Anda di halaman 1dari 12

MODUL PERKULIAHAN

Riset Media

Latar Belakang Penelitian

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

02
Ilmu Komunikasi Studi Broadcasting A81417BB Christina Arsi Lestari, M.Ikom

Abstract Kompetensi
Riset media merupakan sebuah tolok Melalui modul pertama ini, diharapkan
ukur di mana mahasiswa dapat mulai mahasiswa mulai dapat menuangkan
memfokuskan diri kepada tujuan gagasan dan argumentasinya ke dalam
akhirnya dibangku perkuliahan. bentuk latar belakang permasalahan
Sehingga dengan materi ini dapat yang akan menjadi bahan penelitiannya.
memberikan gambaran kepada
mahasiswa untuk menyusun
latarbelakang riset di bidang
broadcasting untuk dijadikan sebuah
karya ilmiah yang akan membawa
mahasiswa ketujuan akhirnya di
bangku perkuliahan.
Kiat Menyusun Alur Latar
Belakang Masalah Penelitian

Latar belakang masalah penelitian (research background) adalah bagian pertama


dan sangat penting dalam menyusun tulisan ilmiah, baik dalam bentuk paper atau skripsi.
Latar belakang masalah penelitian menjelaskan secara lengkap topik (subject area)
penelitian, masalah penelitian yang dipilih dan mengapa melakukan penelitian pada topic
dan masalah tersebut (Berndtsson et al., 2008).

Sayangnya, tidak banyak mahasiswa yang berhasil membuat latar belakang masalah
penelitian dengan baik, sebagian karena masalah penelitiannya memang tidak jelas dan
mengada-ada, sebagian lagi karena copy-paste sana sini sehingga alur paragrafnya menjadi
kacau, dan sebagian lagi karena gagal melandasi alasan melakukan penelitian itu (malas
membaca literatur). Latar belakang masalah penelitian merupakan penggambaran akan
mengapa masalah riset muncul dari sisi masalah komunikasi yang muncul, disertai data,
fakta atau kejadian yang muncul akan memperkuat latar belakang dan perumusan
permasalahan dalam sebuah riset. Disamping juga dalam perumusan masalah dalam latar
belakang penelitian periset juga harus memaparkan teori, perinsip atau kaidah teoritik lain
yang dapat dijadikan sandaran berpikir dan merumuskan masalah. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pembuatan latar belakang penelitian adalah:

1. Ancangan Pembahasan

Ancangan yang dimaksud adalah darimanakah periset mengawali pembicaraan


dalam kaitan dengan masalah riset yang dilakukan. Pengambilan ancangan yang tepat akan
memberikan penggambaran yang tepat pula atas masalah yang diangkat oleh periset.
Sangat direkomendasikan pembicaraan dalam latar belakang lebih fokus dan mendalam,
tidak meluas tapi dangkal.

2. Alur Logika Pemikiran yang Digunakan

Alur logika pemikiran merupakan urutan berpikir penulis dalam menuangkan


gagasan yang ingin disampaikan yang tercermin dalam susunan kalimat-kalimat dan
susunan paragraph-paragraf dalam latar belakang. Alur logika pemikiran yang digunakan
khususnya dalam penulisan latar belakang menjadi penting diperhatikan. Hal ini agar arah
pemikiran yang dikembangkan dalam latar belakang lebih mengarah, fokus, jelas dan
mudah dipahami. Latar belakang yang tidak memiliki alur logika yang jelas akan sulit bagi

2013 Riset Media


2 Christina Arsi Lestari, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
pembaca mengenali masalah sebenarnya, memahami pesan yang ingin disampaikan dan
bahkan akan mengaburkan masalah itu sendiri.

3. Penggunaan Sumber Teori Sebagai Dasar Pemikiran

Fungsinya selain akan menjadi sandaran berpikir namun juga hal tersebut akan
menjadi indicator objektifitas tulisan. Sumber teori merupakan pengetahuan-pengetahuan
ilmiah yang disampaikan oleh seseorang yang biasanya dihasilkan dari riset. Semakin
banyak teori yang digunakan maka, dalam batas tertentu, akan semakin meningkatkan
objektifitas riset, dan semakin kuat argumentasi yang dipaparkan oleh periset.

