Anda di halaman 1dari 17

PETAK BANGUN DATAR (PANDA) : ALTERNATIF

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR


Yayu Yuliani
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Departemen Pedagogik
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia
e-mail : yayuyuliani95@gmail.com

Abstrak : Latar belakang penelitian ini adalah pembelajaran matematika yang masih
disampaikan secara deduktif dan langsung sehingga siswa cenderung pasif dalam proses
pembelajaran. Pembelajaran yang disampaikan secara deduktif dimulai dengan penyampaian
prinsip-prinsip umum. Tujuan penelitian ini untuk memperoleh deskripsi pembelajaran yang
menerapkan media petak bangun datar melalui penerapan model penemuan terbimbing (Guided
Discovery) dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep siswa pada materi luas bangun datar
di kelas IV SD Negeri Sariwangi. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi
dengan menggunankan instrumen observasi. Berdasarkan hasil penelitisan yang dilakukan di
kelas IV SD Negeri Sariwangi maka pembelajaran yang menggunakan model penemuan
terbimbing dan media pembelajaran petak bangun datar untuk meningkatkan pemahaman siswa
pada meteri luas bangun datar , yaitu (1) siswa dapat bekerja dengan kelompoknya untuk
melakukan penemuan, (2) siswa dapat merumuskan caranya dalam menemukan luas bangun
datar, (3) siswa berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran menggunakan media petak bangun
datar.

