinolon pseudomonas:
Golongan laktam ditambah anti Antipneumokokal, antipseudomonas
laktamase laktam (piperacilin-tazobaktam,
laktam ditambah makrolid sefepime, imipenem atau
meropenem) ditambah levofloksasin
750 mg ATAU
laktam seperti tersebut di atas
ditambah aminoglikosida dan
azitromisin ATAU
laktam seperti tersebut di atas
ditambah aminoglikosida dan
antipneumokokal fluorokuinolon
(untuk pasien yang alergi penisilin,
laktam daiganti dengan aztreonam)
Bila curiga ada infeksi MRSA
(metysilin resisten staphilococus)
tambahkan vankomisin atau linezolid
Terapi Empirik Pneumonia Atipik Terapi Sulih (pengganti)
Antibiotik terpilih pada pneumonia atipik Indikasi :
yang disebabkan oleh M. pneumoniae, - Tidak ada indikasi pemberian suntikan lagi
C.pneumoniae dan Legionella adalah - Tidak ada kelainan saluran cerna
golongan: - Tidak panas + 8 jam
- Makrolid baru: azitromisin, - G/K membaik
klaritromisin, roksitromisin - Lekosit normal/menuju normal
- Fluorokuinolon respirasi: - C.kreatif protein menuju normal
levofloksasin, moksifloksasin
Jenis-jenis
- Sequential (obat sama, potensi sama)
- Switch over (obat berbeda, potensi sama)
- Step down (obat sama atau berbeda, potensi lebih rendah)
RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | EKA SYAFNITA 15
BRONKITIS AKUT
Definisi: Infeksi purulen trakea dan bronkus sebagai komplikasi infeksi saluran napas oleh virus. Perbedaan dengan kronik: bukan karena infeksi
Etiologi Gejala klinis Gambaran klinis Diagnosis banding Pengobatan Komplikasi
Pneumococcus Biasanya didahului Batuk kering Karsinoma bronkus Antitusif Pneumonia
Haemophilus ISNA beberapa hari Nyeri restrostenal TB paru Antipiretik Pleuritis
influenza Demam, menggigil, Sesak napas Antibiotik Efusi pleura empiema
Staphylococcus nyeri tenggorok, nyeri Mengi Bronkodilator, bila Sinusitis
pyogenes otot, nyeri sendi Demam ada bronkospasme Hemoptisis
Batuk, sputum Gejala: ringan sampai Bila perlu berikan Abses otak
mukoid / purulen berat steroid
kadang-kadang Gejala berat pada
berdarah orang muda dan orang
Sesak napas tua
Radiologis
Normal
Corakanbronkovaskular
kasar
PPOK
Definisi Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) penyakit kronik saluran napas yang dapat dicegah dan diobati
Ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversibel dan bersifat progresif yang berhubungan dengan inflamasi ronik
sebagai respons tehadap partikel atau gas yang berbahaya
Eksaserbasi dan ko-morbiditas berkontribusi terhadap beratnya penyakit
Faktor resiko Pajanan (Exposures) Faktor Host
- Kebiasaan merokok - Gen
- Debu & bahan kimia dari lingkungan kerja Defisiensi 1 antitripsin
- Polusi udara Peran gen lain belum teridentifikasi
- Infeksi - Hipereaktivitas bronkus
- Status sosial ekonomi
Diagnosis Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan Penunjang
Gejala batuk-batuk, berdahak dan Pada awalnya pemeriksaan fisis bisa RADIOLOGI
sesak napas normal Pada awalnya pemeriksaan bisa normal
Gejala berlangsung lama, makin Tahap lanjut, tanda-tanda hiperinflasi Tahap lanjut, tanda-tanda hiperinflasi
memberat - Dada cembung → dada tong - Paru lebih lusen
Sesak napas bertambah saat - Sela iga melebar
beraktivitas - Diafragma mendatar
RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | EKA SYAFNITA 16
Hyperinflasion
Sprirometri
RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | EKA SYAFNITA 17
PATOFISIOLOGI
TB HIV
DEFINISI Orang yg menderita TB sering mempunyai beban virus HIV tinggi
TB meningkatkan Penurunan kekebalan tubuh (immunosuppression) berjalan lebih cepat, dan daya tahan hidup dapat lebih singkat walaupun
kejadian penyakit HIV pengobatan TB berhasil
Penderita TB/HIV kemungkinan hidup lebih singkat dibanding pasien HIV tanpa TB
ART menurunkan tingkat kematian pada pasien TB/HIV
DIAGNOSIS Tidak dapat mengacu pada gejala umum TB Batuk bukan merupakan gejala umum Lebih banyak TB ekstra paru
Demam dan berat badan merupakan gejala yg penting Banyak variasi pada gambaran foto dan diseminasi
toraks Diagnosis diferensial lbh luas
RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | EKA SYAFNITA 18
FOTO RO
CD4 : 50
HIV (+) DAN/ATAU SAKIT TIDAK PARAH HIV (-) DAN/ATAU SAKIT TIDAK PARAH
ULANG EVALUASI KLINIS ANTIBIOTIK SPEKTRUM LUAS (Tanpa OAT dan florokuinolon)
FOTO RO
BIAKAN DAHAK ATAU TES LAIN TANPA PERBAIKAN PERBAIKAN
PENGOBATAN INJEKSI
ANTIBIOTIK LUAS KECUALI ULANG EVALUASI KLINIS
FLOROKUINOLIN FOTO RO BUKAN
BIAKAN DAHAK ATAU TB
Hasil klinis/Foto RO Hasil klinis/Foto RO TES LAIN
TIDAK MENGARAH MENGARAH TB
TB
Biakan negative/ Hasil klinis/Foto RO Hasil klinis/Foto RO
Biakan negative positif TIDAK MENGARAH MENGARAH TB
TB
BUKAN TB TB Biakan negative/
Biakan negative positif
PERTIBANGKAN OAT
