BAB I
PANDUAN UMUM
A. LATAR BELAKANG
Salah satu komponen penting dalam pelatihan adalah pelatih/fasilitator. Dalam suatu
pelatihan, pelatih adalah salah satu sumber belajar yang berfungsi mengelola proses
pembelajaran dan memungkinkan terjadinya proses pembelajaran tersebut pada peserta
latih. Peserta latih berfungsi sebagai subyek pembelajaran yang harus aktif berinteraksi
dengan berbagai sumber belajar, baik itu pelatih, sesama peserta latih, ataupun sumber
belajar lainnya.
Untuk itu pada penyelenggaraan pelatihan Program Pencegahan dan Pengendalian HIV
AIDS dan IMS bagi petugas diperlukan pelatih yang mampu berperan dan berfungsi
sebaik-baiknya dalam mengelola proses pembelajaran, agar terjadi transfer pengetahuan
dan keterampilan dalam pengelolaan dan pelayanan HIV AIDS dan IMS di tempat tugas
masing-masing.
Sehubungan dengan itu disusun Panduan pelatih untuk pelatihan Program Pencegahan
dan Pengendalian HIV AIDS dan IMS bagi petugas yang pada dasarnya berisi panduan
praktis tentang penggunaan modul untuk setiap jenis pelatihan dan proses pembelajaran
dalam memandu peserta membahas setiap modul menggunakan metode pembelajaran
yang sesuai. Dengan demikian diharapkan proses pelatihan berjalan efektif serta
mencapai tujuan pelatihan yang telah ditetapkan.
B. TUJUAN
Tersedianya acuan bagi pelatih/fasilitator dalam mengelola proses pelatihan dan pem
belajaran pada pelatihan program pencegahan dan pengendalian HIV AIDS dan IMS
dengan menggunakan proses dan metodologi pembelajaran yang sesuai dengan
langkah-langkah yang disusun di setiap modul.
Dengan adanya Panduan Failitator ini, diharapkan pelatihan yang diselenggarakan
dimanapun akan mengacu pada Kurikulum dan Modul-modul pelatihan yang telah
ditetapkan, agar kualitas pelatihan dapat dijaga.
C. MODUL PELATIHAN
Modul Pelatihan Program pencegahan dan pengendalian HIV AIDS dan IMS terdiri dari:
1. Modul 1: Program Pencegahan dan Pengendalian HIV AIDS dan IMS.
2. Modul 2: Pengurangan Stigma dan Diskriminasi
3. Modul 3: Penguatan Pilar Layanan Komprehensif Berkesinambungan
4. Modul 4:Pengembangan Kegiatan Program Pencegahan dan Pengendalian HIV
AIDS dan IMS
5. Modul 5: Tatakelola Logistik
6. Modul 6: Perencanaan Program Pencegahan dan Pengendalian HIV AIDS dan IMS
7. Modul 7: Konseling HIV AIDS
8. Modul 8: Pemeriksaan Duh Tubuh Anogenital
9. Modul 9: Pengelolaan Darah Vena dan Kapiler
10. Modul 10: Pemeriksaan darah HIV dan Sifilis
1
11. Modul 11: Pemantapan Mutu Laboratorium
12. Modul 12: Diagnosis HIV AIDS dan IMS
13. Modul 13: Tatalaksana HIV AIDS dan IMS
14. Modul 14: Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
15. Modul 15: Pelayanan Kefarmasian HIV
16. Modul 16: Penerapan Pendekatan MTBS/MTBM
17. Modul 17: Perawatan Berbasis Rumah dan Peawatan Berbasis Masyarakat
18. Modul 18: Pencatatan dan Pelaporan HIV AIDS dan IMS
19. Modul 19: Monitoring dan Evaluasi Program Pencegahan dan Pengendalian HIV
AIDS dan IMS
20. Modul 20: Surveilans HIV AIDS dan IMS
1. Pengantar
Urutan modul dibuat sedemikian rupa sesuai dengan urutan pembelajaran modul
pada setiap jenis pelatihan, sebagaimana akan diuraikan pada Bab-Bab selanjutnya
1. Proses pelatihan diawali dengan Pre tes yang harus diikuti oleh semua peserta
latih. Apabila memungkinkan dilanjutkan dengan Pembukaan resmi pelatihan.
Kemudian penyampaian materi Penunjang pertama yaitu Membangun Komitmen
Belajar (Building Learning Commitment/BLC), difasilitasi oleh fasilitator BLC.
Pada prinsip nya BLC bertujuan agar peserta mampu menciptakan suasana
kondusif, melalui proses perkenalan, penyusunan harapan pembelajaran,
kekhawatiran untuk mencapai harapan, serta nilai dan norma yang disepakati
dalam proses pembela jaran, serta komitmen untuk melaksanakannya. BLC
dibawakan dengan menggunakan berbagai variasi metode perkenalan,
permainan yang sesuai dengan tujuan pelatihan, diskusi kelompok dan lain-lain.
2
pelatihan diatas (keenam jenis pelatihan). Kedua Materi dasar harus
disampaikan pada awal pelatihan, mendahului pembahasan Materi- materi Inti.
6. Fasilitator wajib untuk memahami setiap penugasan yang harus dikerjakan oleh
peserta baik secara individu maupun kelompok, agar dapat menyampaikan
secara jelas setiap penugasan peserta. Bacalah setiap petunjuk penugasan
secara cermat. Pelajari kemungkinan jawaban atau hasilnya, agar dapat
memfasilitasi peserta secara efektif.
9. Pada Pelatihan yang disertai dengan Praktik Lapangan (PL), seperti pada
Pelatihan Penatalaksanaan HIV AIDS dan IMS bagi dokter dan bagi
Perawat/Bidan, penyelenggara harus mempersiapkan tempat PL yang sesuai
dengan tujuan yang tercantum dalam Panduan PL. Persiapan lokasi PL
sebaiknya sudah dilakukan seminggu sebelum pelatihan dimulai. Lakukan juga
peninjauan ke lokasi sebelum hari pelaksanaan PL, untuk memastikan kesiapan
tempat, fasilitas, peralatan dan bahan yang diperlukan.
10. Pembahasan materi Penunjang 2, yaitu Rencana Tidak Lanjut (RTL), dilakukan
setelah semua materi Inti selesai dibahas. Pada pelatihan yang disertai dengan
PL, pembahasan RTL dilakukan setelah PL. Kemudian dilanjutkan dengan materi
Penunjang ke 3, yaitu Anti Korupsi.
3. PROSES EVALUASI
3
A. Evaluasi Hasil Belajar Peserta
Evaluasi ini dilakukan terhadap peserta :
1. Pada awal pelatihan (sebelum pelatihan dimulai), dilakukan penjajakan awal melalui
pre tes yang meliputi keseluruhan materi pelatihan. Fasilitator harus sudah
mempersiapkan Soal-soal pre tes minimal 4 minggu sebelum pelatihan dimulai,
karena merupakan kelengkapan persyaratan pengajuan akreditasi.
2. Pada setiap akhir proses pembelajaran suatu materi, dilakukan evaluasi terhadap
pencapaian pemahaman peserta berkaitan dengan materi tersebut. Fasilitator harus
mempersiapkan evaluasi yang akan dilakukan sesuai dengan tujuan pembelajaran:
a. Untuk pencapaian tujuan pembelajaran ranah kognitif, fasilitator
mempersiapkan soal-soal/pertanyaan yang akan diajukan kepada peserta,
bisa dalam bentuk tes tertulis atau lisan.
b. Untuk pencapaian tujuan pembelajaran ranah psikomotor, fasilitator
mempersiapkan evaluasi terhadap keterampilan yang harus dicapai.
Keterampilan melakukan latihan/exercise/ praktik yang berkaitan dengan
fungsi dan kompetensi peserta setelah mengikuti pelatihan seperti yang
tercantum dalam kuri kulum.
3. Pada akhir pelatihan, dilakukan evaluasi terhadap pemahaman peserta mengenai
keseluruhan materi yang telah dipelajari (pos tes)
4. Pada Pelatihan bagi Pelatih (TOT), dilakukan penilaian terhadap keterampilan dalam
melakukan teknik melatih pada waktu microteaching.
Standar minimal evaluasi hasil belajar adalah evaluasi terhadap pencapaian tujuan
pembelajaran khusus.
E. PERAN PELATIH/FASILITATOR
4
Peran tersebut antara lain meliputi:
a. Menciptakan suasana atau iklim belajar yang kondusif, yang mendukung seluruh
proses pembelajaran. Setiap pelatih memiliki seni tersendiri dalam menciptakan iklim
pembe lajaran yang kondusif tersebut.
