BUPATI BERAU,
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
BAB II
POLA TATA KELOLA KORPORASI
Bagian Kesatu
IDENTITAS RUMAH SAKIT
Pasal 2
(1) RSUD Talisayan Kabupaten Berau adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
Kesehatan di Pemerintah Kabupaten Berau Provinsi Kalimatan Timur yang mulai
beroperasi mulai tanggal 1 November 2016, peresmian tanggal 1 Oktober 2015 oleh
Plt. Bupati Berau Bapak Drs. Jhonie Marhansyah berlokasi di Kecamatan Talisayan
Kabupaten Berau.
(2) Logo RSUD Talisayan Kabupaten Berau adalah logo Pemerintah Kabupaten Berau.
Bagian Kedua
VISI, MISI, MOTO DAN BUDAYA KERJA
Pasal 3
VISI :
Penyedia Layanan Kesehatan yang Unggul dan Terpercaya yang Berorientasi pada
Kebutuhan Masyarakat
MISI :
1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu, profesional dengan
mengutamakan keselamatan pasien.
4. Menyelenggarakan tata kelola sumber daya rumah sakit yang efektif dan efisien.
MOTTO :
Melayani Lebih Baik
Bagian Ketiga
KEDUDUKAN RUMAH SAKIT
Pasal 4
(1) Rumah Sakit Umum Pratama Talisayan merupakan Rumah Sakit Umum kedua yang
berada di wilayah Kabupaten Berau. Rumah Sakit ini didirikan karena kebutuhan
pelayanan kesehatan masyarakat Berau yang semakin meningkat dan upaya
Pemerintah Daerah agar masyarakat yang mau berobat tidak perlu lagi ke kota
Tanjung Redeb yang ditempuh dalam waktu 4 – 7 jam.
Bagian Keempat
TUJUAN, TUGAS DAN FUNGSI RUMAH SAKIT
Pasal 5
(1) Tujuan yang akan dicapai oleh upaya manajemen RSUD Talisayan Kabupaten Berau
adalah menjadikan RSUD TalisayanKabupaten Berausebagai salah satu rumah sakit
yang :
a. Menyelenggarakan pelayanan medis, penunjang medis, non medis.
b. Menngkatkan tertib administrasi.
c. Meningkatkan pelayanan rujukan.
d. Melengkapi sarana dan prasarana.
e. Meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM.
f. Menjadikan Rumah Sakit Mandiri.
g. Mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui penyelenggaraan upaya
pelayanan kesehatan perorangan (UKP) yang bermutu dan terjangkau serta
seoptimal mungkin dapat menumbuhkan iklim persaingan sehat dan kemitraan
dengan upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah pada masyarakat yang membutuhkan, serta merupakan acuan/rujukan
(reference) dari pelayanan kesehatan Wilayah Kabupaten Berau
h. Mampu menjadi rumah sakit yang menjadi pilihan utama masyarakat dan mampu
memberikan pelayanan yang memuaskan pelanggan
i. Unit potensial dikelola sebagai system bisnis
j. Net profit meningkat dari unit-unit penghasil potensial
k. Pengembangan investasi jangka pendek yang makin bervariasi
l. Penghargaan profesi yang diberikan berbasis peningkatan kinerja,prestasi,dedikasi
dan loyalitas sesuai dengan karakter keahlian.
Untuk mencapai tujuan tersebut RSUD Talisayan Kabupaten Berau, berpedoman
pada :
a. Tujuan sistem kesehatan nasional;
b. Kaidah dan etika ilmu pengetahuan;
c. Harapan dan kebutuhan masyarakat yang selaras dan seimbang dengan kemampuan
mayarakat;
d. Harapan dan kebutuhan staf RSUD Talisayan Kabupaten Berau yang selaras dan
seimbang dengan harapan dan kebutuhan masyarakat.
(2) Untuk mencapai visi 2016-2021, upaya tugas pokok dan fungsi yang dilaksanakan
merupakan tahapan misi RSUD Talisayan Kabupaten Beraudengan berpedoman
pada azas-azas sebagai berikut :
a. Penyelenggaraan jasa layanan klinikal yang baik (good clinical care
governance), meliputi :
1. Good Corporate governance adalah serangkaian kegiatan dengan
menerapkan kaidah praktek bisnis sehat yang dikelola secara profesional
tanpa mencari keuntungan yang sebesar-besarnya agar tetap dapat
menutupi biaya operasional dan investasi jangka pendek.
2. Good Clinical Governance, adalah serangkaian kegiatan untuk
meminimalisasi resiko klinis yang mungkin akan membahayakan pasien
dan pengunjung yang dilakukan secara sistematis melalui pendekatan :
Bagian Kelima
KEDUDUKAN PEMERINTAH DAERAH
Pasal 6
(2) Secara administratif Kabupaten Berau memiliki batas wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bulungan
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Sulawesi
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Kutai Timur
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kutai Timur
Bagian keenam
DEWAN PEMBINA DAN DEWAN PENGAWAS
Pasal 7
(1) BLUD RSUD Talisayan mengusulkan pembentukan dewan Pembina yang akan
ditetapkan oleh Bupati;
(2) Anggota dewan pembina sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dari berbagai
unsur yaitu Bupati dan Wakil Bupati, Sekretaris Kabupaten, Asisten Kabupaten, Unsur
Perencanaan, Unsur Pengawasan, Unsur Kesehatan dan Unsur Keuangan;
(3) Dewan pembina bertugas melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pengelolaan
BLUD yang dilakukan oleh pejabat pengelola sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
a. Memberikan pendapat dan saran kepada bupati mengenai RBA yang diusulkan oleh
pejabat pengelola;
e. Melakukan evaluasi dan penilaian kinerja baik keuangan maupun non keuangan,
serta memberikan saran dan catatan-catatan penting untuk ditindaklanjuti oleh
pejabat pengelola BLUD;
(5) Dewan pembina melaporkan pelaksanaan tugasnya sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), kepada bupati secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam satu tahun dan
sewaktu-waktu apabila diperlukan.
Pasal 8
Pasal 9
1. Dengan Peraturan Daerah dibentuk Struktur Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit
Umum DaerahTalisayan
2. RSUD TalisayanKabupaten Berau merupakan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)
dipimpin langsung oleh Direktur yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada
Bupati Berau melalui Kepala SKPD.
3. Pejabat Eselon IV a dan IV b dilingkungan RSUD Talisayan diangkat dan diberhentikan
oleh Bupati atas usulan Kepala SKPD.
