Selain itu, dokter tidak mengevaluasi perubahan yang terjadi pada pasien yaitu pasien
mengalami diare selama 3 hari namun setelah pemeriksaan selanjutnya pasien sudah
tidak diare. Dokter mencatat symptom pasien sudah membaik dan mencatat keluhan
pasien yaitu peningkatan kontraksi otot dan kekauan otot dan memburuk sehingga
mengalam ketidakstabilan dan sangat lemah.
Dokter menyuruh pasien untuk tes darah namun tidak memperhatikan kadar lithium
sebulan setelah pemberian lihium akhirnya pasien diperiksa ke rumah sakit dan kadar
lithium dalam darah pasien yaitu 6,8 mEq/L keadaan pasien semakin memburuk pasien
mengalami dehidrasi berat persisten dan hipotensi serta gagal ginjal akut akibat
toksisitas lithium dan akhirnya meninggal dunia.
2. Overdosis Obat Akibat Resep Dokter yang Salah, Balita 14 Bulan Tidur
Selama 44 Jam
Belinda Lum harus merasa ketakutan dan kebingungan dengan kondisi putranya tepat
setelah pergi ke dokter. Pasalnya, bukannya sembuh putranya yang berusia 14 bulan
justru berubah menjadi seorang 'pangeran tidur'.
Putra Lum yang tak disebutkan namanya itu mulanya terserang penyakit batuk yang
kemudian membuat sang ibu memutuskan untuk membawanya ke sebuah klinik.
Perempuan berusia 33 tahun itu kemudian membawa buah hatinya ke sebuah klinik
yakni YSL Bedok Clinic and Surgery.
Seorang dokter yang memeriksa putra lim kemudian memberikan obat berupa sebotol
sirup dengan instruksi minum 3 kali sehari masing-masing 10 mililiters. Sebagaimana
disitat dari The Star, Rabu (29/11/2017), usai meminum obat mengikuti intruksi dokter
tersebut, putra Lum langsung jatuh tertidur nyenyak.
Namun Lum kemudian merasa ada yang tidak beres ketika putranya tak kunjung
terbangun. Pada keesokan harinya, Lum memutuskan untuk melarikan putranya ke
Rumah Sakit Mount Elizabeth Orchard untuk diperiksa oleh ahli syaraf. Berdasarkan
hasil pemeriksaan, terbukti jika dokter telah memberikan resep melebihi dosis yang
seharusnya.
Putra Lum diketahui mendapatkan dosis obat 4 kali lebih banyak daripada seharusnya.
Menanggapi hal ini, Lum langsung menemui dokter yang sebelumnya memeriksa
putranya tersebut. Di hadapan Lum, sang dokter mengaku jika kesalahan penulisan
dosis obat itu dilakukan oleh asistennya.
Dokter tersebut telah berjanji untuk memberi kompensasi atas kerugian yang dialami
Lum dan meminta maaf secara publik. Lum kemudian membagikan kisahnya ini ke
media sosial dengan harapan jika orangtua lain akan lebih teliti dan berhati-hati tentang
pemberian obat pada anak serta agar mereka tak mengalami hal serupa dengannya.
Dokter Yik Keng Yeong menyebut, seorang anak seusia putra Lum seharusnya diberi
hanya 1,5ml sampai 2,5 ml obat sirup. "10ml adalah dosis orang dewasa. Overdosis
bisa berbahaya karena menyebabkan palpitasi jantung (kondisi ketika detak jantung
Anda terasa tidak seperti biasanya) dan sedasi (kehilangan tingkat kesadaran)," ujar
Dokter Yik.
Putra Lum total tertidur selama 44 jam lamanya. Dan guna menghindari dehidrasi, Lum
dengan setia menyuapkan air minum ke putranya dalam kurun waktu tertentu. Atas
insiden ini, Lum telah mengajukan laporan keluhan ke Singapore Medical Council.
3. Salah Dosis Obat, Anak Usia 3 Tahun Ini Meninggal Dunia.
Sebagai seorang Ibu kita memang ingin yang terbaik untuk anak apalagi jika ia sedang
sakit. Namun, nasib naas menimpa seorang Ibu yang menceritakan bagaimana
kesalahan obat membuat anaknya meninggal.
Dalam akun Facebook Li Ai Ren diceritakan bahwa seorang anak bernama Michelle
(3),meninggal dunia lantaran dosis obat sariawan yang salah.
Sampai dia sempet2in ke toko saya saking kaget gak percaya tentang Michelle.
keluarga kami dengan keluarga dia memang termasuk dekat.
Beliau juga termasuk orang yang senang dan sayang dengan Michelle karena anaknya
lucu menurut nya. Dia minta sample obat2 yg Bidan kasih buat Michelle.
Saya kasih.
Dosisnya terlalu banyak dan berat untuk seorang anak yg sedang lemah di bawah 3
tahun. Mengandung blablabla banyak banget nama kandungan yang beliau sebutkan
tapi saya gak terlalu mengerti nama-nama kandungan itu.
Sebenernya itu dosis buat orang dewasa cocoknya. Saya penasaran saya buka obat
racikan itu dan emang kalau diliat2 banyak banget bubuknya, pantesan waktu saya
kasih michelle agak susah larut di air.
Saya mendengarnya cuman bisa kembali sedih diam merenung. Lalu saya dikasih
Saran sama beliau kalau mau berobat untuk anak apalagi masih di bawah 3 thn jangan
mau di kasih racikan lagi karna racikan itu kita gak tau dia campur2 dengan obat apa.
Contoh :
Pasien berusia 42 tahun yang memiliki riwayat gangguan jantung diperiksa
oleh kardiologis. Pasien tersebut diberi Isordil untuk heart pain. Resep tersebut
menginstruksikan bahwa obat harus dikonsumsi sebanyak 20 mg, 4 kali sehari.
Ketika pasien membawa resep tersebut dibawa ke apotek untuk ditebus, apoteker
membaca Isordil sebagai Plendil. Obat yang digunakan untuk menurunkan tekanan
darah. Walaupun dosis maksimum sehari Plendil yang direkomendasikan adalah 10
mg, tetapi apoteker tetap memberikan obat tersebut sesuai dengan dosis yang
diresepkan oleh dokter, yaitu 20 mg.
Jadi, pasien tersebut tidak hanya menerima obat yang salah, tapi dia juga
harus mengkonsumsi obat dengan dosis maksimum perhari 8 kali lebih besar
dibandingkan dengan dosis maksimum yang direkomendasikan.
Setelah meminum
beberapa dosis, pasien tersebut jatuh sakit dan dibawa ke UGD dimana dokter yang
memeriksanya menyatakan bahwa pasien terkena serangan jantung. Pasien tersebut
meninggal dua minggu kemudian.