Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN HAM DAN SILA PANCASILA

Oleh :
Kelompok 4
Nama Anggota :
I Nyoman Ananta Wasistha (11)
I Wayan Eka Suardi Pratama (12)
Ni Kadek Mia Indah Sukmayanti (17)
Ni Ketut Nike Agum Pratiwi (19)
Ni Putu Amelia Putri (22)
Ni Putu Dewi Samiasih (23)

SMA NEGERI 2 AMLAPURA


Tahun Ajaran 2017/2018
Pengertian Hak Asasi Manusia
Hak asasi manusia dalam pengertian umum adalah hak-hak dasar yang dimiliki setiap
pribadi manusia sebagai anugerah tuhan yang dibawa sejak lahir.Ini berarti bahwa sebagai
anugerah dari tuhan kepada makhluknya, hak asasi tidak dapat dipisahkan dari eksistensi pribadi
manusia itu sendiri.Hak asasi tidak dapat dicabut oleh suatu kekuasaan atau oleh sebab-sebab
lainnya, karena jika hal itu terjadi maka manusia kehilangan martabat yang sebenarnya menjadi
inti nilai kemanusiaan.
Walau demikian, bukan berarti bahwa perwujudan hak asasi manusia dapat dilaksanakan
secara mutlak karena dapat melanggar hak asasi orang lain. Memperjuangkan hak sendiri
sampai-sampai mengabaikan hak orang lain, ini merupakan tindakan yang tidak manusiawi. Kita
wajib menyadari bahwa hak-hak asasi kita selalu berbatasan dengan hak-hak asasi orang lain.
Hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimiliki oleh setiap pribadi manusia secara
kodrati sebagai anugerah dari tuhan, mencangkup hak hidup,hak kemerdekaan/kebebasan dan
hak memiliki sesuatu.
Kesadaran akan hak asasi manusia didasarkan pada pengakuan bahwa semua manusia
sebagai makhluk tuhan memiliki derajat dan martabat yang sama.dengan pengakuan akan prinsip
dasar tersebut,setiap manusia memiliki hak dasar yang disebut hak asasi manusia. Jadi,kesadaran
akan adanya hak asasi manusia tumbuh dari pengakuan manusia sendiri bahwa mereka adalah
sama dan sederajat.

Pengertian Pancasila
Sejarah telah mengungkapkan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia,
yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta membimbingnya dalam mengejar
kehidupan lahir batin yang makin baik, di dalam masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.
Sifat dari pancasila adalah imperative atau memaksa, siapa saja yang berada diwilayah
NKRI, wajib mentaati pancasila serta mengamalkan dengan tanpa persyaratan.Pancasila adalah
pandangan hidup bangsa dan dasar negara Republik Indonesia.Pancasila juga merupakan sumber
kejiwaan masyarakat dan negara Republik Indonesia.Maka manusia Indonesia menjadikan
pengamalan Pancasila sebagai perjuangan utama dalam kehidupan kemasyarakatan dan
kehidupan kenegaraan.
1.Pengertian Pelanggaran HAM
DalamUndang-Undang No.39 tahun 1999 Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang
atau kelompok orang termasuk aparat Negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau
kelalaian yang secara melawan hokum ,mengurangi, menghalangi, membatasi dan mencabut
HAM seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh undang-undang ini dan tidak mendapat
atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar berdasarkan
mekanisme hukum yang berlaku.Yang sekarang telah menjadi UU No.26/2000 tentang
pengadilan HAM yang berbunyi pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau
kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja ataupun tidak disengaja atau kelalaian
yang secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut HAM seseorang
atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-Undang ini, dan tidak didapatkan atau
dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang berlaku . Mastricht Guidelines3
telah menjadi dasar utama bagi identifikasi pelanggaran HAM.

2. Macam pelanggaran HAM


Pelanggaran HAM dapat dikelompokan menjadi 2 macam yaitu pelanggaran HAM berat dan
pelanggaran HAM ringan.Kejahatan genosida dan kejahatan kemanusiaan termasuk dalam
pelanggaran HAM yang berat.
Kejahat genosida itu sendiri berdasarkan UU No.26/2000 tentang pengadilan HAM adalah setiap
perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh
atau sebagian kelompok, bangsa, ras, kelompok etnis dan kelompok agama.
Sementara itu kejahatan kemanusiaan adalah salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian
dari serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut
ditunjukan secara langsung terhadap penduduk sipil berupa pembunuhan, pemusnahan
kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara sewenang-wenang yang melanggaran
(asas-asas) ketentuan pokok hokum internasional, penyiksaan, perkosaan, perbudakan seksual,
pelacuran secarapaksa atau bentuk- bentuk kekerasan seksual lain yang setara , penganiayaan
terhadap suatu kelompok tertentuatau perkumpulan yang didasari persamaan paham politik, ras,
kebangsaan,etnis, budaya, agama, jenis kelamin atau alasan lain yang telah diakui secara
universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum internasional, penghilangan orang secara
paksa, dan kejahatan apartheid.

