Anda di halaman 1dari 17

Nama : Safna Aullia Intan Mawarni

NIM : 161810301008
Kelas : A

A. Jelaskan manfaat dan sifat fisikokimia termasuk reaksi-reaksi yang dialami


dari:
1. Monosakarida: glukosa, fruktosa, dan galaktosa
Sifat fisika dan Kimia Monosakarida
- Berwarna putih, berwujud kristal padat, tidak berbau, berasa manis, berat
molekul 180,16 g/mol
- Titik lebur 146°C, massa jenis 1,562 kg/m3
- Mudah larut dalam air dan etanol, namun tidak larut dala pelarut non
polar.
- Mempunyai rumus empiris (CH2O)n, dimana n = 3 – 8. Jumlah atom C:
triosa, tetrosa, pentosa dan hesosa
- Monosakarida merupakan suatu bahan yang dapat mereduksi dalam
suasana basa. Sifat mereduksi ini disebabkan oleh adanya gugus aldehida
atau keton bebas dalam molekul.
- Monosakarida stabil dalam larutan asam encer. Namun apabila dipanaskan
dengan asam pekat, monosakarida menghasilkan furfural atau derivatnya.
- Larutannya bersifat optis aktif
 Glukosa
Glukosa merupakan suatu aldoheksosa karena memutar bidang
polarisasi ke kanan. Bentuk alaminya (D-glukosa) disebut juga dekstrosa.
Glukosa cenderung tidak mudah bereaksi secara nonspesifik dengan
gugus amino suatu protein dibandingkan dengan gula heksosa lainnya.
Glukosa dalam tubuh dapat terbentuk dalam hati dan otot rangka dari
pemecahan glikogen (polimer glukosa) dan dalam hati dan ginjal dari zat
antara melalui proses glukoneogenesis.Fungsi glukosa yaitu sebagai salah
satu karbohidrat terpenting bagi hewan dan tumbuhan. Glukosa diserap ke
dalam peredaran darah melalui saluran pencernaan lalu sebagian glukosa
menjadi bahan bakar sel otak, dan yang lainnya menuju otot dan hati.
Glukosa dapat dijadikan sebagai sumber intermediet metabolisme dan juga
berperan sebagai sumber energi.
 Fruktosa
Fruktosa merupakan gula yang terdapat terdapat pada tumbuhan.
Fruktosa memiliki rumus kimia yang sama dengan glukosa, namun
glukosa dan fruktosa berbeda dari segi struktural maupun secara kimia,
sehingga disebut juga sebagai monosakarida isomer. Tubuh
membutuhkan proses aerobic respiration untuk mengubah fruktosa
menjadi energi. Bentuk energi yang dihasilkan yaitu berbentuk ATP.
Fruktosa di dalam tubuh merupan hasil pemecahan dari sukrosa.
 Galaktosa
Galaktosa merupakan suau aldoheksosa yang jarang terdapat bebas di
alam. Galaktosa merupakan gula yang biasanya ditemukan dalam susu.
Galaktosa ini merupakan salah satu monomer pembentuk laktosa. Seperti
halnya glukosa, galaktosa merupakan gula pereduksi, namun rasanya
tidak terlalu manis seperti pada glukosa dan kurang larut dalam air. Sama
halnya dengan fruktosa, galaktosa juga merupakan monosakarida isomer,
karena mempunyai rumus kimia yang sama dengan glukosa dan fruktosa,
namun struktur yang dimilikinya berbeda.