Adapun hal yang mendasar :
- Mulailah memperkenalkan diri, apabila merupakan pertemuan yang pertama
dalam pelatihan ini. Menyapa dengan hangat agar suasana akrab, tidak ada jarak
psikologis antara pelatih dengan peserta.
- Ada kejelasan tentang tujuan pembelajaran dan keterkaitannya dengan
pekerjaan/tugas peserta.
- Sejak awal setiap orang merasa dihargai dan dilibatkan.
5
BAB V
PENGGUNAAN MODUL PADA PELATIHAN PENATALAKSANAAN HIV AIDS
DAN IMS BAGI PERAWAT/BIDAN FASYANKES
A. Modul pada Pelatihan Penatalaksanaan HIV AIDS dan IMS bagi Perawat/Bidan
Fasyankes
Tujuan Pelatihan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti pelatihan peserta mampu melakukan penatalaksanaan HIV AIDS dan
IMS di fasyankes sesuai tugas dan kewenangannya .
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti pelatihan peserta mampu:
Untuk mencapai tujuan pelatihan yang telah ditetapkan, maka ditentukan materi yang akan
dibahas, dalam suatu Struktur Program sebagai berikut:
6
Struktur Program
C. Materi Penunjang
1. Membangun Komitmen Belajar - 3 - 3
(BLC)
2. Rencana Tindak lanjut (RTL) - 2 - 2
3. Anti Korupsi 2 - - 2
Jumlah 24 31 9 64
Keterangan:
T : Teori (Tatap muka) PL : Praktik Lapangan
P: Penugasan (Permainan, Bermain peran, Simulasi, Latihan/Exercise, Praktik)
1 Jam pelatihan @ 45 menit
Pengantar
Urutan modul dibuat sedemikian rupa sesuai dengan urutan pembelajaran modul,
sebagai berikut:
1. Program Pencegahan dan Pengendalian HIV AIDS dan IMS (modul 1).
2. Pengurangan Stigma dan Diskriminasi (modul 2).
3. Konseling HIV AIDS (Modul 7)
4. Diagnosis HIV AIDS dan IMS (modul 12).
5. Penerapan Pendekatan MTBS/MTBM terkait HIV (Modul 16)
6. Pencegahan dan pengendalian infeksi (Modul 14)
7. Perawatan Berbasis Rumah dan Perawatan Berbasis Masyarakat (Modul 17)
8. Pencatatan dan Pelaporan /Aplikasi SIHA (Modul 18)
7
PROSES PEMBELAJARAN
A. Pada tahap awal idealnya peserta melakukan Pre tes, sebelum mendapatkan informasi
apapun terkait materi pembelajaran termasuk arahan pada Pembukaan. Bahan
pembelajaran seperti modul-modul pelatihan dan lain-lain belum dibagikan kepada
peserta. Dilanjutkan dengan Pembukaan.
Proses pembelajaran dilakukan dalam kelas yang difasilitasi oleh seorang atau lebih
pelatih/ fasilitator, sebagai fasilitator utama.
1. Tujuan Pembelajaran
a. Tujuan Pembelajaran Umum.
Setelah mengikuti materi, peserta mampu memahami Program Pencegahan dan
Pengendalian HIV AIDS dan IMS.
3. Proses Pembelajaran:
Pastikan bahwa semua peserta siap mengikuti proses pembelajaran, telah duduk
di tempat masing-masing sesuai dengan tata ruang kelas, tidak mengoperasikan
laptop atau alat lainnya, tidak mengerjakan hal-hal lain yang akan mengganggu
proses. Pelatih menyampaikan salam pembuka/salam perkenalan apabila ini
merupakan pertemuan pertama dengan peserta. Sapalah peserta dengan
ramah/hangat.
9
secara interaktif, dengan meminta peserta menyampaikan contoh yang
dilaksanakan di wilayah masing-masing, atau hasil pencapaian program
mereka. Apakah kendala dalam menjalankan kebijakan tersebut?
3) Fasilitator menyampaikan paparan materi tentang LKB, menggunakan bahan
tayang. Lakukan secara interaktif, dengan meminta peserta menyampaikan
contoh yang dilaksanakan di wilayah masing-masing, atau hasil pencapaian
program mereka. Apakah terdapat kendala dalam menjalankan LKB di
wilayahnya.
4) Setelah presentasi selesai atau selama presentasi peserta diberi kesempatan
untuk tanya jawab, agar ada kesamaan persepsi. Beri kesempatan peserta
menjawab pertanyaan peserta lainnya, tidak perlu langsung dijawab oleh
fasilitator. Gunakan waktu yang sangat singkat seefektif mungkin.
5) Fasilitator menyampaikan rangkuman dari pokok bahasan 2 dan 3. Bisa
dilakukan dengan mengajak peserta mengingat apa yang telah dipelajari, atau
dengan menayangkan poin-poin penting yang telah dipelajari, dan ajukan
pertanyaan kepada peserta mengenai poin-poin tersebut.
f. Pembahasan pokok bahasan 5. Informasi Dasar HIV AIDS dan IMS (Waktu
50 menit)
10
g. Rangkuman dan Penutup (Waktu 5 menit)
1. Tujuan Pembelajaran
a. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi peserta mampu memahami tentang pengurangan
stigma dan diskriminasi
3. Proses pembelajaran.
Pastikan bahwa semua peserta siap mengikuti proses pembelajaran, telah duduk
di tempat masing-masing sesuai dengan tata ruang kelas, tidak mengoperasikan
laptop atau alat lainnya, tidak mengerjakan hal-hal lain yang akan mengganggu
proses. Fasilitator menyampaikan salam pembuka/salam perkenalan apabila ini
11
merupakan pertemuan pertama dengan peserta. Perkenalkan diri dengan
menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja/pengalaman bekerja terkait
dengan materi yang akan disampaikan. Sapalah peserta dengan ramah/hangat.
12
8) Sampaikan bahwa peserta akan melakukan diskusi membahas Soal-soal
terkait SOGIEB. Soal-soal dibahas dalam kelompok sesuai Petunjuk
Penugasan. Apa bila waktu tidak memungkinkan, soal-soal dapat dibahas
bersama-sama dipandu oleh fasilitator.
9) Pada akhir sesi ini menyampaikan rangkuman singkat tentang hal-hal penting
dari pokok bahasan 1. Berikan penegasan tentang pentingnya petugas
kesehat an memahami SOGIEB seperti yang terlihat pada gambar tentang
Keragaman Seksualitas.
14
MATERI INTI 1. KONSELING HIV (MODUL 7)
1. Tujuan Pembelajaran
2. Pokok Bahasan
Pokok Bahasan 1. Konseling dan tes atas inisiasi petugas pemberi layanan
kesehatan (KTIP)
Pokok Bahasan 2. Konseling HIV dalam strategi komunikasi perubahan perilaku:
a. Orientasi konseling
b. Tatanilai konseling
c. Prinsip komunikasi perubahan perilaku
d. Model perubahan perilaku
e. Pemecahan masalah
Pokok Bahasan 3. Konseling pra tes HIV
Pokok Bahasan 4. Konseling pasca tes HIV
Pokok Bahasan 5. Konseling lanjutan:
a. Pencegahan Positif
b. Konseling adherence dalam kepatuhan minum obat
c. Konseling dasar adiksi Napza
d. Konseling pasangan dan keluarga
e. Konseling dukungan menjelang kematian, duka cita dan berkabung
3. Proses pembelajaran
Siapkan dan pastikan semua bahan, alat bantu dan media yang dibutuhkan
untuk kelancaran pembahasan materi Konseling telah tersedia dan berfungsi
baik. Tata ruang sebaiknya diatur dalam tata letak dan suasana yang
memungkinkan peserta dapat berkomunikasi dan terlibat secara aktif dalam
seluruh proses pembelajaran. Pada pembahasan PB 1, PB 3, PB 4 dan PB 5,
dengan metode curah pendapat, ceramah tanya jawab, dan metode Bermain
peran. Pastikan lay out ruangan cukup kondusif untuk melakukan Bermain peran
secara efektif. Pastikan juga skenario Bermain peran telah dipelajari dan
dipahami oleh fasilitator. Bermain peran dapat dengan menghadirkan EPT,
karena itu pastikan berapa EPT yang akan diundang dan waktu yang tepat agar
pelaksanaan Bermain peran efektif. Kalau tidak memung kinkan menghadirkan
EPT , Bermain peran dilakukan sesama peserta.