Bagian kedelapan
Bagian kesembilan
PROSEDUR KERJA
Pasal 12
Prosedur Kerja yang dilaksanakan mengacu kepada fungsi yang dijabarkan dalam dokumen
turunan akan ditetapkan dengan Surat Keputusan Direktur RSUD Talisayan sebagai bagian
dari kelengkapan tugas dan fungsi masing-masing unit kerja dan pejabat struktural sesuai
dengan SOTK yang ditetapkan.
Bagian kesepuluh
ESELONISASI
Pasal 13
Eselonisasi yang diberlakukan mengacu kepada peraturan terakhir yang dikeluarkan oleh
Bupati Berau berpedoman kepada ketetapan yang memiliki kekuatan hukum terakhir yang
ditetapkan oleh pemerintah pusat.
a. Jenjang jabatan dan kepangkatan serta susunan kepegawaian diatur sesuai dengan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku
b. Eselonisasi pada RSUD Talisayan adalah sebagai berikut :
1. Direktur adalah jabatan struktur dengan Eselon IV a;
2. Kepala Sub Bagian Umum Adminitrasi dan Keuangan, Kepala Seksi Pelayanan Medis
dan Keperawatan,dan Kepala Seksi Penunjang Medis dan Non Medis adalah jabatan
struktur dengan Eselon IV b.
Bagian kesebelas
PENGELOLAAN SUMBERDAYA MANUSIA
Pasal 14
Bagian keduabelas
STANDAR PELAYANAN MINIMAL DAN TARIF LAYANAN
Pasal 15
(1) Kebijakan RSUD Talisayan dalam menyusun Standar Pelayanan Minimal adalah
penetapan Standar Pelayanan Minimal Unit Kerja sebagai Sasaran Mutu Unit Kerja yang
terdiri dari minimal 1 (satu) jenis standar yang merupakan core product dari unit kerja
tersebut dan atau sebagai representative dari perspektif kepuasan pelanggan.
(2) Sasaran mutu unit kerja yang selanjutnya ditetapkan sebagai Standar Pelayanan Minimal
merupakan sesuatu yang harus dicapai oleh unit kerja dan harus dijadikan dasar
penetapan rencana manajemen mutu sebagai suatu parameter yang dilengkapi oleh
dokumen mutu pendukung.
Pasal 16
Kebijakan yang berkaitan dengan penetapan tarif layanan mengacu kepada peraturan bupati
yang ditetapkan yang senantiasa akan ditinjau ulang secara berkala sesuai dengan eskalasi
dan perubahan nilai indeks komoditas yang berlaku di pasar dan diperhitungkan dalam
perhitungan berbasis unit cost, disamping itu untuk layanan kelas III pemerintah mengacu
kepada standar tarif yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan mengacu kepada pendekatan
INA-CBG’s yang berlaku.
Pasal 17
Prinsip pengelolaan keuangan yang berasal dari penerimaan fungsional rumah sakit
mengacu kepada Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) dan akan dilakukan perubahan secara
bertahap mengacu kepada pola standar Akuntasi Akuntan Indonesia (SAK) dengan prinsip
efesiensi dan efektifitas guna memperoleh kecepatan, ketersediaan dan akses layanan yang
tepat, sedangkan untuk sumber penerimaan yang berasal dari pemerintah daerah (DAU) akan
mengacu kepada standar yang ditetapkan berdasarkan peraturan Bupati mengacu kepada
ketentua Permendagri yang berlaku paling akhir.
Bagian Kedua
Pengelolaan Sumberdaya Lain
Pasal 18
1. Pimpinan BLUD selaku pengguna barang bertanggung jawab atas pengelolaan dan
penatausahaan barang milik BLUD yang berada dalam penguasanaanya dan
bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah Kabupaten
2. Pimpinan BLUD selaku pengguna barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dalam melaksanakan program dan kegiatan menunjuk kuasa pengguna barang BLUD
dan bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada Pimpinan BLUD selaku
pengguna barang.
3. Pengelolaan serta penatausahaan barang milik BLUD sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaporkasn secara periodik kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah
Kabupaten.
4. Penguasaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan kuasa yang
dilimpahkan oleh Kepala Daerah.
5. Pejabat Pengguna barang atau Kuasa pengguna barang dalam melaksanakan
program dapat menunjuk pejabat pada BLUD sebagai PPTK.
6. PPTK sebagaimana di maksud pada ayat (5) mempunyai tugas :
a. Mengendalikan pelaksanaan kegiatan.
b. Melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan; dan
c. Menyiapkan dokumen atas beban pelaksanaan kegiatan.
7. Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf c mencakup dokumen
administrasi kegiatan yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
8. Pengadaan barang dan jasa oleh BLUD dilakukan berdasarkan prinsip efisien dan
ekonomis sesuai dengan praktek bisnis yang sehat.
9. Kewenangan pengadaan barang dan jasa sebagaimana dimaksud ayat (1)
diselenggarakan berdasarkan jenjang nilai yang diatur dalam peraturan Bupati
10. BLUD diberikan fleksibel berupa pembebasan sebagian atau seluruhnya dari
ketentuan yang berlaku umum bagi pengadaan barang dan jasa Pemerintah bila
terdapat alasan efektifitas dan/atau efisien.
11. Fleksibilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (10) diberikan terhadap pengadaan
barang / jasa yang sumber dananya berasal dari :
a. Jasa pelayanan yang diberikan;
b. Hibah tidak terikat yang diperoleh dari masyarakat atau badan lain; dan atau
c. Hasil kerja sama BLUD dengan pihak lain dan/atau hasil usaha lainnya.
12. Pengadaan barang dan/atau jasa yang dibebaskan sebagian atau seluruhnya
sebagaimana dimaksud pada ayat (10) hanya berlaku bagi sumber dana selain dari
APBD.
13. Efektifitas dan/atau efisiensi sebagaimana dimaksud pada ayat (10) diwujudkan dalam
pelaksanaan pengadaan barang/jasa yang ditetapkan oleh Pimpinan BLUD dengan
mengikuti prinsip-prinsip trasnparansi, adil/tidak diskriminatif, akuntabel sesuai praktek
bisnis yang sehat dalam rangka peningkatan mutu pelayanan.
Bagian Ketiga
Pengelolaan Lingkungan Rumah Sakit
Pasal 19
Lingkungan rumah sakit akan dipertahankan mengacu kepada rasio antara lahan yang
tersedia dengan luas areal yang terbangun secara proporsional sehingga rumah sakit memiliki
lingkungan yang dapat menunjang proses kesembuhan penyakit lebih baik serta semua
limbah cair maupun padat dan infeksius tidak akan dibuang ke permukaan sehingga tidak
akan memberikan efek pencemaran terhadap lingkungan sekitar.
