Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA NY .s


DENGAN HIPERTENSI

Tugas ini dibuat untuk melengkapi tugas Praktek Puskesmas (Komprehensif I B) semester 7
tahun pelajaran 2018/2019

Di Susun oleh :
Nama : Zulia Zahrotun Nisa
NIM :720153051

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS

JalanGanesha 1 Purwosari Kudus Telp./Faks.(0291)442993/437218 Kudus 59316 Website :


http://www.stikesmuhkudus.ac.id.

1
A. PENGERTIAN
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan
darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas dan
angka kematian ( mortalitas ) ( Adib, 2013 ).

Hipertensi lebih dikenal dengan istilah penyakit tekanan darah tinggi. Batas tekanan
darah yang dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan normal atau tidaknya
tekanan darah adalah tekanan sistolik dan diastolik. Bedasarkan JNC (Joint National
Comitee) VII, seorang dikatakan mengalami hipertensi jika tekanan sistolik 140 mmHg
atau lebih dan diastolik 90 mmHg atau lebih (Nafrialdi, 2013).

B. ETIOLOGI
 Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi 2 golongan :
1. Hipertensi Primer
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor yang
mempengaruhinya yaitu : genetik, lingkungan, hiperaktivitas saraf simpatis sistem
renin. Angiotensin dan peningkatan Na+ Ca intraseluler. Faktor-faktor yang
meningkatkan resiko : obesitas, merokok, alkohol dan polisitemia.
2. Hipertensi Sekunder
Penyebab yaitu : penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom cushing dan
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
 Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas :
1. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau jadi lebih besar dari 140 mmHg dan/
tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
2. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan
tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
 Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-
perubahan pada :
1. Elastisitas dinding aorta menurun
2. Katup jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20
tahun. Kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya

2
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya efektivitas
pembuluh darah perifer yntuk oksigenasi
5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
 Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan menjadi :
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Optimal <120 <80

Normal 120-129 80-84

High Normal 130-139 85-89

Hipertensi

Grade 1 (ringan) 140-159 90-99

Grade 2 (sedang) 160-179 100-109

Grade 3 (berat) 180-209 110-119

Grade 4 (sangat berat) >210 >120

(Nafrialdi, 2013).

C. MANIFESTASI KLINIS

1. Sakit kepala
2. Epistaksis
3. Pusing migrain
4. Noktura
5. Finitus
6. Kelemahan/ letih
7. Mual muntah
8. Sesak nafas
9. Sukar tidur
10. Mata berkunang-kunang
11. Rasa berat di tengkuk
3
12. Kenaikan TD dari normal
13. Penurunan kekuatan gangguan tangan dan reflek tendon dalam
14. Frekuensi jaringan meningkat
15. Takipnea
16. Perubahan irama jantung

D. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat
vasomotor pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis
yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke
ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada
titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin yang akan merangsang serabut saraf
pascaganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norpinefrin
mengakibatkan kontriksi pembuluh darah .
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh
darah terhadap rangsangan vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif
terhadap norpinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa
terjadi .
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresikan kortisol dan steroid lainnya yang
dapat memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal dapat menyebabkan pelepasan renin.
Renin merangsang pembentukkan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokontriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh
tubulus ginjal sehingga menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor
tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi .
Perubahaan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer bertanggung
jawab pada perubahaan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia. Perubahaan tersebut
meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi
otot polos pembuluh darah yang menyebabkan penurunan distensi dan daya regang
pembuluh darah.
Akibat hal tersebut, aorta dan arteri besar mengalami penurunan kemampuan dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) sehingga
mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer ( Adib, 2013 ).