DIAGNOSIS LAIN BUKAN TB TB
Jangan periksa dengan spatula karena menyebabkan kadang stridor (+) ekspirasi gangguan
laringospasme & obstruksi total akut, aspirasi sekret, henti stridor (-) retraksi retraksi kesadaran,
kardiorespirasi retraksi dinding dada dinding dada letargi
ringan sedikit tidak ada
dinding dada tidak ada gawat napas
gawat napas
LABORATORIUM :
Tidak diperlukan, diagnosis ditegakkan dengan gejala klinis
RADIOLOGIS :
Gambaran steeple sign (seperti menara) penyempitan columna
subglotis
GEJALA KLINIS BRONKITIS AKUT VIRUS BRONKITIS AKUT BAKTERI Gejala awal seperti IRA atas akibat virus seperti : pilek ringan, batuk,
Disertai rinitis dan faringitis Lebih jarang demam
Batuk muncul 3-4 hari Etiologi : S aureus, S 1-2 hari kemudian batuk disertai sesak napas
setelah rinitis pneumoniae, H influenzae, M Dapat ditemukan wheezing (bedakan dengan ASMA), sianosis, merintih
Auskultasi dada tidak khas, pneumoniae (grunting), napas berbunyi, muntah setelah batuk, rewel, penurunan
bisa terdapat ronki dan Gejala batuk napsu makan
wheezing Laboratorium terdapat infiltrasi
Gambaran radiologis normal limfosit dan leukosit PMN PEMERIKSAAN FISIK:
atau corakan bronkial Diagnosis pasti ; kultur sekresi Takipnea, takikardi
meningkat mucus Suhu > 38,50C
Gejala hilang 10 – 14 hari Konjungtivitis ringan
Faringitis
Obstruksi sal.napas bawah akibat respons inflamasi menyebabkan
ekpirasi memanjang hingga wheezing, napas cuping hidung, retraksi
intercostal
PEMERIKSAAN PENUNJANG:
Pem darah rutin kurang bermakna(hasil normal)
Foto rontgen toraks ; gambaran hiperinflasi dan infiltrat, dapat ditemukan
gambaran atelectasis
TATALAKSANA Terapi suportif Terapi suportif : pemberian oksigen, kecukupan cairan, tunjangangan
Dapat sembuh tanpa terapi respirasi bila perlu (ventilator, dll)
Antibiotika : bila ada infeksi Bronkodilator : masih kontroversi, kombinasi α adrenergik dan agonis β
sekunder oleh bakteri adrenergik
Obat penekan batuk tidak Kortikosteroid
perlu Ribavirin
PNEUMONIA
DEFINISI Merupakan inflamasi yang mengenai parenkim paru
ETIOLOGI Neonatus & bayi kecil : Step grup B, E coli, psudomonas, Klebsiella
Bayi besar dan balita : S pneumoniae, H influenzae tipe B, S aureus
Anak besar dan remaja : bisa juga ditemukan M pneumoniae
PATOLOGI STADIUM HEPATISASI MERAH: konsolidasi jaringan paru serbukan sel PMN, fibrin, eritrosit, cairan edema, kuman di alveoli
STADIUM HEPATISASI KELABU: terjadi fagositosis cepat oleh lekosit PMN
STADIUM RESOLUSI: Degenerasi, fibrin menipis, kuman dan debris menghilang
GEJALA KLINIS Gejala infeksi umum : demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan napsu makan, mual muntah, diare
RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | EKA SYAFNITA 23
Gejala gangguan respiratori : batuk, sesak napas, retraksi dada, takipnea, napas cuping hidung, air hunger, merintih, sianosis
PEMERIKSAAN Darah perifer lengkap : leukositosis predominan PMN
PENUNJANG CRP (+)
Uji serologis tidak rutin dilakukan
Pemeriksaan mikrobiologis dilakukan pada pneumonia berat
Toraks foto : bercak infiltrate
PEDOMAN DIAGNOSIS BAYI <2 BULAN: BAYI DAN ANAK 2 BULAN-5TAHUN
WHO PEUMONIA PEUMONIA BERAT
- napas cepat >60x/menit atau sesak napas - sesak napas
- harus rawat dan diberikan antibiotik - harus rawat dan diberikan antibiotik
BUKAN PNEUMONIA PNEUMONIA
- tidak ada napas cepat atau sesak napas - bila tidak ada sesak napas
- tidak perlu dirawat, cukup diberikan pengobatan - ada napas cepat dengan laju napas :
simtomatis >50x/men untuk usia 2 bln – 1 tahun
>40x/men untuk usia > 1-5 tahun
BUKAN PNEUMONIA
- tidak ada napas cepat atau sesak napas→tidak perlu dirawat
dan tidak perlu antibiotik, cukup diberikan pengobatan
simtomatis
TATALAKSANA Sebagian besar tidak perlu rawat inap
- Antibiotika : amoksisilin, kotrimoksazol
Bila dirawat :
- Terapi suportif : cairan intravena, terapi oksigen, koreksi gangguan asam basa elektrolit dan gula darah
- Antibiotika : golongan beta laktam atau kloramfenikol
AVIAN INFLUENZA
ETIOLOGI Famili orthomyxoviridae, virus RNA
Influenza tipe A dan B menyebabkan penyakit epidemik
Influenza tipe C penyakit sporadik
Influenza A: protein H1-16 dan N1-9 dapat menginfeksi unggas avian influenza
Influenza A yg biasa menginfeksi manusia (H1N1, H2N2, H3N2) disebut human influenza (bukan flu burung), sudah ada vaksin
Pada unggas replikasi virus utama di sal.gastrointestinal penularan melalui feses
Inf.A menginfeksi manusia, mamalia, unggas mudah bermutasi (susah ketemu, susak diobati)
PENULARAN Human influenza : secara percik renik (droplet nuclei) pada saat batuk atau bersin
Virus A/H5N1 : penularan langsung dari unggas ke manusia
Terbukti dengan adanya kontak dengan unggas dalam 2 minggu sebelumnya.
