Anda di halaman 1dari 4

UJIAN PROSEDUR TETAP PENYAKIT DALAM

RSU DARMAYU PONOROGO


UNTUK PARAMEDIS / BIDAN (PERBAIKAN)
________________________________________________________________
Waktu yang disediakan: 60 menit.

Petunjuk mengerjakan soal:


Pilihlah satu jawaban yang paling benar dan berilah tanda silang (X) pada
jawaban yang anda pilih. Apabila anda ingin mengubah pilihan jawaban, berilah
tanda lingkaran pada jawaban yang akan anda ubah, dan berilah tanda silang
(X) pada jawaban yang anda anggap paling benar.

1. Proses dekontaminasi pasien dengan intoksikasi bahan korosif dilakukan


dengan cara:

a. Memasang infus RL, dan segera memberikan bolus atropin


intravena, serta kumbah lambung.
b. Memandikan pasien dengan sabun mandi (termasuk mencuci
rambut pasien dengan shampoo), kumbah lambung, pemberian
basa kuat pada keracunan asam kuat untuk netralisasi.
c. Memberikan antidotum yaitu atropin intravena.
d. Melepas semua pakaian penderita yang terkena bahan toksin,
irigasi dengan air bersih dalam jumlah besar pada kulit dan mata,
meminumkan air atau susu bila pasien sadar.

2. Proses dekontaminasi pasien dengan intoksikasi organofosfat dilakukan


dengan cara:

a. Melepas semua pakaian penderita yang terkena bahan toksin,


kumbah lambung, dan pemberian atropin intravena.
b. Memandikan pasien dengan sabun mandi (termasuk mencuci
rambut pasien dengan shampoo), kumbah lambung, pemberian
norit via NGT.
c. Memberikan antidotum yaitu atropin intravena.
d. Memasang infus RL, dan segera memberikan bolus atropin
intravena.

3. Tanda-tanda telah terjadi proses atropinisasi pada pasien dengan intoksikasi


organofosfat adalah:

a. Pupil miosis, bradikardia, mulut kering, pasien gelisah.


b. Pupil miosis, takikardia, mulut basah, pasien tenang.
c. Tidak ada perubahan pupil, pasien menjadi tenang.
d. Pupil midriasis, takikardia, mulut kering, pasien gelisah.

4. Tindakan yang anda lakukan apabila ada keluarga pasien yang melaporkan
bahwa pasien tiba-tiba menjadi tidak sadar (sebelumnya masih sadar penuh),
maka adalah:

a. Segera cek ABC pasien, cek GDA dengan mengambil sampel


darah vena untuk dikirimkan ke lab, periksa EKG, periksa suhu
rektal, kemudian baru melaporkan ke dokter jaga.
b. Segera melaporkan ke dokter jaga, dan bila perlu telpon langsung
ke dokter spesialis yang merawat pasien.

Halaman 1 dari 4
c. Segera memberikan injeksi dekstrose 40% 50 ml intravena,
kemudian baru melaporkan ke dokter jaga.
d. Segera cek ABC pasien, cek GDA dengan glucostick-meter, periksa
EKG, periksa suhu rektal, kemudian baru melaporkan ke dokter
jaga.

5. Ratio frekuensi pemberian napas buatan dibanding frekuensi pijat jantung


pada resusitasi jantung paru yang dilakukan oleh dua orang penolong adalah:

a. 5:1
b. 4:1
c. 5:2
d. 4:2

6. Ratio frekuensi pemberian napas buatan dibanding frekuensi pijat jantung


pada resusitasi jantung paru yang dilakukan oleh satu orang penolong
adalah:

a. 15 : 1
b. 4 : 1
c. 15 : 2
d. 4 : 2

7. Proses pemberian label sampel darah (pemberian nama, umur, dan nomor
rekam medik pasien) dan penempelan label tersebut pada kontainer yang
telah terisi sampel darah pasien untuk keperluan transfusi:

a. Harus dilakukan di ruangan laboratorium (lab), segera setelah


selesai pengambilan sampel darah tersebut.
b. Dapat ditunda dulu, sampai semua sampel darah pasien lainnya
terkumpul.
c. Harus dilakukan di tempat / ruangan dimana dilakukan
pengambilan sampel darah, segera setelah selesai pengambilan
sampel darah tersebut.
d. Tidak perlu dilakukan karena kemungkinan tertukar dengan sampel
darah pasien lainnya sangat kecil.

8. Pemantauan gula darah acak pada saat melakukan drip insulin:

a. Dilakukan setiap 15 menit sekali dengan glucostick-meter.


b. Dilakukan setiap 1 jam sekali dengan mengambil sampel darah
vena serta memeriksakannya ke laboraorium.
c. Dilakukan setiap 1 jam sekali dengan glucostick-meter.
d. Dilakukan setiap 2 jam sekali dengan glucostick-meter.