15
b. Pengkondisian kelas dan Penyampaian tentang Tujuan Pembelajaran (5
menit)
Pastikan bahwa semua peserta siap mengikuti proses pembelajaran, telah duduk
di tempat masing-masing sesuai dengan tata ruang kelas, tidak mengoperasikan
laptop atau alat lainnya, tidak mengerjakan hal-hal lain yang akan mengganggu
proses. Fasilitator menyampaikan salam pembuka/salam perkenalan apabila ini
merupakan pertemuan pertama dengan peserta. Perkenalkan diri dengan
menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja/pengalaman bekerja terkait
dengan materi yang akan disampaikan.Sapalah peserta dengan ramah/hangat.
18
3) Selama presentasi atau setelah selesai presentasi, fasilitator memberi
kesempatan kepada peserta untuk tanya jawab.
4) Sampaikan bahwa selanjutnya peserta akan melakukan bermain peran
Konseling pasca tes, sesuai dengan petunjuk dan skenario bermain peran
yang ada pada fasilitator. Kepada pengamat diminta untuk menggunakan
daftar tilik/cek lis pelak sanaan konseling pasca tes yang ada pada modul.
Peran pasien/klien, petugas dan pengamat dapat bergantian.
5) Setelah selesai bermain peran fasilitator meminta penyampaian hasil
pengamatan. Kemudian minta juga pemeran peserta dank lien untuk
menyampaikan perasa- annya. Pada akhir sesi fasilitator menyampaikan
ulasan mengenai bermain peran.
6) Fasilitator menyampaikan rangkuman singkat pokok bahasan 4.
19
3) Fasilitator menjelaskan materi tentang Konseling adherence dalam kepatuhan
minum obat dengan menggunakan tayangan power point. Lakukan secara
interaktif, dan kaitkan dengan pendapat peserta agar merasa dihargai, serta
untuk menyama kan persepsi.
4) Fasilitator melakukan kegiatan tanya jawab terkait materi diatas.
5) Fasilitator melanjutkan penjelasan tentang Tahapan dalam melakukan
konseling adherence, termasuk Alur pelayanan pasien yang baru akan
mendapatkan ARV dan Alur pelayanan pasien lama yang sudah mendapat
ARV. Fasilitator meminta peserta bergantian membaca materi tentang tahap-
tahap konseling kepatuhan minum obat.
6) Setelah selesai atau selama pembahasan materi, fasilitator memberi
kesempatan peserta untuk tanya jawab.
7) Fasilitator menyampaikan bahwa selanjutnya peserta akan melakukan
Bermain peran Konseling Adherence, sesuai dengan petunjuk dan skenario
bermain peran pada lapiran panduan ini. Peran sebagai pasien/klien, petugas
dan penga mat dapat bergantian.
8) Setelah selesai bermain peran fasilitator meminta penyampaian hasil
pengamatan. Kemudian minta juga pemeran peserta dan klien untuk
menyampaikan perasaannya. Pada akhir sesi fasilitator menyampaikan
ulasan mengenai bermain peran.
9) Fasilitator menyampaikan rangkuman singkat subpokok bahasan 5. b.
21
dengan petunjuk dan skenario yang ada pada fasilitator. Peran petugas,
pasien/klien dan pengamat dapat bergantian.
5) Setelah selesai bermain peran fasilitator meminta penyampaian hasil
pengamatan. Kemudian minta juga pemeran peserta dan klien untuk
menyampaikan perasaannya.Pada akhir sesi fasilitator menyampaikan ulasan
mengenai bermain peran.
6) Pada 5 menit terakhir fasilitator menyampaikan rangkuman singkat subpokok
bahasan 5. e.
2. Pokok Bahasan
Pokok Bahasan 1. Langkah-langkah Penerapan MTBS/MTBM di Puskesmas
Pokok Bahasan 2. Bagan Penilaian MTBS/MTBM,
Pokok Bahasan 3. Klasifikasi dan Tindakan/Pengobatan Balita sakit umur 2 bulan
sampai 5 tahun dan Bayi Muda sakit umur 0- 2 bulan dengan pendekatan
MTMS/MTBM.
22
3. Proses pembelajaran.
Siapkan dan pastikan semua bahan, alat bantu dan media yang dibutuhkan
untuk kelancaran pembahasan materi Penerapan Pendekatan MTBS/MTBM
terkait HIV telah tersedia dan berfungsi baik. Tata ruang sebaiknya diatur dalam
tata letak dan suasana yang memungkinkan peserta dapat berkomunikasi dan
terlibat secara aktif dalam seluruh proses pembelajaran. Pada pembahasan PB 3
akan dilakukan Latihan Melakukan Klasifikasi dan Tindakan/Pengobatan Balita
sakit umur 2 bulan sam pai 5 tahun dan Bayi Muda umur 0- 2 bulan dengan
pendekatan MTBS/MTBM.. menggunakan kasus. Untuk latihan ini, fasilitator
dapat menggunakan kasus yang ada pada lampiran panduan ini atau
mengembangkan kasus baru. .
Pastikan bahwa semua peserta siap mengikuti proses pembelajaran, telah duduk
di tempat masing-masing sesuai dengan tata ruang kelas, tidak mengoperasikan
laptop atau alat lainnya, tidak mengerjakan hal-hal lain yang akan mengganggu
proses. Fasilitator menyampaikan salam pembuka/salam perkenalan apabila ini
merupakan pertemuan pertama dengan peserta. Perkenalkan diri dengan
menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja/pengalaman bekerja terkait
dengan materi yang akan disampaikan. Sapalah peserta dengan ramah/hangat.
1. Tujuan Pembelajaran
2. Pokok Bahasan
Pokok bahasan 1. Kewaspadaan standar
Pokok bahasan 2. Tatalaksana Profilaksis Pasca Pajanan (PPP)
25
Pokok bahasan 3. Penyelenggaraan jenazah pasien
3. Proses pembelajaran.
Siapkan dan pastikan semua bahan, alat bantu dan media yang dibutuhkan
untuk kelancaran pembahasan materi Tatalaksana HIV AIDS dan IMS telah
tersedia dan berfungsi baik. Tata ruang sebaiknya diatur dalam tata letak dan
suasana yang memungkinkan peserta dapat berkomunikasi dan terlibat secara
aktif dalam seluruh proses pembelajaran. Pada pembahasan PB 1 akan dilakukan
Latihan Penerapan Kewaspadaan standar yaitu Prosedur Mencuci Tangan dan PB
2, akan dilakukan Latihan Melakukan PPP. menggunakan kasus. Pastikan bahwa
semua peralatan yang diperlukan untuk melakukan praktik Mencuci tangan
seperti: telah tersedia. Untuk latihan PPP, fasilitator dapat menggunakan
kasus yang ada pada lampiran panduan ini atau mengembangkan kasus baru.
Peserta akan melakukan praktik Kewaspadaan standar pada waktu Praktik
Lapangan.
Pastikan bahwa semua peserta siap mengikuti proses pembelajaran, telah duduk
di tempat masing-masing sesuai dengan tata ruang kelas, tidak mengoperasikan
laptop atau alat lainnya, tidak mengerjakan hal-hal lain yang akan mengganggu
proses. Fasilitator menyampaikan salam pembuka/salam perkenalan apabila ini
merupakan pertemuan pertama dengan peserta. Perkenalkan diri dengan
menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja/pengalaman bekerja terkait
dengan materi yang akan disampaikan. Sapalah peserta dengan ramah/hangat.
26
peserta untuk menjawab pertanyaan peserta lain. Waktu paparan dan tanya
jawab sekitar 25 menit.
5) Sampaikan bahwa selanjutnya peserta akan melakukan latihan menerapkan
kewaspadaan standar, yaitu praktik Mencuci tangan sesuai dengan prosedur.
Jelaskan penugasan peserta sesuai dengan petunjuk Latihan/praktik pada
lampiran panduan ini. Pastikan semua peserta dapat melakukannya. Waktu
untuk praktik sekitar 15 menit.
6) Pada 5 menit terakhir fasilitator menyampaikan ulasan dan rangkuman
singkat dari pokok bahasan 1.
27
2) Sampaikan kembali penegasan tentang hal-hal yang perlu diperbaiki atau
diperhatikan ketika menerapkan di lapangan/tempat tugas.