Bagian ketujuhbelas
PRINSIP TATA KELOLA
Pasal 20
Bagian kedelapanbelas
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 21
1. Pembinaan dan pengawasan atas setiap kegiatan layanan rumah sakit baik yang
meyangkut sumber daya manusia, penggunaan sumber daya keuangan yang berasal
dari penerimaan fungsional serta pemanfaatan sistem dan metode akan diawasi oleh
Satuan Pengendali Internal dan Dewan Pengawas, bila memungkinkan oleh panitia jaga
mutu rumah sakit yang akan ditetapkan oleh Direktur rumah sakit.
2. Sedangkan pengawasan eksternal dimungkingkan dilakukan oleh aparat pengawas
fungsional eksternal (Inspektorat Wilayah) maupun BPK sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
Bagian kesembilanbelas
EVALUASI DAN PENILAIAN KINERJA
Pasal 22
1. Penilaian kinerja rumah sakit akan dilakukan secara sistematis dan berkala dengan
mengacu kepada standar yang ditetapkan menggunakan parameter yang tertuang
didalam dokumen SPM yang telah disetujui dan ditetapkan oleh Bupati, seiiring dengan
kontrak kinerja direktur dengan bupati.
2. Pemaparan Peraturan Internal Korporasi (Corporate By Laws)
3. Pimpinan BLUD senantiasa mengupayakan agar Peraturan Internal (Hospital By Laws)
ini dapat dilihat oleh berbagai pihak –pihak yang berkepentingan.
4. Pimpinan BLUD dapat mengajukan usulan perubahan Peraturan Internal (Hospital By
Laws) melalui rapat khusus yang diselenggarakan untuk itu dan diajukan kepada Bupati
Kabupaten Berau.
5. Usulan untuk merubah Peraturan Internal (Hospital By Laws) ini hanya dapat
dilaksanakan bila pemberitahuan tertulis untuk maksud tersebut telah disampaikan
kepada Dewan Pengawas paling lambat tiga minggu sebelumnya.
Bagian keduapuluh
DEWAN PEMBINA DAN DEWAN PENGAWAS
Pasal 23
Pasal 24
Pasal 25
BAB XVI
MASA JABATAN
Pasal 26
1. Masa jabatan anggota dewan pengawas ditetapkan selama 5 (lima) tahun, dan dapat
diangkat kembali untuk satu kali masa jabatan berikutnya.
2. Anggota dewan pengawas dapat diberhentikan sebelum waktunya oleh kepala daerah.
3. Pemberhentian anggota dewan pengawas sebelum waktunya sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), apabila:
a. tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik;
b. tidak melaksanakan ketentuan perundang-undangan;
d. terlibat dalam tindakan yang merugikan BLUD; atau
e. dipidana penjara karena dipersalahkan melakukan tindak pidana dan/atau kesalahan
yang berkaitan dengan tugasnya melaksanakan pengawasan atas BLUD.
Pasal 27
Segala biaya Operasional yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas dewan pengawas dan
sekretaris dewan pengawas dibebankan pada APBD RSUD Talisayan.
Bagian keduapuluhtiga
PENGELOLAAN RUMAH SAKIT DAN OTONOMI PENGELOLAAN
Pasal 28
1. Penyelenggaraan Kegiatan rumah sakit terdiri dari kegiatan administrasi dan manajemen
serta kegiatan pelayanan kesehatan.
2. Kegiatan pelayanan administrasi dan manajemen sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri dari :
a. Dalam hal BLUD yang memberi pelayanan yang bersifat wajib kepada masyarakat
dapat melaksanakan pengeluaran sebelum penetapan RBA definitif.
b. RBA definitif sebagaimana dimaksud pada butir a digunakan sebagai acuan dalam
menyusun Dokumen Pelaksanaan Anggaran RSUD Talisayan untuk diajukan kepada
BPKAD.
c. Dokumen Pelaksanaan Anggaran RSUD Talisayan sebagaimana dimaksud pada
butir b paling sedikit mencakup seluruh pendapatan dan belanja, proyeksi arus kas,
serta jumlah dan kualitas jasa dan /atau barang yang akan dihasilkan oleh RSUD
Talisayan.
d. BPKAD mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran RSUD Talisayan paling
lambat tanggal 31 Desember menjelang awal tahun anggaran.
e. Dalam hal dokumen pelaksanaan anggaran sebagaimana dimaksud pada butir d
belum disahkan oleh BPKAD, RSUD Talisayan dapat melakukan pengeluara uang
paling tinggi sebesar angka dokumen pelaksanaan anggaran tahun lalu.
f. Dokumen Pelaksanaan Anggaran yang telah disyahkan oleh BPKAD, sesuai dengan
kewenangannya sebagaimana dimaksud pada butir d menjadi dasar penarikan dana
yang bersumber dari APBD oleh RSUD Talisayan.
3. Kegiatan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari :
a. egiatan pelayanan medis;
b. Pelayanan penunjang medis dan non medis;
c. Pelayanan asuhan keperawatan;
d. Pelayanan rujukan;
e. Pelayanan pendidikan dan pelatihan;
f. si kesehatan Rehabilitasi;
g. Penelitian dan pengembangan;
h. Penyelenggaraan administrasi umum dan keuangan;
Pasal 30
PENGELOLAAN PENDAPATAN
Pasal 31
PENGELOLAAN BARANG
1. Pimpinan RSUD Talisayan selaku pengguna barang bertanggung jawab atas
pengelolaan dan penatausahaan barang milik RSUD Talisayan yang berada dalam
penguasaannya dan bertanggung jawab kepada bupati melalui sekretaris kabupaten.
2. Pimpinan RSUD Talisayan selaku pengguna barang sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dalam melaksanakan program dan kegiatan menunjuk kuasa pengguna barang
RSUD Talisayan dan bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada Pimpinan
RSUD Talisayan selaku pengguna barang.
3. Pengelolaan serta penatausahaan barang milik RSUD Talisayan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaporkan secara periodik kepada kepada bupati melalui sekretaris
kabupaten.
4. Penguasaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan kuasa yang
dilimpahkan oleh Kepala Daerah.
5. Pejabat Pengguna barang atau Kuasa pengguna barang dalam melaksanakan program
dapat menunjuk pejabat pada RSUD Talisayan sebagai PPTK.