Penggunaan sumber teori secara eksplisit tercermin pada penggunaan kalimat yang
diakhir kalimatnya dicantumkan nama penulis dan tahun penulisan, sebagai cerminan
kalimat tersebut diambil dari penulis yang namanya disebutkan tersebut.

4. Penggunaan Fakta dan Data Lingkungan

Penggunaan fakta dan data dalam perumusan latar belakang adalah penting untuk
mengetahui indicator-indikator dari intensitas permasalahan yang dirumuskan oleh periset.
Dari fakta dan data tersebut akan diketahui seberapa luas dan seberapa parah
permasalahan riil yang ada. Absennya data dan fakta dalam perumusan masalah utamanya
dalam latar belakang akan mengakibatkan permasalahan menjadi sangat umum,
mengambang, tidak jelas dan tidak fokus.

5. Panjang dan Kecukupan

Panjang atau pendeknya penggambaran memang sangat tergantung pada jenis


permasalahan yang dihadapi, untuk kepentingan apa riset dilakukan dan tentunya
ketersediaan halaman atau tempat dalam menuangkan gagasan. Namun demikian prinsip
yang lazim digunakan adalah bahwa penggambaran identifikasi dan perumusan masalah
sebagaimana dalam latar belakang dan permasalahan riset harus secara cukup dan tuntas
mengarahkan pembaca akan masalah riil apa yang dihadapi oleh periset dan mengapa
muncul dan perlu diatasi atau diteliti.

Penelitian yang sistematis diawali dengan suatu persoalan.Jhon Dewey


menyebutkan bahwa langkah pertama dalam metode ilmiah adalah pengakuan akan adanya
kesulitan, hambatan, atau masalah yang membingungkan peneliti. Rumusan dari masalah-
masalah itu yang kemudian diungkapkan dalam rangkaian deskripsi yang biasa disebut latar
belakang. Pemilihan dan perumusan masalah adalah salah satu aspek yang paling penting

2013 Riset Media


3 Christina Arsi Lestari, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dalam pelaksanaan penelitian dalam bidang apa saja. Para peneliti pemula kadangkala
terkejut melihat bahwa permulaan ini kerapkali memakan sebagian besar waktu yang
mereka pergunakan untuk proyek penelitian mereka. Padahal penelitian tidak dapat
dilakukan sebelum suatu masalah dapat diidentifikasi, dipikirkan secara tuntas, dan
dirumuskan dengan baik. Namun terkadang pula, peneliti pemula sudah mampu
mengidentifikasi, dan merumuskan masalah mereka, tapi hanya dalam nalar dan konsep
mereka dan tidak mampu menuangkan dalam rangkaian tulisan.

Pertanyaan yang sering muncul dari seorang peneliti pemula adalah “bagaimana
saya dapat menemukan satu persoalan penelitian?”, meskipun tidak ada kaidah yang pasti
terhadap rumusan persoalan penelitian, yang jelas, masalah adalah sesuatu yang bukan
atau tidak menjadi harapan kita. Namun ada beberapa hal yang terbukti menjadi sumber
masalah penelitian, yaitu pengalaman, deduksi dari teori, dan literatur yang ada kaitannya.
Dari ketiga hal tersebutlah rumusan masalah dari suatu penelitian dideskripsikan. Kita
diharapkan tidak melebih-lebihkan pentingnya penjabaran persoalan, yang penting adalah
jelas dan padat.

Para peneliti pemula sering sudah mempunyai pengertian umum tentang


persoalannya, tetapi menemukan kesulitan untuk merumuskannya sebagai suatu persoalan
penelitian yang dapat digarap. Mereka menemukan kenyataan bahwa pengertian umum
mereka yang semula, meskipun cukup memadai untuk komunikasi dan pemahaman masih
belum cukup spesifik untuk memungkinkan pemecahan persoalan secara empiris. Mereka
tidak dapat melangkah maju sebelum dapat menyatakan suatu persoalan konkret yang
dapat diteliti.