3) Fasilitator menutup sesi dengan mengucapkan terimakasih dan salam
1. Tujuan Pembelajaran
2. Pokok Bahasan
Pokok Bahasan 1. Asuhan keperawatan IO
Pokok Bahasan 2. Asuhan keperawatan paliatif
Pokok Bahasan 3. Perawatan Berbasis Rumah dan Perawatan Berbasis Masyarakat
(PBR dan PBM)
a. Konsep PBR dan PBM Perawatan Berbasis Rumah
b. Peran dan tanggung jawab perawat dalam PBR dan PBM
c. Merancang kegiatan PBR dan PBM di wilayah kerja
3. Proses Pembelajaran
Siapkan dan pastikan semua bahan, alat bantu dan media yang dibutuhkan
untuk kelancaran pembahasan materi Perawatan Berbasis Rumah dan Perawatan
Berbasis Masyarakat telah tersedia dan berfungsi baik. Tata ruang sebaiknya
diatur dalam tata letak dan suasana yang memungkinkan peserta dapat
berkomunikasi dan terlibat secara aktif dalam seluruh proses pembelajaran. Pada
pembahasan PB 1 dan PB2 akan dilakukan Latihan Asuhan Keperawatan IO dan
Paliatif, menggunakan kasus. Untuk latihan tersebut, fasilitator dapat
menggunakan kasus yang ada pada lampiran panduan ini atau mengembangkan
kasus baru. Untk PB 3, peserta akan melakukan Latihan Merancang Kegiatan
PBR/PBM di wilayah kerjanya. Latihan ini juga memerlukan data atau kasus.
Pastikan kasus tersebut telah tersedia dan dipelajari oleh fasilitator.
Pastikan bahwa semua peserta siap mengikuti proses pembelajaran, telah duduk
di tempat masing-masing sesuai dengan tata ruang kelas, tidak mengoperasikan
28
laptop atau alat lainnya, tidak mengerjakan hal-hal lain yang akan mengganggu
proses. Fasilitator menyampaikan salam pembuka/salam perkenalan apabila ini
merupakan pertemuan pertama dengan peserta. Perkenalkan diri dengan
menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja/pengalaman bekerja terkait
dengan materi yang akan disampaikan. Sapalah peserta dengan ramah/hangat.
29
4) Sampaikan bahwa peserta akan melakukan latihan tentang Asuhan
keperawat an paliatif dan akan digunakan pada waktu melaksanakan PBR/
dan PBM. Je laskan penugasan peserta sesuai dengan petunjuk yang ada
pada fasilitator.
5) Setelah selesai latihan, fasilitator memandu presentasi. Mintalah peserta dari
ke lompok lain menyampaikan tanggapan. Setelah bagian akhir, fasilitator
menyam paikan ulasan.
6) Pada 5 menit terakhir fasilitator menyampaikan rangkuman singkat dari pokok
bahasan 2.
30
11) Setelah selesai latihan, fasilitator memandu presentasi. Mintalah agar peserta
dari kelompok lain memberikan tanggapannya, dan saling memberi masukan.
Pada akhir fasilitator menyampaikan ulasan.
12) Pada 5 menit terakhir fasiitator menyampaikan rangkuman singkat dari pokok
bahasan 3.
1. Tujuan Pembelajaran
a. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi peserta mampu melakukan pencatatan dan pelaporan
terkait program pencegahan dan pengendalian HIV AIDS dan IMS
3. Proses pembelajaran
Siapkan dan pastikan semua bahan, alat bantu dan media yang dibutuhkan
untuk kelancaran pembahasan materi Pencatatan dan Pelaporan (Aplikasi SIHA)
telah tersedia dan berfungsi baik. Tata ruang sebaiknya diatur dalam tata letak
dan suasana yang memungkin kan peserta dapat berkomunikasi dan terlibat
secara aktif dalam seluruh proses pembelajaran. Pastikan juga bahwa jaringan
internet cukup kuat untuk mengoperasikan seluruh laptop peserta dan akses ke
jaringan internet.
31
Pada pembahasan PB 3 akan dilakukan Latihan Pengisian formulir standar
pencatatan dan pelaporan yang terkait dengan tugas dokter. Pastikan petunjuk
Latih an dengan kasus atau data yang diperlukan untuk dokter fasyankes serta
jawab annya telah dipelajari oleh fasilitator. Pembahasan Modul ini di kelas 3 jam
pelatihan dan pada PL 1 jam pelatihan.
Pastikan bahwa semua peserta siap mengikuti proses pembelajaran, telah duduk
di tempat masing-masing sesuai dengan tata ruang kelas, tidak mengoperasikan
laptop atau alat lainnya, tidak mengerjakan hal-hal lain yang akan mengganggu
proses. Katakan bahwa penggunaan laptop dapat dilakukan ketika peserta
mengerjakan latihan-latihan.
32
administrasi. Kemudian menuliskan judul setiap jenjang pada kertas flipchart
di depan kelas. Minta peserta membagi diri dalam 2 kelompok, dan berbaris
kebelakang. Bagikan kertas metaplan yang telah diberi tulisan tadi kepada
setiap peserta, beri aba-aba agar peserta maju satu persatu menempelkan
kertas metaplan miliknya dibawah tulisan jenjang administrasi yang sesuai.
Setelah selesai bahas bersama-sama, dan beri tanda mana yang sudah betul,
kemudian hitunglah jumlah yang betul pada masing-masing kelompok.
2) Fasilitator menyampaikan paparan materi tentang peran setiap jenjang
administrasi dalam aplikasi SIHA, menggunakan bahan tayang, dengan cara
yang interaktif. Kaitkan dengan pendapat peserta agar merasa dihargai.
Laku kan penegasan-penegasan tentang peran sebagai perawat/bidan
fasyankes dalam pencatatan dan pelaporan. Paparan lebih difokuskan pada
peran perawat/bidan fasyankes primer.
3) Setelah seluruh presentasi selesai, atau selama presentasi fasilitator memberi
kesempatan peserta untuk tanya jawab. Berikan juga kesempatan untuk
menjawab pertanyaan peserta lain. Waktu paparan dan tanya jawab
diharapkan selesai dalam 25 menit.
4) Pada 5 menit terakhir fasilitator menyampaikan rangkuman singkat dari pokok
bahasan 2.
33
6) Katakan bahwa peserta akan mengerjakan Latihan pencatatan dan pelaporan
(Pengisian formulir-formulir standar pencatatan dan pelaporan). Jelaskan
latihan sesuai dengan petunjuk latihan yang ada pada panduan ini. Peserta
akan bekerja secara individu dan dalam kelompok. Selama proses latihan,
fasilitator melakukan pengamatan dan memberi bantuan sesuai kebutuhan.
Waktu untuk latihan sekitar 15 menit
7) Setelah selesai, fasilitator memandu presentasi hasil latihan. Peserta dari
kelompok lain diminta memberikan tanggapan. Waktu presentasi dan
tanggapan sekitar 20 menit
8) Pada 5 menit terakhir Fasilitator menyampaikan rangkuman dari pokok
bahasan 3.
34
Lampiran 1. Penyusunan RTL
Uraian materi sama dengan Pengelola program
PETUNJUK PENUGASAN
PELATIHAN PENATALAKSANAAN HIV AIDS DAN IMS BAGI PERAWAT/BIDAN
FASYANKES
a. Joni adalah seorang laki-laki yang tertarik dengan laki-laki. Joni memutuskan
untuk beristeri dan tidak menjalin hubungan dengan laki – laki. Perilaku seksual
yang dilakukan Joni adalah seks vagina dengan isterinya. Apakah orientasi
seksual Joni? Pada titik ke berapa keberadaan Joni pada kontinum Kinsey?
Apakah perilakunya itu berisiko terhadap IMS dan HIV? Mengapa?
b. Adi adalah seorang laki-laki yang tertarik dengan laki-laki. Adi memutuskan untuk
beristeri, sekaligus secara diam-diam memiliki pacar laki – laki. Perilaku seksual
yang dilakukan Adi adalah seks vagina dengan isterinya dan seks anal dengan
pacar laki–lakinya. Apa orientasi seksual Adi ? Pada titik ke berapa keberadaan
Adi pada kontinum Kinsey? Apakah perilakunya itu berisiko terhadap IMS dan
HIV? Mengapa?
c. Jaja adalah seorang laki-laki. Jaja memiliki pacar laki-laki. Perilaku seksual yang
dilakukan Jaja adalah anal seks dengan pacar laki-lakinya. Apakah orientasi
seksual Jaja? Pada titik ke berapa keberadaan Jaja pada kontinum Kinsey?
Apakah perilakunya itu berisiko terhadap IMS dan HIV? Mengapa?
d. Erik adalah seorang laki-laki. Erik memutuskan beristeri. Erik secara diam-diam
bekerja di panti pijat sebagai “kucing” atau pekerja seks untuk laki-laki. Perilaku
seks yang dilakukan Erik adalah seks vagina dengan isterinya dan anal seks
dengan tamu laki-lakinya. Apakah perilakunya itu berisiko terhadap IMS dan
HIV? Mengapa?
e. Surya adalah seorang laki-laki yang memiliki seorang isteri. Pada malam hari,
kadang-kadang Sugeng berpakaian perempuan dan berhubungan seks dengan
laki-laki di taman Lawang, demi uang. Apakah identitas seksual Sugeng?