2. Disakarida: sukrosa, maltosa, dan laktosa


 Sukrosa
- Manfaat
Manfaat yang terdapat didalam sukrosa yaitu sebagai penyedia tenaga
dalam tubuh dan sebagai penyimpan lemak. Penyedia tenaga yang terdapat
didalam tubuh yaitu dapat berfungsi untuk memberikan suatu energi bagi
tubuh, seperti karbohidrat, protein dan lemak. Tubuh memanfaatkan sukrosa
sebagai gula yang dapat menyediakan energi dan proses pengubah dari gula
sukrosa menjadi energi yang dapat terjadi ketika tubuh dalam keadaan sehat
dan normal. Tubuh dalam keadaan sehat, dapat memproduksi enzim-enzim
dalam tubuh secara lancar, sehingga karbohidrat dapat diolah dana disintesis
secara sempurna. Sedangkan sukrosa sebagai penyimpan lemak terjadi
pemindahan pada saat fruktosa didalam tubuh penuh dan jumlah terbilang
lebih dari cukup sehingga organ hati secara aktif akan mengolah dengan
cadangan fruktosa yang berlebih sehingga membentuk lemak. Fruktosa
berlebih yang terdapat didalam tubuh terutama organ hati, akan mengalami
gangguan atau penyakit hati.
- Sifat Fisikokimia
Bila dipanaskan pada 200oC sukrosa akan berubah jadi caramel.
Larutannya bersifat dektrorotasi dan tidak memperlihatkan peristiwa
mutarotasi. Sukrosa tidak dapat mereduksi pereaksi benedict. Dalam reaksi
fermentasi, mula-mula ragi mengubah sukrosa menjadi alfa D-Glu dan beta
D-fruk kemudian diuraikan oleh enzim simase terbentuk etanol dan gas
CO2.
- Reaksi yang dialami
Sukrosa yang tersusun oleh molekul glukosa dan fruktosa yang
dihubungkan oleh ikatan 1,2 alfa

Sukrosa terhidrolisis oleh enzim inventase dapat menghasilan ɑ-D-


glukosa dan β-D-fruktosa. Campuran gula ini disebut gula inversi, lebih
manis dari sukrosa. Glukosa dan fruktossa didalam air tidak dapat
digunakan untuk berikatan sehingga keduanya tidak memiliki gugus
hemiasetal. Akibatnya, sukrosa dalam air tidak berada dalam kesetimbangan
dengan bentuk aldehid atau keton sehingga sukrosa tidak dapat dioksidasi.
Sukrosa bukan merupakan gula pereduksi.
 Maltosa
- Manfaat
Manfaat yang terdapat didalam maltosa yaitu sebagai pemanis buatan,
pembuatan minuman ringan & bir, dan pembuatan makanan bayi. Maltosa
sebagai pemanis buatan yang tidak berpengaruh besar dan tidak memiliki
fungsi khusus pada tubuh. Senyawa dapat digunakan sebagai penolong
aktivitas produktif sehari-hari manusia dalam memperoduksi aneka macam
makanan dan minuman. Maltosa sebagai pembuatan minuman ringan dan
bir yangn dapat dilakukan pengubahan maltosa ke bentuk alkohol gula
disakarida. Rasa yang diperoleh kurang begitu masing dibanding glukosa
dan fruktosa dan tepat digunakan sebagai pembuatan bir. Pati yang berubah
menjadi maltosa akan menambah rasa manis pada bir untuk melawan rasa
pahit pada minuman tersebut. Maltosa sebagai pembutan makanan bayi
karena manisnya yang diperoleh pada level rendah, maka makanan-
makanan bayi biasanya menggunakan maltosa untuk ditambahkan dalam
produk. Kadar yang begitu tinggi serta rasa yang tak begitu manis, sesuai
untuk melatih bagi pada indera perasanya.
- Sifat Fisikokimia
Maltosa merupakan kristal putih, tidak berbau. Senyawa ini memiliki
titik leleh 160oC, larut dalam air dan berasa manis. Dalam bentuk α
memiliki putaran optic +168o β memiliki putaran optic + 118o. Adanya
gugus aldehid bebas menyebabkan maltose sebagai gula pereduksi. Maltosa
dapat mengadisi fenil hidrasin berlebih membentuk “Maltosazon” serta
dapat difermentasi membentuk etanol dan CO2. Enzim maltase yang ada
pada ragi memecah maltose jadi dua molekul glukosa, kemudian glukosa
dipecah oleh enzimase membentuk etanol.
- Reaksi yang dialami:
Maltosa adalah suatu disakarisa dan merupakan hasil dari hidrolisis
parsial. Maltosa tersusun dari molekul ɑ-D-glukosa dan β-D-gulukosa.

Struktur maltosa terlihat dari gugus –o- sebagai penghubung antarunit yaitu
menghubungkan C 1 ɑ-D-glukosa dengan C 4 β-D-gulukosa. Konfigurasi
ikatan glikosida pada maltos selalu ɑ karena maltosa terhidrolisis oleh ɑ-
glukosidase. Satu molekul maltosa terhidrolisis menjadi dua molekul
glukosa.
 Laktosa
- Manfaat
Manfaat laktosa dapat dibedakan menajdi sebagai penyerapan energi,
sebagai penyedia energi dan menjaga kesehatan usus. Laktosa sebagai
penyerapan energi yang dapat diserap oleh tubuh tanpa adanya karbohidrat
dengan kadar yang rendah sekalipun akan bak untuk kesehatan tubuh.
Laktosa sebagai penyedia energi akan masuk kedalam tanpa terserap
sempurna melainkan perangsang mineral. Mineral akan dipertahannkan
dalam tubuh, seperti mahnesium, zinc, mangan dan kalsium. Mineral yang
dibutuhkan dalam tubuh dapat menjaga kondisi kesehatan dan fungsi
perkembangan yang maksimal. Laktosa dapat menjaga kesehatan usus agar
sistem pencernaan lancar dan kesehtan pun otomatis terjaga dengan baik.
laktosa dapat berperan besar dalam menaikkan perkembangan dan
pertumbuhan bakteri usus baik yang sangat dibutuhkan oleh pencernaan
tubuh kita. Laktosa dapat diandalkan untuk membasmi bakteri patogen
dalam tubuh, sehingga bayi dan anak-anak dalam pertumbuhan sangat
dianjurkan untuk memperoleh laktosa dalam jumlah yang sesuai sehingga
ketebalan tubuh dapat meningkat dan terhindar kondisi infeksi usus.
- Sifat Fisikokimia
Laktosa berbentuk kristal padat, larut dalam air, mempunyai titik leleh
223oC dan putaran optic 90oC. Sebagai gula pereduksi, dapat mereduksi
pereaksi benedict melalui gugus aldehid bebas pada unit glukosanya. Gugus
aldehid bebasnya dapat dioksidasi dengan air brom membentuk asam
Laktobionat. Reaksi fermentasi terjadi daat molekul laktosa dipecah oleh
enzim. Bakteri asam laktat seperti lactobacillus yaitu asam laktat yang
menyebabkan susu jadi asam kemudian mengalami koagulasi.
- Reaksi yang terjadi:
Laktosa adalah suatu komponen utama yang terdapat pada air susu sapi.
Laktosa tersusun dari molekul β-D-galaktosa dan ɑ-D-galaktosa yag
dihubungkan oleh ikatan 1,4’-β.

Hidrolisisndari laktosa dengan bantuan enzim galaktose yang dihasilkan


dari penceraan, akan memberikan jumlah ekuivalen yang sama dari molekul
ɑ-D-glukosa dan β-D-galaktosa. Enzim akan tergangu jika bayi tidak dapat
mencernakan susu. Keadaan ini dikenal dengan penyakit galaktosemia yang
dapat menyerang bayi.

3. Oligosakarida
- Manfaat
1. Meningkatkan populasi bifidobacteria dan dapat menurunkan jumlah
bakteri yang merugikan.
2. Oligosakarida berfungsi dalam menurunkan pembentukan metabolik
toksin dan enzim yang dapat merugikan.
3. Oligosakarida dapat mencegah pertumbuhan bakteria patogen.
Penurunan metabolik toksin oleh oligosakarida atau probiotik yang
akan meringankan beban bahan toksik dalam hati.
4. Oligosakarida meurunkan kadar kolesterol dalam darah dan tekanan
darah dan mempunyai kesan anti kanker.
- Sifat Fisikokimia
1. Mudah larut di dalam air dan pelarut polar lainnya
2. Karbohidrat kompleks berukuran kecil
3. Sebuah oligosakarida terdiri dari 2-6, jarang 10 residu monosakarida
4. Oligosakarida merupakan komponen struktural membran sel
5. Mempunyai tingkat kemanisan yang cukup tinggi dibandingkan
polisakarida
6. Kemampuan dalam menjaga kelembaban tanpa meningkatkan
kandungan airnya
7. Terdapat senyawa oligosakarida yang bersifat reduktif contohnya
laktosa, Maltosa, Selobiosa dan terdapat juga yang tidak dapat
direduksi misalnya sukrosa stakiosa,dan Rafinosa.
8. Kelompok karbohidrat yang tidak dapat dicerna oleh tubuh manusia.
Sebab tidak dapat dihidrolisis dan diserap usus halus, karena
mokusa mamalia tidak memiliki enzim pencernaan untuk
oligosakarida (α-galaktosidase), tetapi bakteri seperti bifidobakteria
dan laktobasili memiliki enzim pencernaan untuk mencerna
oligosakarida menjadi komponen volatil seperti gas hidrogen dan
metana.
9. Oligosakarida yang dihidrolisis oleh suatu senyawa seperti asam
akan menghasilkan monomer-monomer penyusunnya
10. Beberapa oligosakarida dapat mereduksi suatu senyawa seperti
maltose ,membentuk osazon, dan menunjukkan peristiwa m
utarotasi, namun terdapat juga olgosakarida yang tidak dapat
membentuk osazon seperti rafinosa
- Reaksi yang dialami:
Memiliki kemampuan hidrolisis menjadi dua atau lebih monosakarida
yang berlainan. Misalnya untuk Rafinosa, rafinosa akan menghasilkan
galaktosa, glukosa dan fruktosa. Pada kondisi tertentu hidrolisis rafinosa
akan memberikan hasil-hasil tertentu pula. Hidrolisis dengan asam lemah
atau pada konsentrasi H+ rendah, akan menghasilkan melibiosa dan
fruktosa. Hasil yang sama seperti ini juga dapat diperoleh melalui
hidrolisis dengan bantuan enzim sukrase. Hidrolisis dengan bantuan enzim
maltase akan memberikan hasil galaktosa dan sukrosa.

Enzim maltase
+

Rafinosa

Hasil hidrolisis sempurna juga dapat diperoleh apabila dalam reaksi ini
digunakan dua jenis enzim, yaitu sukrase dan melibiase. Melibiase akan
menguraikan melibiosa menjadi galaktosa dan glukosa. Pada
kenyataanya, rafinosa tidak memiliki sifat mereduksi. Hal ini
disebabkan karena dalam molekul rafinosa tidak terdapat gugus OH–
glikosidik.

3. Polisakarida: amilum (amilosa dan amilopektin), glikogen dan selulosa


 Amilum
- Manfaat
Amilum digunakan sebagai bahan untuk memekatkan makanan cair
seperti sup dan sebagainya. Dalam industri amilum dipakai sebagai
komponen perekat, campuran kertas dan tekstil dan pada industri kosmetik.
- Sifat Fisikokimia
1. Pati tidak larut dalam air dan memberikan warna biru dengan larutan
iodium
2. Pati terdiri atas dua bagian, bagian yang halus disebut amilosa dan
bagian yang bercabang disebut amilopektin
3. Tidak dapat mereduksi pereaksi Fehling
4. Hidrolisis pati dengan asam encer menghasilkan glukosa. Pada
hidrolisis pati terjadi zat antara yaitu dekstrin. Dekstrin masih
merupakan polisakarida dan digunakan untuk perekat. Dekstrin
dengan ioudium memberikan warna merah
5. Amilum terbentuk lebih dari 500 molekul monosakarida. Merupakan
polimer dari glukosa. Jika dilarutkan dalam air panas, pati dapat
dipisahkan menjadi dua fraksi utama yaitu amilosa dan amilopektin.
Perbedaan terletak pada bentuk rantai dan jumlah monomernya.
Amilosa adalah polimer linear dari 𝛼-D-glukosa yang dihubungkan
dengan ikatan 1,4- 𝛼. Dalam satu molekul amilosa terdapat 250
satuan glukosa atau lebih. Amilosa membentuk senyawa kompleks
berwarna biru dengan iodium. Warna ini merupakan uji untuk
mengidentifikasi adanya pati. Molekul amilopektin lebih besar dari
amilosa. Strukturnya bercabang, rantai utama mengandung 𝛼-D-
glukosa yang dihubungkan oleh ikatan 1-4’-𝛼. Tiap molekul glukosa
pada titik percabangan dihubungkan oleh ikatan 1-6’-𝛼.
- Reaksi yang dialami:

Hidrolisis lengkap pati akan menghasilkan D-glukosa. Hidrolisis dengan


enzim tertentu akan menghasilkan dekstrin dan maltose.
 Glikogen
- Manfaat
Glikogen bermanfaat sebagai cadangan makanan dalam tubuh sehingga
menjaga tingkat energi pada waktu istirahat dan berlatih dalam waktu yang
cukup lama. Glikogen sebagai sumber bahan bakar yang sangat penting
untuk otot rangka saat kebutuha akan ATP meningkat dan saat glukosa 6-
fosfat digunakan secara tepat dalam glikolisis anaerobik.
- Sifat Fisikokimia
Tidak larut dalam air, iodium akan memberi warna merah, didrolisis
enzim amilosa terurai menjadi maltose kemudian glukosa, dan tidak
dapat mereduksi pereaksi Fehling
- Reaksi yang dialami:

Glikogen merupakan polimer glukosa dengan ikatan 𝛼 (1-6)


 Selulosa
- Manfaat
Selulosa digunakan untuk penyusun sel tumbuhan dan
memperlancarkan pencernaan hewan. Selulosa memiliki banyak kegunaan,
misalnya sebagai agen anticake, emulsifier, stabilizer, agen dispersi,
thickener, dan agen gelling. Namun fungsi-fungsi ini biasanya adalah fungsi
sampingan terhadap fungsi utamanya yang dapat menahan air. Air tidak
dapat memasuki kristal selulosa, namun selulosa amorf kering dapat
menyerap air menjadi lebih lembut dan fleksibel. Beberapa air ini tidak
dapat membeku, namun terperangkap. Sedikit air dapat terikat oleh ikatan
hidrogen langsung jika selulosa memiliki kristalinitas (kemampuan
mengkristal) tinggi. Namun beberapa produk selulosa berserat dapat
menahan air sampai jumlah yang tertentu dalam pori-pori dan biasanya
dalam lubang berbentuk seperti sedotan. Selulosa dapat memberikan volume
yang lebih besar dan tekstur khususnya sebagai pengganti lemak dalam saus
namun ketidaklarutannya menyebabkan semua produk akan menjadi
kelihatan seperti berawan.
- Sifat Fisikokimia
1. Selulosa tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pereaksi Scheitzer
yaitu larutan tetraamino tembaga (II) hidroksida
2. Selulosa tidak dapat dicerna oleh manusia tetapi dapat dicerna oleh
sapi dan hewan lainnya dengan bantuan bakteri. Menggunakan asam
encer selulosa dapat terhidrolisis menjadi glukosa
3. Dengan asam nitrat dan asam sulfat terjadi selulosa nitrat yang
digunakan untuk pembuatan film dan cat semprot.
4. Selulosa merupakan polimer yang berantai panjang dan tidak
bercabang. Suatu molekul tunggal selulosa merupakan polimet rantai
lurus dari 1,4’-𝛽-D-glukosa. Hidrolisis selulosa dalam HCl 4%
dalam air menghasilkan D-glukosa.
- Reaksi yang dialami:

Hidrolisis selulosa dalam HCl 4% dalam air menghasilkan D-glukosa.


Dalam sistem pencernaan manusia terdapat enzim yang dapat
memecahkan ikatan 𝛼-glikosida, tetapi tidak terdapat enzim untuk
memecah ikatan 𝛽-glikosida yang terdapat dalam selulosa sehingga
manusia tidak dapat mencerna selulosa. Dalam sistem pencernaan
hewan herbivora terdapat beberapa bakteri yang memiliki enzim 𝛽-
glikosida sehingga hewan jenis ini dapat menghidrolisis selulosa.

B. Jelaskan cara isolasi/ekstraksi, karakteristik, dan menghitung kadarnya:


1. Monosakarida: glukosa, fruktosa, dan galaktosa
2. Disakarida: sukrosa, maltosa, dan laktosa
3. Oligosakarida
4. Polisakarida: amilum (amilosa dan amilopektin), glikogen dan selulosa
 Identifikasi Karbohidrat
1. Uji Molisch
Uji molisch adalah uji kimia kualitatif untuk mengetahui adanya
karbohidrat. Uji ini didasari oleh reaksi dehidrasi karbohidrat oleh asam
sulfat membentuk cincin furfural yang berwarna ungu. Reaksi positif
ditandai dengan munculnya cincin ungu dipermukaan antara lapisan
asam dan lapisan sampel. Sampel yang diuji dicampur dengan reagen
Molisch, yaitu α-naphthol yang terlarut dalam etanol. H2SO4 pekat
perlahan-lahan dituangkan melalui dinding tabung reaksi agar tidak
sampai bercampur dengan larutan atau hanya membentuk lapisan
setelah pencampuran atau homogenisasi.
2. Uji Benedict
Uji benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula
(karbohidrat) pereduksi. Gula pereduksi meliputi semua jenis
monosakarida dan beberapa disakarida seperti laktosa dan maltosa.
Pada uji benedict, pereaksi ini akan bereaksi dengan gugus aldehid,
kecuali aldehid dalam gugus aromatik, dan alpha hidroksi keton. Uji
benedict dapat dilakukan pada urine untuk mengetahui kandungan
glukosa. Urine yang mengandung glukosa dapat menjadi tanda adanya
penyakit diabetes. Sekali urine diketahui mengandung gula pereduksi,
test lebih jauh dilakukan untuk memastikan jenis gula pereduksi apa
yang terdapat dalam urine. Asam sulfat berfungsi untuk menghidrolisis
ikatan pada sakarida untuk menghasilkan furfural. Furfural ini
kemudian bereaksi dengan reagen Molisch, α-naphthol membentuk
cincin yang berwarna ungu. Uji benedict ion kupri Cu2+ direduksi
menjadi Cu2O dalam larutan alkalin sitrat. Sitrat menahan kestabilan
Cu2+ selama reaksi dengan menjaga dari pengurangan menjadi warna
hitam pada larutan CuO. Uji positif ditandai dengan terbentuknya
larutan hijau, merah, orange atau merah bata serta adanya endapan.
3. Uji Selliwanoff
Uji selliwanoff digunakan untuk membedakan aldosa dan ketosa.
Ketosa dan aldosa berbeda pada penyusun keton atau aldehid. Jika gula
mengandung keton maka itu adalah ketosa, sedangkan jika mengandung
aldehid maka disebut aldosa. Jika dipanaskan keton akan lebih cepat
terdehidrasi dibanding dengan aldose. Reagen yang digunakan adalah
resosinol dan asam hidroklorik. Uji selliwanoff reaksi spesifik warna
untuk ketosa.
4. Uji Barfoed
Uji barfoed untuk memisahkan antara monosakarida dengan
disakarida yang dapat mereduksi ion kupri. Reagen barfoed bereaksi
dengan monosakarida untuk menghasilkan kupri oksida lebih cepat
dibanding disakarida. Dalam uji barfoed Cu2+ tereduksi menjadi Cu2O
pada larutan asam lemah. Secara praktek, dapat terlihat bahwa
monosakarida mengurangi lebih cepat pada larutan asam lemah
daripada disakarida. Uji positif ditunjukkan dengan terbentuknya
endapan merah orange.
5. Uji Iodin
Uji iodin digunakan untuk menunjukkan adanya polisakarida.
Amilum dengan iodin dapat membentuk kompleks biru. Amilopektin
dengan iodin akan memberi warna merah ungu sedangkan dengan
glikogen dan dekstrin akan membentuk warna merah coklat.
6. Uji Fehling
Uji fehling bertujuan untuk mengetahui adanya gugus aldehid. Uji
fehling digunakan untuk menunjukkan adanya karbohidrat pereduksi
(monosakarida, laktosa, maltosa, dll). Reagen yang digunakan dalam
pengujian ini adalah Fehling A (CuSO4) dan Fehling B (NaOH dan
KNa tartarat). Uji positif ditandai dengan warna merah bata.
 Isolasi
Isolasi strach dari kentang yaitu penentuan kadar kanji pada umbi
kentang dengan mengisolasi berdasarkan homogenasi, penyaringan,
suspensi, dan dekantasi beberapa kali dengan menggunakan pelarut etanol
untuk mendapatkan endapan murni yang berupa amilum. Uji iodida dalam
strach yaitu mereaksikan amilum dengan iodida dengan menambahkan
pereaksi yang bersifat asam, basa, dan netral kemudian melihat perubahan
warna menjadi biru. Larutan mengalami perubahan warna kemudian
dipanaskan dan mengalami perubahan warna menjadi tidak berwarna dan
kembali menjadi biru setelah didinginkan
 Karakteristik
- Pengujian Selliwanof bertujuan untuk mendeteksi adanya gula ketosa
pada zat yang diuji. Pengujian Selliwanof dilakukan dengan meneteskan
beberapa larutan reagent pada larutan uji, dan kemudian dipanaskan
beberapa menit. Hasil positf dari pengujian ini adalah terbentuknya
warna merah. Hasil positif pada pengujian Selliwanof terjadi karena
adanya reaksi pembentukan 4-hidroksi metil furfural yang membentuk
senyawa berwarna dengan adanya resorsinol. Pereaksi Selliwanof
mengandung 1,3-dihidroksibenzena dan HCl. Reaksi yang terjadi adalah
gula heksosa pada larutan uji akan dihidrasi dan membentuk hidroksi-
metil-furfural saat dipanaskan dengan HCl. Ketoheksosa ( fruktosa) dan
disakarida (sukrosa) yang mengandung ketoheksosa akan bereaksi lebih
cepat dengan HCl saat dipanaskan dibandingkan dengan gula jenis
aldosa.
- Pengujian Osazon didasari oleh adanya reaksi aldosa maupun ketosa
dengan fenilhidrazin dan didihkan akan membentuk kristal bila
didinginkan dalam waktu yang cepat. Fenilhidrazin akan bereaksi
dengan gula pereduksi pada suhu titik didih membentuk Osazon.
Fenilhidrazin (NH2–NH–C6H5) bereaksi dengan gugus karbonil pada
kondisi netral maupun sedikit asam untuk menghasilkan phenilhidrazon,
yang sangat mudah larut dalam air. Kemudian Hidrazone bereaksi lagi
dengan fenilhidrazin, dan berekondensasi membentuk produk yang sulit
larut, Osazon, yang dapat dipresipitasikan menjadi kristal. Saat larutan
uji bereaksi dengan phenilhidazin, masing-masing gula pada larutan uji
membentuk kristal osazon yang berbeda-beda.
 Penentuan Kadar Karbohidrat

Pengukuran karbohidrat yang merupakan gula pereduksi dengan


metode Luff Schoorl ini didasarkan pada reaksi sebagai berikut :
R-CHO + 2Cu2+ → R-COOH + Cu2O
2Cu2+ + 4I- → Cu2I2 + I2
2S2O32- + I2 → S4O62- + 2I-
Monosakarida akan mereduksikan CuO dalam larutan Luff
menjadi Cu2O. Kelebihan CuO akan direduksikan dengan KI berlebih,
sehingga dilepaskan I2. I2 yang dibebaskan tersebut dititrasi dengan
larutan Na2S2O3. Pada dasarnya prinsip metode analisa yang digunakan
adalah Iodometri karena kita akan menganalisa I2 yang bebas untuk
dijadikan dasar penetapan kadar. Dimana proses iodometri adalah
proses titrasi terhadap iodium (I2) bebas dalam larutan.
Apabila terdapat zat oksidator kuat (misal H2SO4) dalam
larutannya yang bersifat netral atau sedikit asam penambahan ion
iodida berlebih akan membuat zat oksidator tersebut tereduksi dan
membebaskan I2 yang setara jumlahnya dengan dengan banyaknya
oksidator. I2 bebas ini selanjutnya akan dititrasi dengan larutan standar
Na2S2O3 sehinga I2 akan membentuk kompleks iod-amilum yang tidak
larut dalam air. Oleh karena itu, jika dalam suatu titrasi membutuhkan
indikator amilum, maka penambahan amilum sebelum titik ekivalen.
Sukrosa tidak memiliki sifat-sifat mereduksi, karena itu untuk
menentukan kadar sukrosa harus dilakukan inversi terlebih dahulu
menjadi glukosa dan fruktosa.
Dalam hal ini kadar sukrosa harus diperhitungkan dengan faktor
0,95 karena pada hidrolisis sukrosa berubah menjadi gula invert.
C12H22O11 + H2O → 2C6H12O6
Sukrosa gula reduksi
Metode Luff Schoorl ini baik digunakan untuk menentukan kadar
karbohidrat yang berukuran sedang. Dalam penelitian M.Verhaart
dinyatakan bahwa metode Luff Schoorl merupakan metode tebaik
untuk mengukur kadar karbohidrat dengan tingkat kesalahan sebesar
10%. Pada metode Luff Schoorl terdapat dua cara pengukuran yaitu
dengan penentuan Cu tereduksi dengan I2 dan menggunakan prosedur
Lae-Eynon.
Metode Luff Schoorl mempunyai kelemahan yang terutama
disebabkan oleh komposisi yang konstan. Hal ini diketahui dari
penelitian A.M Maiden yang menjelaskan bahwa hasil pengukuran
yang diperoleh dibedakan oleh pebuatan reagen yang berbeda.
Contoh perhitungan kadar sampel adalah sebagai berikut:

Anda mungkin juga menyukai