Untuk menyelesaikan masalah perumusan masalah, yang pertama harus diketahui


bahwa bentuk deskripsi permasalahan atau latar belakang masalah yang tertuang adalah
berbentuk piramida terbalik. Seorang peneliti mula-mula harus menentukan pokok persoalan
penyelidikan yang bersifat umum, pilihan seperti itu bersifat sangat pribadi dan tergantung
dari kemauan dan peguasaan peneliti dalam menguraikan masalahnya, tetapi hendaknya
masalah umum tersbut benar-benar dikuasai dan merupakan bidang yang menarik dan
berkaitan baik secara langsung maupun tidak langsung. Kalau tidak, akan sulit
mengarahkan deskripsi permasalahan yang mengkrucut kepada masalah yang akan diteliti.
Pengetahuan, pengalaman dan lingkungan peneliti, biasanya menjadi alternatif pilihan untuk
hal ini.

Setelah dipilih pokok persoalan yang bersifat umum tadi, kemudian dipersempit
kepada hal yang sifatnya pertengahan, dalam artian seorang peneliti mendeskripsikan
sesuatu sebagai penyambung atau penengah antara persoalan umum tadi dengan hal yang

2013 Riset Media


4 Christina Arsi Lestari, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
sempit. Hal yang bersifat umum tadi dipersempit sampai menjadi persoalan yang
mengkhusus dan menjurus dan menetukan pertanyaan yang harus dijawab. Peneliti juga
harus menyatakan dengan tepat kemungkinan apa yang akan dilakukan untuk menjawab
pertanyaan itu.

Salah satu sumber yang paling berguna bagi para peneliti pemula adalah
pengalaman mereka sendiri. Banyak keputusan yang harus diambil setiap hari tentang
kemungkinan pengaruh praktek-praktek terhadap tingkah-laku yang akan dijadikan masalah
penelitian. Pendekatan ilmiah terhadap praktek menetapkan bahwa keputusan tentang
bagaimana melakukan sesuatu di bidang pendidikan hendaknya didasarkan pada bukti-bukti
empiris, bukan pada firasat, kesan, perasaan, atau dogma.

Sumber permasalahan lain yang berharga seperti yang telah disebutkan di atas,
ialah literatur dalam bidang yang menarik perhatian peneliti. Pada waktu membaca laporan-
laporan penelitian yang sudah dilakukan, kita dihadapkan pada contoh-contoh permasalah
penelitian serta cara bagaimana penelitian tersebut dilaksanakan. Juga, para penulis sering
menutup studi mereka dengan saran-saran tentang penelitian selanjutnya yang diperlukan
guna meneruskan pekerjaan yang telah dilaporkan itu. Ada gunanya kita melihat kalau-kalau
prosedur yang dipakai dalam penelitian terdahulu itu dapat disesuaikan guna memecahkan
persoalan-persoalan lain. Atau, apakah studi yang serupa juga dapat dilakukan di lapangan,
bidang persoalan, atau dengan kelompok subyek yang berbeda,

Salah satu ciri penting penelitian ilmiah ialah, bahwa penelitian tersebut harus dapat
ditiru atau diulang (replicable), sehingga hasil-hasilnya dapat dibuktikan. Replikasi suatu
studi, dengan atau tanpa variasi, mungkin dapat menjadi kegiatan yang berfaedah dan
berharga bagi peneliti pemula. Pengulangan suatu studi dapat meningkatkan luasnya
jangkauan generalisasi hasil penelitian sebelumnya serta memberikan bukti tambahan
tentang validitas hasil tersebut. Dalam banyak eksperimen penelitian, kita tidak dapat
memilih subyek secara acak, melainkan harus menggunakan kelompok-kelompok
sebagaimana adanya. Sudah barang tentu hal ini akan membatasi jangkauan generalisasi
hasil-hasil penelitian tersebut. Akan tetapi, dengan diulanginya eksperimen-eksperimen
pada waktu dan tempat yang berlainan, dengan hasil yang menguatkan hubungan-
hubungan yang diharapkan itu pada setiap penyelidikan, maka kepercayaan terhadap
validitas ilmiah hasil-hasil tersebut pun akan meningkat.