4
E. PATHWAY

F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan penyakit hipertensi bertujuan untuk mengendalikan angka kesakitan dan
kematian akibat penyakit hipertensi dengan cara seminimal mungkin menurunkan gangguan
terhadap kualitas hidup penderita. Pengobatan hipertensi dimulai dengan obat tunggal, masa
kerja yang panjang sekali sehari dan dosis ditritasi. Obat berikutnya mungkin dapat
ditambahkan selama beberapa bulan perjalanan terapi. Pemilihan obat atau kombinasi yang
cocok bergantung pada keparahan penyakit dan respon penderita terhadap obat
antihipertensi. Beberapa prinsip pemberian obat antihipertensi sebagai berikut :
1. Pengobatan sekunder adalah meghilangkan penyebab hipertensi

5
2. Pengobatan hipertensi esensial ditunjukkan untuk menurunkan tekanan darah dengan
harapan memperpanjang umur dan mengurangi timbulnya komplikasi
3. Upaya menurunkan tekanan darah dicapai dengan menggunakan obat antihipertensi
4. Pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang, bahkan pengobatan seumur
hidup

Dikenal 5 kelompok obat lini pertama (first line drug) yang lazim digunakan untuk
pengobatan awal hipertensi, yaitu diuretik, penyekat reseptor beta adrenergik (β- blocker),
penghambat angiotensin- converting enzyme (ACE- inhibitor), penghambat reseptor
angiotensin (Angiotensin Receptor Blocker, ARB) dan angiotensin kalsium. Selain itu
dikenal juga 3 kelompok obat yang dianggap lini kedua yaitu : penghambat saraf adrenergik,
agonis α- 2 sentral dan vasodilator

(Afrialdi, 2015)

1. Diuretik
a. Golongan Tiazid : Bekerja dengan menghambat transport bersama (symport) NaCl di
tubulus ginjal, sehingga ekskresi Na+ dan Cl- meningkat. (Nafrialdi, 2009)
b. Diuretik Kuat (Loop diuretics, Ceiling diuretics) : Bekerja di ansa henle asenden
bagian epitel tebal dengan cara menghambat kontrasport Na+, K+, Cl-, menghambat
responsi air dan elektrolit
c. Diuretik Hemat Kalium : Amilorid, triamteren dan spironolaktron merupakan
diuretik lemah. Penggunaannya terutama dalam kombinasi dengan diuretik lain untuk
mencegah hipokalemia.

(Nafrialdi, 2013)

2. Penghambat Adrenergik
- Penghambat adrenoresptor beta (β- Blocker)
- Penghambat adrenoreseptor alfa (α- Blocker)
3. Vasodilator
Obat ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos yang
menurunkan resistensi dan karena itu mengurangi tekanan darah
4. Penghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACE- Inhibitor)

6
Obat ini menghambat secara kompetitif pembentukan angiotensin II dari prekusor
angiotensin I yang inaktif yang terdapat pada pembuluh darah, ginjal, jantung, kelenjar
adrenal dan otak
5. Antagonis Reseptor Angiotensin II (Angiotensin Reseptor Blocker, ARB)
6. Antagonis Kalsium {Calcium Channel Blocker (CCB)}
7. Penghambat Simpatis
Bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis (saraf yang bekerja saat kita
beraktivitas)

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas)
dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti hipokoagulabitas , anemia
b. BUN / Kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal
c. Glukosa : hiperglikemia (DM adalah pencetus hipertensi ) dapat diakibatkan oleh
pengeluaran kadar koakolamin .
d. Urinalisa : darah , protein , glukosa , mengisyaratkan disfungsi ginjal da nada
DM.
2. CT Scan : mengkaji adanya tumor serebral , enceopati .
3. EKG : dapat menunjukkan pola regangan , dimana luas , peninggian gelombang P
adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi .
4. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti batu ginjal , perbaikan ginjal .
5. Photo dada : menunjukkan destruksi klaifikasi pada area katup , embesaran jantung .
(amin dan arif , 2015)