6. PPTK sebagaimana di maksud pada ayat (5) mempunyai tugas :
a. Mengendalikan pelaksanaan kegiatan
b. Melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan; dan
c. Menyiapkan dokumen atas beban pelaksanaan kegiatan.
7. Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf c mencakup dokumen
administrasi kegiatan yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
8. Pengadaan barang dan jasa oleh RSUD Talisayan dilakukan berdasarkan prinsip
efisien dan ekonomis sesuai dengan praktek bisnis yang sehat
9. Kewenangan pengadaan barang dan jasa sebagaimana dimaksud ayat (1)
diselenggarakan berdasarkan jenjang nilai yang diatur dalam peraturan bupati.
10. RSUD Talisayan diberikan fleksibel berupa pembebasan sebagian atau seluruhnya
dari ketentuan yang berlaku umum bagi pengadaan barang dan jasa Pemerintah bila
terdapat alasan efektifitas dan/atau efisien.
11. Fleksibilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (10) diberikan terhadap pengadaan
barang / jasa yang sumber dananya berasal dari :
a. Jasa pelayanan yang diberikan;
b. Hibah tidak terikat yang diperoleh dari masyarakat atau badan lain; dan atau
c. Hasil kerja sama RSUD Talisayan dengan pihak lain dan/atau hasil usaha lainnya.
12. Pengadaan barang dan/atau jasa yang dibebaskan sebagian atau seluruhnya
sebagaimana dimaksud pada ayat (10) hanya berlaku bagi sumber dana selain dari
APBD.
13. Efektifitas dan / atau efisiensi sebagaimana dimaksud pada ayat (10) diwujudkan dalam
pelaksanaan pengadaan barang/jasa yang ditetapkan oleh Pimpinan RSUD Talisayan
dengan mengikuti prinsip-prinsip trasnparansi, adil/tidak diskriminatif, akuntabel sesuai
praktek bisnis yang sehat dalam rangka peningkatan mutu pelayanan.
Pasal 33
AKUNTANSI DAN PELAPORAN
Pasal 33
BLUD menyelenggarakan akutansi dan laporan keuangan berbasis akrual sesuai dengan
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang diterbitkan oleh Asosiasi Profesi Akuntansi
Indonesia.
Pasal 34
PROSEDUR AKUNTANSI
1. Setiap transaksi keuangan BLUD menggunakan bukti transaksi / pembukuan dan bukti
pendukung.
2. Bukti transaksi / pembukuan dan bukti pendukung sebagaimana dimaksud dalam Pasal
19 menggunakan bukti pembukuan intern dan ekstern.
3. Bukti pembukuan intern sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan bukti
pembukuan yang dikeluarkan oleh BLUD.
4. Bukti pembukuan ekstern sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan bukti yang
diperoleh dari luar BLUD.
5. Bukti pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan bukti tambahan /
pelengkap dan digunakan sebagai dasar pembukuan , antara lain :
a. Order pembelian barang;
b. Kontrak pembelian dan penjualan;
c. Instruksi pengangkutan.
Pasal 35
PROSEDUR PENGELUARAN KAS
1. Prosedur akuntansi pengeluaran kas meliputi serangkai proses manual dan /atau
komputerisasi mulai dari pencatatan, pengiktisaran dan pelaporan keuangan yang
berkaitan dengan pengeluaran kas dalam rangka pertanggung jawaban pelaksanaan
bersumber dari APBD dan selain pendapatan dari APBD.
2. Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi pengeluaran kas/bank
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang bersumber dari APBD mengikuti peraturan
yang berlaku.
Bukti transaksi pengeluaran kas/bank yang bersumber selain APBD, mencakup :
a. Pembayaran imbalan jasa tenaga kerja.
b. Pembayaran hutang dan ;
c. Pembayaran macam-macam biaya.
2. Bukti transaksi pengeluaran kas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bernomor urut
tercetak.
3. Buku yang digunakan untuk mencatat prosedur akutansi penerimaan kas/bank
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencakup :
a. Buku jurnal pengeluaran kas/bank;
b. Buku besar pembantu;
d. Buku Kas Umum (BKU)
4. Secara periodik buku jurnal pengeluaran kas ditutup dan diposting ke buku besar sesuai
dengan rekening yang terkait .
5. Setiap akhir periode semua rekening dalam buku besar ditutup sebagai dasar menyusun
neraca saldo.
Pasal 36
LAPORAN KEUANGAN
1. Laporan keuangan intern BLUD meliputi :
a. Laporan posisi keuangan (Neraca);
b. Laporan Operasional;
c. Laporan Arus Kas;
d. Catatan atas laporan keuangan;
e. Laporan akuntansi Manajemen sesuai kebutuhan.
2. Laporan keuangan unit-unit usaha yang diselenggarakan oleh BLUD dikonsolidasikan
dalam laporan keuangan BLUD.
3. Lembar muka laporan keuangan unit-unit pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dimuat sebagai lampiran laporan keuangan BLUD.
4. Laporan keuangan BLUD merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan
pertanggung jawaban keuangan SKPD/ Pemerintah Daerah.
5. Laporan keuangan BLUD sebagaimana pertanggung jawaban dana APBD berupa
laporan realisasi anggaran, laporan kinerja operasional, laporan keadaan kas, laporan
pencapaian target RBA Definitif sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Pasal 37
REMUNERASI
Pasal 39
FAKTOR-FAKTOR PENGGAJIAN
Besaran gaji Pemimpin BLUD ditetapkan dengan mempertimbangkan faktor –faktor sebagai
berikut :
a. Proporsionalitas, yaitu pertimbangan atas ukuran (size) dan jumlah aset yang dikelola
BLUD serta tingkat pelayanan;
b. Kesetaraan, yaitu dengan memperhatikan industri palayanan sejenis;
c. Kepatutan, yaitu menyesuaikan kemampuan pendapatan BLUD yang bersangkutan;
d. Kinerja operasional BLUD yang ditetapkan oleh Bupati mempertimbangkan indikator
keuangan, pelayanan mutu dan manfaat bagi masyarakat.
Pasal 40
HONORARIUM
1. Honorarium Dewan Pembina dan unsur pembina dari propinsi dan unsur pembina dari
pusat ditetapkan setinggi-tingginya 1% dari total pendapatan rumah sakit.
2. Besaran honorarium sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan
Bupati Kabupaten Berau
Pasal 41
TUNTUTAN UMUM
1. Dalam hal warga RSUD Talisayandituntut berkaitan dengan hukum pidana, maka itu
didasarkan pada tuntutannya .
