tidak jelas, dan juga papula, nodul serta plakaL Kelainan saraf
ringan. Hasil pemeriksaan apusan kulit untuk basil tahan asam
positif kuat, dengan indeks bakteriologis 4+ sampai 5+. Tes
lepromin negatif.
e) Lepra tipe Lepromatosa (IL)
Kelainan kulit berupa makula hipopigmentasi atau
eritematosa yang berjumlah banyalc, kecil-kecil, dan simetris
dengan sensasi yang normal, permukaannya halus serta
batasnya tidak jelas, dan papula. Saraf tepi biasanya tidak
menebal, karena baru terserang pada stadium lanjut. Dapat
terjadi neuropati perifer. Mukosa hidung menebal pada stadium
awal, menyebabkan sumbatan hidung dan keluarnya duh tubuh
hidung yang bercampur darah. Lama-kelamaan sel-sel lepra
mengadakan infiltrasi, menyebabkan penebalan kulit yang
progresif, sehingga menimbulkan wajah singa, plakat, dan
nodul. Nodul juga dapat terjadi pada mukosa palatum, septum
nasi dan sklera. Alis dan bulu mata menjadi tipis, serta bibir,
jarijari Langan dan kaki membengkak. Dapat terjadi iritis dan
keratitis. Kartilago dan tulang hidung perlahan-lahan
mengalami kerusakan, menyebabkan hidung pelana. Jika laring
terinfiltrasi oleh sel lepra, maka akan timbul suara serak.
Akhirnya testis mengalami atrofi, dan kadang kala
mengakibatkan ginekomastia. Hasil pemeriksaan asupan kulit
untuk basil tahan asam positif, dengan indeks bakteriologis 5+
sampai 6+. Tes lepromin selalu negatif.
PENATALAKSANAAN
Prognosis baik jika diagnosis penyakit ditegakkan secara
dini dan diberikan pengobatan yang tepat. Penderita memerlukan
rasa simpati dan reasuransi (karena stigma lepra masih ada) dan
pendidikan untuk memastikan kecukupan dan kerja sama dalam
pengobatan medis. Hospitalisasi dalam jangka waktu pendek
selama 1 sampai 2 minggu dapat bermanfaat untuk penderita
lepromatosa yang tertekan jiwanya dan yang mempunyai anak
kecil yang tinggal bersamanya. Pengasingan penderita tidak
perlu, karena masa penularan berlangsung hanya beberapa hari
setelah pengobatan dengan rifampisin dimulai dan biasanya ku-
rang dari 3 bulan setelah dapson atau klofazimin diberikan
(2,3)
.
1) Pengobatan lepra tipe pausibasiler
Ini meliputi lepra tipe Indeterminate, TT dan BT. Penderita
diobati dengan dapson 100 mg sehari dan rifampisin 600 mg
(atau 450 mg jika berat badan kurang dari 35 kg) sekali sebulan
selama 6 bulan. Pedoman pengobatan ini dianjurkan untuk pende-
rita lepra pausibasiler, lepra pausibasiler yang kambuh setelah
diobati dengan dapson dan penderita yang mendapatkan mono-
terapi dapson namun tidak lengkap 2 tahun
(2)
.
2) Pengobatan
lepra
multibasiler
Ini meliputi lepra tipe BB, BL dan LL. Penderita ini diberi-
kan pengobatan tripe]. (Tabel 1) sekurang-kurangnya selama 2
tahun atau sampai hasil pemeriksaan usapan kulit untuk basil
tahan asam negatif. Penderita lepra tipe LL dapat memerlukan
pengobatan lebih dari 5 tahun untuk memperoleh basil pe-
meriksaan usapan kulit negatif
(2)
.
Ada dua tujuan utama kemoterapi untuk lepra multibasiler,
yaitu :
Tabe1 1. Pengobatan Tripel
Dapson 100 mg/hari +
Rifampisin 600 mg sekali sebulan (Di samping itu di Singapura Rifampisin
diberikan dengan dosis 600 mg/hari selama 1 minggu untuk kasus-kasus
baru dan relaps) +
Etionamid atau protionamid 250?375 mg/hari atau Klofazimin 50 mg/hari
atau 100 mg setiap selang sehari dan 300 mg sebulan sekali.
? Mencegah penularan infeksi di masyarakat.
? Mengobati penderita.
Pemberian kombinasi obat mempunyai tujuan tambahan,
yaitu mencegah timbulnya strain M. leprae yang resisten ter-
hadap obat.
Diberikan pada semua penderita lepra multibasiler, ter-
masuk :
? Penderita lepra yang diagnosisnya barn ditegakkan, yang
belum mendapatkan pengobatan.
? Penderita yang mempunyai respon yang baik terhadap
pemberian monoterapi dapson.