Sesudah masalah dipilih dan signifikan atau pentingnya masalah itu ditetapkan,
maka tugas berikutnya ialah merumuskan atau mengemukakan persoalan tersebut dalam
bentuk yang dapat diteliti. Penjabaran persoalan yang baik harus menerangkan dengan

2013 Riset Media


5 Christina Arsi Lestari, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
jelas apa yang akan diterangkan atau dipecahkan, dan membatasi ruang-lingkup suatu
persoalan.

Sistematika Penulisan Latar


Belakang Penelitian

Latar belakang masalah harus mampu mendeskripsikan urgensi masalah yang akan
diteliti. Penulisan latar belakang masalah haruslah memperhatikan beberapa ketentuan
dibawah ini.

1. Penulis harus mampu memperlihatkan adanya peristiwa atau fakta sebagai suatu
masalah yang layak untuk diteliti. Penulis bisa memperkuat fakta tersebut dengan cara
menampilkan data-data yang diperoleh dari sumber data primer (wawancara kepada pihak
yang terkait) maupun sumber data sekunder (dokumen atau media massa).

2. Penulis harus mampu memberikan alasan yang kuat bahwa masalah yang muncul pada
suatu tempat tertentu merupakan suatu masalah yang menarik atau layak untuk diteliti.
Penulis dapat menjelaskannya dengan cara menunjukkan adanya kesenjangan yang
muncul antara apa yang terjadi dengan apa yang seharusnya terjadi.

3. Apabila penelitian yang akan diselenggarakan adalah basic research (penelitian yang
berorientasi pada pengembangan keilmuan) maka peneliti harus mampu memberikan
alasan yang kuat mengenai pentingnya untuk melakukan penelitian atas suatu teori atau
model yang dipilih oleh peneliti. Peneliti dapat memperkuat alasannya dengan cara
menggambarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya atas teori atau
model yang akan diteliti. Selanjuntya peneliti dapat meyakinkan bahwa latar sosial dari
penelitian yang akan digunakan dalam penelitiannya memiliki kesamaan dengan latar sosial
dari penelitian sebelumnya sehingga relevan digunakan untuk menguji teori atau model
yang akan diteliti.

Dalam bidang komunikasi sendiri usulan sebuah penelitian berisikan latarbelakang


penelitian yang akan dilakukan dalam peta keilmuan yang menjadi perhatian peneliti pada
topik tertentu dalam bidang komunikasi, khususnya yang menyangkut Broadcasting. Pada
latar belakang penelitian komunikasi diuraikan hal-hal sebagai berikut:

1. Penelitian ilmiah selalu dimulai dari suatu masalah dan oleh karenanya penentuan
masalah merupakan tahap paling penting. Pernyataan tentang gejala/fenomena yang

2013 Riset Media


6 Christina Arsi Lestari, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
akan diteliti, boleh diangkat dari masalah teoritis atau diangkat dari masalah praktis.
Berdasarkan itu peneliti menegaskan permasalahan yang akan diteliti.
2. Argumentasi tentang pemilihan topik penelitian (menunjukan permasalahan sebagai
perbedaan antara das sein (kenyataan) dan das sollen (konsep atau teori yang ada)
3. Situasi yang melatarbelakangi masalah (yang dipermasalahkan)
4. Intisari dari kerangka teori yang menjadi masalah.

Dalam ranah penelitian kualitatif, latar belakang penelitian diawali dengan upaya
peneliti untuk menggambarkan konteks atau situasi yang mendasari munculnya
permasalahan atau fenomena. Penggambaran atau konteks permasalahan penelitian dapat
dilakukan dengan menunjukan fenomena-fenomena, fakta-fakta empiris, atau kejadian-
kejadian actual. Peneliti sebaiknya memberikan argumentasi tentang alasan yang
mendasari pemilihan tema/topik penelitian tersebut. Pada ranah penelitian aplikatif, latar
belakang berisikan penjelasan mengenai alasan-alasan mengapa mahasiswa tertarik
dengan judul/topik yang dipilih.