9. Tindakan yang harus dilakukan apabila anda mendapatkan pasien dalam


keadaan koma hipoglikemia adalah:

a. Segera memberikan infus RL dan injeksi dekstrose 10% 100 ml


intravena.
b. Segera memberikan injeksi Humulin R 10 unit subkutan dan cek
GDA ulang.
c. Segera memberikan injeksi dekstrose 40% 50 ml intravena dan
infus D5% atau D10%.
d. Melanjutkan pemberian insulin subkutan dan obat oral anti diabetik
via NGT.

Halaman 2 dari 4
Untuk soal nomor 10 sampai 15, pilihlah jawaban:
a. Jika pernyataan nomor 1, 2, dan 3 benar.
b. Jika pernyataan nomor 1 dan 3 benar.
c. Jika pernyataan nomor 2 dan 4 benar.
d. Jika pernyataan nomor 4 saja yang benar.
e. Jika pernyataan nomor 1, 2, 3, dan 4 benar (semua benar).
Tulislah jawaban anda pada kolom ( ) yang tersedia di bawah masing-
masing soal.

10.Pemantauan reaksi transfusi secara ketat:

1. Perlu dan harus dilakukan pada menit-menit pertama transfusi


(sekitar 5 – 10 ml darah transfusi pertama yang masuk).
2. Perlu dilakukan setelah 1 kantong darah sudah selesai diberikan
kepada pasien.
3. Diperlukan karena pada menit-menit pertama transfusi dapat terjadi
gejala rekasi transfusi berat yang berupa pasien gelisah, nyeri
dada, sesak napas, hipotensi, dan takikardia.
4. Perlu dilakukan setelah selesai pemberian 1 kantong darah, karena
sebelum kantong kedua dimasukkan sering terjadi rekasi hemolisis.
Jawaban ( )

11. Pemberian label / tulisan “Drip nama obat yang diberikan” , misalnya
“dopamin drip” :

1. Dilakukan sebelum memulai pemberian drip pada pasien.


2. Bukan merupakan suatu keharusan, karena sama sekali tidak
berguna.
3. Dapat berakibat fatal terhadap pasien (bahkan kematian) apabila
tidak dilakukan.
4. Tidak mempunyai pengaruh apapun meskipun dilakukan atau tidak
dilakukan.
Jawaban ( )

12.Yang harus ditulis pada lembar observasi dan pemberian obat apabila anda
melakukan drip suatu obat tertentu adalah:

1. Waktu mulai pemberian drip, dosis awal pemberian drip, dosis


pemberian drip yang disesuaikan dengan hasil pemantauan
(perubahan dosis), hasil pemantauan berkala dari perubahan
parameter yang diukur / dievaluasi.
2. Waktu pencampuran larutan drip, waktu selesai pencampuran drip,
dosis akhir pemberian drip.
3. Identitas pasien secara lengkap (nama, umur, sex, ruangan) dan
jenis drip yang diberikan.
4. Semua jawaban di atas benar.
Jawaban ( )

13.Pengambilan injeksi Humulin R / Actrapid dengan sediaan 100 unit / ml untuk


keperluan pembuatan larutan drip insulin:

1. Bisa dilakukan dengan spuit insulin berbagai ukuran, tanpa


memerlukan penghitungan untuk penyesuaian jumlah insulin yang
diambil.
2. Boleh dilakukan dengan spuit insulin 40 unit / ml atau 80 unit / ml,
dengan catatan harus dilakukan penghitungan untuk penyesuaian
jumlah insulin yang diambil.
3. Anda akan mengambil dengan spuit 3 ml atau 5 ml.
4. Paling baik dan aman dilakukan dengan menggunakan spuit insulin
100 unit / ml.
Jawaban ( )
Halaman 3 dari 4
14.Sehubungan dengan drip norepineprine, jawaban yang benar adalah:

1. Hindari pengenceran norepineprine dengan larutan NaCl 0,9%


(normal salin).
2. Satu ampul norepineprine (4 mg/ 4 ml) yang dilarutkan ke dalam 50
ml larutan dekstrose 5% akan menghasilkan 80 g per per 1 ml.
3. Dilakukan dengan infusion set mikrodrip.
4. Pemantauan tekanan darah dilakukan setiap 15 menit sekali,
sampai tercapai target tekanan darah yang diinginkan.
Jawaban ( )

15.Pernyataan yang benar mengenai larutan drip dopamin yang dibuat dari
pencampuran 1 ampul (200 mg/5ml) injeksi dopamin dengan 500 ml larutan
Dekstrose 5%, serta dipasang dengan infusion set makrodrip (1 ml = 20
tetes) adalah: NB: 1 mg = 1000 g (mikrogram)

1. Akan menghasilkan larutan dopamin dengan dosis 400 g per 1 ml.


2. Akan menghasilkan larutan dopamin dengan dosis 500 g per 1 ml.
3. Digunakan sebagai terapi hipotensi yang disertai dengan gejala
dan tanda syok.
4. Pemantauan perubahan tekanan darah dilakukan setiap 1 jam
sekali.
Jawaban ( )

Selamat mengerjakan…

Halaman 4 dari 4

Anda mungkin juga menyukai