Kata Kunci: media petak bangun datar, penemuan terbimbing, pemahaman konsep

A. Pendahuluan
Matematika adalah mata pola, sifat atau melakukan memanipulasi
pelajaran yang disampaikan pada setiap matematika.
jenjang pendidikan mulai dari Sekolah Dari hasil tes dan evaluasi PISA
dasar sampai Sekolah Menengah. 2015 performa siswa siswi indonesia
Depdiknas (2003: 4) menyebutkan masih tergolong rendah. Berturut-turut
bahwa salah satu tujuan pembelajaran rata-rata skor pencapaian siswa-siswi
matematika di sekolah adalah melatih indonesia untuk sains, membaca dan
cara berpikir dan bernalar dalam menarik matematika berada di peringkat62, 61
kesimpulan. Hal ini ditegaskan lagi dan 63 dari 69 negara yang dievaluasi.
dalam salah satu kecakapan atau Peringkat dan rata-rata skor Indonesia
kemahiran matematika yang diharapkan tersebut tidak berbeda dengan hasil tes
dapat tercapai dalam belajar matematika dan survey PISA terdahulu pada tahn
mulai dari SD dan MI sampai SMA dan 2012 yang juga berada pada kelompok
MA yaitu : menggunakan penalaran pada penguasaan materi yang rendah (OCED,
2015). Hal ini menunjukkan bahwa agar siswa lebih tertarik untuk belajar.
masih rendahnya keterampilan siswa- Salah satu cara yang dapat digunakan
siswi Indonesia salah satunya mata adalah pemanfaatan media pembelajaran
pelajaran matematika. Tentu saja dan model pembelajaran yang menarik.
terdapat berbagai macam faktor yang Kata media merupakan bentuk jamak
menjadi penyebab rendahnya hasil dari kata medium. Medium dapat
evaluasi pembelajaran diatas. didefinisikan sebagai perantara atau
Selama ini, matematika disekolah pengantar terjadinya komunikasi dari
di Indonesia lebih diinspirasi oleh pengirim menuju penerima (Heinich
pandangan absolut bahwa matematika et.al., 2002; Ibrahim, 1997; Ibrahim
dipandang sebagai kebenaran mutlak, et.al., 2001). Media pembelajaran akan
sebagai produk yang siap pakai. Sisa membantu guru dalam penyampaian
diperlakukan sebagai objek belajar, materi matematika yang kompleks dan
prosedur-prosedur matematika. Selain abstrak agar dapat dibuat lebih sederhana
itu, guru-guru juga tidak mengetahui dan konkrit. Unuk membantu
bahwa proses terpenting dalam penggunaan media agar lebih menarik,
bermatematika adalah nalar bukan maka dibutuhkan penerapan model
kemampuan berhitung. Proses pembelajaran agar siswa lebih tertarik
pembelajaran matematika kebanyakan untuk terlibat aktif dalam pembelajaran.
masih menggunakan paradigma yang ketika siswa dapat terlibat aktif dalam
lama dimana guru memberikan pembelajaran, maka pembelajaran akan
pengetahuan kepada siswa secara pasif. lebih bermakna bagi siswa.
Guru mengajar dengan metode Penelitian ini berusaha untuk
konvensional yaitu metode ceramah dan menyajikan alternatif pemecahan
mengaharapkan siswa duduk, diam, masalah tersebut. Alternatif
dengar, catat dan hafal sehingga kegiatan pembelajaran matematika agar siswa
belajar mengajar menjadi monoton dan terlibat aktif dalam proses pembelajaran
kurang menarik perhatian siswa dalam matematika adalah dengan penggunaan
memahami mata pelajaran matematika. media petak bangun datar dalam
Menyikapi permasalahan pembelajaran matematika. Melalui
tersebut, perlu adanya inovasi-inovasi penggunaan media pembelajaran ini,
dalam proses pembelajaran matematika dharapkan siswa dapat terlibat aktif
dalam proses membangun pemehaman membekali peserta didik dengan
konsep luas bangun datar. Untuk kemampuan berpikir logis, analitis,
mendukung penggunaan media ini, akan sistematis, kritis, dan kreatif, serta
digunakan model pembelajaran kemampuan bekerja sama
penemuan terbimbing. Didalam (Permendiknas No. 22 tahun 2006).
pandangan Bruner, belajar dengan Soedjadi (2000) mengatakan bahwa
penemuan adalah belajar untuk ketika usia siswa semakin meningkat
menemukan, dimana seorang siswa yang berarti tahap perkembangannya
dihadapkan dengan suatu masalah atau juga meningkat, semesta berangsur
situasi yang tampaknya ganjil sehingga diperluas lagi. Selanjutnya, sifat abstrak
siswa dapat mencari jalan pemecahan. objek matematika tetap ada dalam
Dalam kegiatan pembelajarannya siswa matematika sekolah. Seorang guru
disarankan untuk menemukan sesuatu, matematika harus mengusahakan agar
merumuskan suatu hipotesa, atau fakta, konsep, operasi, ataupun prinsip
menarik suatu kesimpulan sendiri dalam matematika terlihat konkret sesuai
(Markaban, 2008, hlm:16-23). dengan perkembangan penalaran siswa.
Pada proses penemuan Umur siswa Sekolah Dasar (SD)
terbimbing ini guru bertindak sebagai berkisar antara 6 atau 7 tahun sampai
penunjuk jalan, ia membantu siswa agar dengan 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget
menggunakan ide, konsep, dan (dalam Heruman, 2007:1), mereka
keterampilan yang sudah mereka pelajari berada pada tahap operasional konkret.
sebelumnya untuk mendapatkan Pada tahap ini, siswa menguasai struktur