2. Apabila tuntutan yang diajukan adalah kesalahan yang berkaitan dengan institusi, maka
RSUD Talisayanbertanggung jawab selama kesalahan yang dilakukan masih mengikuti
aturan / SOP.
3. Apabila tuntutan yang diajukan adalah kesalahan yang berkaitan dengan individu,
maka RSUD Talisayantidak bertanggung jawab selama kesalahan yang dilakukan tidak
mengikuti aturan/ SOP yang diberlakukan .
Pasal 42
Tata urutan peraturan yang dibuat dan dikomunikasikan di lingkungan RSUD Talisayan
adalah sebagai berikut :
1. Peraturan Daerah Kabupaten Berau
2. Peraturan BupatiKabupaten Berau
3. Hospital By Laws
4. Keputusan Kepala RSUD Talisayan.
Pasal 43
PERUBAHAN PERATURAN INTERNAL KORPORASI
1. Dewan Pembina berhak merubah melalui rapat khusus yang diselenggarakan untuk
itu dan diajukan dan ditetapkan BupatiKabupaten Berau.
2. Usulan untuk merubah Peraturan Internal Korporasi (Corporate By Laws) ini hanya
dapat dilaksanakan bila pemberitahuan tertulis untuk maksud tersebut telah
disampaikan kepada setiap anggota dewan pembina paling lambat tiga puluh hari
kalender sebelumnya.
Pasal 44
PENUTUP
1. Dilingkungan RSUD Talisayandibentuk suatu wadah non struktural yang disebut Komite
Medik RSUD Talisayanyang bertanggung jawab langsung kepada Direktur.
2. Komite Medik adalah satu-satunya organisasi formal yang menghimpun
memformulasikan , dan mengkomunikasi pendapat dan kehendak seluruh staf medik
yang berkaitan dengan profesi medis di Rumah Sakit .
Pasal 46
FUNGSI KOMITE MEDIK
Pasal 47
WEWENANG KOMITE MEDIK
Pasal 48
TUGAS KOMITE MEDIK
Pasal 49
TANGGUNG JAWAB KOMITE MEDIK
Tanggung jawab komite medik adalah terkait dengan mutu pelayanan medis, pembinaan
kedokteran dan pengembangan profesi medis.
Pasal 50
KEWAJIBAN KOMITE MEDIK
Pasal 51
KEPENGURUSAN KOMITE MEDIK
1. Komite Medik RSUD Talisayanterdiri dari staf medik yang telah diberi kewenangan untuk
melakukan tindakan medik di Rumah Sakit.
2. Pengurus Komite Medik terdiri darfi Ketua Komite Medik, Wakil Ketua Komite Medik,
Sekretaris Komite Medik , Ketua-ketua Sub Komite.
3. Komite Medik dipimpin oleh seorang Ketua.
4. Yang dapat dipilih sebagai pengurus adalah pegawai tetap yang telah memiliki wewenang
untuk melakukan tindakan medik di rumah sakit minimal (3) tiga tahun dan yang masih
berlaku selama periode kepengurusan tersebut.
5. Yang dapat dipilih sebagai ketua, minimal pernah menjabat sebagai pengurus komite
medik satu periode.
Pasal 52
TATA CARA PEMILIHAN KETUA
1) Pemilihan ketua komite medik dilakukan setiap 3 tahun , kecuali pada keadaan dimana
ketua perlu segera diganti sesuai hasil rapat pleno khusus untuk itu, dengan persetujuan
kepala .
2) Setiap staf medik berhak dan menghadiri undangan rapat pleno.
3) Rapat pleno dinyatakan sah apabila dihadiri minimal dua pertiga dari seluruh staf medik
yang berhak hadir.
4) Rapat pleno memilih dan menetapkan tiga calon ketua untuk diajukan kepada Kepala.
5) Kepala menetapkan satu orang Ketua terpilih dari hasil rapat pemilihan ketua komite
medik, atau calon lain yang dianggap sesuai.
Pasal 53
KETUA KOMITE MEDIK
Pasal 55
SUB KOMITE DI BAWAH KOMITE MEDIK
1. Dibawah Komite Medik dibentuk beberapa sub komite yang terdiri dari :
(1) Sub Komite Kredensial
(2) Sub Komite Peningkatan Mutu Profesi
(3) Sub Komite Disiplin dan Tata tertib Profesi Medik
(4) Sub Komite Etika Profesi
(5) Sub Komite Farmasi, Terapi, Alat Kesehatan dan Alat Kedokteran
(6) Sub Komite yang akan ditentukan oleh Komite Medik
2. Tugas dan fungsi sub komite medik ditetapkan oleh komite medik dari waktu-kewaktu
dan disahkan oleh direktur.
3. Ketua sub komite adalah staf medik yang dipilih dan ditetapkan oleh ketua komite
medik
4. Kepengurusan sub komite terdiri dari Ketua, Sekretaris, dan anggota. Sekretaris dan
anggota dipilih langsung oleh Ketua Sub Komite.
5. Bila dianggap perlu , Ketua Sub Komite dapat dibantu oleh tenaga lain yang kompeten
diluar staf medik.
Pasal 56
RAPAT KOMITE MEDIK
1. Rapat Komite Medik terdiri dari atas rapat rutin, Rapat khusus dan Rapat Pleno.
2. Setiap rapat komite medik dinyatakan sah hanya bila undangan telah disampaikan
secara pantas.
3. Rapat komite medik hanya dihadiri oleh anggota atau pihak lain yang mendapat undangan
dari ketua Komite Medik.
4. Setiap anggota komite medik wajib memenuhi undangan rapat.
5. Undangan yang berhalangan hadir, harus menyampaikan surat pemberitahuan tertulis
kepada komite medik paling lambat 24 jam sebelum rapat dimulai. Bila dianggap perlu,
ketua komite medik berhak untuk menunjuk penggantinya.
Pasal 57
RAPAT RUTIN KOMITE MEDIK
1. Rapat rutin diadakan satu bulan sekali pada waktu dan tempat yang ditetapkan oleh
ketua komite medik.
2. Sekretaris Komite Medik menyampaikan pemberitahuan rapat rutin beserta agenda rapat
kepada para anggota yang berhak hadir paling lambat lima hari kerja sebelum rapat
tersebut dilaksanakan.