Masa inkubasi sekitar 7 hari (akut), tersering dalam 2-5 hari
RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | EKA SYAFNITA 24
Gejala saluran respiratori bawah yang Memenuhi kriteria suspek DAN 1 kriteria Memenuhi kriteria suspek atau probabel
disertai demam >380C dengan gejala tambahan : DAN ≥1 pemeriksaan lab berikut positif :
batuk dan sesak napas, DAN ≥1 pajanan – Bukti pneumonia pada gambaran Isolasi virus A/H5N1
berikut dalam 7 hari sebelum timbulnya foto toraks (kalau pneumoni dalam Positif untuk H5 dengan PCR
gejala : bbrp minggu, kalau flu burung baru Peningkatan ≥ 4 kali antibodi
– Kontak dekat dengan penderita demam 3 hari, infiltrate penuh netralisasi dibandingkan antara fase
probabel atau terkonfirmasi dikedua lapang paru) dan bukti gagal akut dan fase konvalesen minimal 1
– Pajanan dengan unggas yang napas :80
dicurigai dlm wilayah – Konfirmasi lab (+) untuk inf. A tapi Titer A/H5N1 1 : 80 atau lebih pada
– Memakan produk unggas yang belum cukup bukti untuk infeksi spesimen yang diambil pada hari
tidak dimasak sempurna H5N1 ≥14 awitan gejala DAN 1 positif
– Kontak dekat dengan hewan selain Meninggal karena infeksi respiratori akut dengan pem.serologik berbeda
unggas yang terkonfirmasi yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya ATAU hasil positif H5 dengan
– Memegang atau menangani sampel yang secara epidemiologik berkaitan western blot
yg dicurigai dengan kasus A/H5N1
PEMERIKSAAN Laboratorium: Tidak khas, sering lekopenia, limfopenia, trombositopeni Kalau virus biasanya: leukopenia
PENUNJANG Serologis: Sensitifitas rendah
Mikrobiologi: PCR dari usap tenggorok dan hidung Kalau bakteri: leukositosis
Pencitraan : Perburukan gambaran radiologis sangat cepat, gambaran foto 1 dengan ke 2 sangat berberda
TATALAKSANA Pengendalian infeksi : Antibiotika (jika ada infeksi sekunder)
- universal precaution - demam menetap atau turun naik
RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | EKA SYAFNITA 25
DIPHTERI PERTUSIS
ETIOLOGI Corynebacterium diphteriae Bordetella pertussis, Bordetella parapertussis
Bakteria aerob, tak berkapsul, tidak membentuk spora, Gram negatif, coccobacilli,aerob
sebagian besar tidak motile, pleomorfik, gram poisitif
PATOGENESIS C diphteriae toksigenik maupun non toksigenik dapat
menginfeksi kulit dan mukosa dan kadang organ lain setelah
terjadi bakteriemia.
Bakteri hidup pada permukaan kulit atau selaput mukosa
saluran napas, menyebabkan reaksi inflamasi lokal.
Memproduksi eksotoksin polipeptida 62 kD yang dapat
menghambat sintesis protein dan menyebabkan nekrosis
jaringan.
Membentukl koagulum terdiri atas bakteri mati, sel epitel,
fibrin, leukosit, eritrosit, yang semakin tebal sehingga
terbentuk pseudomembran berwarna coklat kelabu yang
melekat ke jaringan di bawahnya.
Paralisis palatum molle dan hipofaring.
Absorpsi toksin dapat menyebabkan nekrosis tubuli ginjal,
trombositopenia, kardiomiopati dan demyelinisasi serabut DEFINISI KLINIS:
saraf Batuk 14 hari atau lebih, dengan paling sedikit satu gejala:
Kardiomiopati dan demyelinisasi serabut saraf biasanya terjadi paroksism, whoop, atau muntah setelah batuk.
2-10 minggu setelah infeksi mukokutaneus, mungkin
disebabkan oleh reaksi imunologis.
RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | EKA SYAFNITA 26
MANIFESTASI KLINIS Tergantung lokasi anatomis infeksi, status kekebalan,produksi Masa inkubasi 3-12 hari.
dan distribusi toksin. Masa inkubasi: 2-4 hari.
