Anda di halaman 1dari 18

Nama : Nicolas Alnando

Nim : 1725049

Tugas Pengindraan Jauh Sistem Aktif


I. Difinisi dan Konsep Dasar
Penginderaan jauh adalah ilmu, teknologi dan seni perolehan data dan pemrosesan data
yang merekam interaksi antara energi elektromagnetik dengan suatu obyek. Dengan kata lain
dapat didefinisikan sebagai ilmu, teknologi dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu
obyek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak
langsung dengan obyek, daerah, atau fenomena yang dikaji.
Secara umum penginderaan jauh menunjukkan aktifitas perekaman, pengamatan dan
penangkapan fenomena obyek atau peristiwa dari jarak tertentu. Dalam pengideraan jauh, sensor
tidak langsung kontak dengan obyek yang diamati. Informasi tersebut membutuhkan alat
penghantar secara fisik untuk perjalanan dari obyek ke sensor melalui medium.
Pada Tutorial Pelatihan ini penginderaan jauh lebih dibatasi pada suatu teknologi
perolehan informasi permukaan bumi (laut dan daratan) dengan menggunakan sensor di atas
platform satelit dan spaceborne (pesawat ruang angkasa).

II. Energi Elektromagnetik dalam Penginderaan Jauh Satelit


Cahaya tampak merupakan salah satu dari beberapa bentuk energi elektromagnetik,
gelombang radio, sinar ultraviolet dan sinar X juga merupakan bentuk lain energi yang lazim.
Gambar: Ilustrasi perekaman berbagai fenomena yang ada di permukaan menggunakan teknologi
penginderaan jauh.

Pada dasarnya semua energi adalah sama dan melakukan radiasi sesuai dengan teori dasar
gelombang. Pada Gambar 1. ditunjukkan teori dasar energi elektromagnetik yang bergerak secara
harmonis berbentuk sinusoidal dengan kecepatan cahaya ©. Berdasarkan konsep fisika dasar,
gelombang mempunyai persamaan umum sebagai berikut :
C=fx
c = kecepatan cahaya (3 x 108 m/dtk)
f = frekuensi
 = panjang gelombang

Gambar: Gelombang elektromagnetik dengan komponen meliputi gelombang elektrik sinusoidal


(E) dan Gelombang magnetik sinusoidal (M).

Di dalam penginderaan jauh satelit, pengelompokkan gelombang elektromagnetik paling sering


digunakan diletakkan menurut letak panjang gelombang di dalam spektrum elektromagnetik
(Gambar 2.).
Gambar 2. Spektrum elektromagnetik

Nama spektrum biasanya digunakan pada bagian spektrum elektromagnetik, seperti gelombang
inframerah, gelombang radio, gelombang mikro, dan sebagainya. Dan spektrum ini tidak
mempunyai batasan yang tegas antara satu bagian spektrum satu dengan spektrum berikutnya..
Bagian spektrum sinar tampak ( 0,4 – 0,7 μm) pada gambaran logaritmik merupakan bagian
sempit, mempunyai kepekaan pada mata manusia
Sifat radiasi elektromagnetik lebih mudah diuraikan dengan menggunakan teori
gelombang, tetapi interaksi antara energi elektromagnetik dengan benda dapat dijelaskan dengan
teori partikel. Teori partikel menyatakan bahwa radiasi elektromagnetik terdiri dari beberapa
bagian terpisah yang disebut sebagai foton. Hubungan antara teori gelombang dengan teori
quantum dalam perilaku radiasi elektromagnetik dapat dijelaskan dengan persamaan sebagai
berikut :
E = hc / 
Sehingga dapat dikatakan makin panjang panjang gelombang yang digunakan makin rendah
kandungan energinya.
III. Interaksi Energi Elektromagnetik
Dengan Atmosfer Semua radiasi yang dideteksi dengan sistem penginderaan jauh satelit
melalui atmosfer dengan jarak atau panjang jalur tertentu. Panjang jalur tesebut dapat bervariasi
panjangnya. Pada fotografi dari antariksa dihasilkan dari radiasi matahari yang melewati dua kali
tebal penuh atmosfer bumi pada perjalannya dari sumber radiasi ke sensor. Selain itu, sensor
termal yang mendeteksi energi yang dipancarkan oleh obyek di bumi, melewati jarak di atmosfer
yang relatif pendek. Perbedaan jarak yang dilalui , kondisi atmosfer, panjang gelombang yang
digunakan serta besarnya sinyal energi yang indera berpengaruh terhadap variasi total atmosfer.
Pengaruh atmosfer sangat bervariasi tergantung pada intensitas dan komposisi spectral radiasi
yang tersedia bagi suatu system penginderaan satelit. Pengaruh ini disebabkan oleh mekanisme
hamburan (scattering) dan serapan (absorption) atmosferik.