Apakah perilakunya itu berisiko terhadap IMS dan HIV? Mengapa?
f. Antoni merasa dirinya perempuan yang terjebak dalam tubuh laki-laki, sehingga
dia merasa nyaman berpenampilan seperti perempuan. Namun keluarganya
selalu menentang perilakunya , dan memaksa untuk berpakaian laki-laki. Karena
itu Antoni kabur dari rumahnya dan bekerja di suatu perusahaan, dan mengganti
namanya menjadi Anita, dan tinggal serumah dengan pacarnya seorang laki-laki.
Apakah orientasi seksual Anita.
35
2. Permainan Padanan Kartu
a. Fasilitator membagi peserta dalam dua kelompok. Setiap kelompok diminta
berba ris kebelakang menghadapi flipchart atau kain planel masing-masing.
Pada flipchart atau kain planel dituliskan kata Stigma dan Diskriminasi.
b. Fasilitator membagikan kertas-kertas metaplan berwarna yang telah diberi tulisan
terkait stigma dan diskriminasi secara umum. Jumlah kertas yang diberikan
sama.
c. Fasilitator menjelaskan bahwa peserta dari setiap kelompok tanpa melakukan
diskusi dengan temannya, bergantian maju kedepan untuk menempelkan kertas
metaplan dibawah kata Stigma atau Diksriminasi, sampai seluruh kertas
metaplan habis ditempelkan
d. Kemudian fasilitator memandu pembahasan, apakah kertas-kertas metaplan
ditempelkan pada tempat yang sesuai.
e. Apabila ada hal yang masih meragukan dan perlu pembahawan lebih lanjut,
kertas metaplan tersebut ditempel secara terpisah.
f. Setelah semua elesai dibahas, fasilitator menyampaikan klarifikasi
Untuk memeriahkan suasana, dapat juga setiap kelompok menghitung berapa
banyak hasilnya yang betul/sesuai. Dan yang terbanyak menjadi pemenangnya.
36
PETUNJUK PENUGASAN
PELATIHAN PENATALAKSANAAN HIV AIDS DAN IMS BAGI PERAWAT/BIDAN
FASYANKES
Petunjuk:
a. Fasilitator memilih pemeran, yaitu :
- Satu orang peserta dipilih sebagai petugas kesehatan
- Satu orang peserta dipilih sebagai pasien/klien (dapat juga mendatangkan
EPT)
- Peserta lain sebagai pengamat dengan dua orang peserta sebagai pengamat
utama.
b. Fasilitator memberikan penjelasan singkat kepada pemeran petugas dan
memberikan skenario/kasus untuk dipelajari selama lebih kurang 5 menit. Kemudian
penjelasan kepada pemeran pasien secara terpisah.
c. Pemeran petugas kesehatan dan pasien/klien duduk di depan kelas untuk melakukan
KTIP, sesuai dengan skenario/kasus yang ada (10 menit)
d. Peserta lain menjadi observer yaitu mengamati jalannya proses sampai selesai
e. Setelah proses selesai fasilitator memandu diskusi /umpan balik :
- Fasilitator menanyakan bagaimana pendapat dari pasien dengan layanan
konseling yang diberikan oleh petugas kesehatan
- Kemudian fasilitator menanyakan pendapat dari para pengamat mengenai
proses konseling yang telah diperankan
f. Fasilitator selanjutnya menanyakan pendapat dan perasaan dari petugas kesehatan
ketika melakukan KTIP.
g. Terakhir, fasilitator merangkum hasil dari proses KTIP serta menekankan tentang hal-
hal yang penting diperhatikan.
Skenario/Kasus
2. Proses Pemberian Informasi pra tes dilakukan selama 45 menit (6 putaran masing-
masing putaran 10 menit). 5 menit untuk diskusi bersama.
37
2. Petunjuk Bermain peran 2 dan 3. Konseling Pra Tes dan Pasca Tes
Petunjuk
1. Fasilitator membagi peserta menjadi kelompok kecil yang terdiri dari tiga orang.
Masing-masing berperan sebagai konselor, pengamat dan klien.
2. Fasilitator menjelaskan dan membagi lembaran pegangan konselor sebagai berikut:
a. Lembar kasus konselor - klien - pengamat
b. Lembar formulir penilaian risiko dan kasus dan akan dibahas untuk masa
jendela dan penilaian risiko
c. Lembar kasus yang akan digunakan dalam konseling pra tes HIV dan
konseling pasca tes HIV
2. Adapun aturan dalam kegiatan konselor, pengamat dan klien sebagai berikut ini:
a. Fasilitator memberikan penjelasan mengenai proses bermain peran dan
perlengkapan yang akan digunakan
b. Bagi peserta atas kelompok ‘konselor’, ‘klien’, ’pengamat’
c. Pada kegiatan konseling pra tes HIV dan konseling pasca tes HIV peserta
diatur dalam kelompok yang sama dan beranggotakan tiga orang.
d. Dipandu oleh fasilitator, kelompok konselor membahas daftar cek konseling,
formulir-formulir dan aturan main sebagai konselor. Kelompok klien
mempelajari skenario/kasus yang dipilih dan perannya. Kelompok pengamat
membahas daftar cek pengamat dan aturan main sebagai pengamat.
e. Pada putaran pertama, peserta bermain peran selama 15 menit.
f. Fasilitator mengatur posisi duduk agar pengamat dapat memperhatikan
konselor dengan baik. Konselor dan klien duduk dengan posisi huruf L
A B C
Putaran 1
3. Pada setiap selesai satu putaran bermain peran para pengamat berkumpul di depan
kelas memberikan umpan balik tentang konselor dan proses konseling. Fasilitator
mencatat hasil pengamatan. Pengamatan mencakup hal-hal yang positif dan yang
perlu ditingkatkan dari seorang konselor.
4. Setiap kali kelompok pengamat selesai memberikan umpan balik, persilahkan klien
untuk menambahkan komentar.
5. Fasilitator membacakan hasil temuan dan menekankan agar hal positif dipertahankan
dan meningkatkan aspek keterampilan konseling lain
6. Setelah putaran ketiga selesai dan pengamat putaran ketiga selesai memberikan
umpan balik umum, peserta kembali duduk dalam kelas besar.
7. Beri kesempatan kepada beberapa konselor untuk mengungkapkan tantangan-
tantangan dalam proses konseling
8. Di akhir sesi fasilitator memberikan klarifikasi dan kesimpulan
38
Skenario 1
Laki-laki, 35 tahun, menikah dan berprofesi sebagai pekerja seks. Mempunyai dua orang
anak berusia 4 dan 2 tahun. Perawat yang memeriksanya melihat bercak-bercak merah
diseluruh badan dan disarankan untuk tes HIV. Klien dengan sedikit enggan mengakui
bahwa pekerjaannya adalah pekerja seks. Istrinya mengetahui pekerjaannya dan
mendukung karena keterbatasan ekonomi. Selain menjadi pekerja seks untuk semua
kalangan, klien juga menjual alkohol dan menggunakannya juga. Saat bekerja klien tidak
pernah menggunakan kondom. Berhubungan seks dengan istri tanpa kondom terakhir dua
minggu yang lalu. Klien juga memikirkan apa yang akan dikatakan pada isterinya dan
bagaimana reaksi isterinya jika ia reaktif HIV
Skenario 2.
Laki- laki, 28 tahun, sudah mulai berhubungan seks dengan laki-laki sejak kelas dua SMP.
Pengalaman seksual pertamanya didapatkan dari pamannya yang suka berhubungan
seksual dengan laki-laki atau perempuan. Sekarang klien hidup bersama dengan
kekasihnya. Selain itu klien suka berganti-ganti pasangan. Dua bulan yang lalu ia berpacaran
dengan seorang pengguna Napza suntik yang positif HIV. Klien merasa gelisah dan kuatir
jika dirinya tertular HIV dari hubungan seksual terakhirnya dengan pengguna Napza suntik
tersebut
Skenario 3.
Perempuan 26 tahun, baru menikah satu bulan yang lalu. Satu minggu ini dia mengeluh
sering sakit kepala, mudah lelah dan batuk-batuk. Klien menceritakan pernah menggunakan
Napza suntik tidak steril bergantian semasa SMA bersama mantan pacarnya. Terakhir
menggunakan Napza tiga bulan yang lalu. Ketika menikah suaminya tidak tahu bahwa klien
pengguna napza suntik. Klien sangat bingung dan khawatir bagaimana cara mengatakan hal
ini kepada suami, jika hasil tes reaktif
39
Konseling Pra dan Pasca tes didahului dengan kegiatan Penilaian Risiko
Nama Konselor
40
Gunakan lembar pengamatan berikut.