3. Rapat rutin dihadiri oleh seluruh pengurus komite medik.
4. Ketua dapat mengundang pihak lain bila dianggap perlu.
5. Setiap undangan rapat yang disampaikan oleh sekretaris Komite Medik sebagaimana
diatur dalam ayat (2) harus melampirkan :
a. Satu salinan agenda rapat
b. Satu salinan risalah rapat rutin yang lalu.
c. Satu salinan risalah khusus yang lalu.
Pasal 58
RAPAT KHUSUS KOMITE MEDIK
Rapat khusus komite medik diselenggarakan dalam hal :
(a) diperintahkan oleh Ketua; atau
(b) Diperintah oleh Direktur; atau
(c) Permintaan yang diajukan secara tertulis oleh paling sedikit tiga pengurus komite
medik dalam waktu empat puluh delapan jam sebelumnya; atau
(d) Permintaan Ketua Komite Medik untuk hal-hal yang memerlukan penetapan
kebijakan komite medik dengan segera.
2. Dalam hal sesuai pasal 1 c , sekretaris Komite Medik dapat menyelenggarakan rapat
khusus dalam waktu empat puluh delapan jam setelah diterimanya permintaan tertulis
rapat.
3. Sekretaris Komite Medik menyampaikan pemberitahuan rapat khusus beserta agenda
rapt kepada para pengurus yang berhak hadir paling lambat dua pulun empat jam
sebelum rapat tersebut dilaksanakan.
4. Pemberitahuan rapat khusus akan menyebutkan secara spesifik hal-hal yang akan
dibicarakan dalam rapat tersebut, dan rapat hanya akan membicarakan hal-hal yang
tercantum dalam pemberitahuan tersebut.
Pasal 59
RAPAT PLENO KOMITE MEDIK
Pasal 60
PENGAMBILAN PUTUSAN RAPAT
Pasal 61
TATA TERTIB RAPAT
Pasal 62
NOTULEN RAPAT
STAF MEDIK
Pasal 63
KATEGORI STAF MEDIK
1. Setiap staf medik yang akan bekerja di rumah sakit harus telah memenuhi kualifikasi
tertentu sebagaimana dipersyaratkan.
2. Syarat tersebut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dinilai oleh Komite Medik melalui
Sub.Komite Kredensial dengan suatu tata cara yang ditetapkan.
3. Hanya staf medik yang telah memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dan (2) yang dapat diusulkan untuk diberi kewenangan menangani pasien di RSUD
Talisayansesuai dengan kompetensi dan persyaratan lain yang ditentukan oleh Komite
Medik.
4. Staf Medik yang telah memperoleh kewenangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3)
setuju untuk melaksanakan tindakan medik dalam batas-batas standar profesi.
5. Kewenangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) akan dinilai kembali oleh Komite
Medik melalui Sub.Komite Kredensial dengan satu tata cara yang ditetapkan.
Pasal 65
TATA CARA KREDENSIAL
1. Tata cara kredensial diatur sebagaimana tertulis dalam lampiran tersendiri yang
merupakan bagian tak terpisahkan dari dokumen ini.
2. Bagi staf medik baru evaluasi dilakukan dalam 3 (tiga) bulan dan 1 (satu) tahun pertama.
3. Bagi dokter lainnya dilakukan re-kredensial setiap 3 (tiga) tahun.
4. Evaluasi terhadap staf medis sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilakukan oleh
Sub.Komite Kredensial bersama SMF yang terkait.
5. Pada akhir masa evaluasi calon staf medik sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) maka
Ketua Sub.Komite Kredensial memberikan laporan perilaku medis profesional yang
bersangkutan kepada Komite Medik.
Pasal 66
KUALIFIKASI DAN SYARAT UMUM
Pasal 67
KEBUTUHAN STAF MEDIS RUMAH SAKIT
1. Setiap permohonan untuk menjadi staf medik rumah sakit akan dievaluasi, dan dapat
dikabulkan atau ditolak, sejalan dengan kebutuhan rumah sakit dan kemampuan rumah
sakit.
2. Faktor yang digunakan untuk mempertimbangkan kebutuhan rumah sakit sebagaimana
dimaksud dakam ayat (1) disesuaikan dengan master plan Rumah Sakit yang
penyusunannya melibatkan komite medik.
3. Direktur Rumah Sakit akan menerbitkan perjanjian perikatan antara rumah sakit dengan
staf medis setelah dipenuhi ketentuan sebagaimana ditetapkan dalam pasal 21 dan
pasal 22 sesuai dengan kebutuhan rumah sakit.
4. Direktur menerbitkan Surat Keputusan Pengangkatan dan penempatan staf medik yang
telah diterima baik sebagai dokter tetap ataupun dokter tidak tetap.
Pasal 68
KEWENANGAN MELAKUKAN TINDAKAN MEDIK
1. Setelah mendapatkan penugasan klinis (clinical privilege) dari kepala yang ditetapkan
dengan suatu surat keputusan.Staf medis hanya dapat melakukan tindakan medik sesuai
dengan spesialisasi dan kemampuannya secara khusus , kecuali dalam keadaan darurat,
di rumah sakit.
2. Penugasan klinis sebagaimana tercantum dalam ayat (1) terdiri dari :
a. Penugasan klinis biasa sebagai staf medik di rumah sakit.
b. Penugasan klinis sementara sebagai dokter tamu (dokter tidak tetap), termasuk
konsultan tamu.
3. Penugasan klinis sebagaimana tercantum dalam ayat (1) hanya diberikan pada dokter
yang telah terikat perjanjian dengan rumah sakit yang ditetapkan seteblah memenuhi
pesyaratan sebagaimana ditetapkan dalam aturan ini, sesuai dengan peraturan yang
ditetapkan oleh Komite Medik dengan menunjuk pada organisasi profesinya.
4. Penilaian persyaratan dan jenis tindakan medik untuk setiap staf medik sebagaimana
dimaksud dalam ayat (3) ditetapkan oleh Komite Medik melalui Sub.Komite Kredensial.
5. Hasil penilaian oleh Sub.Komite Kredensial sebagaimana dimaksud dalam ayat (4)
diserahkan kepada Komite Medik untuk memperoleh pengesahannya.
6. Komite Medik menyerahkan hasil pengesahan penilaian kredensial kepada Direktur
Pasal 69
PEMBERIAN KEWENANGAN STAF MEDIK
(1) Penentuan kewenangan untuk melakukan tindakan medik didasarkan pada pendidikan ,
pelatihan, pendidikan berkelanjutan, pengalaman, unjuk kemampuan termasuk
pengambilan keputusan, sebagaimana tercantum dalam berkas kredensial dan
didasarkan pada pengamatan kinerja klinis serta dokumen hasil program peningkatan
kinerja yang bersangkutan.