Fokus primer: tosil atau faring (94%), hidung, laring Gejala catarrhal:
Diphteri Nares anterior - kongesti dan rhinorrhea, demam tidak tinggi, bersin,lakrimasi,
Infeksi pada nares anterior (lebih sering pada bayi): rhinitis dan injeksi konjungtiva.
serosanguineus, purulen dan erosif disertai pembentukan Gejala paroxysmal:
membran. - Batuk kering, iritatif, berkembang menjadi batuk khas pertussis.
Karakteristik: ulserasi dangkal pada nares eksterna dan bibir Whoop (tarikan napas inspirasi yang kuat) ditemukan pada bayi
atas. < 3 bulan karena otot masih blm kuat untuk menghasilkan
tekanan intratoraks negatif secara cepat.
Diphteri Tonsilar dan faringeal - Batuk panjang tanpa putus, dagu dan dada ke depan, lidah
- Nyeri tenggorokan (gejala awal), hanya setengahnya keluar, mata melotot dan berair, wajah keunguan, sampai
menderita demam dan lebih sedikit lagi yang menderita tampak hampir kehilangan kesadaran, batuk akhirnya berhenti
disfagia, serak, maleise atau nyeri kepala. dan terdengar suara ‘whoop’ ketika udara memasuki jalan napas
- Infeksi faring ringan diikuti pembentukan membran pada yang separuh terbuka.
tonsil unilateral atau bilateral, meluas ke uvula, palatum - Batuk diakhiri dengan pengeluaran sekresi kental dari trakhea
molle, orofaring posterior, hipofaring, area glottis. yang bercampur dengan epitel mati.
- Edema jaringan lunak dan pembesaran limfonodi: bull - Muntah setelah batuk umum terjadi pada anak maupun dewasa.
neck appearance. - Stage ini terjadi paling panjang pada bayi. Pada puncaknya dapat
- Derajat perluasan lokal berhubungan dengan keparahan terjadi lebih dari 1 kali batuk per jam.
penyakit, bull neck, dan fatalitas karena sumbatan jalan - Bayi < 3 bulan: fase catarrhal hanya beberapa hari dan jelas.
napas serta komplikasi yang dimediasi toksin. Apnea, tersedak dan batuk dg gasping menandai onset penyakit.
- Beda diphteria dengan faringitas eksudativa karena Convalescence diikuti batuk paroksismal intermiten sampai usia
Streptococcus pyogenes dan Epstein-Barr virus: 1 tahun.
pseudomembran yang lengket, perluasan melebihi daerah
fausial, jarang didapatkan demam dan disfagia. #Anak yang sudah diimunisasi masih mungkin menderita
pertussis, tetapi dengan gejala yang lebih ringan dan stage
Diphteri Laringeal yang lebih pendek masanya#
- Serak, stridor,dispneu, batuk menggonggong. Ancaman
sufokasi karena sumbatan saluran napas.
- Membedakan dengan epiglottitis atau tracheitis karena
penyebab lain: tidak adanya gejala lain dan
visualisasi pseudomembran.
Diphteri Kulit
- Infeksi indolen dan tidak progresif.
- Ulkus superfisial seperti ektima dan tidak membaik,
dilapisi membran coklat-kelabu, eritema, nyeri, eksudat.
- Sering disertai oleh infeksi sekunder.
RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | EKA SYAFNITA 27
NEUROPATI TOKSIK
Komplikasi neurologis paralel dengan luasnya infeksi dengan
onset yang multifasik.
2-3 minggu setelah onset (kadang terjadi akut) terjadi
hipestesia dan paralisis lokal palatum molle, diikuti
kelemahan nervi facialis, pharyngeal posterior dan laryngeus,
menyebabkan suara sengau, sulit menelan, dan risiko
kematian karena aspirasi.
Neuropati kranial biasanya terjadi pada minggu ke 5, terjadi
paralisis nervi oculomotorius dan ciliaris yang menyebabkan
strabismus dan gangguan akomodasi.
Onset polineuropati simetris terjadi 10 hari - 3 bulan setelah
onset infeksi orofaring. Menyebabkan deficit neurologis
dengan hilangnya refleks tendon dalam.
Terjadi kelemahan otot mulai dari distal berjalan ke proksimal
(lebih sering) atau sebaliknya. Dapat disertai paralisis
diafragma. Dapat terjadi kepulihan spontan.
RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | EKA SYAFNITA 28
LAB
Ditemukan leukositosis (15.000-100.000/mmk) dengan limfositosis
absolut. Limfosit yang ditemukan adalah limfosit T dan B dengan
ukuran normal, bukan limfosit atipik berukuran besar yang biasa
ditemukan pada infeksi virus.
Pada penyakit berat dan fatal ditemukan angka leukosit yang sangat
tinggi dan thrombositosis.
FOTO RO
abnormal ringan. Infiltrat atau edema perihilar.
Kadang ditemukan atelektasis, pneumothoraks, pneumomediastinum,
udara pada jaringan lunak.
Konsolidasi parenkim: infeksi sekunder
KOMPLEX
HEMATOGENIC PRIMER
IMUNITAS
AKUT (kuman sekaligus banyak) OCULT (kuman masuk sedikit2) SELULER
BEKERJA
RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | EKA SYAFNITA 31
C/ TB milier
KENAPA ANAK TIDAK BATUK → karena alveolus TIDAK MEMPUNYAI REFLEK BATUK beda dgn bronkus.