pengetahuan yang baru. Pengajuan dasar dari bilangan, geometri, dan
pertanyaan yang tepat oleh guru akan pengukuran. Piaget (dalam Heruman,
merangsang kreativitas siswa dan 2007:1) menambahkan bahwa
membantu mereka dalam menemukan kemampuan yang tampak dalam tahap
pengetahuan yang baru tersebut. ini adalah kemampuan dalam proses
berpikir untuk mengoperasikan
B. Kajian Pustaka kaidahkaidah logika, meskipun masih
Mata pelajaran matematika perlu terikat dengan objek yang bersifat
diberikan pada semua peserta didik konkret. Siswa SD masih terikat dengan
mulai dari sekolah dasar untuk objek yang dapat ditangkap oleh panca
indra jika dilihat dari usia perkembangan hlm. 229-235) pemahaman konsep
kognitif. Heruman (2007:2) berpendapat sebagai kemampuan siswa untuk: (1)
bahwa dalam pembelajaran matematika menjelaskan konsep, dapat diartikan
yang abstrak, siswa memerlukan alat siswa mampu untuk mengungkapkan
bantu berupa media dan alat peraga yang kembali apa yang telah dikomunikasikan
dapat memperjelas apa yang akan kepadanya. (2) menggunakan konsep
disampaikan oleh guru sehingga lebih pada berbagai situasi yang berbeda (3)
cepat dipahami dan dimengerti oleh mengembangkan beberapa akibat dari
siswa. adanya suatu konsep, dapat diartikan
Alat bantu yang digunakan dalam bahwa siswa paham terhadap suatu
pembelajaran bangun datar di kelas IV konsep akibatnya siswa mempunyai
ini adalah media pembelajaran petak kemampuan untuk menyelesaikan setiap
bangun datar (panda). Medium dapat masalah dengan benar. Setelah siswa
didefinisikan sebagai perantara atau telah menguasai konsep bangun datar,
pengantar terjadinya komunikasi dari siswa akan dibimbing membuat rumus
pengirim menuju penerima (Heinich penyelesaian luas bangun datarnya
et.al., 2002; Ibrahim, 1997). Media sendiri.
merupakan salah satu komponen Untuk membimbing siswa dalam
komunikasi, yaitu sebagai pembawa proses menemukan konsepnya sendiri,
pesan dari komunikator menuju dibutuhkan model pembelajaran yang
komunikan. Media ini termasuk ke dapat mendukung kegiatan pembelajaran
dalam jenis media visual yaitu media tersebut. Salah satu model pembelajaran
yang mengandalkan indra penglihat. yang dapat digunakan adalah model
Fungsi media petak bangun datar ini penemuan terbimbing (Discovery
adalah sebagai perantara siswa dalam Learning). Discovery berasal dari kata
membangun pemahaman konsep tentang “discover” yang berarti menemukan dan
bangun datar. “discovery” adalah penemuan (Munir
Melalui penggunaan media dan Bambang, hlm: 145). Bahasa
pembelajaran ini, diharapkan siswa dapat Indonesia memberi pengertian discover
membangun pemahaman konsep luas sebagai menemukan. Makna
bangun datar. Menurut Duffin & menemukan dalam pembalajaran
Simpson (dalam Kesumawati, 2008, mengarah pada pengertian memperoleh
pengetahuan yang membawa kepada 2. Problem statement
suatu pandangan. Cara belajar dengan (mengidentifikasi masalah);
menemukan (discovery learning) ini memberikan kesempatan kepada
pertama kali dikenalkan oleh Plato siswa untuk mengidentifikasi
dalam dialog antara Socrates dan sebanyak mungkin masalah yang
seorang anak. Sedang guided dapat relevan dengan bahan pelajaran,
diartikan sebagai bimbingan atau kemudian memilih dan
terbimbing (Qorri’ah, 2015, hlm. 19-21). merumuskannya dalam bentuk
Dalam model ini, siswa didorong hipotesis (jawaban sementara dari
untuk berfikir sendiri sehingga dapat masalah tersebut).
menemukan prinsip umum berdasarkan 3. Data collection (pengumpulan data);
bahan atau data yang telah disediakan memberikan kesempatan kepada
oleh guru, dengan model penenemuan siswa mengumpulkan informasi
terbimbing ini, diharapkan dapat yang relevan sebanyak-banyaknya
mengubah gaya belajar siswa sehingga untuk membuktikan benar tidaknya
siswa menjadi aktif dalam mengikuti hipotesis tersebut.
pelajaran. Sampai seberapa jauh siswa 4. Data processing (pengolahan data);
dibimbing, tergantung pada mengolah data yang telah diperoleh
kemampuannya dan materi yang sedang siswa melalui kegiatan wawancara,
dipelajari. observasi, dan lain lain. Data
Menurut Muhibbin (Qorri’ah, tersebut kemudian ditafsirkan.
2015, hlm. 19-21), bahwa tahap-tahap 5. Verifikasi; mengadakan
penerapan dalam di salah scovery pemeriksaan secara cermat untuk
lerning adalah sebagai berikut: membuktikan benar tidaknya
1. Stimulus (pemberian perangsang); hipotesis yang ditetapkan dengan
kegiatan belajar dimulai dengan hasil pengolahan data.
memberikan pertanyaan yang 6. Generalisasi; mengadakan penarikan
merangsang berpikir siswa, kesimpulan untuk dijadikan prinsip
menganjurkan dan mendorongnya umum yang berlaku untuk semua
untuk membaca buku dan aktivitas kejadian atau masalah yang sama
belajar lain yang mengarah kepada dengan memperhatikan hasil
persiapan pemecahan masalah. verifikasi.
Pada proses penemuan e. Doubble tape
terbimbing ini guru bertindak sebagai 3. Proses pembuatan