Gambar 3. Hamburan (Scaterring) dan Serapam (Absorption)

IV. Interaksi Energi Elektromagnetik Dengan Permukaan Bumi


Bagian energi yang mengenai obyek dipermukaan bumi akan dipantulkan, diserap, atau
ditransmisikan dengan menerapkan hukum kekekalan energi. Dalam hukum kekekalan energi
tersebut dapat dinyatakan sebagai hubungan timbal balik antara tiga jenis interaksi energi
tersebut, sebagai berikut:
E1 () = ER () + EA +ET ()
E1 = energi yang mengenai obyek
ER = energi yang dipantulkan
EA = energi yang diserap
ET = energi yang ditransmisikan
Persamaan di atas merupakan suatu persamaan keseimbangan energi yang menunjukan
hubungan timbal balik antara mekanisme pantulan, serapan dan transmisi. Dari persamaan di atas
terdapat 2 (dua) hal penting :
1. Bagian energi yang dipantulkan, diserap dan ditransmisikan akan berbeda tergantung pada
jenis materi dan kondisi obyek muka bumi. Dari perbedaan ini, memungkinkan kita dapat
membedakan obyek yang berbeda pada suatu citra.
2. Dengan panjang gelombang yang berbeda, untuk obyek yang sama bagian energi yang
dipantulkan, diserap dan ditransmisikan kemungkinan akan berbeda, sebagai akibatnya, variasi
spectral ini akan menghasilkan efek visual yaitu warna. Sebagai contoh: obyek akan berwarna
biru bila obyek tersebut banyak memantulkan bagian spectrum biru, berwarna hijau bila banyak
memantulkan bagian spectrum hijau, dan seterusnya. Sehingga interpretasi visual dengan mata
dapat menggunakan variasi spectral pada besaran energi pantulan untuk menbedakan berbagai
obyek.

V. Pantulan Spektral Vegetasi, Tanah dan Air

Gambar: Pantulan spectral energi elektromagnetik matahari terhadap vegetasi, tanah dan air yang
diterima oleh sansor satelit.

Pada gambar 4. ditunjukkan suatu kurva pantulan spectral pada tiga obyek utama di permukaan
bumi, yaitu vegetasi sehat berdaun hijau, tanah gundul ( lempung coklat kelabu ), dan air jernih.
Garis pada kurva tersebut menyajikan kurva pantulan rata-rata yang dibuat dengan pengukuran
sampel obyek yang jumlahnya banyak (Lillesand. 2002). Kurva ini menunjukkan suatu indicator
tentang jenis dari kondisi obyek yang berkaitan. Walaupun pantulan obyek secara invidual akan
berbeda besar di atas dan dibawah nilai rata-rata, tetapi kurva tersebut menunjukan beberapa titik
fundamental yang berkaitan dengan pantulan spektral.
Vegetasi sehat berwarna hijau disebabkan oleh besarnya penyerapan energi pada spektrum hijau.
Apabila tumbuhan mengalami beberapa gangguan, dan akan mempengaruhi proses pertumbuhan
dan produksinya secara normal maka hal itu akan mengurangi atau mematikan produksi klorofil.
Akibatnya berupa kurangnya serapan oleh klorofil pada saluran biru dan merah. Sering pantulan
pada spektrum merah bertambah hingga kita lihat tumbuhan tampak berwarna kuning (gabungan
antara hijau dan merah) (Lillesand 2000).

Gambar: Kurva Pantulan spectral yang mencirikan obyek vegetasi, tanah dan air.