UJI TUBERKULIN (rx
hipersensitifitas tipe • 1. Infeksi TB: • Tidak ada infeksi TB
PPD S • infeksi tanpa sakit /
lambat) Strength PPD RT23 • Anergi
infeksi TB laten • Dalam masa inkubasi
Seibert • infeksi DAN sakit
• sakit, pasca terapi
first 1 TU 1 TU • 2. Imunisasi BCG
• 3. Infeksi Mycobacterium
intermediate atypic
5-10 TU 2-5 TU
(standard dose)
second 250 TU 100 TU (+) (-)
Diameter indurasi :
- 0 - 5 mm : negatif
- 5 - 9 mm : meragukan, ulang 2 mg
- > 10 mm : positif
- > 15 mm : positif pd balita dg BCG (+)
TATALAKSANA
• Evaluasi klinis :
– Panambahan BB DOSIS OBAT TB:
– Perbaikan nafsu makan
– Hilang/membaiknya gejala klinis (demam, batuk, dll) 2RHZ(1xhari)+4RH(3x1minggu)
– Tidak perlu mantoux test, cukup foto ro
• Pemeriksaan penunjang :
– Foto toraks : 2 / 6 bl
– Darah : LED
– Tuberculin test : SEKALI(+) SELAMANYA (+)
PROFILAKSIS PRIMER SEKUNDER
• Mencegah infeksi TB pd TB kelas I • Untuk mencegah sakit TB pada TB kelas 2 (paparan (+), infeksi
• Paparan (+), infeksi (-) uji tuberkulin (-) (+), sakit (-)
• Obat: INH 5 - 10 mg/kgBB/hr • Anak dg konversi uji tuberkulin
• Sumber penularan harus diterapi • Populasi beresiko
• Paling sedikit 3 bulan – Kurang 5 th, pubertas
• Ulang uji tuberkulin: – Penggunaan steroid jangka panjang
– negatif: berhasil, stop INH – Keganasan
– positif: gagal, TB kelas 2 lanjutkan dg profilaksis – Infeksi tertentu: morbili, pertusis
sekunder • Obat: INH 5 - 10 mg/kgBB/hr
• Selama: 6-12 bulan
RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | EKA SYAFNITA 33
ASMA ANAK
DEFINISI KNAA: diduga asma bila: batuk dan atau mengi bersifat episodik, nokturnal, reversibel, musiman, aktifitas, atopi(+)
Serangan asma: Episode perburukan yang progresif dari gejala.
PATOFISIOLOGI
Kontak allergen Merangsang sel mast 6-8jam
(nelson)
(debu, virus, dll) sintesis mediator kimia Respon imun lambat
Asidosis
VASOKONTRIKSI
respiratorik
Mencederai sel
alveolar tipe II
Surfaktan ↓
RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | EKA SYAFNITA 34
IGD
Nilai derajat serangan
TATALAKSANA AWAL: nebulisasi -agonis 3x, selang 20 menit. Nebulisasi ke 3 + anti kolinergik
Serangan Ringan: (nebulisasi 1x, Serangan sedang: (nebulisasi 2-3 kali, Serangan Berat: (nebulisasi 3x, respon
repon baik). Bertahan 1-2jam boleh respon parsial. Berikan oksigen. Nilai buruk). Oksigen sejak awal, pasang
pulang. Gejala timbul kembali→ ulang→serangan sedang→ruang infus. Nilai ulang→ berat → ruang
serangan sedang rawat sehari, pasang infus rawat inap. Foto RO.
Boleh Pulang: bekali β agonis (hirupan Ruang rawat sehari: Oksigen teruskan. Ruang rawat inap: oksigen teruskan.
/oral). Jika ada obat pengendali Steroid oral. Nebulisasi/2jam. Dalam Atasi dehidrasi dan asidosis jika ada.
teruskan. Jika infeksi virus (+) → 8-12 jam stabil → boleh pulang. Steroid IV 6-8jam. Nebulisasi/1-2jam.
steroid oral. 24-48jam control Dalam 12 jam blm baik → rawat inap. Aminovilin IV awal lanjutkan rumatan.
proevaluasi. Nebulisasi 4-6x→baik (interval 4-6jm).
24jam stabil→boleh pulang. Dengan
steroid dan aminovilin IV tetap tdk
Catatan: baik→ICU
• Jika menurut penilaian serangannya berat, nebulisasi 1x, langsung -agonis+antikolinergik
• Bila belum ada alatnya, nebulisasi awal dapat diganti dgn adrenalin sk. 0,01 ml/kgBB/kali, maksimal 0,3 ml/kali.