penunjuk jalan, ia membantu siswa agar a. Gambarlah petak pada plastik


mika dengan ukuran 2 cm x 2
menggunakan ide, konsep, dan
cm. Gambarlah sehingga
keterampilan yang sudah mereka pelajari memenuhi seluruh bagian karton.
sebelumnya untuk mendapatkan b. Buatlah petak-petak kecil dengan
menggunakan kertas warna
pengetahuan yang baru. Pengajuan
berukuran 2 cm x 2 cm
pertanyaan yang tepat oleh guru akan c. Buatlah bentuk bangun datar lain
merangsang kreativitas siswa dan (segitiga, siku-siku, samakaki,
samasisi, jajargenjang, trapesium,
membantu mereka dalam menemukan
jajargenjang dan belah ketupat)
pengetahuan yang baru tersebut. Metode buatlah masing-masing dua buah.
ini memerlukan waktu yang relatif Sesuaikan ukuran dengan luas
banyak dalam pelaksanaannya, akan petak mika yang dibuat.
d. Tempelkan doubble tape pada
tetapi hasil belajar yang dicapai tentunya bagian belakang setiap bangun
sebanding dengan waktu yang datar.
digunakan. 4. Prosedur penggunaan media
Mata Pelajaran : Matematika

1. Profil Media Materi : Bangun Datar

Media Pembelajaran petak Kelas/Semester : IV/I

bangun datar merupakan salah satu KD :

media pembelajaran visual karena 3.9 Menjelaskan dan menentukan

menggunakan alat indra penglihatan keliling dan luas daerah

dalam penggunannya. persegi, persegipanjang, dan


segitiga
4.4 Menyelesaikan masalah
berkaitan dengan keliling dan
luas daerah persegi,
persegipanjang, dan segitiga