VI. Sensor dan Wahana (Flatform) Teknologi Penginderaan Jauh


6.1. Sensor
Sensor adalah alat untuk mengukur dan merekam energi elektromagnetik. Dalam system
penginderaan jauh, sensor dapat dibedakan dalam 2 kategori yaitu sensor aktif dan sensor pasif.
Uraian mengenai hal tersebut, sbb:
6.1.1 Sensor Pasif
Untuk sensor pasif tergantung pada sumber energi dari luar, yaitu matahari. Sehingga
penginderaan jauh sistem pasif menerima energi yang dipantulkan dan/atau dipancarkan dari
permukaan bumi. Teknologi penginderaan jauh satelit yang menggunakan sensor dengan saluran
tampak mata (visible) dan inframerah. Kamera fotografi adalah merupakan sensor pasif yang
paling lama dan umum dipakai. Sebagai contoh lain sensor pasif adalah gamma-ray spectrometer,
kamera udara, kamera video dan scanner multispektral dan termal, dsb.
1

Gambar: Sistem sensor aktif sistem gelombang mikro dan pasif dengan sensor optik beserta citra
satelit yang dihasilkan. Kemampuan penetrasi liputan awan pada gelombangan mikro
mengasilkan citra yang bersih dari tutupan awan.
6.2. (Wahana) Platform
Sistem wahana (platform) Penginderaan jauh dapat dikategori dalam dua sistem, pertama
penginderaan jauh dengan airborne, yaitu dengan menggunakan pesawat udara (aircraft), balon
udara, dan sebagainya. Kedua adalah dan system penginderaan jauh menggunakan sistem
speceborne yaitu dengan menggunakan wahana satelit, pesawat ruang angkasa, dsb.

VII. Citra Penginderaan Jauh Satelit


Citra satelit penginderaan jauh adalah gambaran 2 dimensi (2D) yang menggambarkan
suatu obyek dari pandangan nyata. Citra penginderaan jauh satelit menggambarkan bagian dari
permukaan bumi yang terlihat dari suatu ruang.
7.1. Citra Digital dan Analog
Citra dapat berbentuk analog maupun digital. Sebagai contoh, foto udara merupakan citra
analog berupa film dengan proses kimiawi untuk mendapatkan citra, sedang citra satelit
didapatkan dari sensor elektronik dan diporses secara digital. Citra satelit yang dicetak atau dalam
bentuk hardcopy dapat juga disebut sebagai citra/data analog.
Data penginderaan jauh tidak hanya sekedar sebagai gambar, tetapi data citra disimpan dalam
format grid secara reguler yang biasa disebut sebagai data raster yang terdiri dari baris (row) dan
kolom (column). Satu elemen terkecil (gambar 7) dinamakan sebagai pixel (picture element).
Untuk setiap pixel mempunyai informasi koordinat (row dan column) dan nilai spectral yang
dikonversi dalam bentuk angka, yang biasa disebut DN (Digital Number).
7.2. Pixel
Tiap pixel menggambarkan bagian wilayah permukaan bumi dengan nilai intensitas serta
lokasi alamat dalam bentuk 2 dimensi. Nilai intensitas tersebut menggambarkan ukuran kuantitas
fisik yang merupakan pantulan atau pancaran radiasi matahari dari suatu obyek dengan panjang
gelombang tertentu yang diterima oleh sensor. Seperti disebutkan sebelumnya, intensitas pixel
disimpan sebagai nilai digital (DN (Digital Number)). DN disimpan dalam bits dengan jumlah
tertentu.

Gambar 7. Data citra satelit dengan nilai spectral yang dimilikinya.

Kualitas data penginderaan jauh pada utamanya ditentukan oleh karakteristik system sensor
platform.
Gambar: Data citra satelit Landsat TM5 dengan nilai spectral yang dimilikinya.

Karakteristik system sensor platform biasanya ditunjukkan pada :


7.2.1. Resolusi Spektral atau radiometrik
Resolusi ini berdasarkan pada masing bagian dari Spektrum Elektromagnetik yang diukur
dan perbedaan energi yang diamati. Sebagi contoh : Landsat 7 ETM+ mempunyai 9 saluran/band,
SPOT5 menggunakan 5 band dan IKONOS II menggunakan 5 band.
7.2.2. Resolusi Spasial
Resolusi spasial didasarkan pada unit terkecil suatu obyek yang diukur, menunjukkan
ukuran minimum obyek. Sebagai contoh ukuran per pixel untuk SPOT5 Pankromatik 5m x 5m
dan 2.5m x 2.5; Multispektral 10m x 10m dan Landsat 7 ETM+ Pankromatik 15m x 15m;
Multispektral 30m x 30m Termal A dan B 60m x60m; serta IKONOS II Pankromatik 1m x 1m,
Multispektral 4m x 4m.
Gambar: Perbandingan Resolusi Spasial citra satelit Landsat MSS 5m, Landsat TM5 30m,
SPOT4 20m dan SPOT4 Pan 10m. Data citra satelit Landsat TM5 dengan nilai spectral yang
dimilikinya.
7.2.2. Resolusi Temporal (Pengulangan Perekaman)
Resolusi temporal (Revisit time) adalah waktu pengulangan pengambilan atau
perekaman data pada posisi obyek yang sama. Landsat 7 ETM+ melakukan pengambilan atau
perekaman data pada posisi obyek yang sama setiap16 hari, IKONOS II selama 4 hari untuk
posisi tegak dan setiap hari dapat melakukan perekaman karena kemampuannya untuk perekeman
dalam posisi obliq (miring).