• Untuk serangan sedang dan terutama berat, O2 2-4L/mnt diberikan sejak awal, termasuk saat nebulisasi
Parameter klinis,
Asma episodik jarang Asma episodik sering Asma persisten
kebutuhan obat dan
faal paru
Hampir sepanjang
Lama serangan < 1 minggu ≥ 1 minggu
tahun, tidak ada
remisi
Di antara serangan Tanpa gejala Sering ada gejala Gejala siang dan
RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | EKA SYAFNITA 36
malam
OBAT ASMA
ADRENERGIK XANTIN PENGHAMBAT MEDIATOR BRONKOKONSTRIKSI
1. EPINEFRIN Efek bronkodilatasi bekerja melalui 1. KORTIKOSTEROID
Sangat bermanfaat untuk status asmatikus dan penghambatan fosfodiesterase Merupakan anti asma yang kuat, sangat bermanfaat
asma akut 1. TEOFILIN pada status asmatikus dan asma berat
F.kinetik: Farmakologi: Merupakan obat dan pencegahan asma
- mempunyai aktifitas terhadap reseptor α, β1 - Abs cepat: oral, parenteral, rektal Menghambat proses radang di sal nafas
dan β2 → bronkodilatasi, stimulasi jantung - Dist. Keseluruh tubuh Penggunaan dibatasi oleh efek samping sistemik
- oral dirusak oleh enzim COMT dan MAO - Ikatan protein 50% Penghentian harus bertahap (tapering off)
- SK absorbs lambat krn vasokonstriksi local - Metabolism di hati dengan T½ Berikan pagi hari, agar tdk mempengaruhi aksis
- IM absorbs cepat 8jam hipofisis adrenal
- Semprotan hidung efek local tp dapat - Perangsang ssp yang kuat Efeksamping:
sistemik - Ino (+) - Penghentian tiba-tiba: insuf adrenal, gejala mirip
Efek samping: - Mempunyai efek eksresi air dan reaktivasi artitis rematoid
- Rasa takut, gelisah, sakit kepala berdenyut, elektrolit spt tiazid - Penggunaan jangka panjang:
tremor, palpitasi, sukar bernafas. - KAD serum harus dimonitor krn SINDROMA CUSHING: moon face,
- Dosis >> atau IV dapat tjd aritmia, fibrilasi mudah toksik (KAD>20mg/L) miopati, osteoporosis, hipertensi,
ventrikel - KAD terapi 7-10mg/L gangguan met. KH dan lipid
Kontra indikasi - Utk asma akut → aminofilin Resiko infeksi ↑
- Hipertensi diberikan IV perlahan Hambatan pertumbuhan
- Hipertiroid - Teofilin 12 jam terakhir → dosis jd KORTIKOSTEROID SELEKTIF BEKLOMETASON AEROSOL
- Aritmia separuh
Bekerja local pada mukosa sal nafas utk mengurangi
- Angina pectoris Efeksamping inflamasi
Indikasi - Sakit kepala, gugup, mual, muntah,
Tersedia aerosol inhalasi dgn dosis terukur
- Bronkospasme nyeri epigastrium
Digunakan sebagai substitusi kortikosteroid oral pada
- Shock anafilaktik - IV: aritmia, hipotensi, henti
ketergantungan steroid
- Vasokonstriksi local jantung
Abs sistemik kecil dan met cepat. Tdk berefek pada
- Henti jantung - Anak: perangsang ssp, diuresis
asksis hipotalamus hipofisis adrenal
2. EFEDRIN Interaksi obat: met↑ pd pemberian
Efeksamping:
Masih banyak dipakai karena murah dan dapat per bersama barbiturate, feniroin, dan
- Efek iritasi: suara parau, sakit tenggorokan,
oral perokok
mulut kering
F. kinetic: - Infeksi candida pada orofaring dan laring
- Merupakan adrenergic yang bekerja tdk lsg 2. AMINOFILIN
Indikasi: asma bronkial, copd
- Efek mirip epinefrin tp lebih lambat dan lama Teofilin dalam bentuk garam
2. NATRIUM KROMOLIN
(10x epi), efek sentral lbh kuat Berisi 80% teofilin, bila diberikan dlm
Bekerja menghambat degranulasi sel mastosit dan
- Efek bronkodilator <epi btk aminofilin dosis naik 20%
pengelepasan histamine dan SRSA
- Stimulan ringan Indikasi: asma bronkial, copd
Tidak mempunyai efek adrenergic, bronkodilator,
RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | EKA SYAFNITA 38
OBAT BATUK
Batuk adalah Mekanisme fisiologis utk membersihkan dan melindungi sal napas dari sekret, benda asing, dan zat lain
Mek batuk : rangsangan r/ di mukosa sal napas serat aferen medula oblongata serat eferen efektor
Batuk Ada 2 Jenis : Produktif ( Berdahak ) Dan Non Produktif ( Kering )
ANTITUSIF EKSPEKTORAN MUKOLITIK NASAL DEKONGESTAN
Mek.kerja : Meningkatkan ambang Obat yg merangsang pengeluaran dahak Mek Kerja: Mengencerkan sekret sal - Menghilangkan kongesti hidung
rangsang batuk napas dgn memecah mukoprotein dan - Digunakan sbg sistemik dan tetes
Mek kerja : Merangsang mukosa mukopolisakarida. hidung
Ada 2 jenis : Bekerja sentral ( narkotik dan lambung → N. vagus → sekresi kel sal