(2) Penggunaan kewenangan klinis dalam sebuah SMF akan tergantung pada peraturan dan
ketentuan yang berlaku di SMF masing-masing.
Pasal 70
BERAKHIRNYA KEWENANGAN MELAKUKAN TINDAKAN MEDIK
(1) Kewenangan untuk melakukan tindakan medik seorang staf medis di rumah sakit
berakhir bila hubungan hukum antara staf medis dengan rumah sakit telah berakhir atau
penugasan klinis (clinical privilege) dokter yang bersangkutan dicabut oleh Direktur
berdasarkan usulan Komite Medik
(2) Dalam hal hubungan hukum antara staf medis dengan rumah sakit berakhir maka Direktur
memberikan surat pemberitahuan tentang hal itu kepada yang bersangkutan dengan
tembusan kepada komite Medik.
(3) Dalam hal seorang Staf Medis dikenai sanksi disiplin maka setelah melalui rapat khusus
Komite Medik, Ketua Komite Medik memberikan surat pemberitahuan tentang hal itu
kepada Direktur dengan tembusan kepada yang bersangkutan.
Pasal 71
PENJAGAAN MUTU PELAYANAN MEDIS
(1) Untuk menjaga mutu pelayanan medis dilakukan audit medis secara berkala dan
pendidikan kedokteran yang berkelanjutan dengan tatacara yang lazim yang ditentukan
oleh Sub.Komite Peningkatan Mutu Layanan.
(2) Topik, jangka waktu, dan tatacara audit medis ditetapkan oleh Sub.Komite Peningkatan
Mutu Layanan.
(3) Sub.Komite Peningkatan Mutu Layanan melaporkan hasil audit medis dan analisisnya
secara berkala kepada Komite Medis untuk ditindaklanjuti.
(4) Komite Medis wajib melakukan tindakan korektif yang dianggap perlu untuk menindak
lanjuti hasil audit medis sebagaimana diatur dalam ayat (3).
(5) Setiap anggota staf medik wajib menjalani pendidikan kedokteran berkelanjutan yang
substansi dan tata caranya diatur oleh Sub Komite Peningkatan Mutu Layanan.
(6) Sub. Komite Peningkatan Mutu Layanan memberikan laporan kepada komite Medik
mengenai efektifitas, kewajaran pelayanan medik yang diberikan oleh seluruh staf medik
yang bekerja dirumah sakit.
(1) Keadaan dan situasi yang dapat digunakan sebagai dasar dugaan pelanggaran disiplin
medik dan etika profesi oleh seorang staf medik adalah hal-hal yang menyangkut :
a. Kompetensi klinis.
b. Tindakan perawatan atas seorang pasien termasuk panatalayanan sebuah kasus di
rumah sakit.
c. Dugaan pelanggaran Hospital By Laws staf medik dan tata tertib profesi medik
d. Penggunaan obat dan alat kedokteran yang tidak sesuai dengan standar profesi yang
ditetapkan komite medik.
e. Ketidakmampuan untuk bekerja sama dengan staf medik rumah sakit yang dapat
menimbulkan inefisiensi operasional rumah sakit.
f. Hal.hal lain yang oleh Komite Medik sepatutnya dianggap menyangkut disiplin medik.
(2) Setiap staf medik, dan staf rumah sakit yang terkait dengan pelayanan medik wajib
memberitahukan adanya dugaan pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
kepada Ketua Komite Medik secara tertulis dalam suatu formulir yang disediakan untuk
itu dengan tetacara sebagai berikut :
a. Staf medik menyampaikan formulir pemberitahuan tersebut kepada Ketua Komite
Medik melalui Koordinator Staf Medik Fungsional yang terkait.
b. Staf rumah sakit menyampaikan formulir pemberitahuan tersebut kepada atasan
yang bersangkutan untuk selanjutnya disampaikan kepada Ketua Komite Medik
melalui Kepala.
(3) Ketua Komite Medik wajib meneliti menindaklanjuti dan memberikan kesimpulan serta
putusan setiap laporan yang disampaikan oleh staf medik dan staf rumah sakit yang
terkait dengan pelayanan medik sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
(4) Ketua Komite Medik dapat menugaskan Sub.Komite terkait dibawah Komite Medik untuk
meneliti menindaklanjuti setiap laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3).
(5) Ketua Komite Medik memberikan kesimpulan dan putusan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (3) berdasarkan hasil penelitian dan rekomendasi sub komite terkait yang
dapat berbentuk :
a. Saran kepada staf medik terkait dan menajamen rumah sakit
b. Putusan untuk melakukan penelitian lanjutan guna menentukan adanya pelanggaran
disiplin medik, tata tertib dan etik.
(6) Semua putusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) didokumentasikan secara
lengkap oleh staf sekretariat Komite Medik dan diperlakukan secara Konfidensial.
(7) Pengungkapan dokumen sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) kepada pihak manapun
hanya dapat ditentukan oleh Kepala setelah memperoleh persetujuan dari Ketua Komite
Medik.
(8) Tata tertib staf medik diatur dalam dokumen tersendiri yang merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari Hospital By Laws
Pasal 73
PENELITIAN DUGAN PELANGGARAN DISIPLIN
DAN TATA TERTIB PROFESI MEDIK
(1) Penelitian dugaan pelanggaran disiplin profesi medik, etika medik, dan tata tertib dimulai
berdasarkan putusan Ketua Komite Medik untuk melakukan peneiltian lanjutan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 ayat (5) dan dilaksanakan oleh Sub. Komite
terkait.
(2) Sub.Komite Disiplin melaksanakan penelitian berdasarkan tata cara yang telah
ditetapkan dalam Hospital Bylaws ini.
(3) Ketua Sub.Komite Disiplin menyampaikan hasil penelitian dan rekomendasi kepada
ketua Komite Medik untuk ditetapkan sebagai putusan Komite Medik yang memuat :
a. Ringkasan kasus atau kejadian
b. Kesimpulan tentang ada atau tidak adanya pelanggaran
c. Rekomendasi tindakan korektif.
(4) Ketua Komite Medik wajib menetapkan putusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3)
dengan memperhatikan masukan dari Sub.Komite lain dalam waktu paling lama 7 (tujuh)
hari kerja setelah diterimanya putusan Sub.Komite Disiplin.
