Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“TINJAUAN SOSIAL BUDAYA DALAM PERAWATAN PALIATIF”

Disusun oleh kelompok 8 :

1. WILLY SENDUK 17061156


2. JUITA ARIANI LIOW 17061121
3. HELENA SERIN 17061032
4. QUINCY KUMONTOY 17061080
5. SELINA ROMERA 17061193

Semester 5
Kelas B

UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO


FAKULTAS KEPERAWATAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai. Penyusunan makalah ini diajukan sebagai salah satu
tugas pada mata kuliah PALIATIF dengan judul “TINJAUAN SOSIAL
BUDAYA TENTANG TERAPI KOMPLEMENTER. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan pembelajaran.
Dalam penulisan makalah ini mungkin masih banyak terdapat kesalahan, untuk itu
kritik dan saran dari teman-teman maupun Dosen sangat kami harapkan agar
penulisan makalah selanjutnya bias lebih baik lagi.
Demikianlah makalah ini kami buat, apa bila ada kesalahan dalam penulisan, kami
mohon maaf yang sebesar-besarnya dan sebelumnya kami mengucapkan banyak
terima kasih.

Manado, 31 Agustus 2019


Penulis
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 2
DAFTAR ISI....................................................................................................................... 3
BAB I ................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 4
A. LATAR BELAKANG ............................................................................................ 4
BAB II................................................................................................................................ 5
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 5
A. KEPERAWATAN PALIATIF ............................................................................... 5
B. TINJAUAN SOSIAL BUDAYA PERAWATAN PALIATIF ............................... 8
BAB III ............................................................................................................................ 10
PENUTUP ........................................................................................................................ 10
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 10
B. Saran ..................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 11
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perawatan paliatif adalah perawatan yang dilakukan secara aktif
pada penderita yang sedang sekarat atau dalam fase terminal akibat penyakit yang
dideritanya. Pasien sudah tidak memiliki respon terhadap terapi kuratif yang
disebabkan oleh keganasan ginekologis. Perawatan ini mencakup penderita serta
melibatkan keluarganya (Aziz, Witjaksono, & Rasjidi, 2008).
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas
hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit
yang mengancam jiwa, dengan cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui
identifikasi dini, pengkajian yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta
masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial atau spiritual. (World Health
Organization (WHO) 2016).
Sosial budaya merupakan segala hal yang diciptakan oleh manusia dengan
pikiran dan budinya dalam kehidupan bermasyarakat.
Menurut Andreas Eppink, sosial budaya atau kebudayaan adalah segala
sesuatu atau tata nilai yang berlaku dalam sebuah masyarakat yang menjadi ciri
khas dari masyarakat tersebut. Sedangkan menurut Burnett, kebudayaan adalah
keseluruhan berupa kesenian, moral, adat istiadat, hukum, pengetahuan,
kepercayaan, dan kemampuan olah pikir dalam bentuk lain yang didapat
seseorang sebagai anggota masyarakat dan keseluruhan bersifat kompleks. Dari
kedua pengertian tersebut bisa disimpulkan bahwa social budaya memang
mengacu pada kehidupan bermasyarakat yang menekankan pada aspek adat
istiadat dan kebiasaan masyarakat itu sendiri.
BAB II

PEMBAHASAN

A. KEPERAWATAN PALIATIF
1. Definisi Paliatif
Defenisi perawatan paliatif Ungkapan palliative berasal dari bahasa latin
yaitu “ pallium” yang artinya adalah menutupi atau menyembuhkan. Perawatan
paliatif ditujukan untuk menutupi atau menyembunyikan keluhan pasien dan
memberikan kenyamanan ketika tujuan penatalaksanaan tidak mungkin
disembuhkan (Muckaden, 2011). Perawatan paliatif merupakan pendekatan untuk
meningkatkan kulitas hidup pasien dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang
mengancam jiwa,dengan cara meringankan penderitaan terhadap rasa sakit dan
memberikan dukungan fisik, psikososial dan spiritual yang dimulai sejak
ditegakkannya diagnosa hingga akhir kehidupan pasien (World Health
Organization, 2016). Perawatan paliatif adalah filosofi dan organisasi perawatan,
sistem yang terstruktur dalam memberikan perawatan pada individu dan keluarga.
Tujuan perawatan paliatif adalah melindungi atau mengatasi keluhan dan
memaksimalkan kualitas hidup individu dan dukungan pada anggota keluarganya
( Coyle & Fereel, 2010). Perawatan paliatif merupakan perawatan yang dicapai
dengan efektif dengan mengelola rasa sakit dan hal lainnya yang membuat tidak
nyaman seperti kelelahan, dyspnea, mual, muntah, gelisah, sembelit, anoreksia,
depresi, kebingungan, serta psikologis dan perawatan spiritual dari awal di
diagnosis. Universitas Sumatera Utara
Perawatan paliatif tidak berfokus untuk menunda kematian tetapi berusaha
untuk membuat keputusn yang dapat memaksimalkan kualitas hidup mereka
(Palliative Care Australia, 2014). Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan
bahwa perawatan paliatif adalah suatu pendekatan aktif yang diberikan untuk
mengatasi keluhan baik secara fisik, emosi maupun spiritual sehingga dapat
meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga dalam menghadapi penyakit
yang mengancam jiwa.