non narkotik ) dan Bekerja perifer napas ↑, dahak mudah dikeluarkan
BEKERJA SENTRAL 1. AMONIUM KLORIDA 1. BROMHEKSIN SIMPATOMIMETIK
A. ANTITUSSIF NARKOTIK - Biasa digunakan sbg kombinasi dgn - digunakan sbg mukolitik pd bronkitis 1. FENILEFRIN
obat lain dan lainnya. - Mek Kerja: agonis reseptor alfa-1
1. KODEIN - Dpt menyebabkan asidosis metabolik - Bersifat iritatif thd lambung selektif
EFEK : pd ds besar- Ds lazim 300 mg tiap 4 jam - KI: Tukak lambung
- antitusif, analgesik dan sedatif 2. FENILPROPANOLAMIN
- potensi adiksi kecil 2. GLISERIL GUAIAKOLAT 2. AMBROKSOL - Efeknya mirip efedrin, kecuali efek
- Suatu metabolit dari bromheksin SSP (kecil)
F. KINETIK: - Pemakaian hanya berdasarkan - Cara kerja dan penggunaannya seperti
- absorbsi oral baik, efek timbul 1-2 jam, pengalaman empiris bromheksin 3. OKSIMETAZOLIN &
durasi 4-6 jam -Efek membersihkan mukosiliar XYLOMETAZOLIN
- jml kecil ditemukan dlm asi - Ds 2-4 kali 200-400 mg 3. ASETILSISTEIN
- metab t/u di hepar - Cara kerja: melepaskan ikatan disulfida 4. EFEDRIN
- eksresi t/u mel urin 3. KALIUM YODIDA → Viskositas ↓
- Sekret encer dlm 1 menit. 5. PSEUDOEFEDRIN
ES : - Ekspektoran tua ES: spasme bronkus, sekret berlebihan
- Dlm ds terapi jarang timbul efek samping - Menurunkan viskositas mukus
- Konstipasi timbul pd ds 100-150 mg - Kontraindikasi: hamil, menyusui. ES:
- Depresi pernapasan timbul pd ds 60 mg - Penggunaan sistemik: takikardia,
-Ds fatal 800-1000 mg palpitasi, insomnia, hipertensi dan
gangguan kardiovaskuler lainnya.
INDIKASI : batuk kering
- Penggunaan topikal: rasa nyeri
2. DIHIDROKODEIN mukosa hidung, rebound congestion
Cara kerja dan efek samping hampir sama (rinitis medikamentosa)
dg kodein
RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | EKA SYAFNITA 40
KI :
3. FOLKODIN hipertensi, angina pectoris, gagal
Gejala putus obat lebih ringan dari kodein jantung, hipertiroid, dll
BEKERJA PERIFER
ANESTESI LOKAL :
- Obat : lidokain, lignokain
- mek kerja : anestesi lokal di mukosa sal
napas.
- biasanya digunakan secara inhalasi
- efektif pd batuk yg bandel
- ES : aspirasi, alergi, aritmia dan kejang
RINITIS
SMOTHERING GAGGING & CHOKING PENCEKIKAN PENJERATAN /STRANGULASI GANTUNG / HANGING TENGGELAM /
(PEMBEKAPAN) DROWNING
Tanda kekerasan→ Sumbatan /benda di Luka lecet kecil2 Jerat--- jejas jerat/simpul Jejas Jerat : Suatu proses yg
tergantung→jenis sal. Nafas bentuk bulan sabit di Jejas = luka lecet tekan - Mengarah keatas dihasilkan oleh
benda & kekuatan. Gagging → leher --- kuku. - Mendatar,seluruh ke simpul.dan terbenamnya korban
RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | EKA SYAFNITA 42
Luka lecet gores/tekan oropharynx. Luka memar – leher menghilang pada dalam air yang
→kuku→di hidung, Choking→ kulit/otot leher - Dibawah rawan b.rambut. menyebabkan
pipi, bibir, dagu. laryngopharynx. Patah tulang lidah gondok. - Diatas rawan kehilangan kesadaran &
Luka Sebab kematian : Patah tulang rawan - Simpul mati. gondok. dan mengancam jiwa.
memar→belakang 1. Asfiksia. gondok Jejas jerat → tali penjerat : - Simpul hidup. Diagnosa / sering
kepala, gusi,seb.dlm, 2. Vagal reflex. Perbendungan – keras(kecil, jelas. Lebam mayat pd ujung sulit bila tak ada
bibir,lidah. muka/kepala. Halus(lebar). Lunak(t.jelas) ext. Dan genitalia tanda khas
Asfiksia / vagal reflex. Asfiksia / vagal reflex. externa. Tenggelam dapat
PEMBEKAPAN Perbendungan muka jelas. Posisi Gantung : seluruh tubuh /
1. Suicide smothering :- Resapan darah - Komplit hanging muka terbenam
mental psychosis subcutis/otot - Inkomplit hanging Kematian : dpt.
2. Accidental smothering leher dibwh. Jejas. ; Akibat tenggelam
: - overlying baby , Jejas post mortal t. Jelas Duduk/ berlutut atau sudah mati oleh
gempa bumi Berbaring karena sebab lain.
3. Homicidal smothering terlungkup. Jenis2 Drowning :
: - bayi p.a.s. - tua, sakit, Letak Simpul : 1. Wet Drowning
pengaruh alcohol - Typical hanging: 2. Dry Drowning
blk kepala 3. Secondary Drowning
- Atypical hanging : 4. Immersion
samping leher Syndrome
kiri,kanan
depan. TENGGELAM YANG DI
SEBAB KEMATIAN AIR TAWAR :
(GANTUNG) (Hypotonik) : mati 5
Asfiksia. menit
Anoksia jaringan otak. Darah diatrium kiri
jerat kecil&keras, letak ↓
simpul, posisi gantung Hemodilusi
↓
Vagal reflex.