? Penderita yang mengalami relaps selama atau setelah pem-
berian monoterapi dapson.
3) Komplikasi MDT (terapi kombinasi)
Penderita yang diberi MDT harus diawasi secara ketat ter-
hadap reaksi dan toksisitas obat. Perlu dipertimbangkan untuk
melakukan pemeriksaan dasar (tabel 2) dan pemeriksaan transa-
minase serum ulangan setiap bulan untuk mendeteksi adanya
hepatitis (akibat rifamnpisin, tionamid dan dapson meskipun
lebih jarang), serta kadar hemoglobin dan hitung retikulosit
untuk mengetahui adanya hemolisis (akibat dapson) dan hitung
trombosit untuk mendeteksi adanya trombositopenia
(4,5,6)
.
Komplikasi yang serius akibat rifampisin meskipun jarang
adalah renal shut down (nekrosis tubuler atau nefritis inter-
stisialis), mungkin akibat reaksi imunologis
(7,8,9)
. Komplikasi
rifampisin yang jarang lainnya adalah kolaps yang mendadak
seperti renjatan anafilaksis segera setelah minum obat. Pada
kasus seperti ini pemberian rifanipisin harus dihentikan
(6)
.
Sindrom 'flu' akibat rifampisin dapat diobati secara simto-
matis tanpa menghentikan pengbatan
(10)
. Neuritis juga dapat
terjadi segera setelah sebuah dosis rifampisin diberikan
(11)
.
Tabel 2. Pemeriksaan dasar
Hitung sel darah lengkap
Laju Endap Darah
Pemeriksaan fungsi hati
SGPT
Urinalisis
Foto toraks
Tes lepromin
4) Reaksi M. leprae
Reaksi ini memerlukan terapi imunosupresi tambahan. Path
reaksi tipe I (reversal) yang dapat terjadi pada lepra tipe non polar
(BT, BB dan BL), dapat diberikan prednisolon dengan dosis 30
sampai 45 mg/hari, kemudian diturunkan perlahan-lahan selama
beberapa minggu sampai dosis pemeliharaan 10 sampai 20 mg
dalam waktu 4 sampai 12 bulan. Klofazimin untuk pengobatan
1
reaksi reversal kurang efektif, oleh karena itu jarang atau tidak
pernah dipakai, begitu juga dengan taliwdomid tidak efektif ter-
hadap reaksi reversal
(12)
. Pada reaksi tipe II (eritema nodosum
leprosum) yang dapat terjadi pada penderita lepra tipe LL,
talidomid merupakan obat pilihan kecuali pada wanita prameno-
pause
(l2,13)
. Pengobatan alternatif untuk reaksi ini adalah klofa-
zimin 200 sampai 300 mg/hari kemudian diturunkan perlahan-
lahan, atau prednisolon 30 sampai 45 mg/hari yang kemudian
diturunkan secara cepat.
Kelainan mata seperti iritis biasanya diobati dengan tetes
mata steroid dan atropin.
5) Tindakan-tindakan
umum
Fisioterapi secara dini clan teratur perlu dilakukan pada
penderita dengan kelemahan otot untuk mencegah kontraktur
dan mempersiapkan penderita menjalani transplantasi tendon
untuk mengembalikan fungsi anggota gerak. Lagoftalmus dapat
dikoreksi dengan bedah plastik.
Penderita sebaiknya diberitahu bagaimana cara melindungi
dan merawat tangan dan kaki yang anestesi untuk mencegah
trauma, infeksi sekunder dan hilangnya jaringan yang dapat
menyebabkan kecacatan yang menetap.
6) Pengawasan penderita setelah kemoterapi dihentikan
WHO menyarankan untuk tetap melanjutkan pengawasan
selama 4 tahun untuk penderita tipe pausibasiler dan 8 tahun
untuk lepra tipe multibasiler setelah pemberian kemoterapi di-
hentikan.
7) Pemeriksaan
kontak
Penderita sebaiknya diberitahu untuk membawa keluarga-
nya yang kontak untuk menjalani pemeriksaan pada saat diagno-
sis ditegakkan dan dalam waktu 6 sampai 12 bulan selama
penyakit masih aktif, karena masa inkubasi bervariasi dari 2
sampai 20 tahun. Anggota keluarga kontak diberi saran untuk
memeriksakan diri secepatnya setelah menemukan adanya
tanda-tanda kelainan kulit atau gangguan saraf sensoris.
KEPUSTAKAAN
1. Ridley DS, Jopling WH. Classification of leprosy according to immunity, a
five group system. Intemat J Leprosy 1966; 34: 255.
2. Ellard GA. Growing points in leprosy research 4 - recent advances in
chemotherapy of leprosy. Leprosy Rev 1974; 45:31.