3.Subjek yang dapat menjadi pelanggar HAM


Menurut Mastricht Guidelines3 pelanggaran HAM terjadi lewat acts of commission (tindakan
untuk melakukan),oleh pihak Negara atau pihak lain yang tidak diatur secara memadai oleh
Negara atau lewat acts of discommission(tindakan untuk tidak melakukan tindakan apapun) oleh
Negara .
Pelanggaran HAM oleh pihak Negara dapat dilihat dalam hal kegagalan nya untuk memenuhi
tiga jenis kewajiban yang berbeda,yakni:
- Kegagalan dalam kewajiban untuk menghormati,seperti pembunuhan diluar hukum.
- Kegagalan dalam kewajiban untuk melindungi, seperti kegagalan untuk mencegah terjadinya
penyerangan etnis tertentu.
- Kegagalan dalam kewajiban untuk memenuhi, seperti kegagalan dalam memberikan layanan
pendidikan dan kesehatan yang memadai.
Sedangkan bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh satuan bukan pemerintahandiantaranya
pembunuhan oleh tentara, pemberontakan dan serangan bersenjata oleh salah satu pihak
melawan pihak lain.
Menurut UU No. 26/2000 tentang pengadilan HAM juga disebutkan bahwa pelanggaran
terhadap HAM dapat dilakukan oleh baik aparatur negara maupun bukan aparatur Negara. Oleh
karena itu penindakan terhadap pelanggaran HAM tidak boleh hanya ditujukan terhadap aparatur
negara, tetapi juga pelanggaran yang dilakukan bukan oleh aparatur negara. Penindakan terhadap
pelanggaran HAM mulai dari penyelidikan, penuntutan, dan persidangan terhadap pelanggaran
yang terjadi harus bersifat non-diskriminatif dan berkeadilan.

4. Contoh Pelanggaran Ham di Indonesia


Contoh-contoh pelanggaran HAM yang lain dan pernah terjadi di Indonesia antara lain:
1. Rezim Soeharo di masa Orde Baru
Negara kita memiliki sejarah gelap dalam pelanggaran HAM di masa Orde Baru . Selama 32
tahun dibawah rezim pemerintahan Alm.mantan Presiden Soeharto telah terjadi ratusan bahkan
ribuan pelanggaran HAM di Indonesia. Para aktivis politik, pemimpin oposisi, jurnalis dan
tokoh-tokoh yang menghambat kelanggengan pemerintahan Alm.Soeharto telah mengalami
serangkaian pelanggaran HAM seperi pemberontakan, penyiksaan, penculikan bahkan
pembantaian. Sesudah lengsernya Alm.Soeharto pada bulan Mei 1998 banyak orang berharap
bahwa Indonesia akan memasuki era liberalisasi dimana prinsip-prinsip dasar HAM seperti
kebebasan pendapat akan dihargai. Namun realita yang terjadi didalam masyarakat Indonesia
sampai sekarang tidaklah sesuai dengan harapan. Meskipun Soeharto tidak lagi berkuasa banyak
institusi-institusi yang ia ciptakan dan asuh masih bertahan. Mereka telah mengakar secara
sistematis dan baik dalam budaya politik maupun hukum sehingga praktek pelanggaran HAM di
Indonesia terus berlanjut. Budaya impunitas yang meluas dikalangan aparat militer dan
kepolisian merupakan salah satu sebab dari adanya praktek pelanggaran HAM di Indonesia saat
ini.