Hemolysis
Fraktur os cervical.
↓
kasus hukum gantung.
Ion k↑
↓
PEMBUNUHAN &
Fibrilasi ventrikel
BUNUH DIRI KASUS
↓
GANTUNG
TD menurun
Alat penjerat :
↓
simpul,lilitan,arah.
Cerebral anoksik
Korban : jejas
RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | EKA SYAFNITA 43
dileher,perlawanan, ↓
luka lain, jarak dg Mati dalam 5 menit
lantai. TENGGELAM DI AIR
T.k.p.: ASIN (Hypertonik): mati
lokasi,kondisi,pakaian, 8-9mn
surat Tek. Osmotic air laut 4x
dari plasma
↓
Air ditarik dari sirkulasi
pulmonal ke jaringan
interstisial
↓
Acute secondary
pulmoner edema
↓
Haemokonsentrasi
↓
Sirkulasi lambat
↓
Payah jantung
↓
Mati dalam 8-9mnt
TUJUAN PEMERIKSAAN 1. Tentukan identitas korban
JENAZAH 2. Apakah korban masih hidup waktu tenggelam
3. Apakah sebab kematiannya
4. Faktor2 apa yg berperan pada proses kematian
5. Tempat dimana korban pertama kali tenggelam
PEMERIKSAAN LUAR JENAZAH PEMERIKSAAN DALAM JENAZAH PEMERIKSAAN LAB
2
Tanda terendam dalam air 1. Busa halus dihidung, mulut,sal nafas dan 1. Adanya diatome→ganggang bersel satu
1. Basah, berlumuran pasir, lumpur, dll benda asing (pasir, Lumpur,algae) dalam bila pd.pem. di paru2 ditemukan 4 –5
2. Telapak tangan & kaki keriput saluran pernafasan. diatome→ berarti orang masih hidup.
(Washer Woman Hand) 2. drowning lung/aqueous pulmonary a. pemeriksaan sediaan apus getah paru
3. Kulit permukaan kasar Kulit bebek emphysema dan edema: paru2 membesar - sediaan langsung
(Cutis Anserina) (balon) sembab, lebih berat, pyramidal b. pemeriksaan destruksi jaringan
hemorrhage → pengirisan banyak 2. Pem.darah jantung bilik kiri dan bilik
TANDA-TANDA INTRAVITAL cairan. kanan. Berat jenis & kadar elektrolitnya
1. Kaku pada sebagian otot/cadaveric 3. Bercak perdarahan dibawah pleura paru, Mg, beda > 10% → sokong diagnosa.
Spasme Posisi & Kekuatan Orang (bercak Paltauf) 3. Pem. Keracunan (kalau perlu)
RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | EKA SYAFNITA 44
hidup. 4. Lambung dapat sangat membesar, isi air, 4. Pem. Mikroskopik jaringan.
2. Luka lecet
2
gesekan / benturan lumpur, dll→ diusus halus.
dalam air 5. Otak, hati, ginjal, limpa→tanda2
Luka2 lecet tempat2 lain perbendungan.
kekerasan pd kasus pembunuhan 6. bila ditemukan cairan hemolysis di
3. Tanda2 aspirasi/infiltrasi air dan rongga dada > 100 cc (beb.hari stl
asfiksia akut mati)→ D/kemungkinan kematian
tenggelam
DIAGNOSA KEMATIAN AKIBAT TENGGELAM
Pada mayat segar mudah ditegakkan berdasarkan pemeriksaan2 tersebut diatas.Pada mayat busuk→pemeriksaan diatome saja
RANGKUMAN BLOK RESPIRASI | EKA SYAFNITA 45
OBSTRUKSI KRONIK
EMFISEMA BRONKRITIS KRONIK BRONKIEKTASIS ASMA BRONKIAL
FOTO RO
Foto torak asma akut (serangan)
Foto torak
- Hiperaerasi
Sering non spesifik
- Diafragma mendatar
Gambaran fibrosis
- Peribronchial cuffing (edema
peribronchial berupa
peribronchial)
bayangan garis tegas dan
- Ruang retrosteranal bertambah
kasar
Foto torak asma bronchiale dalam
FOTO RO Tramline (bayangan garis
keadaan tidak ada serangan
Barrel chest diameter torak melebar, costae posterior paralel) penebalan
normal
posisi relatif horisontal, intercostae space melebar FOTO RO dinding bronchus dilatasi
Diafragma depresif kubah mendatar, sudut costofrenikus > ½ gambaran normal, silindrik
hampir 90 derajat non spesifik Honey comb appearance
Jantung kesan posisi menggantung dan lebih kecil Penebalan dinding suatu area dimana
Retrosternal space tampak melebar rongga torak bronchial terdapat bentuk spt
membesar peribronchial cuffing rongga - rongga (kavitas
Hilus tampak melebar dan menebal resistensi pulmoner kecil / sarang tawon)
Corakan paru kasar
Perifer paru hiperlusen overinflasi paru dan vaskularisasi bronchiectasis sakular
brochovaskular marking
berkurang meningkat, kasar, dirty
Gambaran kaliber pembuluh darah hilus dari proksimal ke chest
distal menurun cepat (amputasi hilus) resistensi
pulmoner
Pada emfisema fokal, gambaran corakan pembuluh darah di
area normal tampak meningkat dilatasi vascular