(5) Putusan Komite Medik sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) disampaikan kepada
Governing Board dan Kepala dengan tembusan kepada yang bersangkutan dalam waktu
paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah dietetapkannya putusan tesebut untuk segera
ditindaklanjuti oleh Direktur.
Pasal 74
TIM AD-HOC PENELITIAN DUGAAN PELANGGARAN DISIPLIN DAN TATATERTIB
PROFESI MEDIK
(1) Dalam hal ketua komite klinik menyampaikan putusan untuk melakukan penelitian
lanjutan sebagaimana dimaksud dalam pasal 29 ayat (5) maka ketua sub komite disiplin
atau yang mewakilinya mengusulkan kepada ketua komite klinik untuk menetapkan tim
ad-hoc dengan suatu surat keputusan.
(2) Penetapan Tim ad-hoc sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan setelah
dilakukanpenelitian pendahuluan sesuai dengan tata cara yang telah ditetapkan oleh
komite kliniksub komite disiplin.
(3) Tim ad-hoc menyelenggarakan sidang dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja
setelah diterbitkannya surat keputusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
(4) Ketua komite klinik atau staf lain yang ditunjuk didampingi ketua sub komite disiplin atau
staf lain yang ditunjuk memimpin sidang pertama tim ad-hoc untuk menentukan ketua
dan wakil ketua tim ad hoc dan menjelaskan tata cara persidangan kepada anggota tim
ad-hoc
(5) Pada tim ad-hoc diperbantukan sekretaris yang ditunjuk oleh komite medik untuk
melancarkan persidangan.
(6) Tim ad-hoc bertugas melakukan pengkajian dan penelitian atas kasus yang diterimanya
dan melaksanakan persidangan sesuai dengan tata cara yang telah ditetapkan dalam
Hospital By Laws ini
(7) Dalam rangka melakukan pengkajian tim ad-hoc berwenang meminta informasi kepada
yang teradu dan semua pihak di rumah sakit. Termasuk meneliti rekam medik, bila
diperlukan meminta bantuan pihak lain di luar rumah sakit dengan persetujuan komite
klinik
(8) Tim ad-hoc wajib melaksanakan rapat-rapat persidangan untuk menyimpulkan
memutuskan suatu kasus yang diserahkan padanya dalam suatu surat kesimpulan yang
ditanda tangani oleh ketua sub komite disiplin melalui suatu putusan yang memuat :
a. Ringkasan kasus atau kejadian
b. Kesimpulan tentang ada atau tidak adanya pelanggaran
c. Rekomendasi tindakan korektif
(9) Ketua sub komite disiplin menerbitkan surat keputusan pembubaran tim ad-hoc setelah
menerima surat kesimpulan keputusan dan semua berkas persidangan secara lengkap
sebagaimana dimaksud dalam ayat (8)
(10) Ketua sub komite disiplin menyerahkan hasil rapat tim ad-hoc kepada ketua komite klinik
untuk ditindak lanjuti
(11) Komite klinik menyelenggarakan rapat khusus untuk menentukan tindak lanjut
sebagaimana dimaksud dalam ayat (10)
(12) Putusan komite klinik disampaikan kepada Kepala RSUD Talisayan sebagai usulan.
Pasal 75
TATACARA PERSIDANGAN TIM AD-HOC SUB KOMITE DISIPLIN DAN TATA TERTIB
PROFESI MEDIK
(1) Ketua Tim ad-hoc membuka persidangan dan menyatakan sidang tersebut sah setelah
kuorum tercapai dan setiap yang hadir menandatangani daftar hadir
(2) Kuorum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tercapai bila rapat dihadiri oleh paling
sedikit setengah ditambah satu dari jumlah tim ad-hoc dan seluruh anggota yang berasal
dari luar rumah sakit hadir.
(3) Tim ad-hoc melaksanakan persidangan dengan melakukan pemeriksaan atas kasus
tersebut, meminta keterangan dari berbagai pihak yang dianggap perlu
(4) Persidangan dilakukan secara tertutup
(5) Perekaman semua informasi dalam persidangan hanya dilakukan oleh tenaga yang
ditunjuk oleh komite klinik
(6) Tenaga sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) adalah seorang staf medik
(7) Pada setiap akhir persidangan tenaga sebagaimana dimaksud dalam ayat (5)
membacakan hasil rekaman sidang kepada seluruh anggota yang hadir untuk selanjutya
dibuatkan risalah rapatnya
(8) Semua informasi, catatan, dokumen dalam bentuk apapun diperlakukan secara
konfidensial, dan tatacara pemusnahan dokumen tersebut akan ditentukan oleh komite
klinik dari waktu ke waktu
(9) Pengungkapan dokumen sebagaimana dimaksud dalam ayat (7) kepada pihak
manapun hanya dapat ditentukan oleh Kepala RSUD Talisayansetelah memperoleh
persetujuan ketua komite klinik
Pemaparan MSBL dapat dilakukan oleh Komite Klinik atas izin Kepala RSUD Talisayan.
Pasal 77
PERUBAHAN PERATURAN INTERNAL STAF MEDIK
(MEDICAL STAF BY LAWS) / MSBL
Bila dianggap perlu, komite klinik berhak merubah MSBL ini dengan persetujuan Kepala
RSUD Talisayan melalui rapat khusus yang diselenggarakan untuk itu.
Pasal 78
KETENTUAN LAIN
(1) Review peraturan pola tata kelola ini dilakukan apabila terdapat Struktur, nama, jumlah,
dan fungsi satuan organisasi fungsional lain yang tidak tercantum di dalam statute ini
ditetapkan dengan Keputusan Kepala dan atau Peraturan (bylaws) sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
(2) Perubahan terhadap struktur, nama, jumlah dan fungsi satuan organisasi fungsional di
lingkungan RSUD Talisayan ditetapkan kepala RSUD Talisayan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 79
PERUBAHAN PERATURAN INTERNAL KORPORASI
1. Dewan Pembina berhak merubah melalui rapat khusus yang diselenggarakan untuk itu dan
diajukan dan ditetapkan Bupati Kabupaten Berau.
2. Usulan untuk merubah Peraturan Internal Korporasi (Corporate By Laws) ini hanya dapat
dilaksanakan bila pemberitahuan tertulis untuk maksud tersebut telah disampaikan kepada
setiap anggota dewan pembina paling lambat tiga puluh hari kalender sebelumnya.
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 79
Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan ini akan diatur lebih lanjut dengan
Keputusan Direktur
Pasal 80
Ditetapkan di Talisayan
Pada tanggal ......................2016
BUPATI BERAU
MUHARRAM, S.PD. MM