2. Kontroversi G30S/PKI
Perkara seputar peristiwa G30S bagi KKR bakal menjadi kasus kontroversial. Dilema bisa
muncul dengan terlibatnya KKR untuk memangani kasus pembersihan para aktivis PKI. Peneliti
LIPI Asvi Marwan Adam melihat, kalau pembantaian sebelum 1 Oktober 1965 yang memakan
banyak korban dari pihak Islam, karena pelakunya sama-sama sipil, lebih mudah rekonsiliasi
begitu Soeharto pada 1 Oktober 1965 berhasil menguasai keadaan, sore harinya keluar
pengumuman Peperalda Jaya yang melarang semua surat kabar terbit kecuali Angkatan
Bersenjata (AB) dan Berita Yudha. Dengan begitu, seluruh informasi dikuasai tentara. Berita
yang terbit oleh kedua koran itu kemudian direkayasa untuk mengkambinghitamkan PKI sebagai
dalang G30S yang didukung Gerwani sebagai simbol kebejatan moral. Informasi itu kemudian
diserap oleh koran-koran lain yang baru boleh terbit 6 Oktober 1965.Percobaan kudeta 1
Oktober, kemudian diikuti pembantaian massal di Indonesia. Banyak sumber yang memberitakan
perihal jumlah korban pembantaian pada 1965/1966 itu tidak mudah diketahui secara persis.
Peran media militer, koran AB dan Berita Yudha, juga sangat krusial. Media inilah yang semula
menyebarkan berita sadis tentang Gerwani yang menyilet kemaluan para Jenderal. Padahal,
menurut Cribb, berdasarkan visum, seperti diungkap Ben Anderson (1987) para jenazah itu
hanya mengalami luka tembak dan memar terkena popor senjata atau terbentur dinding tembok
sumur. Berita tentang kekejaman Gerwani itu memicu kemarahan massa.Karena itu, Asvi
mengingatkan bahwa peristiwa pembunuhan massal pada 1965/66 perlu dipisahkan antara
konflik antar masyarakat dengan kejahatan yang dilakukan oleh negara. Pertikaian antar
masyarakat, meski memakan banyak korban bisa diselesaikan. Sebuah sarasehan Generasi Muda
Indonesia yang diselenggarakan di Univesitas Leuwen Belgia 23 September 2000 dengan tema
”Mawas Diri Peristiwa 1965: Sebuah Tinjauan Ulang Sejarah”, secara tegas menyimpulkan agar
dalam memandang peristiwa G30S harus dibedakan antara peristiwa 1 Oktober dan sesudahnya,
yaitu berupa pembantaian massal yang dikatakan tiada taranya dalam sejarah modern Indonesia,
bahkan mungkin dunia, sampai hari ini. Peritiwa inilah, simpul pertemuan itu, merupakan
kenyataan gamblang yang pernah disaksikan banyak orang dan masih menjadi memoar kolektif
sebagian mereka yang masih hidup.

3. Kasus Pelanggaran HAM di Maluku


Konflik dan kekerasan yang terjadi di Kepulauan Maluku sekarang telah berusia 2 tahun 5 bulan;
untuk Maluku Utara 80% relatif aman, Maluku Tenggara 100% aman dan relatif stabil,
sementara di kawasan Maluku Tengah (Pulau Ambon, Saparua, Haruku, Seram dan Buru) sampai
saat ini masih belum aman dan khusus untuk Kota Ambon sangat sulit diprediksikan, beberapa
waktu yang lalu sempat tenang tetapi sekitar 1 bulan yang lalu sampai sekarang telah terjadi aksi
kekerasan lagi dengan modus yang baru ala ninja/penyusup yang melakukan operasinya di
daerah – daerah perbatasan kawasan Islam dan Kristen (ada indikasi tentara dan masyarakat
biasa). Penyusup masuk ke wilayah perbatasan dan melakukan pembunuhan serta pembakaran
rumah hal tersebut timbul karena komunikasi sosial masyarakat tidak jalan dengan baik,
sehingga perasaan saling curiga antar kawasan terus ada dan selalu bisa dimanfaatkan oleh pihak
ketiga yang menginginkan konflik jalan terus. Perkembangan situasi dan kondisis yang terakhir
tidak ada pihak yang menjelaskan kepada masyarakat tentang apa yang terjadi sehingga
masyrakat mencari jawaban sendiri dan membuat antisipasi sendiri.

4. Pelanggaran HAM oleh Mantan Gubernur Tim-Tim


Abilio Jose Osorio Soares, mantan Gubernur Timtim, yang diadili oleh Pengadilan Hak Asasi
Manusia (HAM) ad hoc di Jakarta atas dakwaan pelanggaran HAM berat di Timtim dan dijatuhi
vonis 3 tahun penjara. Sebuah keputusan majelis hakim yang bukan saja meragukan tetapi juga
menimbulkan tanda tanya besar apakah vonis hakim tersebut benar-benar berdasarkan rasa
keadilan atau hanya sebuah pengadilan untuk mengamankan suatu keputusan politik yang dibuat
Pemerintah Indonesia waktu itu dengan mencari kambing hitam atau tumbal politik. Bagi orang
yang awam dalam bidang hukum, dapat diartikan bahwa hakim ragu-ragu dalam mengeluarkan
keputusannya. Sebab alternatifnya adalah apabila terdakwa terbukti bersalah melakukan
pelanggaran HAM berat hukumannya minimal 10 tahun dan apabila terdakwa tidak terbukti
bersalah ia dibebaskan dari segala tuduhan.Kedua, publik dapat merasakan suatu perlakuan
“diskriminatif” dengan keputusan terhadap terdakwa Abilio tersebut karena terdakwa lain dalam
kasus pelanggaran HAM berat Timtim dari anggota TNI dan Polri divonis bebas oleh hakim.