H. PENGKAJIAN
Pengkajian secara Umum
1. Identitas Pasien
Hal-hal yang perlu dikaji pada bagian ini yaitu antara lain: Nama, Umur, Jenis Kelamin,
Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Status Mental, Suku, Keluarga/orang terdekat, alamat,
nomor registrasi.
2. Riwayat atau adanya factor resiko
 Riwayat garis keluarga tentang hipertensi
 Penggunaan obat yang memicu hipertensi
3. Aktivitas / istirahat
 Kelemahan,letih,napas pendek,gaya hidup monoton.
 Frekuensi jantung meningkat
 Perubahan irama jantung
 Takipnea
4. Integritas ego

7
 Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria atau marah
kronik.
 Faktor faktor stress multiple (hubungan, keuangan yang berkaitan dengan
pekerjaan).
5. Makanan dan cairan
 Makanan yang disukai, dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak,
tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng,keju,telur)gula-gula yang
berwarna hitam, kandungan tinggi kalori.
 Mual, muntah.
 Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat atau menurun).
6. Nyeri atau ketidak nyamanan
 Angina (penyakit arteri koroner /keterlibatan jantung)
 Nyeri hilang timbul pada tungkai.
 Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya.
 Nyeri abdomen.

Pengkajian Persistem
1. Sirkulasi
 Riwayat hipertensi, ateroskleorosis, penyakit jantung koroner atau katup dan
penyakit cerebro vaskuler.
 Episode palpitasi,perspirasi.
2. Eleminasi
 Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi atau obtruksi atau
riwayat penyakit ginjal masa lalu.
3. Neurosensori
 Keluhan pusing.
 Berdenyut, sakit kepala subokspital (terjadi saat bangun dan menghilang secara
spontan setelah beberapa jam).
4. Pernapasan
 Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas/kerja
 Takipnea, ortopnea, dispnea noroktunal paroksimal.
 Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum.
 Riwayat merokok

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan vaskuler serebral
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual
3. Penurunan curah jantung b.d tekanan darah naik.

J. INTERVENSI

8
DIAGNOSA NOC NIC

1. Nyeri akut b.d Kontrol nyeri Manajemen nyeri


peningkatan tekanan KH : 1. Lakukan pengkajian
vaskuler serebral 1. Dapat Mengenali nyeri komprehensif
kapan nyeri terjadi yang meliputi
2. Dapat PQRST
menggambarkan 2. Berikan informasi
factor penyebab mengenai nyeri
nyeri 3. Ajarkan metode
farmakologi untuk
menurunkan nyeri
4. Berikan obat
analgesic penurun
nyeri

2. Nutrisi kurang dari Status nutrisi Manajemen nutrisi


kebutuhan tubuh b.d KH : 1. Tentukan status gizi
mual 1. Asupan nutrisi dapat dan kemampuan
terpenuhi dengan pasien untuk
baik memenuhi
kebutuhan nutrisi
2. Tentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrisi yang di
butuhkan untuk
memenuhi
persyaratan gizi
3. Anjurkan pasien
untuk memenuhi
diet yang di
anjurkan
4. Berikan obat-obatan
sebelum makan
(penghilang rasa
sakit . antiemetic )

3. Penurunan curah Keefektifan pompa jantung Monitor tanda-tanda vital


jantung b.d tekanan KH: 1. Monitor tekanan
darah naik. 1. Tekanan darah sistol darah , nadi , suhu ,
dan diastole dalam dan status

9
batas normal pernafasan
(120/80 mmHg) 2. Monitor tekanan
darah setelah minum
obat
3. Monitor warba kulit
, suhu , dan
kelembapan
4. Monitor nada
jantung .

10
DAFTAR PUSTAKA

Adib , M . 2013 . Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi , jantung dan stroke .
Yogyakarta : dianloka .

Nafrialdi . 2013 . Anthihipertensi farmakologi dan terapi edisi 5 .Jakarta :Balai Penerbit FKUI.

Nurarif , Amin Huda dkk . 2015 . Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan Nanda NIC-NOC .Jogjakarta: Mediaction.

11

Anda mungkin juga menyukai