2. Alat dan bahan Adapun tujuan dari penggunaan

a. Kertas mika media pembelajaran “petak ajaib”


b. Spidol a. Siswa mampu memahami konsep
c. Kertas warna keliling dan luas bangun datar
d. Karton
b. Siswa mampu membuat rumusnya mengetahui cara mencari luas bangun
sendiri cara tentang cara datar menggunakan rumus sendiri.
menentukan keliling dan luas Guru membagikan media petak
bangun datar. bangun datar kepada setiap
c. Siswa mampu membuat bentuk kelompok.
bangun datar sendiri dan c. Data Collection
menentukan luas bangun datarnya Siswa bersama dengan
sendiri. kelompoknya melakukan
Materi bangun datar akan penyelidikan untuk menemukan
disampaikan kepada siswa melalui rumusnya sendiri dengan bantuan
model pembelajaran penemuan lembar kerja. Penyelidikan
terbimbing (discovery learnig). dilakukan melalui media petak
Langkah-langkah pembelajaran pun bangun datar dengan
disesuaikan dengan langkah menggunakan pemandu berupa
pembelajaran yang ada pada model lembar kerja. Setiap kelompok
pembelajaran tersebut. menggunakan lembar kerja untuk
a. Stimulus memahami penggunaan media
Siswa memperhatikan pembelajaran.
penjelasan guru mengenai konsep d. Data Prossesing
luas suatu bangun datar, kemudian Siswa mengolah data
melakukan diskusi mengenai materi yang ditemukannya pada saat
tersebut.Guru memotivasis siswa agar penyelidikan kemudian
tertarik untuk menemukan cara merumuskan sendiri cara
menghitung luas. Siswa dibagi menghitung luas suatu bangun
kedalam beberapa kelompok. datar. Setelah melakukan
b. Problem statement penyelidikan sesuai dengan
Pemberian masalah kepada lembar kerja, siswa mencoba
siswa yaitu bagaimana cara menyusun kesimpulan terhadap
menghitung luas suatu bangun datar hasil penyelidikannya kemudian
menggunakan rumus. Siswa diajak menyusun rumus bangun
untuk melakukan penemuan terhadap datarnya sendiri.
suatu bangun datar. Bagaimana cara
e. Verifikasi konteks. Hal ini meliputi penalaran
Setiap kelompok matematik dan pengunaan konsep,
mempresentasikan hasil prosedur, fakta dan lat matematika untuk
penemuannya di depan kelas mendeskripsikan, menjelaskan, dan
kemudian memverifikasi hasil kerja mempresiksi fenomena. Hal ini
kelompoknya bersama kelompok lain. menuntun individu untuk mengnali
f. Generalisasi peranan matematika dalam kehidupan
Guru melakukan konfirmasi dan membuat penilaian yang baik dan
mengenai luas bangun datar pengambilan keputusan yang dibutuhkan
kemudian bersama dengan siswa oleh penduduk yang konstruktif, dan
merumuskan generalisasi dari materi reflektif.
yang telah disampaikan. Pengertian ini mengisyaratkan
5. Literasi matematika literasi matematika tidak hanya pada
Dalam PISA literasi matematika penguasaan materi saja akan tetapi
diartikan sebagai berikut: hingga kepada pengunaan penalaran,
“Mathematical literacy is an konsep, fakta dan alat matematika dalam
individual’s capacity to formulate, pemecahan masalah sehari-hari. Selain
employ, and interpret mathematics in a itu, literasi matematika juga menuntut
variety of contexts. It includes reasoning seseorang untuk mengkomunikasikan
mathematically and using mathematical dan menjelaskan fenomena yang
concepts, procedures, facts and tools to dihadapinya dengan konsep matematika.
describe, explain and predict
phenomena. It assists individuals to 6. Spatial Literacy
recognizes the role that mathematics Kemampuan literasi ini tidak
plays in the world and to make the well- hanya terbatas pada kemampuan
founded judgments and decisions needed mengunakan aspek berhitung dalam
by constructive, engaged and reflective matematika saja, tetapi juga melibatkan
citizens”(OECD, 2012). pengetahuan yang lebih luas (De Lange
Literasi matematika merupakan dalam Sari, 2015 hlm. 715). Menurut De
kapasitas individu untuk Lange (dalam Sari, 2015 hlm. 715),
memformulasikan, mengunakan, dan literasi matematika mencakup spatial
menafsirkan matematika dalam berbagai literacy, numeracy dan quantitative
dimana hubungan dari ketiganya Numeracy dapat diterjemahkan
digambarkan dalam bagan berikut: dengan lebih singkat menjadi
kemampuan memecahkan masalah nyata
yang terkait dengan bilangan.
Lebih luas dari numeracy,
quantitative literacy merujuk pada
kemampuan seseorang untuk
mengidentifikasi, memahami dan
Spatial literacy merupakan mengunakan pernyataan kuantitif dalam
kemampuan yang mendukung konteks sehari-hari. Komponen utama
pemahaman kita terhadap dunia (3D) dari kemampuan ini adalah kemampuan
dimana kita tingal dan bergerak. Literasi untuk mengadaptasikan pernyataan
spasial merujuk pada kesadaran kita kuantitiatif dalam konteks yang familiar
akan ruang. Kemampuan ini maupun tidak (Hallet dalam Sari, 2015
mensyaratkan pemahaman akan sifat hlm. 715).
objek, posisi relative dan hal lain yang 7. Jurnal Internasional
terkait dengan keruangan (De Lange Penelitian sebelumnya yang
dalam Sari, 2015 hlm. 715). terkait dengan pembelajaran bangun
Selanjutnya, numeracy menurut datar telah dilakukan yaitu sebagai
Traffer’s (De Lange dalam Sari, 2015 berikut:
hlm. 715). merupakan kemampuan untuk a. The Effectiveness of Learning by
mengelola bilangan dan data dan untuk PBL Assisted Mathematics Pop Up
mengevaluasi pernyataan berdasarkan Book Againts The Spatial Ability in
masalah dan kenyataan yang melibatkan Grade VIII on Geometry Subject