41
4. Petunjuk Bermain peran Konseling Lanjutan
Skenario
Petunjuk
Skenario
Klien anda seorang laki-laki 36 tahun, tamat SMA, pekerjaan pramusaji. Anda
didiagnosis terinfeksi HIV AIDS 3 tahun yang lalu. Teman di tempat kerja dan
keluarga tidak tahu tentang status ini. Anda selalu sarapan pagi dan makan
bersama keluarga istri, anak dan mertua perempuan yang tinggal satu rumah.
Seminggu yang lalu anda kedokter karena diare yang bertambah sering serta badan
terasa lemas dan tidak bergairah untuk kerja. Hasil pemeriksaan CD4 adalah 150.
Dokter menyarankan memakai ARV, anda datang kembali ke konselor yang dulu
memberi konseling HIV dan pernah mengatakan hal yang sama. Anda mengatakan
bahwa teman anda yang sama-sama dulu satu kelompok pemakai putau suntik,
seorang yang berbadan ideal dan pemberani, tidak tahan terhadap obat ARV, selalu
mual dan tidak nafsu makan. Anda takut akan efek samping ini namun ingin minum
ARV untuk pengobatan. Anda ingin mengetahui lebih banyak mengenai pengobatan
ARV.
Lakukan konseling adherence kepada klien anda:
42
a. Identifikasi hambatan klien
b. Diskusikan langkah-langkah yang dapat mendukung klien dalam kepatuhan
berobat
Skenario
Rado adalah pengguna narkoba selama lebih dari 4 tahun. Dua minggu yang lalu ia
terdeteksi HIV positif sehingga merasa sangat shok dan cemas. Ia tidak berani
memberitahu kondisinya tersebut kepada orangtua karena ayahnya adalah pemuka
agama yang cukup dikenal masyarakat. Rado lebih bingung lagi bagaimana
menjelaskan kepada pacarnya yang juga mantan pengguna narkoba. Selama ini
pacarnya sudah sangat baik kepadanya dan membantu Rado untuk berusaha
berhenti sebagai pecandu. Rado juga merasa sangat bersalah kepada orang tuanya,
pesimis terhadap masa depan dan ingin mengakhiri hidupnya.
Skenario 1.
Laki-laki, 35 tahun, menikah dan berprofesi sebagai pekerja seks. Mempunyai dua orang
anak berusia 4 dan 2 tahun. Perawat yang memeriksanya melihat bercak-bercak merah
diseluruh badan dan disarankan untuk tes HIV. Klien dengan sedikit enggan mengakui
bahwa pekerjaannya adalah pekerja seks. Istrinya mengetahui pekerjaannya dan
mendukung karena keterbatasan ekonomi. Selain menjadi pekerja seks untuk semua
kalangan, klien juga menjual alkohol dan menggunakannya juga. Saat bekerja klien tidak
pernah menggunakan kondom. Berhubungan seks dengan istri tanpa kondom terakhir
dua minggu yang lalu. Klien juga memikirkan apa yang akan dikatakan pada isterinya
dan bagaimana reaksi isterinya jika ia reaktif HIV
Skenario 2.
Laki-laki, 17 tahun, lajang. Klien mendengar tentang HIV dari beberapa temannya dan
mulai merasa khawatir apakah telah terinfeksi. Klien menceritakan telah melakukan
praktek seks yang tidak aman dengan beberapa pekerja seks tanpa sepengetahuan
orangtua. Hubungan seks terakhir yang dilakukannya seminggu yang lalu. Dalam diskusi
selanjutnya terungkap klien juga pengguna narkotika dengan jarum suntik sejak kelas
satu SMA. Klien selalu bergantian jarum tanpa dibersihkan lebih dahulu dengan
temannya dan terakhir melakukannya satu minggu yang lalu. Sejak itu klien merasa
cemas terinfeksi HIV, tidak nafsu makan dan mengalami sulit tidur. Klien khawatir bila
hasil tesnya positif akan ditolak oleh keluarga dan temannya. Klien menyatakan akan
bunuh diri bila hasil tes HIV reaktif.
43
Skenario
Klien anda adalah seorang ibu usia 25 tahun, suaminya meninggal 2 minggu yang
lalu karena HIV. Hasil tes HIV ibu ini ia tidak terinfeksi HIV/non reaktif. Sebelum
suaminya meninggal, ia tahu suaminya mempunyai hubungan seksual dengan laki-
laki. Ia menyatakan pernikahan mereka hanyalah untuk status sosial saja. Ia
mengatakan sekarang ia sedih dan marah silih berganti. Ia mengatakan suaminya
telah membohonginya dalam kehidupan seksual dan tidak mencintainya. Ia ingin
mempunyai anak dan ia merasa tidak ada kesempatan baginya untuk menikah lagi
karena tidak ada lagi laki-laki yang menyayanginya. Keluargan-pun menjauh sejak
suaminya sakit-sakitan. Ia mempunyai usaha rumah makan/restoran yang ia kelola
bersama suaminya, sebelum suaminya sakit.
Lakukanlah konseling kepada ibu tersebut
a. Identifikasi tanda-tanda berduka
b. Identifikasi tanda spesifik dari kedukaannya
c. Diskusikan aktivitas yang bisa menolong ibu ini melewatkan waktu berdukacita
dan berkabungnya
d. Bagaimana Konselor membantu mengelola kondisi ibu saat ini
44
PETUNJUK PENUGASAN
PELATIHAN PENATALAKSANAAN HIV AIDS DAN IMS BAGI PERAWAT/BIDAN
FASYANKES
Skenario:
Anda adalah petugas kesehatan di Puskesmas yang bertugas di layanan IMS. Anda
mendapatkan pasien seorang perempuan yang kemungkinan mempunyai gejala
mengarah pada IMS. Anda harus melakukan anamnesis terlebih dahulu, dan harus
berupaya untuk menggali informasi sebagai berikut:
- Informasi umum, seperti : nama, umur, alamat, pekerjaan, status, jumlah anak,
pendidikan
- Keluhan utama
- Keluhan tambahan
- Riwayat perjalanan penyakit
- Riwayat seksual
- Kontak seksual pasiendengan laki-laki/perempuan penjaja seks, teman, pacar,
suami/istri.
- Jenis kelamin pasangan seksual,
- Cara hubungan seksual dilakukan (genito – genital, oro – genital, ano – genital,
oral – ano - genital),
- Konsistensi Penggunaan kondom,
- Riwayat pengobatan
Anda juga harus mampu menggali adanya faktor risiko pada perempuan.
45
Pemeran pasien
Anda seorang perempuan dewasa, sudah bersuami, pekerjaan suami adalah pelaut,
yang sering bepergian lama. Suami anda biasanya pulang sekitar 6 bulan sekali, dan
terakhir pulang sekitar 3 minggu yang lalu. Sudah sekitar 2 minggu ini anda
merasakan keputihan yang luar biasa, gatal sekali dan sangat mengganggu kegiatan
sehari-hari, warnanya berbekas pada celana kuning kehijauan. Hari ini anda datang
untuk berobat ke Puskesmas. Sebelum diperiksa petugas kesehatan (ibu bidan) akan
mengajukan pertanyaan kepada anda. Tugas anda adalah menjawab pertanyaan
yang diajukan oleh petugas.
Tugas anda adalah mengamati dialog yang terjadi antara petugas kesehatan dengan
pasien. Perhatikan bagaimana komunikas dan sikap petugas selama melakukan
anamnesis, sebagai berikut:
Skenario:
Pemeran petugas kesehatan:
Anda adalah petugas kesehatan di Puskesmas yang bertugas di layanan IMS. Anda
mendapatkan pasien seorang laki-laki yang kemungkinan mempunyai gejala
mengarah pada IMS. Anda harus melakukan anamnesis terlebih dahulu, dan harus
berupaya untuk menggali informasi sebagai berikut:
- Informasi umum, seperti : nama, umur, alamat, pekerjaan, status, jumlah anak,
pendidikan
46
- Keluhan utama
- Keluhan tambahan
- Riwayat perjalanan penyakit
- Riwayat seksual
- Kontak seksual pasiendengan laki-laki/perempuan penjaja seks, teman, pacar,
suami/istri.
- Jenis kelamin pasangan seksual,
- Cara hubungan seksual dilakukan (genito – genital, oro – genital, ano – genital,
oral – ano - genital),
- Konsistensi Penggunaan kondom,
- Riwayat pengobatan
Anda juga harus mampu menggali adanya faktor risiko pada pasien tersebut.