2. Tujuan Perawatan Paliatif


Tujuan akhir dari perawatan paliatif adalah mencegah dan mengurangi
penderitaan serta memberikan bantun untuk memperoleh kualitas kehidupan
terbaik bagi pasien dan keluarga tanpa memperhatikan stadium atau kebutuhan
terapi lainnya, denan demikian perawatan palitif dapat diberikan secara bersamaan
dengan perawatan yang memperpanjang kehidupan atau sebagai focus
keperawatan (Campbell, 2009).The National Institute For clinical Excelence
(NICE) menyatakan bahwa tujuan perawatan paliatif adalah : Meningkatkan
kualitas hidup, menganggap kematian sebagai suatu hal yang normal, menjaga
kesinambungan psikologis dan spiritualitas, menghilangkan nyeri dan keluhan
lain yang menggangu, mengusahakan agar penderita tetap aktif sampai akhir
hayatnya, Universitas Sumatera Utara tidak mempercepat atau menunda kematian
dan membantu untuk mengatasi suasana dukacita kepada keluarga dengan
memberi sistem dukungan.

3. Prinsip dasar pemberian perawatan paliatif


Dalam memberikan perawatan paliatif sangat penting memperhatikan
prinsip-prinsipnya. Becker (2009) menyatakan bahwa prinsip-prinsi dasar dalam
memberikan perawatan paliatif adalah :
a. Menghormati dan menghargai pasien serta keluarga.
Dalammemberikan perawatan paliatif, perawat harus menghormati
dan menghargai pasien dan keluarga, sesuai dengan prinsip
menghormati maka segala informasi perawatan harus
dikonsultasikan dengan pasien dan keluarga dimulai sejak awal
diagnosa ditegakkan sampai tahap pengobatan,
b. Kesempatan atau hak untuk mendapatkan kepuasan dan perawatan
paliatif yang pantas. Pada kondisi untuk menghilangkan nyeri dan
keluhan fisik lainnya maka petugas kesehatan harus memberikan
kesempatan pengobatan yang sesuai untuk meningkatkan kualitas
hidup. Terapi tersebut meliputi : dukungan teman sebaya, terapi
musik, dukungan spiritual kepada keluarga, perawatan menjelang
ajal.
c. Mendukung pemberian perawatan (caregiver) yaitupe layanan
perawatan yang profesional harus didukung oleh tim perawatan
paliatif, rekan kerjanya, dan institusi untuk penanganan proses
berduka dan kematian, seperti : dukungan dari institusi yaitu
penyuluhan secara rutin dari ahli psikologis,Universitas Sumatera
Utara
d. Pengembangan profesi dan dukungan sosial untuk perawatan
paliatif,faktor-faktor yang yang menghambat keluarga untuk
mendapatkan kesempatan untuk layanan perawat paliatif adalah;
pengetahuan, ekonomi, dan peraturan, sehingga tenaga
professional perlu melakukan penyuluhan kepada masyarakat
untuk medorong kesadaran perlunya perawatan paliatif.
4. Tim perawatan paliatif
Perawatan paliatif melibatkan multidisiplin yang masing-masing
terlibat berdasarkan masalah yang dihadapi penderita. Multidisiplin yang terlibat
mencakup dokter, perawat, tokoh agama, fisioterapi, ahli psikologis. Setiap tim
perawatan paliatif dapat memberikan perawatan sesuai dengan keahliannya (Hill,
K & Coyne, I, 2012). Menurut Craig (2007) bahwa seluruh anggota tim perawatan
paliatif harus memenuhi kriteria dan kesadaran akan tugas dan tanggung jawabnya
yaitu akan memberikan perawatan kepada pasien dan keluarga sesuai dengan
nilai, harapan, dan kepercayaan.2.2.5 Tempat perawatan paliatif Menurut
Muckaden (2011) perawatan paliatif diberikan sejak diagnosa ditegakkan dan
diberikan selama merasakan rasa sakit dan dukungan untuk berduka. Tempat
perawatan paliatif dapat dilaksanakan di rumah sakit, di hospice, atau dirumah
pasien. Dalam perawatan ini peran keluarga lebih menonjol sehingga keluarga
sebagai caregiver diberikan keterampilan keperawatan dasar.