proses mental dan estimasi pada konteks Matter
nyata. Kemampuan ini mencakup Oleh Scolastika Mariani, Wardono,
kemampuan untuk mengidentifikasi, dan Elyn Diah Kusumawardani
memahami, mengunakan pernyataan Penelitian ini menerapkan
numeris dalam berbagai konteks pembelajaran bangun datar
keseharian ( Adeyemi dalam Sari, 2015 menggunakan media pembelajaran buku
hlm. 715). pop up melalui model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL).
Beberapa teori yang mendasari Mathematics Pop Up Book adalah
penelitian ini diantaranya: kombinasi antara siswa buku dan alat
Prabowo & Ristiani (2011) mengatakan peraga matematika. Blumel dan Taylor,
bahwa permasalahan yang berkaitan di Rahmawati (2012), mengatakan
dengan geometri di sekolah disebabkan bahwa kegunaannya Buku pop-up
oleh Tingkat abstraksi objek geometris adalah: (1) mengembangkan cinta buku
tinggi dan kemampuan untuk dan membaca untuk anak-anak, (2)
memvisualisasikan objek abstrak (spasial menjembatani hubungan antara situasi
kemampuan) rendah. Kemampuan kehidupan nyata dan simbol yang
spasial adalah kemampuan untuk mewakili mereka, (3) Matematika Pop
menangkap dunia luar secara tepat atau Up Buku dapat mengembangkan
kata lain kemampuan untuk pemikiran kritis dan pemikiran kreatif
memvisualisasikan gambar (Gardner, bagi siswa, dan (4) Matematika Pop Up
dalam Harmony & Theis: 2012). Buku dapat membantu siswa memahami
Maier (1998) menyebutkan Lima makna pelajaran dan buku Matrix Pop
elemen kemampuan spasial adalah: (1) Up Book dapat Anda dapatkan keinginan
persepsi spasial, (2) visualisasi spasial, untuk membaca secara mandiri.
(3) mental, (4) Hubungan spasial, dan Hasil penelitian menunjukkan
(5) orientasi spasial. Pengembangan (1) Buku Pop Up Matematika adalah
media pembelajaran memang perlu kombinasi dari buku siswa dan alat
dilakukan terus menerus, mengikuti peraga matematika. Buku pop-up
kebutuhan siswa dan kemajuan zaman. digunakan pada tahap konsep penjelasan
Tantangan saat ini adalah membuat dan penerapan konsep melalui latihan.
media belajar yang menarik dan harus Secara keseluruhan penggunaan pop-up
praktis dan mendidik. Salah satu media buku dilakukan secara berkelompok.
yang bisa menjawab tantangan ini adalah Hasil kuesioner tentang
pop-up book. Mathematics Pop Up Book adalah sangat
Dzuanda, di Rahmawati bagus. (2) Hasil uji kemampuan spasial
(2012), jelaskan bahwa Mathematics Pop pada siswa kelas eksperimen mencapai
Up Book adalah buku yang telah kriteria kelengkapan klasik. (3)
bergerak bagian atau memiliki elemen 3- Kemampuan spasial di kelas eksperimen
D. Dalam penelitian ini, buku
siswa lebih tinggi dari kelas kontrol, dan mereka hadapi dalam pembelajaran
(4) Persentase minat siswa terhadap (Krischner, et al 2006; Hosnan, 2014).
pembelajaran matematika di kelas Metode penemuan ini merupakan
eksperimen lebih tinggi dari kelas komponen dari implementasi pendidikan
kontrol. Di Kesimpulannya, PBL dibantu sebagai pembelajaran heuristik, yaitu
Mathematics Pop Up Book ini efektif model pembelajaran yang terdiri dari
melawan spatial kemampuan di kelas metode yang dirancang untuk membuat
VIII pada bahan geometri. siswa berorientasi proses aktif:
b. Learning Geometry through memimpin oleh mereka, menemukan
Discovery Learning Using a Scientific mereka, dan membuat refleksi sendiri
Approach selama kegiatan belajar mereka.
Oleh : Akhsanul In’am dan Siti Hajar Model pembelajaran penemuan
adalah proses mental dimana siswa
Penelitian ini mengenai mengasimilasi konsep yang terdiri dari
pembelajaran geometri melalui model mengamati, mengelompokkan,
pembelajaran Discovery Learning. hypothezing, menjelaskan, mengukur,
Penelitian ini membahas tentang model dan menyimpulkan (Klahr & Nigam,
pembelajaran Discovery Learning dalam 2004). Melalui cara ini, siswa mungkin
pembelaran matematika pada materi mengalami proses mental sendiri; guru
geomerti sebagai salah satu inovasi hanya membimbing dan
dalam proses pembelajaran. selain menginstruksikan mereka. Hasil
menggunakan model discovery learning, kegiatan belajar siswa diperoleh melalui
pembelajaran dalam penelitian ini juga tes geometri. Hasil penelitian
menggunakan pendekatan saintifik. menunjukkan bahwa guru mampu
Beberapa teori yang mendasari melaksanakan kegiatan pembelajaran
penelitian ini dantaranya : Melalui model yang telah direncanakan sebelumnya dan
ini, siswa menemukan sesuatu yang kegiatan lean mereka mungkin dapat
mereka pelajari sendiri. Ini tidak berarti memperbaiki aktivitas belajar siswa.
bahwa apa yang ditemukan dalam Selain itu, lima aspek pendekatan ilmiah
kegiatan belajar benar-benar baru, tapi yaitu mengamati, mengajukan
karena usaha mereka sendiri, mungkin pertanyaan, penalaran, usaha dan
menemukan solusi untuk masalah yang presentasi, telah dilaksanakan dengan
baik. Kegiatan siswa juga dilakukan yang mencolok, tunda model geometris
sesuai rencana dan semua aspek kegiatan dari langit-langit kelas Anda, libatkan
pembelajaran sebagaimana dinyatakan murid Anda dalam membuat berbagai
dalam pendekatan dapat dikatakan hal dan membayangkan sesuatu,
berjalan dengan baik. Nilai rata-rata membuat mereka memutuskan definisi
hasil belajar siswa dalam kelompok dan kemudian mengeksplorasi