VIII. Jenis-Jenis Inderaja

Jenis pengideraan jauh yang umum ada 3 metoda, yaitu :


 Metoda foto udara.
 Metoda gelombang mikro.
 Metoda citra satelit (antariksa).
8.1 Metoda foto udara
Metoda foto udara berisi rekaman rinci kenampakan permukaan bumi pada saat
pemotretan. Dalam interpretasi foto udara,terdapat tujuh karakteristik dasar yang harus
dipertimbangkan, yaitu :
 Bentuk, adalah konfigurasi atau kerangka suatu objek. Bentuk beberapa objek
menunjukkan ciri tertentu sehingga citranya dapat diidentifikasi langsung hanya
berdasarkan kriteria ini.
 Ukuran objek, yang harus dipertimbangkan mengingat hubungannya dengan skala foto
yang digunakan.
 Pola, adalah hubungan susunan spasial objek.
 Bayangan, penting bagi penaksir dalam 2 hal yang saling bertentangan, yaitu:
o Bentuk atau kerangka bayangan dapat memberikan gambaran profil suatu objek
yang dapat membantu interpretasi.
o Objek di bawah bayangan hanya dapat sedikit memantulkan cahaya dan sukar
diamati pada foto, yang akhirnya dapat menghalangi interpretasi.
 Rona, adalah warna atau kecerahan relatif objek pada foto.
 Tekstur, adalah frekuensi perubahan rona pada citra fotografi. Tekstur merupakan hasil
gabungan dari bentuk, ukuran, pola, bayangan, dan ronanya.
 Situs atau lokasi objek dalam hubungannya dengan objek yang lain, sangat berguna untuk
membantu pengenalan suatu objek.Perlengkapan interpretasi foto udara biasanya
digunakan untuk tujuan :
 pengamatan foto,
 pengukuran kenampakan pada foto, dan
 memindahkan hasil interpretasi ke peta dasar.
Karakteristik medan utama yang dapat diperkirakan dengan interpretasi foto udara yaitu jenis
batuan, bentuk lahan (landform), tekstur tanah, kerentanan banjir, dan tebal bahan lepas di atas
batuan induknya.
Interpretasi foto udara untuk evaluasi medan didasarkan pada pengamatan sistematik, dan
evaluasi unsur kunci (key element) yang dianalisis secara stereoskopik. Hal ini meliputi :
topografi, pola aliran, tekstur, erosi, rona foto, vegetasi, dan penggunaan lahan. Melalui analisis
ini, penaksir foto dapat mengenali kondisi medan yang berbeda-beda dan dapat menentukan
batas-batasnya.

8.2 Metoda gelombang mikro


Terdapat dua kenampakan berbeda yang mencirikan tenaga gelombang mikro, dipandang
dari sudut penginderaan jauh, yaitu :
 Gelombang mikro dapat menembus atmosfer dalam berbagai keadaan, tergantung pada
panjang gelombang yang digunakan. Tenaga gelombang mikro dapat menembus kabut
tipis, hujan renyai dan salju, awan, asap, dan lainnya.
 Pantulan dan emisi mikro dari material muka bumi tidak ada kaitan langsung dengan
pasangannya pada bagian spektrum tampak atau termal. Misal permukaan yang tampak
kasar pada spektrum, mungkin tampak halus pada gelombang mikro.