5. Pelanggaran HAM di PAPUA


Beroprasinya perusahaan-perusahaan besar di Papua tetap mengambil peran atas tejadinya
pelanggaran HAM.Eksploitasi besar-besaran, erusakan lingkungan dan penyerobotan hak adat
terus berlangsung. Tuntutan masyarakat atas perlakuan tidak adil dijawab dengan kehadiran
aparat keamanan dan opers-operasi penumpasan separatism. Sementara itu , berlakunya otonomi
khusus belum menjadikan kondisi HAM lebih baik dari sebelumnya. Etidak siapan pemda dan
campurtangan pusat menimbulkan konflik di tengah masyarakat. Sementara itu, dinamika politik
lokal, praktik-praktik korupsi menjadikan Papua terus dalam eterpurukan. Sehingga berbagai
bentuk hak ekonomi, social dan budaya terabaikan.
5. Faktor yang menyebabkan kasus-kasus pelanggaran HAM dan
solusisi meminimalisasikan pelanggaran HAM
Dari beberapa contoh pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia dapat ditemukan beberapa
faktor yang menyebabkan kasus-kasus pelanggaran HAM diantaranya:
- Sentralisasi kekuasaan pemerintah pusat
- Budaya impunitas yang berkembang di kalangan aparat hukum dan kepolisian
- Budaya security approach yang dilakukan pemerintah
- Pelayanan public yang tidak baik
Solusi-solusi untuk meminimalisasikan bentuk pelanggaraan HAM adalah:
Mengadakan reformasidalam tubuh aparat hukum dasn peradilan
Mengeluarkan UU yang mempunyai kekuatan hukum untuk menindak praktik pelanggaran
HAM seperti itu
Mengadakan sosialisasi kepada massyarakat dan institusi-institusi peradilan tentang
pengidentifikasian bentuk pelanggaran HAM
Membentuk lembaga untuk mengurus perlindungan saksi dan korban yang terpisah dari aparat
hukum

Hak Asasi Manusia menurut pancasila


Pancasila memandang bahwa manusia dianugrahi oleh tuhan akal, budi, dan nurani untuk dapat
membedakan hal baik dan buruk yang kemudian menjadi pembimbing dan pengarah perilaku
manusia. HAM dalam nilai dasar pancasila tidak saja berisi kebebasan dasar tetapi juga berisi
kewajiban dasar yang melekat secara kodrati. Hak dan kewajiban asasi ini tidak dapat diinginkan
dan menjadi dasar berbangsa dan bernegara. Maka Nampak sekali bahwa konsep hak asasi yang
berlaku di Indonesia adalah penjabaran dari sila kemanusiaan yang adil dan beradab dan
disemangati oleh sila sila lainnya dari pancasila.
Hak Asasi Manusia ditinjau dari sila sila pancasila mempunyai definisi sebagi berikut :
1. Sila Ketuhanan yang maha Esa menjamin hak kemerdekaan untuk memeluk agama ,
melaksanakan ibadah dan menghormati perbedaan agama. Sila tersebut mengamanatkan bahwa
setiap warga negara bebas untuk memeluk agama dan kepercayaannya masing-masing. Hal ini
selaras dengan Deklarasi Universal tentang HAM (Pasal 2) yang mencantumkan perlindungan
terhadap HAM
2. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab menempatkan hak setiap warga negara pada kedudukan
yang sama dalam hukum serta memiliki kewajiban dan hak-hak yang sama untuk mendapat jaminan
dan perlindungan undang-undang. Sila Kedua, mengamanatkan adanya persamaan derajat,
persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia sebagaimana tercantum dalam
Pasal 7 Deklarasi HAM PBB yang melarang adanya diskriminasi.
3. Sila Persatuan Indonesia mengamanatkan adanya unsur pemersatu diantara warga Negara dengan
semangat rela berkorban dan menempatkan kepentingan bangsa dan Negara diatas kepentingan
pribadi atau golongan, hal ini sesuai dengan prinsip HAM Pasal 1 bahwa Semua orang dilahirkan
merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan hati nurani
dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam persaudaraan.
4. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan
dicerminkan dalam kehidupan pemerintahan, bernegara, dan bermasyarakat yang demokratis.
Menghargai hak setiap warga negara untuk bermusyawarah mufakat yang dilakukan tanpa adanya
tekanan, paksaan, ataupun intervensi yang membelenggu hak-hak partisipasi masyarakat. Inti dari
sila ini adalah musyawarah dan mufakat dalam setiap penyelesaian masalah dan pengambilan
keputusan sehingga setiap orang tidak dibenarkan untuk mengambil tindakan sendiri, atas inisiatif
sendiri yang dapat mengganggu kebebasan orang lain. Hal ini sesuai pula dengan Deklarasi HAM.
5. Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia mengakui hak milik perorangan dan dilindungi
pemanfaatannya oleh negara serta memberi kesempatan sebesar-besarnya pada masyarakat. Asas
keadilan dalam HAM tercermin dalam sila ini, dimana keadilan disini ditujukan bagi kepentingan
umum tidak ada pembedaan atau diskriminasi antar individu.