ditemukan 96; sedangkan hasil belajar konsekuensi logisnya. Terlalu banyak
individual mereka ditemukan 95. siswa memilih dengan kaki mereka dan
Kondisi ini menunjukkan bahwa hasil berhenti belajar matematika. Geometri
belajar siswa berada di bawah kategori dapat membantu membuat mereka tetap
yang sangat baik. terlibat. Perkembangan baru dalam
c. Issues in the teaching and learning of teknologi komputasi berarti bahwa abad
geometry ke-21 akan menjadi satu di mana
Oleh : Keith Jones pemikiran dan visualisasi spasial sangat
Penelitian ini mengenai isu-isu penting. Geometri adalah tempat dimana
dan permasalahan dalam pembelajaran semua keterampilan penting dipelihara.
geometri. Jurnal ini berisi penjelasan Terlibatlah dengan geometri sendiri dan
permasalahan yang sering dihadapi dapatkan pemikiran murid Anda secara
dalam pembelajaran geometri beserta geometris.
ide-ide dalam proses pembelajaran
geometri. Pembelajaran geomerti dalam C. Metode Penelitian
penelitian ini juga mendukung Penelitian ini menggunakan rancangan
pembelajaran matematika berbasis penelitian deskriptif naratif . Penelitian
discovery dan pemberian tugas dan deskriptif naratif ini bertujuan untuk
berbasis masalah. mendeskripsikan data secara sistematis
Hasil dari penelitian ini adalah dan faktual sehingga dapat
sebagai berikut. Geometri adalah bagian menggambarkan keadaan subjek pada
dari kurikulum matematika yang saat itu. Menurut Webster dan Metrova,
memungkinkan untuk bersenang-senang. narasi (narrative) adalah suatu metode
Ini bersifat visual, intuitif, kreatif, dan penelitian di dalam ilmu-ilmu sosial. Inti
menuntut. Gunakan imajinasi Anda dan dari metode ini adalah kemampuannya
ketuk murid Anda. Buat tampilan kelas untuk memahami identitas dan
pandangan dunia seseorang dengan pembelajaran yang menjadi fokus
mengacu pada cerita-cerita (narasi) yang pengamatan meliputi kegiatan awal,
ia dengarkan ataupun tuturkan di dalam kegiatan inti dan kegiatan akhir.
aktivitasnya sehari-hari. Partisipan yang 1. Kegiatan Awal
terlibat dalam kegiatan penelitian ini Kegiatan awal pembelajaran
adalah peneliti sebagai guru model dan dimulai oleh guru dengan membuka
dua orang observer. Penelitian proses pembelajaran. kemudian guru
dilaksanakan di SDN Sariwangi mulai menstimulus siswa dengan
semeseter satu tahun ajaran 2016/2017 menyampaikan tujuan dan cakupan
pada tanggal 27 November 2017. Subjek materi yang akan dipelajari olehh siswa.
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas Pada kegiatan awal ini guru berusaha
IV dengan jumlah 35 orang. memotivasi siswa untuk melakukan
Teknik pengumpulan data kegiatan eksplorasi penemuan rumus
dilakukan dengan teknik Observasi yang luas bangun datar. Kemudian guru
dilakukan oleh observer yang terlibat membagi siswa ke dalam beberapa
langsung dalam pencatatan data tentang kelompok. Setelah kelompok terbentuk,
aktivitas siswa dalam proses guru menjelaskan lembar kerja yang
pembelajaran dikelas. Instrumen yang akan digunakan oleh siswa dalam proses
digunakan adalah lembar observasi pembelajaran.
aktivitas siswa. Adapun data yang Temuan peneliti dan observer
dikumpulkan dengan teknik observasi pada kegiatan awal pembelajaran ini
adalah 1) data keterlaksanaan adalah siswa belum cukup antusias
pembelajaran, 2) data respon siswa dalam mengikuti pembelajarna. Siswa
dalam proses pembelajaran. Analisis kurang termotivasi dalam melakukan
deskriptif digunakan untuk menguraikan kegiatan pembelajaran. siswa kooperatif
data hasi observasi yang dilakukan oleh dalam proses pembegian kelompok
peneliti dan onserver. karena siswa sudah terbiasa bekerja
dalam kelompok. Ketika penyampaian
D. Hasil dan Pembahasan tugas kelompok, siswa kurang dapat
Kegiatan observasi dilakukan memahami apa yang disampaikan oleh
untuk mengamati setiap langkah guru, oleh karenanya penyampaian
pembelajaran. langkah-langkah
tugas harus menggunakan kalimat f. Data Collection
sederhana yang dimengerti oleh siswa. Siswa bersama dengan
2. Kegiatan Inti kelompoknya melakukan penyelidikan
Materi bangun datar akan untuk menemukan rumusnya sendiri
disampaikan kepada siswa dengan bantuan lembar kerja.
menggunakan media pembelajaran Penyelidikan dilakukan melalui media
petak bangun datar melalui model petak bangun datar dengan
pembelajaran penemuan terbimbing menggunakan pemandu berupa lembar
(discovery learnig). Langkah-langkah kerja. Setiap kelompok menggunakan
pembelajaran pun disesuaikan dengan lembar kerja untuk memahami
langkah pembelajaran yang ada pada penggunaan media pembelajaran.
model pembelajaran tersebut.
d. Stimulus
Guru melakukan kegiatan yang
dapat menstimulus dan memotivasi
siswa untuk melakukan penemuan luas
bangun datar. Setelah itu, siswa dibagi
kedalam 4 kelompok. Siswa terlihat
masih kebingungan ketika guru Dalam setiap kelompok terdapat
membuka pembelajaran. Ketika beberapa siswa yang dominan dan
pembagian kelompok, terlihat siswa sisanya kurang dominan. Siswa
antusias dalam mengikuti pembelajaran. dominan sangat antusias dalam
e. Problem statement mengerjakan lembar kerja. Setiap
Guru membagikan media petak kelompok relatif cepat dalam
bangun datar dan lembar kerja kepada mengerjakan lembar kerjanya. Siswa
setiap kelompok. Kemudian guru sering bertanya tentang langkah dalam