Pemeran pasien
Anda seorang laki-laki dewasa, sudah beristeri, tetapi anda juga berhubungan
dengan seorang laki-laki yang sering datang ke bar tempat anda bekerja sebagai
bartender. Hampir setiap minggu anda berhubungan dengannya, dan selama ini
merasa baik-baik saja. Sudah sekitar 3 hari ini anda merasakan sakit pada waktu
buang air kecil dan dari kemaluan anda keluar cairan seperti susu. Anda merasa
sangat terganggu, sehingga tidak dapat masuk kerja.. Hari ini anda datang untuk
berobat ke Puskesmas. Sebelum diperiksa, petugas kesehatan akan mengajukan
pertanyaan kepada anda. Tugas anda adalah menjawab pertanyaan yang diajukan
oleh petugas.
Tugas anda adalah mengamati dialog yang terjadi antara petugas kesehatan dengan
pasien. Perhatikan bagaimana komunikas dan sikap petugas selama melakukan
anamnesis, sebagai berikut:
2). Simulasi Pemeriksaan fisik dan pengambilan sampel pada pasien perem
puan
48
3). Simulasi Pemeriksaan fisik dan pengambilan sampel pada pasien laki-laki
Catatan:
Apabila masih diperlukan, peserta yang merasa belum mahir melakukan pemeriksaan
fisi dan pengambilan sampel, dipersilakan untuk berlatih diluar jam pelajaran, dengan
meminjam phantom serta peralatan dari fasilitator.
49
PETUNJUK PENUGASAN
PELATIHAN PENATALAKSANAAN HIV AIDS DAN IMS
BAGI PERAWAT/BIDAN FASYANKES
MI-3. PENERAPAN PENDEKATAN MTBS/MTBM TERKAIT HIV
Latihan Melakukan klasifikasi dan tindakan /pengobatan HIV Balita dalam MTBS/ MTBM
Petunjuk:
a. Fasilitator membagi peserta dalam 4-5 kelompok
b. Kepada setiap kelompok dibagikan kasus yang akan dibahas
c. Fasilitator menjelaskan tugas kelompok:
o Mempelajari kasus (pembagian kasus berdasarkan penentuan oleh fasilitator)
o Berdasarkan kasus membuat bagan penilaian, klasifikasi dan tindakan/ pengo
batan dalam MTBS/MTBM menggunakan bagan yang telah baku
o Ingatkan peserta untuk melakukan sesuai dengan yang telah dipelajari dalam
modul
d. Setiap kelompok mempersiapkan bahan presentasi
e. Fasilitator melakukan pengamatan, memperhatikan apakah semua anggota kelompok
ber peran serta, dan memberikan bantuan sesuai kebutuhan
f. Setelah selesai setiap kelompok secara bergiliran mempresentasikan hasilnya
g. Peserta dari kelompok lain diminta memberikan tanggapan dan masukan
h. Pada akhir sesi, fasilitator menyampaikan klarifikasi dan penegasan yang perlu diperhati
kan berkaitan dengan penerapan bagan penilaian, klasifikasi dan tindakan/pengobatan
dalam MTBS
Kasus-kasus:
Kasus 1.
Seorang wanita muda datang ke puskesmas tempat anda bekerja, membawa anaknya
bernama Ova , bayi perempuan berumur 8 bulan, dengan keluhan: panas, batuk, sariawan,
sejak 1 bulan yang lalu. Sudah dibawa berobat, tetapi tidak ada perbaikan. Bayi diberi ASI.
Pada anamnesis, ternyata ibunya sudah pernah di tes HIV dan hasilnya positif, lebih kurang
2 tahun yang lalu. Pada waktu itu ibu dirujuk untuk mendapatkan pengobatan ARV, tetapi
tidak datang ke layanan rujukan ARV.
Tugas kelompok:
1. Membuat bagan penilaian, klasifikasi dan tindakan/pengobatan dalam MTBS
2. Apa yang akan dilakukan terhadap ibunya?
50
Kasus 2.
Seorang bayi berumur 6 minggu dibawa oleh neneknya ke fasyankes tempat anda bekerja.
Neneknya mengatakan, bahwa bayi tersebut lahir dengan operasi seksio pada usia
kehamilan 38 minggu, Bayi lahir sehat dengan berat badan lahir 2700 gram, panjang badan
48 cm Beberapa hari ini bayi demam, nenek sangat kuatir, karena ayah bayi sedang dirawat
karena menurut dokter yang merawat menderita encephalitis toksoplasma. Nenek juga tahu
kalau ayahnya bayi baru diketahui HIV positif pada waktu ibu bayi hamil 2 bulan. Ibu bayi
sudah di tes HIV dan hasilnya reaktif. Selama ini bayi diberi susu formula/PASI.
51
PETUNJUK PENUGASAN
PELATIHAN PENATALAKSANAAN HIV AIDS DAN IMS
BAGI PERAWAT/BIDAN FASYANKES
MI-4. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
Langkah kegiatan:
1. Fasilitator membantu memilih peserta yang akan mempraktikkan cara mencuci tangan.
Dapat dipilih 3 orang peserta
2. Peserta mempraktikkan secara bergantian
3. Peserta lain melakukan pengamatan, apakah praktik mencuci tangan yang dilakukan
mengikuti langkah-langkah berikut:
a. Buka kran dan atur suhu air
b. Basahi tangan
c. Tuangkan larutan sabun/antiseptik
d. Mulai mencuci tangan
e. Gosok telapak terhadap telapak
f. Tautkan jari dan gosok telapak tangan terhadap punggung tangan kiri dan sebaliknya
g. Tautkan jari dan gosok telapak terhadap telapak
h. Gosokkan punggung jari satu tangan ke tangan yang lain dan sebaliknya
i. Gosok ibu jari dengan cara memutar dalam genggaman tangan yang lain
j. Gosokkan ibu jari pada telapak tangan yang lain dengan arah memutar
k. Bilas dengan air mengalir
l. Keringkan dengan lap bersih.
4. Peserta lain diminta mengamati dan mencatat hal-hal yang perlu ditanyakan atau
diklarifikasi.
5. Setelah selesai, fasilitator meminta peserta menyampaikan hasil pengamatannya
6. Fasilitator menyampaikan klarifikasi dan penegasan berkaitan dengan cara cuci tangan
yang benar.
Apabila masih ada waktu beri kesempatan peserta lain untuk mencoba mencuci tangan
mengikuti langkah-langkah tersebut.
52
Latihan 2. Latihan Penerapan PPP
Petunjuk:
1. Fasilitator membagi peserta dalam 3-4 kelompok
2. Jelaskan bahwa peserta akan melakukan Latihan kasus penerapan PPP
3. Fasilitator membagikan lembar kasus kepada setiap kelompok.
4. Jelaskan tugas peserta dalam kelompok:
Setiap kelompok memilih Ketua dan Sekretaris
Setiap peserta diminta untuk mempelajari kasus yang dibagikan
Ketua kelompok memandu brainstorming untuk menjawab pertanyaan tentang
penerapan PPP pada kasus, agar semua anggota kelompok berpartisipasi.
Ketua kelompok memandu pembahasan hasil brainstorming, dan kesepakatan
kelompok tentang penerapan PPP pada kasus tersebut
5. Setiap kelompok diminta mempersiapkan presentasi
6. Fasilitator memandu presentasi kelompok, secara bergantian. Peserta dari kelompok lain
di minta untuk memberikan tanggapan
7. Pada akhir sesi fasilitator menyampaikan ulasan dan klarifikasi
Kasus:
Jono seorang perawat di suatu fasyankes.Ia kelihatan sangat panik. Ia baru saja melakukan
penyuntikan BP kepada seorang pasien waria yang didiagnosis sifilis dini. Jono mencoba
membengkokkan jarum suntik yang baru dipakainya, sebelum membuang jarum tersebut,
tetapi meleset dan menusuk tangannya sampai berdarah. Dia datang kepada anda. Apa
yang akan anda lakukan terhadap Jono?
53
PETUNJUK PENUGASAN
PELATIHAN PENATALAKSANAAN HIV AIDS DAN IMS
BAGI PERAWAT/BIDAN FASYANKES
MI-5. PERAWATAN BERBASIS RUMAH DAN PERAWATAN BERBASIS MASYARAKAT
Petunjuk
54
PETUNJUK PENUGASAN
PELATIHAN PENATALAKSANAAN HIV AIDS DAN IMS
BAGI PERAWAT/BIDAN FASYANKES
55
Lampiran 3. Soal Pre Tes
5. Peran dan tanggung jawab perawat dalam pencegahan, perawatan dan dukungan pada
ODHA salah satunya adalah Primary Prevention, upaya yang diberikan yaitu :
A. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai pencegahan penularan HIV/AIDS
B. Memberikan prophylaksis untuk IO
C. Memberikan Askep terhadap gejala dan komplikasi : manajemen nyeri dan stres
D. Mendorong aktifitas politik menjamin pembiayaan asuhan penyakit terminal.
E. Membantu mengurangi rasa tidak nyaman
56
6. Fungsi perawat sebagai Pengelola pada Asuhan Keperawatan pada ODHA adalah :
A. Melakukan pengkajian dan diagnosa keperawatan
B. Melakukan rencana dan implementasi keperawatan
C. Melakukan Perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, kontroling
D. Melakukan identifikasi kebutuhan klien/keluarga
E. Melakukan evaluasi Askep yang telah diberikan
8. Seorang ODHA dengan kandidiasis oral dan TB kelenjar leher, Stadium Klinis ODHA tersebut
menurut WHO adalah ?