8.2.1. Radar (Radio Detection and Ranging)


Radar merupakan sensor gelombang mikro aktif. Sesuai dengan namanya, radar
dikembangkan sebagai suatu cara yang menggunakan gelombang radio untuk mendeteksi adanya
suatu objek dan menentukan jarak (posisinya).Prosesnya meliputi transmisi ledakan pendek atau
pulsa tenaga gelombang mikro ke arah yang dikehendaki dan merekam kekuatannya, serta asal
gempa atau pantulan yang diterima dari objek dalam sistem medan pandang. Sebagian besar radar
penginderaan jauh berwahana udara dilakukan dengan sistem yang menggunakan antena yang
dipasang pada bagian bawah pesawat dan diarahkan ke samping. Sistem ini dinamakan SLR (Side
Looking Radar) atau SLAR (Side Looking Airborne Radar).

8.2.2. SLAR (Side Looking Airborne Radar)


Sistem SLAR menghasilkan jalur citra yang berkesinambungan yang menggambarkan
daerah medan luas serta berdekatan dengan jalur terbang. SLAR merupakan suatu sistem
pengintaian kemiliteran yang ideal, tidak hanya memberikan kemungkinan dapat diandalkan
dalam segala cuaca tetapi juga merupakan sistem aktif, sistem pencitraan siang malam.
Pada perkembangan selanjutnya, SLAR digunakan pula dalam bidang sipil, serta termasuk alat
yang baik untuk mendapatkan data sumber daya alam, seperti analisis geologi, inventarisasi kayu,
lokasi jalur transportasi, dan eksplorasi mineral. Selain itu radar juga telah digunakan untuk
memantau permukaan lautan untuk menentukan kondisi angin, ombak, dan es. Asas
pengoperasian Radar Pandang Samping Wahana Udara (SLAR) dapat dilihat pada Gambar 1,
sedangkan pada Gambar 2 menunjukkan sistem pengoperasiannya.
Gambar 1. Asas pengoperasian radar pandang samping wahana udara (SLAR)

Gambar 2. Pengoperasian sistem radar pandang samping wahana udara


(SLAR).

Selain sistem SLAR, juga terdapat sistem penginderaan Mikro Pasif. Sistem ini tidak
menggunakan tenaga penyinaran sendiri, tetapi penginderaan tenaga gelombang mikro yang
diperoleh secara alamiah dalam medan pandangnya.
Pengoperasian sistem ini hampir sama dengan radiometer termal. Teori radiasi benda hitam
merupakan inti bagi pemahaman konseptual penginderaan gelombang mikro pasif, tetapi sensor
gelombang mikro pasif lebih menekankan penggunaan antena, bukan unsur deteksi. Sinyal
gelombang mikro pada umumnya terdiri dari sejumlah komponen sumber yang sebagian
dipancarkan,sebagian dipantulkan, dan sebagian ditransmisikan (Gambar 3).

Gambar 3.Komponen sinyal gelombang mikro pasif

Intensitas gelombang radiasi mikro pasif yang diindera dari jarak jauh atas suatu objek tertentu
tidak hanya tergantung pada temperatur objek dan radiasi yang mengenainya, tetapi juga
tergantung pada sifat pancaran pantulan. Sifat ini dipengaruhi oleh :
 sifat khas elektrik permukaan,
 sifat khas kimiawi dan sifat khas tekstur objek,
 paduan konfigurasi dan bentuk,
 serta sudut arah pengamatan.
Dalam sistem ini, terdapat beraneka ragam kemungkinan sumber dan sinyal yang dihasilkan
tenaga gelombang mikro pasif sangat lemah, sehingga interpretasi sinyal ini jauh lebih rumit
daripada sensor lain.
Kegunaan sistem gelombang mikro pasif berkisar dari pengukuran profil temperatur atmosfer
hingga analisis variasi tanah di bawah permukaan air, dan kandungan mineral. Konfigurasi dasar
sistem gelombang mikro pasif dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4.Diagram balok radiometer gelombang mikro pasif

Penginderaan gelombang mikro pasif bermanfaat sekali dalam bidang oceanografi. Pemanfaatan
ini berupa pengukuran daya pantul es laut, arus, dan angin, juga untuk mendeteksi pencemaran
minyak dan memperkirakan jumlahnya. Meskipun sedikit penelitian yang berhubungan dengan
penginderaan gelombang mikro pasif dalam hidrologi, tapi potensinya besar untuk mendapatkan
informasi tentang kondisi pencairan salju, temperatur tanah, dan kelembaban tanah untuk daerah
yang luas.