menjelaskan penggunaan media melalui lembar kerja. Disinilah peran guru
lembar kerja. Siswa menampakkan dalam proses penemuan terbimbing,
respon yang berbeda-beda, ada yang yaitu membimbing siswa untuk
terlihat antusias ketika diberikan media melakukan penemuan. Hanya beberapa
dan LK, ada juga yang biasa saja dan siswa dalam kelompok yang terlibat
realtif diam. aktif dalam kegiatan penemuan, mereka
berlomba untuk melaporkan hasil i. Generalisasi
kerjanya. Siswa yang dominan terlihat Guru melakukan konfirmasi
kurang kooperatif dalam membantu mengenai luas bangun datar kemudian
temannya untuk memahami konsep. bersama dengan siswa merumuskan
g. Data Prossesing generalisasi dari materi yang telah
Siswa mengolah data yang disampaikan. siswa memperhatikan
ditemukannya pada saat penyelidikan dengan seksama ketika proses
kemudian merumuskan sendiri cara menyimpulkan hasil pembelajaran yaitu
menghitung luas suatu bangun datar. pemahaman konsep luas bangun datar.
Setelah melakukan penyelidikan sesuai 3. Kegiatan Akhir
dengan lembar kerja, siswa mencoba Pada langkah ini, siswa diajak
menyusun kesimpulan terhadap hasil untuk membuat karya seni tempel.
penyelidikannya kemudian menyusun Pembuatan karya seni tempel ini
rumus bangun datarnya sendiri. Siswa memanfaatkan media petak bangun datar
terlihat kebingungan ketika proses sebagai alat dan bahannya. Setiap
penyusunan kesimpulan. Guru harus kelompok membuat satu karya tempel
sering mengunjungi kelompok untuk bangun datar kemudian menghitung
memantau hasil pekerjaan siswa. Setelah luasnya.
memperoleh bimbingan dari guru, siswa
dapat menyusun kesimpulan dan
menentukan rumusnya sendiri.
h. Verifikasi
Setiap kelompok
mempresentasikan hasil penemuannya di
depan kelas kemusdian memverifikasi
hasil kerja kelompoknya bersama
kelompok lain. Setiap kelompok terlihat
puas dan senang ketika
mempresentasikan rumus buatannya Pada kegiatan akhir sebelum
sendiri di depan kelas. Terdapat berbagai pembelajaran selesai, guru melakukan
macam rumus yang disusun oleh setiap kegiatan refleksi. Refleksi dilakukan
kelompok. untuk mengaitkan pembelajaran yang
telah dilakukan dengan pemanfaatannya F. Daftar Rujukan
dalam kegiatan sehari-hari. Guru Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi
Mata Pelajaran Matematika
mengaitkan materi luas bangun datar ini
Sekolah Menengah dan Madrasah
dengan pemanfaatannya seperti Aliyah. Jakarta: Depdiknas.
Heruman. (2008). Model Pembelajaran
menghitung luas tanah dan luas kain.
Matematika Di Sekolah Dasar.
Siswa banyak yang sudah mengetahui Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Ibrahim, H. 1997. Media pembelajaran:
luas tanah dan luas kain.
Arti, fungsi, landasan pengunaan,
klasifikasi, pemilihan, karakteristik
oht, opaque, filmstrip, slide, film,
E. Simpulan
video, Tv, dan penulisan naskah
Makalah ini menyajikan uraian slide. Bahan sajian program
pendidikan akta mengajar III-IV.
narasi penerapan media pmbelajaran
FIP-IKIP Malang.
petak bangun datar (panda) sebagai Kesumawati, N. (2008). Pemahaman
Konsep Matematik dalam
alternatif pembelajaran matematika
Pembelajaran Matematika.
meteri bangun datar di sekolah dasar. Semnas Matematika dan
Pendidikan Matematika.
Berdasarkan hasil observasi, penelitian
Leonard Webster dan Patricie Metrova
ini menggambarkan aktivitas siswa (1953),Using Narrative Inquiry as
a Research Method dalam: Metode
dalam kegiatan pembelajaran bangun
Penelitian Naratif.
datar menggunakan media petak bangun https://rumahfilsafat.com/ di
posting pada 28/11/2009.
datar. Penerapan media petak bangun
Markaban. (2008). Model Penemuan
datar ini membimbing siswa untuk ikut Terbimbing pada Pembelajaran
Matematika SMK. Yokyakarta:
terlibat dalam aktif dalam proses
Pusat Pengembangan dan
pembelajaran. siswa dapat bekerja sama Pemberdayaan Pendidik dan
Tenaga Kependidikan Matematika.
dalam kelompok. Melalui media petak
Munir dan M. Bambang. Kamus Bahasa
bangun datar ini siswa membangun Inggris-Indonesia. Jakarta: Difa
Publiser.
pengetahuannya sendiri tentang luas
OECD, PISA 2012 Assesment and
bangun datar dan membuat rumusnya Analytical Framework:
Mathematics, Raeding, Science,
sendiri. Melalui model penemuan
Problem Solving and Financial
terbimbing siswa juga dapat melakukan Literacy, Paris: OECD Publisher,
2013.
kegiatan eksplorasi matematika.
Qorri’ah (2017, 9 Desember).
Penggunaan Metode Guided
Discovery Learning Untuk
Meningkatkan Pemahaman
Konsep Pada Pokok Bahasan
Bangun Ruang Sisi Lengkung,
[online] Education and Research. (8)(2).
repository.uinjkt.ac.id/.../100741- Hal. 531
QORRI'AH-FITK.P, Jakarta: UIN In’am, A & Hajar, S. (2017). Learning
Syarif Hidayatullah. Geometry through Discovery
Sari, R. 2015. Literasi Matematika: Apa, Learning Using a Scientific
Mengapa, Bagaimana?. Seminar Approach. International Journal of
Nasional Matematika UNY. Instruction. (1)(2). Hal. 55-70
Mariani, S, dkk. (2014). The Jones, K. (2002), Issues in the Teaching
Effectiveness of Learning by PBL and Learning of Geometry. In:
Assisted Mathematics Pop Up Linda Haggarty (Ed), Aspects of
Book Againts The Spatial Ability in Teaching Secondary Mathematics:
Grade VIII on Geometry Subject perspectives on practice. London:
Matter. International Journal of RoutledgeFalmer. Chapter 8, pp

Anda mungkin juga menyukai