Upaya Penegakan HAM


Penegakkan HAM adalah berbagai tindakan yang dilakukan untuk membuat HAM semakin
diakui dan dihormati oleh pemerintah dan masyarakat. Upaya HAM dilakukan dengan dua
pendekatan :

1. Pencegahan

Pencegahan adalah upaya untuk menciptakan kondisi yang semakin kondusif bagi
penghormatan HAM dengan cara persuasif.

Upaya pencegahan :

a) Penciptaan perundang-undangan HAM yang lengkap


b) Penciptaan lembaga-lembaga pemantau dan pengawas pelaksanaan HAM
c) Penciptaan perundang-undangan dengan pembentukan lembaga peradilan HAM
d) Pelaksanaan pendidikan HAM kepada masyarakat melalui pendidikan dalam keluarga,
sekolah, dan masyarakat.

2. Penindakan

Penindakan adalah upaya untuk menangani kasus pelanggaran HAM berdasarkan ketentuan
hukum yang berlaku.

Upaya penindakan :

a) Pelayanan, konsultasi, pendampingan, dan advokasi bagi masyarakat yang menghadapi


kasus HAM
b) Penerimaan pengaduan dari korban pelanggaran HAM
c) Investigasi dengan pencarian data, informasi, dan fakta yang terkait dengan peristiwa di
dalam masyarakat
d) Penyelesaian perkara melalui perdamaian, negosiasi, mediasi, konsiliasi, dan penilaian
ahli
e) Penyelesaian perkara pelanggaran HAM berat melalui peradilan HAM

Lembaga Penegak HAM

1. LSM HAM
2. Komnas HAM

Dengan tujuan melaksanakan pengkajian, penyuluhan, pemantauan, dan mediasi HAM.

Hambatan dan tantangan dalam penegakkan HAM di Indonesia

1. Dari dalam negeri


2. Adanya hukum sebagai peninggalan atau warisan hukum colonial.

b. Adanya peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan oleh pemerintah orde lama yang
bersifat otoriter.

c. Penegakkan hukum yang kurang atau tidak bijaksana karena bertentangan dengan aspirasi
masyarakat.

d. Kesadaran hukum yang rendah sebagai akibat rendahnya SDM.

e. Rendahnya penguasaan hukum dari sebagian aparat penegak hukum.

f. Mekanisme lembaga penegak hukum dan HAM yang belum terpadu.

g. Keadaan geografis Indonesia yang luas.

2. Dari luar negeri

a. Penetrasi idiologi dan kekuatan komunisme.


b. Penetrasi idiologi dan kekuatan liberalisme.

Peran masyarakat dalam menegakkan HAM

1. Dalam masyarakat perlu ditegakkan norma yang mencerminkan keadilan dan


perlindungan hak warga negara masyarakat.
2. Bila terdapat permasalahan dalam masyarakat hendaknya cara yang diterapkan untuk
mengatasinya dengan mengutamakan musyawarah mufakat.
3. Perlu dihindari tindakan eigenrichting (main hakim sendiri) dalam masyarakat sehingga
tercipta kepastian hukum.
4. Hukum dan keadilan serta upaya menegakkan dan melindungi HAM dilakukan oleh
segenap pihak melalui pengetahuan dan kesadaran.
5. Pemerintah sebagai alat negara diamanati untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh
tumpah darah Indonesia (Pembukaan UUD’45 alinea IV).

Anda mungkin juga menyukai