Anda di halaman 1dari 3

JUDUL: PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

UNTUK ANALISIS DISTRIBUSI POPULASI ULAR

KELOMPOK 2

NAMA ANGGOTA :

1. SISSY DWI FEBRIYATI (RRA1C417001)


2. KARMILA PASARIBU (RSA1C417001)
3. SULLY MILLENA (RSA1C417004)

KELAS : REGULER C 2017

URAIAN PRINEK :

Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis yang kaya akan keanekaragaman
hayati. Indonesia diperkirakan memiliki 300.000 jenis satwa atau sekitar 17% satwa yang ada
di dunian. Kekayaan jenis satwa tersebut merupakan peringkat pertama dalam kekayaan jenis
mamalia yaitu sekitar 515 jenis, peringkat keempat untuk kekayaan jenis burung yaitu sekitar
1539 jenis dan peringkat ketiga di dunia untuk keanekaragaman jenis reptil yaitu sekitar 600
jenis atau apabila dipersentasekan sebesar 16% (Nursahid, 1999).

Ular adalah reptil yang mudah dikenali, diklasifikasikan ke dalam ordo Squamata,
subordo Serpentes (Ophidia). Terdapat 2500-2700 jenis ular dalam 414 genus dan 13 famili
di dunia terdistribusi di seluruh permukaan bumi kecuali daerah Artik, Islandia, Selandia
Baru, dan beberapa pulau kecil di lautan luas. Reptil (binatang melata) adalah sebuah
kelompok hewan vertebrata yang berdarah dingin dan memiliki sisik yang menutupi
tubuhnya. Saat ini reptil merupakan kelompok dari jenis spesies yang keberadaannya dapat
dibilang terancam punah, maka dibuatlah inovasi berupa pemanfaatan sistem informasi
geografis untuk analisis distribusi populasi ular (Reza, Fachrul. 2018: 49).
Sistem informasi geografis (SIG) adalah suatu sistem yang mengcapture,
mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisa, dan menampilkan data yang secara spasial
(keruangan) mereferensikan kepada kondisi bumi. Komponen SIG terdiri dari perangkat
keras (hardware), perangkat lunak (software), data dan informasi geografi dan manajemen.
Kemampuan SIG antara lain memetakan letak, memetakan kuantitas, memetakan kerapatan
(densities), memetakan perubahan dan memetakan apa yang ada di dalam dan di luar suatu
area (Gunawan, Budi. 2011: 123).
SIG mempunyai juga memiliki kemampuan untuk menghubungkan berbagai data
pada suatu titik tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisa dan akhirnya memetakan
hasilnya. Data yang akan diolah pada SIG merupakan data spasial yaitu sebuah data yang
berorientasi geografis dan merupakan lokasi yang memiliki sistem koordinat tertentu, sebagai
dasar referensinya. Sehingga aplikasi SIG dapat menjawab beberapa pertanyaan seperti;
lokasi, kondisi, trend, pola dan pemodelan. Kemampuan inilah yang membedakan SIG dari
sistem informasi lainnya (Annugerah, Adytama. 2016: 46).
SIG sebagai system informasi berbasis komputer memiliki empat kemampuan dasar
(subsistem) (Prahasta 2002):
a. Data input: subsistem ini memiliki tugas mengumpulkan dan mempersiapkan data spasial
beserta atributnya dari berbagai sumber.
b. Data output: subsistem ini menampilkan atau menghasilkan seluruh atau sebagian
keluaran basis data baik dalam bentuk soft copy maupun hard copy seperti tabel, grafik
dan peta,
c). Data management: subsistem ini mengkoordinasikan data spasial dan atributnya kedalam
sebuah basis data sedemikian rupa sehingga mudah dipanggil, di-update dan diedit,
c. Data manipulations dan analisis: subsistem ini menentukan informasi-informasi yang
dapat dihasilkan oleh SIG.
Sistem Informasi Geografis (SIG) atau Geographic Information System (GIS) yang
digunakan untuk mengolah dan menyimpan data atau informasi geografis (Aronoff, 1989).
SIG sebagai alat yang bermanfaat untuk pengumpulan, penimbunan, pengambilan kembali
data yang diinginkan dan penayangan data keruangan yang berasal dari kenyataan dunia.
Secara umum SIG ialah Suatu komponen yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak,
sumberdaya manusia dan data yang bekerja bersama secara efektif untuk memasukan,
menyimpan, memperbaiki, memperbaharui, mengelola, memanipulasi, mengintegrasikan,
menganalisa dan menampilkan data dalam suatu informasi berbasis geografis .
Burrough (1986) mendefinisikan SIG sebagai sistem penanganan dan pengolahan data
serta informasi geografis, baik data atribut maupun data spasial. Data spasial dapat disajikan
dalam dua model, yaitu model raster berupa grid atau kisi dan model vektor (Paryono, 1994).
Pada model data raster, semua objek disajikan dalam bentuk sel yang disebut piksel (picture
element). sedangkan pada model data vektor, objek disajikan sebagai titik atau segmen-
segmen garis. SIG dapat dianggap sebagai sistem pengelolaan peta.
DAFTAR RUJUKAN

Reza, Fachrul. 2018. Keanekaragaman Ular Pitviper Sumatera (Serpentes: Viperidae:


Crotalinae) Berdasarkan Ketinggian Di Sumatera Barat. Jurnal Trop. Biodiv. Biotech. Vol. 3:
49-56

Annugerah, Adytama. 2016. Sistem Informasi Geografis Berbasis Web Pemetaan Lokasi
Toko Oleh-Oleh Khas Samarinda. Jurnal Informatika Mulawarman. Vol. 11 (2): 43-47

Gunawan, Budi. 2011. Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis Untuk Analisis Potensi
Sumber Daya Lahan Pertanian Di Kabupaten Kudus. Jurnal Sains Dan Teknologi. Vol. 4 (2):
122- 132

Anda mungkin juga menyukai