5. Peran perawat di perawatan paliatif


Perawat memiliki peranan penting dalam memberikan dukungan bagi
penderita kanker dalam mengatasi gejala yang di alami (Mackenzie & Mac
Callam, 2009) .Menurut Matzo & Sherman (2014) peran perawat dalam
perawatan paliatif meliputi sebagai praktik di klinik, pendidik, peneliti,
bekerjasama (Collaborator), penasihat. Perawat sebagai salah satu petugas praktik
di klinik memiliki kemampua n untuk memahami dan mengevaluasi nyeri beserta
keluhan dari nyeri yang dialami pasien. Perawat dapat berkolaborasi dengan tim
kesehatan lainnya dalam mengembangkan dan menerapka n perencanaan
perawatan yang komprehensif. Perawat mengidentifikasi pendekatan baru dalam
mengatasi nyeri dan dikembangkan sesuai dengan standar rumah sakit sehingga
dapat dipraktekkan sesuai denga aturan di rumah sakit.Perawat sebagai pendidik
memfasilitasi filosofi yang kompleks, etik dan diskusi tentang penatalaksanaan di
klinik sehingga semua tim dapat mencapai hasil yang positif. Perawat
memperlihatkan dasar keilmuannya yang meliputi : mengatasi nyeri neuropatik,
berperan mengatasi konflik profesi, mencegah dukacita dan resiko kehilangan.
B. TINJAUAN SOSIAL BUDAYA PERAWATAN PALIATIF

Pengertian sosial menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah


segala sesuatu yang mengenai masyarakat atau kemasyarakatan.
Kebudayaan atau kultur dapat membentuk kebiasaan dan respons terhadap
kesehatan dan penyakit dalam segala masyarakat tanpa memandang tingkatannya.
Karena itulah penting bagi tenaga kesehatan untuk tidak hanya mempromosikan
kesehatan, tapi juga membuat mereka mengerti tentang proses terjadinya suatu
penyakit dan bagaimana meluruskan keyakinan atau budaya yang dianut
hubungannya dengan kesehatan.
Pengaruh kebudayaan, tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis
pengaruh sikap terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap
anggota masyarakat, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman
individu-individu masyarakat.
Green dalam Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa perilaku manusia
dari tingkat kesehatan dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yaitu faktor perilaku
(behaviour cause) dan faktor di luar perilaku (non-behaviour cause). Perilaku itu
sendiri terbentuk dari tiga factor, yaitu :

1. Faktor Predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam


pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya
2. Faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik,
tersedia atau tidak tersedianya fasilitasfasilitas atau sarana-sarana kesehatan,
misalnya puskesmas, obat-obatan, air bersih dan sebagainya
3. Faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan
perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok
referensi dari perilaku masyarakat.
Contoh lain, sosial budaya mempengaruhi kesehatan adalah pandangan
suatu masyarakat terhadap tindakan yang mereka lakukan ketika mereka
mengalami sakit, ini akan sangat dipengaruhi oleh budaya, tradisi, dan
kepercayaan yang ada dan tumbuh dalam masyarakat tersebut. Misalnya
masyarakat yang sangat mempercayai dukun yang memiliki kekuatan gaib
sebagai penyembuh ketika mereka sakit, dan bayi yang menderita demam
atau diare berarti pertanda bahwa bayi tersebut akan pintar berjalan. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa social budaya sangat mempengaruhi kesehatan baik
itu individu maupun kelompok.
Kebudayaan perilaku kesehatan yang terdapat dimasyarakat beragam
dan sudah melekat dalam kehidupan bermasyarakat. Kebudayaan tersebut
seringkali berupa kepercayaan gaib. Sehingga usaha yang harus dilakukan
untuk mengubah kebudayaan tersebut adalah dengan mempelajari
kebudayaan mereka dan menciptakan kebudayaan yang inovatif sesuai
dengan norma, berpola, dan benda hasil karya manusia.

1. Kajian Sosial Budaya Tentang Perawatan Paliatif


Salah satu faktor yang menentukan kondisi kesehatan masyarakat
adalah perilaku kesehatan masyarakat itu sendiri. Dimana proses
terbentuknya perilaku ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya
adalah faktor sosial budaya, bila faktor tersebut telah tertanam dan
terinternalisasi dalam kehidupan dan kegiatan masyarakat ada kecenderungan
untuk merubah perilaku yang telah terbentuk tersebut sulit untuk dilakukan.
Untuk itu, untuk mengatasi dan memahami suatu masalah kesehatan
diperlukan pengetahuan yang memadai mengenai budaya dasar dan budaya
suatu daerah. Sehingga dalam kajian sosial budaya tentang perawatan paliatif
bertujuan untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya,
meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga dalam menghadapi masalah
yang berhubungan dengan penyakit yang mengancam kehidupan.

2. Budaya Masyarakat Tentang Pengobatan Pada Penyakit Paliatif


Kanker payudara merupakan penyakit yang mematikan. Jumlah
penderitanya pun tak sedikit. Sayang, banyak penderita justru memilih ke
dukun alias pengobatan alternatif. Ujung-ujungnya, malah bertambah parah.
Banyak penderita yang baru berobat ke dokter setelah menderita kanker
payudara stadium tinggi.
Selain itu, fenomena dukun Ponari sempat menyita perhatian
masyarakat Indonesia beberapa tahun yang lalu, cerita kemunculan dukun
Ponari dengan batu saktinya sebagai media penyembuhan dengan cara di
celupkan ke air.
Kabar tentang kehebatan ponari ini terus meluas hingga menyebabkan
jumlah pasien yang berobat kerumah Ponari dari hari kehari semakin
meningkat. Tindakan masyarakat yang datang ke Dukun Ponari itu tidak
terlepas dari peran budaya yang ada di masyarakat kita terhadap hal-hal yang
bersifat mistis. Percaya terhadap kesaktian batu yang dimiliki Ponari itu
merupakan sebuah budaya yang mengakar dan bertahan dimasyarakat sebagai
bagian dari kearifan lokal.
Pemahaman masyarakat terhadap hal-hal yang dipercayai secara
turun-temurun merupakan bagian dari kearifan lokal yang sulit untuk
dilepaskan. Hingga pemahaman magis yang irasional terhadap pengobatan
melalui dukun seperti diatas sangat dipercayai oleh masyarakat. Peranan
budaya dan kepercayaan yang ada dimasyarakat itu diperkuat oleh rendahnya
tingkat pendidikan dan tingkat ekonomi.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas kehidupan pasien dan keuarganya dalam menghadapi masalah masalah
yang berhubungan dengan penyakit yang mengancam jiwa, dengan mencegah dan
meringankan penderitaan melalui identifikasi awal serta terapi dan masalah lain,
fisik, psikososial dan spirittual.
Perilaku manusia dalam menghadapi masalah kesehatan merupakan suatu
tingkah laku yang selektif, terencana, dan tanda dalam suatu sistem kesehatan
yang merupakan bagian dari budaya masyarakat yang bersangkutan. Perilaku
tersebut terpola dalam kehidupan nilai sosial budaya yang ditujukan bagi
masyarakat tersebut. Perilaku merupakan tindakan atau kegiatan yang dilakukan
seseorang dan sekelompok orang untuk kepentingan atau pemenuhan kebutuhan
tertentu berdasarkan pengetahuan, kepercayaan, nilai, dan norma kelompok yang
bersangkutan. Kebudayaan kesehatan masyarakat membentuk, mengatur, dan
mempengaruhi tindakan atau kegiatan individu-individu suatu kelompok sosial
dalam memenuhi berbagai kebutuhan kesehatan baik yang berupa upaya
mencegah penyakit maupun menyembuhkan diri dari penyakit.

B. Saran
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam
mengikuti proses pembelajaran dan dapat meningkatkan pelayanan perawatan
pasien paliatif dalam tinjauan sosial budaya. Sebagai petugas kesehatan perlu
mengetahui pengetahuan masyarakat tentang kesehatan. Dengan mengetahui
pengetahuan masyarakat, maka petugas kesehatan akan mengetahui mana yang
perlu ditingkatkan, diubah dan pengetahuan mana yang perlu dilestarikan dalam
memperbaiki status kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Ayu Purnamaningrum, 2010, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan


Perilaku Masyarakat Untuk Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Mata (Factors
Related To The Community’s Behaviour To Get Eye Health Servic), Universitas
Diponegoro. (diakses tgl 20 februari 2015)
Dwi Hapsari, dkk.,2012, Pengaruh Lingkungan Sehat, Dan Perilaku Hidup
Sehat Terhadap Status Kesehatan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Ekologi
dan Status Kesehatan, Jakarta. (diakses tgl 20 februari 2015)
Entjang, Indan. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat, PT. Citra Aditya Bakti :
Bandung.

Anda mungkin juga menyukai