8.3 Metoda citra satelit (penginderaan jauh dari antariksa)


Satelit-satelit yang digunakan dalam metoda ini adalah :
 Satelit Landsat
 Sistem satelit sumber daya bumi, Seasat-1, pesawat antariksa ulang alik (space shuttle),
SPOT
 Satelit cuaca, satelit NOAA/TIROS, satelit GOES, satelit Nimbus, program satelit cuaca
pertahanan (Defense Meteorological Satellite
Program/DMSP)
8.3.1. Satelit Landsat
Penginderaan jauh dari antariksa dengan Satelit Landsat terutama bertujuan untuk pengamatan
sumberdaya bumi. Satelit Landsat dimuati 2 sistem penginderaan jauh pada wahananya, yaitu :
 Sistem Return Beam Vidicom (RBV) dengan 3 saluran.
 Sistem penyiam multispektral (MSS) dengan 4 saluran.
Konfigurasi pengoperasian sistem MSS ditunjukkan pada Gambar 5, sedangkan Gambar 6
menunjukkan konfigurasi sistem RBV pada landsat.

Gambar 5.Konfigurasi pengoperasian sistem MSS landsat


Gambar 6.Konfigurasi sistem RBV pada landsat
Interpretasi terapan citra landsat telah dilakukan dalam berbagai disiplin ilmu seperti pertanian,
botani, kartografi, teknik sipil, lingkungan, geografi, kehutanan, geologi, geofisika, analisis
sumber daya lahan, perencanaan tata guna lahan, oceanografi, dan analisis sumber daya air.
Skala citra dan luas daerah liputan per kerangka sangat berbeda antara citra landsat dan foto udara
konvensional. Sebagai contoh untuk meliput satu citra landsat diperlukan lebih dari 1600 foto
udara berskala 1 : 20.000 tanpa adanya overlap. Hasil landsat bila dibandingkan dengan foto
udara adalah :
 untuk suatu kenampakan geologi yang panjangnya ratusan kilometer akan tampak lebih
jelas pada citra landsat,
 untuk mengkaji suatu pemukiman, foto udara lebih efektif karena penelitian dilakukan
dengan ketinggian rendah, dan
 citra landsat hanya dapat dipelajari dalam 2 dimensi, sedangkan foto udara sebagian besar
dapat dilihat tiga dimensi.
 oleh sebab itu citra landsat harus dianggap sebagai alat interpretasi pelengkap dan bukan
sebagai pengganti foto udara berskala besar.
8.3.2 Sistem satelit sumber daya bumi yang lain
Misi pemetaan kapasitas panas (HCMM) merupakan yang pertama di antara seri Misi
Peneliti Terapan (Application Explorer Missions/AEM) yang kecil dan relatif tidak mahal
biayanya. Satelit percobaan ini memiliki ketepatan orbit dan stabilitas ketinggian yang kurang
teliti bila dibandingkan dengan landsat yang lebih besar, sehingga satelit ini diarahkan bagi
percobaan kelayakan.
HCMM merupakan wahana antariksa pertama yang dibuat untuk menguji kelayakan dalam
melakukan pengukuran variasi termal kenampakan di muka bumi untuk memperoleh identitas
dan kondisinya. Data HCMM telah diterapkan pada berbagai bidang seperti :
 Penggunaan pengukuran termal untuk membedakan jenis batuan dan lokasi sumber daya
mineral.
 Pengukuran temperatur tajuk tumbuhan pada interval waktu tertentu yang sering
digunakan untuk menentukan laju transpirasi tumbuhan dan tingkat kesehatannya.
 Pengukuran parameter kelembaban tanah dengan pengamatan siklus temperatur tanah.
 Pemetaan aliran termal alamiah.
 Perbaikan prakiraan aliran air oleh mencairnya salju.
Salah satu jenis sistem ini adalah penggunaan Satelit Seasat-1 yang merupakan seri satelit
pertama yang diusulkan untuk penelitian oceanografi. Jenis sistem yang lain adalah Pesawat
Ulang Alik yang memiliki kemampuan terbang ke antariksa pulang-pergi secara berulang.
Pesawat ini memiliki wahana 3 tahap (Gambar 7), yaitu :
 Sepasang roket pendorong berbahan bakar padat (Solid Propellant
Rockets).
 Satu tangki pendorong berbahan bakar cair.
 Wahana pengorbit.

Gambar 7. Pesawat Ulang Alik

Anda mungkin juga menyukai