Merumuskan Permasalahan Riset

Permasalahan adalah kesenjangan (Gap) antara das sollen (apa yang seharusnya)
dan das sein (apa yang ada). Sumber permasalahan dapat diperoleh dari berbagai hal
antara lain:

 Bacaan: Jurnal, laporan hasil penelitian, skripsi, buku teks, internet, dll
 Seminar, lokakarya, diskusi, dll
 Pernyataan pemegang otoritas
 Pengamatan
 Pengalaman

Tema atau topik untuk penulisan riset seharusnya dipengaruhi oleh minat dari
masing-masing mahasiswa. Minat atau ketertarikan itu tentu saja berkaitan dengan latar
belakang pekerjaan maupun latar belakang pendidikan yang sedang ditempuh, maupun dari
pengalaman dan pengamatan di media massa. Dalam riset media, mahasiswa haruslah
melihat bahwa konteks topik tidak boleh keluar dari kerangka ilmu komunikasi dan
peminatan broadcasting.

Untuk memudahkan dalam memilih topik, mahasiswa diminta kembali melihat


kepada komponen komunikasi yang sudah dipelajari di mata kuliah dasar pada semester-
semester sebelumnya, di mana komponen komunikasi meliputi:

a. Level komunikator, analisis sumber

2013 Riset Media


7 Christina Arsi Lestari, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
b. Level pesan/isi pesan, meliputi isi pesan yang disampaikan oleh komunikator (pesan-
pesan media) baik yang dilakukan secara kuantitatif (analisis isi), maupun kualitatif
(analisis framing, analisis wacana, analisis semiotika, analisis gender, dsb).
c. Level media, meliputi strategi redaksi/program/produksi, manajemen media.
d. Level komunikasi, meliputi analisa khalayak yang meliputi sikap, pandangan, opini, dsb.
e. Level dampak, meliputi efek atau dampak dari isi pesan media ataupun strategi
pemberitaan/ tayangan/ program yang berupa tingkat pemahaman, persepsi ataupun
perubahan perilaku, diterima dan munculnya opini positif terhadap isi pesan dan media.
Pada intinya proses pertama dalam perancangan penelitian atau riset, perlu
dicermati beberapa hal yang meliputi:
a. Bahwa topik riset harus penting (significance of topic)
b. Bahwa topik riset harus menarik perhatian peneliti (interesting topic)
c. Bahwa topik riset harus didukung oleh data atau dengan kata lain untuk topik tersebut
tersedia datanya (obtainable data)
d. Bahwa topik riset harus dapat dilaksanakan dalam arti sebatas kemampuan penelitian
(manageable topic)

2013 Riset Media


8 Christina Arsi Lestari, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Contoh Judul-judul Penelitian
Komunikasi (Broadcasting)
PENELITIAN KUANTITATIF
• SIKAP PEREMPUAN TERHADAP TAYANGAN SINETRON….. DI TELEVISI….
(Studi Etnografis Di Kelurahan……..)

• PENGARUH INTENSITAS MENGAKSES SITUS PORNO DAN TINGKAT


KOMUNIKASI DALAM COMMUNITY-GROUP TERHADAP AGRESIVITAS
INDIVIDU

• PERILAKU PENGGUNAAN (SMS TELEPON SELULAR, BBM, YM, DLL) SEBAGAI


MEDIA KOMUNIKASI DI KALANGAN MAHASISWA KOMUNIKASI
UNIVERSITAS……..

• PRASANGKA MEDIA MASSA DALAM PEMBERITAAN KORUPSI (Analisis Isi pada


Program Metro Hari Ini dan Apa Kabar Indonesia)

• JURNALISME KRIMINAL DI PROGAM BERITA TELEVISI (Analisis Isi Berita


Kriminal Pada Program Berita……

• WAJAH PENELITIAN DALAM PENDIDIKAN TINGGI ILMU KOMUNIKASI DI


INDONESIA (Analisis Isi Kurikulum dan Skripsi Sarjana Ilmu Komunikasi di UMB)

• HUBUNGAN ANTARA INTENSI MENONTON FILM DRAMA ROMANTIS DI


TELEVISI DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA
REMAJA.