A. Stadium 1 D. Stadium 4
B. Stadium 2 E. Tidak ada dalam klasifikasi Klinis WHO
C. Stadium 3
10. Intake nutrisi yang optimal pada pasien HIV AIDS dapat membantu :
A. Mencegah / memperlambat hilangnya massa otot
B. Meningkatkan sistem imun tubuh
C. Meminimalkan mutasi virus
D. Menurunkan tingkat keparahan infeksi oportunistik dan lama rawat
E. Semua benar.
11. Tidak termasuk dalam tujuan intervensi pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien HIV AIDS
adalah :
A. Mempertahankan atau mencapai status nutrisi yang optimal
B. Memaksimalkan efek samping obat terhadap pemenuhan kebutuhan nutrisi
C. Mengoreksi gangguan metabolism
D. Meningkatkan pengetahuan pasien tentang nutrisi
E. Meningkatkan pemenuhan kebutuhan vitamin dan mineral
12. Hal apa saja yang harus dikaji oleh perawat bila terjadi efek samping pengobatan ARV :
A. Intoksikasi dan komplikasi
B. Faktor pendukung dari keluarga
C. Mengenal dan mengelola gejala
D. Kondisi pasien, keluhan yang dirasakan, obat dan makanan yang diberikan
E. Semua benar
57
13. Apakah yang anda ketahui bila ODHA tidak patuh minum obat ARV
A. Resistensi terhadap obat D. CD4 rendah
B. Kegagalan terapi E. Semua benar
C. Viral load meninggi
14. Apa yang akan anda lakukan jika ODHA mengalami sensitif terhadap ARV :
A. Jangan pernah diulangi pemberiannya D. Kurangi dosis obat ARV
B. Berikan obat anti alergi E. Langsung hentikan pengobatan
C. Berikan obat anti mual dan muntah ARV
16. Pada pasien AIDS, HIV akan menyerang sistem immunitas limposit
A. T supresor D. Makrofag
B. T sitotoksik E. Sel NK
C. T helper
17. Bila anda menemukan Pasien TB Paru dengan tes HIV Positif dan jumlah sel CD4 125 sel /
mm3, yang harus anda lakukan :
A. Memulai pengobatan TB dan rujuk pasien untuk ARV setelah pengobatan selesai
B. Mulai pengobatan TB dan segera rujuk pasien ke PDP
C. Mulai pengobatan TB dan ARV secara bersama
D. Mulai pengobatan ARV sekarang & obati TB nanti.
E. Bukan salah satu diatas
18. Strategi pencegahan penularan pada ibu hamil positif HIV ke bayi adalah :
A. Persalinan aman
B. Pemberian ARV sedini mungkin
C. Pemberian ASI eksklusif
D. Semua benar.
E. Bukan salah satu diatas
19. Seorang perawat tertusuk jarum infus bekas pasien HIV pada ujung jarinya. Pasien sumber
pajanan juga menderita PCP. Apa yang harus diberitahukan kepada perawat tersebut?
A. Jangan bilang siapa-siapa dan tidak perlu melaporkan pajanan tersebut
B. Cuci tempat pajanan dengan air dan sabun
C. Siram dengan larutan pemutih dan pijit luka hingga keluar darah
D. Cuci tempat pajanan dengan air dan sabun dan laporkan kepada atasan
E. Laporkan kejadian kepada Pokja AIDS setempat.
20. Konseling Kepatuhan minum obat bermanfaat untuk :
A. Membantu ODHA dalam menjalankan Adherence
B. ART mutlak 100 %
C. Mengatur pola minum obat sesuai konselor
D. Adherence lebih mengutamakan aturan dokter
E. Semua benar
21. Tn Phil seorang penderita HIV/AIDS dirawat di RS dengan tanda dan gejala Diare yang
berkepanjangan, mual, muntah, badan lemas. Daerah sekitar mulut terdapat stomatitis yang
cukup parah. Pasien tidak mampu menelan dan sulit untuk makan. Pasien terlihat apatis dan
mengalami hambatan dalam berkomunikasi. Diagnosa Keperawatan yang dapat ditegakkan
adalah :
A. Kurang asupan makanan,
B. Risiko tinggi infeksi, tidak efektifnya bersihan jalan nafas
C. Kurang kebutuhan cairan dan gangguan pola eliminasi
D. Perubahan fungsi eliminasi
E. Tidak efektifnya pemenuhan kebutuhan nutrisi dan gangguan integritas mukosa mulut.
58
22. Tn. Sontak dirawat di ruang penyakit dalam karena mengidap penyakit infeksius menular
HIV/AIDS, terdapat luka dikaki kiri, terpasang infus di tangan kiri, dan terpasang kateter,
program medik pasien, mendapat injeksi antibiotik untuk menanggulangi infeksinya. Perawat
Ani setiap melakukan tindakan pada Tn. Poltak selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah
tindakan dan memakai sarung tangan. sikap dari perawat Ani yang paling tepat adalah
mencegah tertular melalui
A. Darah atau cairan tubuh. D. Luka
B. Kateter E. Keringat
C. Spuit
23. Pasien dengan AIDS seringkali mendapatkan penanganan paliatif. Yang dimaksud dengan
penanganan paliatif adalah :
A. Mengembalikan kesehatan pasien C. Mengatasi ketidaknyamanan pasien
B. Meningkatkan proses D. Mendukung orang orang terdekat pasien
penyembuhan E. Menggerakkan dukungan social
24. Yang harus dilakukan petugas kesehatan untuk mengurangi risiko menularkan infeksi ;
A. Melakukan program handwashing atau handrub.
B. Memakai masker bila sedang menderita penyakit saluran nafas
C. Tidak menggunakan sarung tangan yang sama untuk pasien berbeda.
D. Melakukan disinfeksi pada ruangan yang telah dipakai untuk merawat pasien infeksi
E. Perlu melakukan semua kegiatan diatas
A. Gerakan ke-2
B. Gerakan ke-3
C. Gerakan ke-4
D. Gerakan ke-5
E. Gerakan ke-6
26. Seorang laki-laki , umur 30 tahun, datang ke klinik dengan keluhan batuk-batuk selama 3
minggu, fatigue, dan BB menurun cepat. Pasangan/partnernya di diagnosa dengan HIV+,
sedang pasien tidak tahu status HIV-nya.Pasien kurang nafsu makan, dan mengeluh sakit
menelan, untuk penanganan gizinya , apa yang anda lakukan pada pasien ini, pada saat
pertama kali datang :
A. lakukan pemeriksaan (penentuan) status gizi dengan melakukan Pemeriksaan
Anthropometri
B. Pemeriksaan klinis dan laboratorium
C. anamnesa diet dengan dietary recall dan pola makan
D. semua benar
E. bukan salah satu diatas
27. Dibawah ini merupakan obat ARV lini pertama yang tidak tersedia di Indonesia:
A. Stavudin (d4t) D. Lopinavir / Retronavir (Lpv/r)
B. Lamivudin (3TC) E. Efaviren (EFV)
C. Nevirapine (NVP)
28. Berikut ini pencatatan yang merupakan tanggung jawab Perawat / Bidan dalam membantu
dokter melakukan perawatan pasien HIV AIDS adalah :
A. Buku register Pra ART
B. Buku Register ART
C. Register Pemberian ARV
D. Lembar Ikhtisar dan follow up
E. Kohort
59
SOAL ISIAN:
29. Apa yang anda ketahui tentang Infeksi oportunistik ? coba jelaskan (2 poin)
30. Sebutkan 4 Strategi Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi (4 poin)
1. ...........................................
2. ...........................................
3. ............................................
4. ...........................................
32. Sebutkan minimal 4 alat perlindungan diri (APD) yang harus dikenakan
pada saat menolong persalinan yang tidak diketahui status HIVnya (4 poin)
1. ..........................................
2. ..........................................
3. ..........................................
4. ..........................................
60