A. Teori Umum
Berat jenis SSD disebut juga dengan berat jenis jenuh kering permukaan
(Saturated and Surface-Dry, SSD) yaitu perbandingan antara berat agregat
kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan isi
agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25° C. Pada keadaan ini permukaan
agregat kering (tidak ada air), tetapi butiran-butiran agregat jenuh dengan air.
Dengan demikian butiran-butiran agregat pada keadaan jenuh kering muka
(JKM) atau SSD tidak menyerap air dan tidak menambah jumlah air bila dipakai
dalam campuran aduk beton.
Berat jenis adalah perbandingan relatif antara massa jenis sebuah zat
dengan massa jenis air murni. Air murni bermassa jenis 1 gram/cm³ atau 1000
kg/m³. Berat jenis tidak mempunyai satuan atau dimensi. Keadaan SSD yaitu
suatu kondisi agregat dimana permukaan partikelnya dalam keadaan jenuh
dimana tidak ada air di permukaan agregat, tetapi agregat tersebut masih
mampu menyerap air. Pada kondisi ini, air dalam agregat tidak akan menambah
atau mengurangi air pada campuran beton.
Berat jenis SSD (Saturated Surface Dry) adalah perbandingan berat
kering permukaan dengan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat
dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu dari agregat kasar. Berat jenis SSD
(jenuh kering permukaan) juga dapat di defenisikan sebagai perbandingan
antara berat dari satuan volume agregat (termasuk berat air yang terdapat
didalam rongga akibat perendaman selama 24 jam, tetapi tidak termasuk rongga
antara butiran partikel pada suatu temperatur tertentu terhadap berat di udara
dari air suling bebas gelembung dalam volume yang sama pada suatu
temperatur tertentu. Berat jenis agregat kasar normal menurut SNI 03-1969-
1990 umumnya berkisar antara 2,50-2,75. Berat jenis SSD yang ditentukan dari
kondisi jenuh kering permukaan digunakan apabila agregat dalam keadaan
basah yaitu pada kondisi penyerapannya sudah terpenuhi. Sedangkan berat jenis
BAB V BERAT JENIS AGREGAT KASAR
curah yang ditentukan dari kondisi kering oven digunakan untuk menghitung
ketika agregat dalam keadaan kering atau diasumsikan kering.
Berat jenis semu adalah perbandingan antara berat agregat kering dan
berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan kering pada
suhu 25°. Berat jenis volume agregat dalam keadaan kering oven adalah
perbandingan berat agregat setelah proses pengeringan terhadap volume agregat
dalam air. Berat jenis digunakan untuk menentukan volume yang diisi oleh
agregat.
Penyerapan adalah perbandingan berat air yang dapat diserap quarry
terhadap berat agregat kering dinyatakan dalam persen. Hubungan antara berat
jenis dengan daya serap adalah jika semakin tinggi nilai berat jenis agregat
maka semakin kecil daya serap air agregat tersebut.
Prosedur pengujian meliputi tahapan sebagai berikut: cuci benda uji,
keringkan dalam oven, kemudian dinginkan. Timbang dengan ketelitian 0,5
gram (Bk), rendam benda uji dalam air selama 24 jam. Selanjutnya keluarkan
benda uji dari air lalu ditimbang benda uji kering permukaan jenuh (Bj),
letakkan benda uji di dalam keranjang dan goncangkan batunya lalu tentukan
beratnya di dalam air (Ba). Kemudian hitung berat jenis curah, berat jenis
kering-permukaan jenuh, berat jenis semu, dan penyerapan dengan
menggunakan rumus-rumus berikut:
Berat Jenis curah = Bk / Bj – Ba ........................................................... (5.1)
Karena adanya udara yang terjebak dalam suatu butiran agregat ketika
pemebentukannya atau karena dekomposisi mineral pembentuk tertentu oleh
perubahan cuaca, maka terbentuklah pori-pori (lubang). Pori-pori tersebut
tersebar di seluruh butiran. Beberapa jenis agregat yang sering digunakan
mempunyai volume pori tertutup sekitar 0 – 20 % dari volume butirnya.
Pada pori-pori mungkin terjadi reservoar air bebas didalam agregat.
Persentase berat air yang mampu diserap oleh suatu agregat jika direndam
dalam air disebut serapan air. Agregat yang jenuh air (pori-porinya terisi penuh
oleh air) namun permukaannya kering sehingga tidak mengganggu air bebas
dipermukaanya disebut jenuh kering muka.
Air dalam agregat ada dua macam, yaitu air yang meresap dan air yang
ada dipermukaan butiran. Air yang meresap berada dalam pori antar butir dan
mungkin tidak tampak permukaan, dan ini dipengaruhi oleh besar pori butiran
agregatnya. Pada agregat normal kemampuan menyerap air ini sekitar 1-2% dan
dihitung sebagaimana menghitung kadar air jenuh kering kemampuan
menyerap ini disebut serapan air atau daya serap suatu agregat.
Serapan air dihitung dari banyaknya air yang mampu diserap oleh agregat
pada kondisi Jenuh Permukaan Kering (JPK) atau Saturated Surface Dry (SSD),
kondisi ini merupakan:
1. Keadaan kebasahan agregat yang hampir sama dengan agregat dalam beton,
sehingga agregat tidak akan menambah ataupun mengurangi air pasta nya.
2. Kadar air di lapangan lebih banyak mendekati kondisi SSD daripada kondisi
kering tungku.
C. Benda Uji
Benda uji yang digunakan dalam percobaan ini adalah Agregat Kasar
yaitu Split 1 - 2 dan Screen.
D. Peralatan
1. Saringan nomor 4.
2. Kain Lap.
3. Cawan
4. Dessicator.
5. Timbangan Elektrik.
6. Keranjang Kawat.
7. Bak Perendam.
8. Drying Oven
9. Sendok
10. Timbangan SSD
E. Prosedur Percobaan
1. Mengambil benda uji yang tertahan saringan no 4 (4,75 mm);
2. Memasukkan benda uji kedalam cawan yang telah disiapkan, lalu mencuci
benda uji sehingga lumpur dan benda-benda yang melekat pada agregat
menghilang;
3. Menambahkan air hingga benda uji terendam seluruhnya;
4. Mendiamkan benda uji yang terendam air selama ±24 jam;
5. Membuang air yang merendam benda uji setelah ±24 jam, kemudian
menebarkan benda uji secara merata diatas kain lap yang telah disiapkan,
lalu mengangin-anginkan hingga permukaan benda uji terlihat kering/kering
permukaan (SSD);
6. Menimbang benda uji kering permukaan jenuh (SSD);
7. Meletakkan benda uji kedalam keranjang yang terendam dalam air,
kemudian menggoncangkan benda uji agar udara yang tersekap dapat
keluar, kemudian tentukan berat benda uji dalam air;
2. Saran
a. Diharapkan para praktikan dapat mengerti dengan langkah kerja pada
bab ini.
b. Mampu memahami setiap data yang diambil pada bab ini.
c. Praktikan juga diharapkan lebih teliti saat mengambil data pada setiap
materi praktikumnya