• PENGARUH MENONTON FILM YANG BERTEMA KEPAHLAWANAN TERHADAP


SIFAT KE PIMPINAN PADA MAHASISWA (Survey Kepada Mahasiswa di……..)

2013 Riset Media


9 Christina Arsi Lestari, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
PENELITIAN KUALITATIF
• RELASI DUA TUBUH DALAM PROGRAM TELEVISI (Analisis Semiotika tentang
Relasi Laki-laki dan Perempuan dalam Tayangan……)

• ANALISIS MODEL PRODUKSI BERITA TELEVISI LOKAL (Studi Deskriptif Kualitatif


Analisis Model Produksi Berita Daerah di TVRI SP Kalimantan Selatan dan Banjar
TV)

• HEGEMONI PATRIARKI DALAM LAGU POP INDONESIA KONTEMPORER


(Analisis Wacana Kritis Terhadap Lagu…….)

• PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM KEBIJAKAN PRODUKSI SIARAN DI TELEVISI


(Studi Deskriptif Di Stasiun Televisi…….)

• MITOLOGI PEREMPUAN DALAM INDUSTRI MEDIA FILM INDONESIA (Analisis


Semiotika Barthes Terhadap Film Feminis “Sang Penari” dan “Perempuan Punya
Cerita”)

• TALK SHOW INSPIRATIF DI TELEVISI (Studi Dramaturgi Program Kick Andy di


Metro TV)

• PERAN MEDIA KOMUNIKASI MELALUI SISTEM PESAN SINGKAT TERHADAP


PULAU KOMODO (Studi Kasus Pulau Komodo Sebagai Tujuh Keajaiban Dunia)

• RELIGITAINTMENT DALAM PROGRAM DAHWAH ISLAM DI TELEVISI NASIONAL


(Kajian Penerimaan pemirsa terhadap aspek religitaintment dalam Program Dakwah
Islam di Trans TV dan Indosiar)

• KOMODIFIKASI PROGRAMACARA TELEVISI LOKAL (Analisis Wacana Pada


Program “Solusi Sehat” di CTV Banten)

• REPRODUKSI NILAI FEMINISME BARAT MELALUI MEDIA BARU OLEH FASHION


BLOGGER PEREMPUAN INDONESIA

• Konvergensi Simbol pada Tayangan Infotainment…….

2013 Riset Media


10 Christina Arsi Lestari, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
PENELITIAN APLIKATIF
• Peran Akademisi Komunikasi dalam Mengadvokasi Pengelola Industri Media Massa
di Indonesia

• Dokumenter: Makna Pengabdian dan Peran Diri Pemandu Wisata di Cagar Budaya
Taman Air Gua Sunyaragi dan Keraton Kasepuhan, Cirebon

• New Media, Citizen Journalism, dan Ancaman Terhadap Media Tradisonal di


Masyarakat…….

2013 Riset Media


11 Christina Arsi Lestari, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
1. Amirin, Tatang M. 1986. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
2. Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta:
Rineka Cipta.
3. Griffin, Em. 1991. A First Look at Communication Theory. New York: McGraw-Hill
4. Sendjaja, Sasa Djuarsa. 1993. Teori Komunikasi. Jakarta: Univ. Terbuka
5. Mulyana, Deddy. 2001. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar.
6. Ary, Donald et,. all. Diterjemahkan oleh Arief Furchan, Pengantar Penelitian dalam
Pendidikan. Pustaka Pelajar, 2004.
7. Dewey, Jhon How We Think. Heath, Boston, 1933.
8. EA Nelson, Sources of Variance in Behavioral Measure of Honesty in Temptation
Situations; Methodological Analysis. Devlopment Psycologi, 1969.

2013 Riset Media


12 Christina Arsi Lestari, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai