Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dunia Globalisasi merupakan hal yang sudah tak asing lagi buat kita semua. Dunia
globalisasi telah masuk kesemua Negara tak heran globalisasi membawa hal yang baik dan
buruknya. Globalisasi juga telah berkembang merambat kedunia perekonomian biasanya
berupa penanaman modal pada suatu sektor industri. Setiap individu pada dasarnya
memerlukan investasi, karena dengan investasi setiap orang dapat mempertahankan dan
memperluas basis kekayaannya yang dapat digunakan sebagai jaminan sosial di masa
depannya. Seseorang sering tidak menyadari dirinya telah melakukan investasi, misalnya
dengan menabung dan sebagainya. Agar tak terjebak melakukan investasi ke dalam
portofolio ‘sampah’, atau bahkan ditipu oleh pihak yang tak bertanggung jawab dengan
iming-iming menarik, Anda harus mengedepankan rasionalitas dan memahami betul resiko-
resiko yang dihadapi dalam berinvestasi. Karena banyak sekali jenis dari investasi tersebut.
Jangan sampai terbuai dengan iming-iming menarik yang tinggi, tapi uang Anda habis sia-sia.
Invejstasi pun banyak jenis dan macamnya jadi harus pandai melihat ke sektor mana kita
akan menanamkan saham kita. Peran penting sekali dari beberapa pihak baik dari pemerintah
dan tiap individu. Peran individu sangatlah penting dalam berperan aktif karena dapat
mencegahnya harga barang yang tak terkontrol. Pemerintah sebaiknya mengatur beberapa
aturan tentang peraturan penanaman modal, karena, sejak pelaksanaan otonomi daerah,
pemerintah pusat terpaksa mengeluarkan kepres khusus mengenai penanaman modal karena
banyaknya kendala yang dihadapi oleh para investor yang ingin membuka usaha di daerah,
khususnya yang berkaitan dengan proses pengurusan izin usaha. Investor seringkali dibebani
oleh urusan birokrasi yang berbelit-belit sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama dan
disertai dengan biaya tambahan yang cukup besar.

1.2 Rumusan Masalah


a. Pengertian Investasi?
b. Tujuan Investasi?
c. Pengertian IPO (Initial Public Offering)
d. Tahap-tahap untuk perusahaan go public

1
1.3 Tujuan Masalah
a. Untuk mengetahui apa pengertian Inventasi
b. Untuk mengetahui Tujuan Investasi
c. Untuk mengetahui apa pengertian IPO
d. Untuk mengetahui tahap-tahap perusahaan yang bisa go public

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Investasi


Investasi adalah suatu istilah dengan beberapa pengertian yang berhubungan
dengan keuangan dan ekonomi, istilah tersebut berkaitan dengan akumulasi suatu bentuk
aktiva dengan suatu harapan mendapatkan keuntungan dimasa depan. Terkadang,
investasi disebut juga sebagai penanaman modal. Investasi adalah komitmen atas
sejumlah dana atau sumberdaya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan
memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Istilah investasi bia berkaitan dengan
berbagai macam aktivitas. Menginvestasi sejumlah dana pada asset real (tanah, emas,
mesin atau bangunan) maupun asset financial real (deposito, saham ataupun obligasi).
Investasi merupakan salah satu komponen pembentuk pertumbuhan ekonomi.
Secara sederhana, investasi diartikan sebagai pengeluaran barang modal yang diarahkan
untuk menunjang kegiatan produksi atau perluasan produksi (Samuelson dan Nordaus).
Ini menjadikan investasi mempunyai multiplier effect yang luas karena tidak hanya
mendorong sisi produksi, namun juga menstimulasi sisi komsumsi.
Berdasarkan teori ekonomi, investasi berarti pembelian dan produksi dari modal
barang yang tidak dikonsumsi tetapi digunakan produksi yang akan datang (barang
produksi). Contohnya membangun rel kereta api atau pabrik. Investasi adalah suatu
komponen dari PBD dengan rumus PBD = C + I + G + (X-M). Fungsi investasi pada
aspek tersebut dibagi pada investasi non-residential (seperti pabrik dan mesin) dan
investasi residential (rumah baru). Investasi adalah suatu fungsi pendapatan dan tingkat
bunga, dilihat dengan kaitannya I= (Y,i) Suatu pertambahan pada pendapatan akan
mendorong investasi yang lebih besar, dimana tingkat bunga yang lebih tinggi akan
menurunkan minat investasi sebagaimana hal tersebut akan lebih mahal dibandingkan
dengan meminjam uang. Walaupun jika suatu perusahan lain kesempatan dari investasi
dana tersebut daripada meminjamkan untuk mendapatkan bunga.
Dalam bebepa produk investasi dikenal sebagai efek atau surat berharga. Definisi
efek adalah suatu instrumen bentuk kepemilikan yang dapat dipindah tangankan dalam
bentuk surat berharga, saham atau obligasi, bukti hutang (promissory notes), bunga atau
partisipasi dalam suatu perjanjian kolektif (Rights), garansi untuk membeli saham pada
masa mendatang atau instrument yang dapat diperjualbelikan.

3
Investasi dalam bentuk penciptaan nilai tambah ekonomi, akan mendorong
pembukaan dan perluasan lapangan pekerjaan, peningkatan pendapatan masyarakat, dan
kemudian pada gilirannya akan menstimulasi konsumsi masyarakat dan kemudian
memperdalam pasar domestik. Karena itu komponen investasi seringkali dijadikan
patokan dalam menilai kualitas pertumbuhan ekonomi.
Dalam kerangka MP3EI, komponen investasi memainkan peran yang sangat
stategis karena kunci utama dalam mendorong pembangunan bidang infrastuktur
konektivitas dan kegiatan ekoniomi dipusat-pusat pertumbuhan. Pemerintah mendorong
investor untuk melakukan penanaman modal pada koridor-koridor ekonomi dalam
MP3EI melalui berbagai insentif fiscal, perbaikan layanan perijinan investasi, stabilitas
makro ekomomi, dan kepastian serta perlindungan hukum.

2.2 Tujuan Investasi


Secara umum tujuan investasi memang mencari keuntungan. Adapun tujuan
investasi jangka pendek ialah:
1. Memanfaatkan kelebihan cashflow untuk sementara waktu
2. Memperoleh tambahan dana
Sedangkan tujuan investasi jangka panjang yaitu ;
1. Untuk memperoleh pendapatan yang tetap dalam setiap periode, antara lain seperti
bunga, royaliti, deviden, atau uang sewa dan lain-lainya.
2. Untuk membentuk suatu dana khusus, misalnya dana untuk kepentingan social.
3. Untuk mengontrol atau mengendalikan perusahaan lain, melalui kepemilikan sebagian
ekuitas perusahaan tersebut.
4. Untuk menjamin tersedianya bahan baku dan mendapatkan pasar untuk produk yang
dihasilkan.
5. Untuk mengurangi persaingan diantara perusahaan-perusahaan yang sejenis.
6. Untuk menjaga hubungan antar perusahaan.

Berikut ini adalah tujuan seorang melakukan kegiatan investasi pada umumnya ;
1. Memperoleh pengasilan atau return dimasa yang akan datang baik dari sector riil
maupun sector financial. Untuk jangka pendek biasanya didapat dari sector financial,
Sedangkan untuk jangka panjang dari sector riil.
2. Mengurangi atau menekan inflasi.

4
3. Selain untuk memperoleh penghasilan, kegiatan investasi ini dapat menekan inflasi,
karena dengan adanya kegiatan investasi uang yang beredar akan dapat dimanfaatkan
untuk kegiatan yang produktif sehingga menekan kegiatan konsumtif.
4. Melindungi nilai terhadap kekayaan, sebab kekayaan yang tidak diproduktifkan suatu
saat akan berkurang nilainya meski tidak digunakan.
5. Mendorong adanya penghematan pajak. Ini karena pajak pertambahan nilai yang bisa
kita bayar jika mengkonsumsi sesuatu akan berkurang. Tentu ini akan membuat kita
hemat membayar pajak.

2.3 Intinial Public Offering (IPO)


Initial Public Offering (IPO) merupakan proses penawaran saham pertama kali ke
publik (go public) melalui pasar perdana (primary market) yang dilakukan oleh sebuah
perusahaan (emiten) pada saat perusahaan tersebut membutuhkan modal, misalnya untuk
pengembangan usaha atau untuk memperbaiki struktur modal (Husnan, 2001). Harga saham
yang dijual di pasar perdana ini ditentukan berdasarkan kesepakatan antara perusahaan emiten
dengan penjamin emisi (underwriter). Selanjutnya saham akan diperdagangkan di pasar
sekunder (secondary market), dimana harga saham akan terbentuk berdasarkan mekanisme
pasar, yaitu permintaan dan penawaran.
Harga saham yang terbentuk pada saat IPO merupakan hal penting, baik bagi emiten,
underwriter, maupun bagi investor. Bagi emiten, harga tersebut mencerminkan jumlah dana
yang akan diterima, yaitu perkalian antara jumlah saham yang ditawarkan dengan harga per
saham, sehingga semakin tinggi harga per saham maka jumlah dana yang akan diterima akan
semakin besar. Bagi underwriter, harga tersebut mencerminkan besarnya risiko yang akan
ditanggung, yaitu kerugian yang terjadi jika saham-saham yang ditawarkan tidak terjual,
terutama dalam tipe penjaminan full commitment, dimana underwriter akan membeli semua
saham yang tidak laku dijual. Oleh karena itu underwriter menginginkan harga per saham yang
rendah untuk meminimisasi risiko (Jogiyanto, 2008:40). Sedangkan bagi investor, harga yang
terbentuk tersebut akan menentukan initial return yang akan diterimanya pada hari pertama
saham memasuki pasar sekunder. Apabila harga saham di pasar perdana lebih rendah
dibandingkan dengan harga saham pada pasar sekunder pada hari pertama, maka akan terjadi
fenomena underpricing, sebaliknya apabila harga saham di pasar perdana lebih tinggi
dibandingkan harga saham di pasar sekunder pada hari pertama, maka akan terjadi fenomena
overpricing (Kim, et al, 2002). Beberapa penelitian menyebutkan bahwa fenomena underpricing
lebih sering terjadi tidak hanya di pasar modal Indonesia, tetapi juga di pasar modal luar negeri.
Fenomena underpricing di satu sisi menguntungkan investor, karena investor akan menerima

5
initial return yang bernilai positif, tetapi di sisi lain merugikan emiten, karena dana yang
diperoleh dari go public tidak maksimal (Beatty, 1989).
Underpricing terjadi karena adanya perbedaan kepentingan pihak-pihak yang terkait
dalam penawaran saham perdana (underwriter dan emiten). Dimana underwriter sebagai pihak
yang lebih sering berhubungan dengan pasar mempunyai informasi yang lebih banyak mengenai
pasar modal dibandingkan dengan calon emiten. Underwriter menggunakan ketidaktahuan
emiten mengenai pasar modal dengan membuat kesepakatan harga saham perdana yang optimal
baginya untuk mengurangi risiko yang harus ditanggung, yaitu membeli sisa saham yang tidak
laku terjual (Triani dan Nikmah, 2006).
Guinness (1992) dalam Triani dan Nikmah (2006) menjelaskan terjadinya underpricing
karena adanya information asymetry antara perusahaan emiten dengan penjamin emisi dan antara
investor yang memiliki informasi tentang prospek perusahaan emiten dengan investor yang tidak
memiliki informasi prospek perusahaan emiten. Informasi yang disajikan dalam prospektus
memberikan gambaran perusahaan emiten yang berguna bagi investor untuk membuat
keputusan, Firth & Liau-Tan (1998) dalam Triani dan Nikmah (2006). Dalam prospektus selain
menyajikan informasi akuntansi juga menyajikan informasi non akuntansi seperti underwriter,
auditor independen, konsultan hukum, nilai penawaran saham, persentase saham yang
ditawarkan, umur perusahaan dan informasi lainnya. Informasi non akuntansi digunakan oleh
investor dalam pembuatan keputusan investasi di pasar modal (Caster dan Manaster (1990) dan
Kim et. al, (1993) dalam Triani dan Nikmah (2006).

2.3.1 Intinial Return


Return saham merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor untuk
berinvestasi serta merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas
investasi yang telah dilakukan, Tandelilin (2001). Return awal (initial return) merupakan
selisih harga penawaran saat IPO dengan harga saham saat penutupan di hari pertama
perdagangan saham di pasar sekunder. Apabila harga saham pada pasar perdana (IPO)
lebih rendah dibandingkan dengan harga saham pada pasar sekunder pada hari pertama,
maka akan terjadi underpricing. Sebaliknya, apabila harga saat IPO lebih tinggi
dibandingkan dengan harga saham pada pasar sekunder pada hari pertama, maka terjadi
overpricing.
Initial return merupakan selisih penutupan (closing price) saham di hari pertama
perdagangan di pasar sekunder. Initial return dirumuskan sebagai berikut, (Younesi, et al,
2012): antara harga saham yang terbentuk saat penawaran perdana di pasar primer dengan
harga saham yang terbentuk di pasar sekunder pada penjualan hari pertama. Initial
return dapat bernilai positif (positive initial return), yaitu apabila harga saham di

6
pasar sekunder pada hari pertama lebih tinggi dibandingkan harga saham pada
pasar primer, kebalikannya apabila harga di pasar sekunder pada hari pertama lebih
rendah dibandingkan harga saham pada pasar primer, maka initial return akan
bernilai negatif (negative initial return). Positive initial return merupakan
keuntungan yang diperoleh investor akibat selisih harga tersebut. Positive initial
return merupakan proxy dari kondisi saham yang mengalami underpricing,
sebaliknya negative initial return merupakan proxy dari kondisi saham yang
mengalami overpricing (Ronni, 2003).
Dalam makalah ini kinerja saham setelah IPO dari 21 emiten atau peruhaan swasta
maupun BUMN yang mencari modal dari BEI yang melakukan IPO pada tahun 2010 akan
diukur melalui initial return yang dihitung dengan persentase perubahan (selisih) harga
saham pada penawaran perdana dengan harga

Dimana: CLPi,t = Closing price of


stock i at time t

OFPi,0 = Offering price of IPO shares

2.3.2 Abnorma Return

Abnormal return merupakan selisih antara return sesungguhnya yang terjadi


dengan return expektasi (Jogiyanto, 2008). Abnormal return akan muncul segera
setelah IPO, yaitu pada hari pertama perusahaan listing di BEI. Fenomena tersebut
biasa dimanfaatkan oleh investor untuk memperoleh initial return. Penentuan baik
buruknya kinerja saham pada jangka pendek maupun jangka panjang dapat dilihat
dari besarnya abnormal return yang diperoleh. Apabila abnormal return > 0,
menunjukkan bahwa kinerja saham outperformed (baik), apabila abnormal return
< 0, menunjukkan bahwa kinerja saham underperformed (buruk), dan apabila
abnormal return = 0, menunjukkan bahwa kinerja saham balance- performed
(netral), Indarti, dkk (2004). Besaran abnormal return tersebut akan berdampak
terhadap return yang akan diperoleh investor, sehingga investor dapat mengambil
keputusan apakah akan tetap mempertahankan saham untuk jangka panjang atau
menjual saham tersebut dalam jangka pendek.

Terdapat beberapa model perhitungan abnormal return, yaitu


means- adjusted model, market model, dan market- adjusted model (Ang & Boyer,

7
2009). Dalam penelitian ini abnormal return dihitung menggunakan market
adjusted model, dengan langkah-langkah sebagai berikut (Anggarwal & Conroy,
2000):

1. Menghitung return saham setiap periode:


Dimana: Ri,t = Return saham pada periode t
Pi,t = Harga saham pada periode t
Pi,0 = Harga saham pada penawaran perdana
2. Menghitung return pasar setiap periode:
Dimana: Rm,t = Return indeks pasar pada periode t

Pm,t = Nilai indeks pasar pada periode t

Pm,0 = Nilai indeks pasar pada penawaran perdana

3. Menyimpulkan kriteria kinerja saham dengan ketentuan :

abnormal return > 0 = outperformed

abnormal return < 0 = underperformed

2.3.3 Kinerja Saham


Initial Public Offering (IPO) memiliki tiga anomaly, yaitu (1) adanya
underpricing yang konsisten, (2) adanya putaran (cycle) dalam besarnya tingkat
underpricing, dan (3) IPO mengalami depresiasi harga saham dalam jangka
panjang (long-run underperformance), Ritter (2000). Penurunan kinerja saham jangka
panjang (underperformed) yang diukur dengan abnormal return merupakan fenomena
selanjutnya yang mengikuti IPO.
Keadaan underpeformed akan terjadi bilamana abnormal return negarif, artinya
harga saham sesudah IPO menjadi lebih buruk dari harga perdananya. Penelitian yang
berkaitan dengan kinerja saham setelah penawaran perdana telah banyak dilakukan.
Hasilnya menunjukkan bahwa dalam jangka pendek terdapat fenomena underpricing dan
dalam jangka panjang terdapat penurunan kinerja (underperformed). Adapun faktor yang
bisa menjelaskan terjadinya underperformance tersebut adalah kesalahan dalam
pengukuran risiko, bad luck dan terlalu optimisnya investor terhadap prospek perusahaan.
Sedangkan Kinerja saham yang outperformed menggambarkan kinerja saham yang
positif atau mengalami kenaikan dalam jangka panjang, (Ritter, 1991). Dalam penelitian
ini kinerja saham akan diukur melalui abnormal return jangka pendek (3 bulan) dan

8
abnormal return jangka panjang (24 bulan), apakah terjadi underperformed atau
outperformed.
a. Abnormal Return Jangka Pendek dan Jangka Panjang
Kinerja saham jangka pendek (3 bulan) dan jangka panjang (24 bulan)
diukur melalui abnormal return. Dugaan bahwa dalam jangka pendek dan
dalam jangka panjang rata-rata kinerja saham secara nyata berbeda (sesuai
hipotesis pertama dan kedua) diuji melalui one-sample t-test.
Kinerja saham jangka pendek yang mengalami outperformed
(peningkatan kinerja saham) tersebut terjadi karena dalam jangka pendek
terdapat fenomena underpricing, dimana harga saham perdana mengalami
underpriced, sehingga diperoleh abnormal return yang positif. Sementara itu
kinerja saham jangka panjang meskipun outperformed berdasarkan perolehan
rata- rata abnormal return, tetapi mengalami penurunan, ini terjadi karena
adanya informasi asimetrik. Dalam jangka panjang, secara rata-rata saham IPO
berada pada posisi yang menurun sebab: (1) pada pasar sekunder, harga yang
terjadi (equilibrium) secara rata-rata lebih tinggi dibandingkan harga yang
mencerminkan keseluruhan informasi, (2) harga pasar berada pada kisaran
harga yang mencerminkan keseluruhan informasi (Ronni, 2003).

2.4 Tahap-tahap untuk Perusahaan Go Public


1. Penunjukan Underwriter dan Persiapan Dokumen
Pada tahap awal, perusahaan perlu membentuk tim internal, menunjuk
underwriter dan lembaga serta profesi penunjang pasar modal yang akan membantu
perusahaan melakukan persiapan go public, meminta persetujuan RUPS dan merubah
Anggaran Dasar, serta mempersiapkan dokumen-dokumen yang diperlukan untuk
disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia dan OJK.
2. Penyampaian Permohonan Pencatatan Saham ke Bursa Efek Indonesia &
Penyampaian Pernyataan Pendaftaran ke OJK
Untuk menjadi perusahaan publik yang sahamnya dicatatkan dan diperdagangkan
di Bursa Efek Indonesia, perusahaan perlu mengajukan permohonan untuk
mencatatkan saham, dilengkapi dengan dokumen-dokumen yang dipersyaratkan,
antara lain profil perusahaan, laporan keuangan, opini hukum, proyeksi keuangan, dll.

9
Perusahaan juga perlu menyampaikan permohonan pendaftaran saham untuk
dititipkan secara kolektif (scripless) di Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).

Bursa Efek Indonesia akan melakukan penelaahan atas permohonan yang


diajukan perusahaan dan akan mengundang perusahaan beserta underwriter dan
profesi penunjang untuk mempresentasikan profil perusahaan, rencana bisnis dan
rencana penawaran umum yang akan dilakukan. Untuk mengetahui lebih lanjut
tentang kegiatan usaha perusahaan, Bursa Efek Indonesia juga akan melakukan
kunjungan ke perusahaan serta meminta penjelasan lainnya yang relevan dengan
rencana IPO perusahaan. Apabila perusahaan telah memenuhi persyaratan yang
ditentukan, dalam waktu maksimal 10 Hari Bursa setelah dokumen lengkap, Bursa
Efek Indonesia akan memberikan persetujuan prinsip berupa Perjanjian Pendahuluan
Pencatatan Saham kepada perusahaan.

Bersamaan dengan pengajuan permohonan untuk mencatatkan saham di Bursa


Efek Indonesia, perusahaan juga menyampaikan Pernyataan Pendaftaran dan
dokumen pendukungnya kepada OJK untuk melakukan penawaran umum saham.
Dokumen pendukung yang diperlukan antara lain adalah prospektus.

Dalam melakukan penelaahan, OJK dapat meminta perubahan atau tambahan


informasi kepada perusahaan untuk memastikan bahwa semua fakta material tentang
penawaran saham, kondisi keuangan dan kegiatan usaha perusahaan diungkapkan
kepada publik melalui prospektus.

Sebelum mempublikasikan prospektus ringkas di surat kabar atau melakukan


penawaran awal (bookbuilding), perusahaan harus menunggu ijin dari OJK.
Perusahaan juga dapat melakukan public expose jika ijin publikasi telah dikeluarkan
OJK. OJK akan memberikan pernyataan efektif setelah perusahaan menyampaikan
informasi mengenai harga penawaran umum saham dan keterbukaan informasi
lainnya. Apabila Pernyataan Pendaftaran perusahaan telah dinyatakan efektif oleh
OJK, perusahaan mempublikasikan perbaikan/tambahan informasi prospektus ringkas
di surat kabar serta menyediakan prospektus bagi publik atau calon pembeli saham,
serta melakukan penawaran umum.

10
3. Penawaran Umum Saham kepada Publik

Masa penawaran umum saham kepada publik dapat dilakukan selama 1-5 hari
kerja. Dalam hal permintaan saham dari investor melebihi jumlah saham yang
ditawarkan (over-subscribe), maka perlu dilakukan penjatahan. Uang pesanan investor
yang pesanan sahamnya tidak dipenuhi harus dikembalikan (refund) kepada investor
setelah penjatahan. Distribusi saham akan dilakukan kepada investor pembeli saham
secara elektronik melalui KSEI (tidak dalam bentuk sertifikat).

4. Pencatatan dan Perdagangan Saham Perusahaan di Bursa Efek Indonesia


Perusahaan menyampaikan permohonan pencatatan saham kepada Bursa disertai
dengan bukti surat bahwa Pernyataan Pendaftaran telah dinyatakan efektif oleh OJK,
dokumen prospektus, dan laporan komposisi pemegang saham perusahaan.
Bursa Efek Indonesia akan memberikan persetujuan dan mengumumkan
pencatatan saham perusahaan dan kode saham (ticker code) perusahaan untuk
keperluan perdagangan saham di Bursa. Kode saham ini akan dikenal investor secara
luas dalam melakukan transaksi saham perusahaan di Bursa Efek Indonesia.
Setelah saham tercatat di Bursa, investor akan dapat memperjualbelikan saham
perusahaan kepada investor lain melaui broker atau Perusahaan Efek yang menjadi
Anggota Bursa terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2.4.1 Contoh Kasus (WASKITA Tbk)

Waskita Karya bukan BUMN dengan sejarah yang heroik. Ada dua hal
mengapa PT Waskita Karya ada. Pertama karena NV Volker Aannemings
Maatschappij pernah ada, kedua karena program nasionalisasi perusahaan Belanda
pada 1958. NV Volker menjadi salah satu perusahaan Belanda yang kena.

11
Menurut situs resminya, “[Waskita Karya] Berasal dari sebuah perusahaan
Belanda bernama "Volker Aannemings Maatschappij N.V.", yang diambil alih
berdasarkan Keputusan Pemerintah No.62 / 1961.”

Keluarga Volker
Di negeri Belanda sana, Adriaan Volker (1827-1903) sudah dikenal sebagai
pemborong alias kontraktor. Di kampungnya, Sliedrecht, dia memulai usahanya.
“Bisnisnya segera tumbuh dan melakukan pekerjaan yang lebih besar seperti
penggalian Nieuwe Waterweg,” tulis website perusahaan yang terkait dengan nama
Volker.
Usahanya kemudian dipegang keturunanannya dan berhasil menguasai
perusahaan lain. Perusahaan keluarga Volker itu dikenal sebagai Koninklijke
Adriaan Volker Groep.
Tak hanya di Belanda, nyatanya jaringan Volker Groep sampai ke Hindia
Belanda. Badan usaha bernama NV Volker Aannemings Maatschappij sudah ada di
awal abad ke-20 sebagai pemborong.
Di masa itu, seperti ditulis Irwan Kartiwan dalam Wajah Jasa Konstruksi
Indonesia (2013), “mereka yang bergerak di dalam bidang bouwbedrijf (industri
banguanan) disebut aanemers, yang kini dikenal dengan sebutan pemborong
bangunan atau pelaksana bangunan, kontraktor bangunan atau pelaksana konstruksi”
(hlm. 26).
NV Volker hanya salah satu pemborong konstruksi di zaman kolonial. Selain
Volker, ada juga NV Holland Beton Maatschappij (HBM) yang kini jadi PT Hutama
Karya, NV Nederlandsche Aaneming Maatschappij (NEDAM) yang kini jadi PT
Nindya Karya, dan lainnya.
Banyak perusahaan konstruksi di Indonesia memakai nama belakang “karya”
setelah 1960-an. “Sebutan 'karya' berarti bekas perusahaan-perusahaan milik
Belanda, seperti Adhi Karya, Hutama karya, Virama Karya dan sebagainya,” tulis
Ahmad Effendi dan kawan-kawan dalam Prof. Dr. Ir. Sedyatmo: intuisi mencetus
daya cipta (2009: 283)
Di zaman kolonial, sebelum dimiliki Indonesia sebagai BUMN, NV Volker
pernah dapat proyek besar. Pada 1914, seperti tertulis dalam Atlas Pelabuhan-
Pelabuhan Bersejarah di Indonesia (2013: 199), Volker terlibat dalam pembangunan
tahap kedua Pelabuhan Tanjung Priok di Betawi.

12
Sejak 1913, seperti ditulis Her Suganda dalam Wisata Parijs van Java (2011:
115), gedung milik NV Volker sudah berdiri di Bandung, di jalan yang kini bernama
Jalan Asia Afrika. Selain di Bandung, NV Volker punya kantor juga di kota lain. Di
Palembang, NV Volker punya kantor di Jalan Bukit Kecil 37. Di kota tersebut,
seperti diberitakan Bataviaasch Nieuwsblad (9/3/1938), J.S. Volker meninggal dunia
pada 1938 di umur 62. Jabatan resmi terakhirnya adalah direktur NV Volker
Aannemings Maatschappij.
Tentu saja mereka punya cabang di kota lain lagi pada zaman kolonial.
Sebelum diambilalih pemerintah Republik Indonesia di zaman Sukarno, NV Volker
Aanneming Maatschapij sudah punya cabang-cabang di beberapa daerah Indonesia.
Kantornya berpusat di Jakarta.

Diambilalih Indonesia
Di zaman pendudukan Jepang, perusahaan ini sulit bergerak. Dunia ekonomi
tidak mendukung NV Volker hidup seperti di zaman Hindia Belanda.
Setelah Jepang menyerah pada 1945, perusahaan ini punya harapan hidup lagi.
Banyaknya bangunan, jembatan, maupun jalan rusak karena terbengkalai selama
Perang Pasifik tentu jadi alasan perusahaan konstruksi alias pemborong harus hidup
dan berjaya. Pasukan zeni Belanda tidak bisa memperbaiki semua yang rusak di
masa Perang Pasifik.
Meski Indonesia sudah merdeka, perusahaan-perusahaan Belanda bisa hidup
kembali. Apalagi ketika tentara Belanda mendarat dan NICA mengeksiskan diri di
Indonesia. Orang-orang sipil Belanda pun di antaranya bisa bekerja kembali,
termasuk menghidupkan NV Volker. Perusahaan itu masih tetap berjalan bahkan
ketika Belanda sudah benar-benar cabut dari bekas negeri jajahannya.
Tapi keadaan itu berubah ketika kebijakan nasionalisasi diberlakukan pada
akhir 1950-an. Apalagi setelah ada Dekrit 5 Juli 1959 dan Sukarno makin berkuasa.
Ada untungnya juga ketika Belanda ogah memberikan Papua kepada Indonesia
sebelum 1961. Banyak perusahaan milik orang Belanda diambilalih pemerintah RI
alias kena program nasionalisasi. Di antara perusahaan yang diambilalih itu adalah
NV Volker Aannemings Maatschappij.
Perusahaan tersebut dikuasai Pemerintah Republik Indonesia berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 1958. Setelahnya perusahaan ini dijalankan

13
oleh Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga. Menterinya kala itu adalah Ir.
Pangeran Muhammad Noor.
Perusahaan ini tidak lama berada di bawah Departemen Pekerjaan Umum.
Berdasarkan Keputusan Pemerintah No.62/1961, sejak 1 Januari 1961 namanya
bukan NV Volker lagi, melainkan Waskita Karya. Mulanya sebagai Perusahaan
Negara. Pada 1973, Waskita berubah jadi perseroan.
Waskita Karya terus berkembang. Perseroan ini telah menangani banyak
gedung-gedung di Jakarta, pembangunan bandara, dan pembangkit listrik. Anak
perusahaannya juga semakin berkembang biak, di antaranya: PT Waskita Beton
Precast Tbk, PT Waskita Karya Realty, PT Waskita Toll Road, dan PT Waskita
Karya Energi.
Perusahaan konstruksi dengan nama belakang “karya” biasanya bekas
perusahaan milik Belanda.

2.4.2 Langkah-langkah Perusahaan Go Public (WASKITA Tbk)


Go Public atau sering disebut juga Penawaran Umum adalah kegiatan
penawaran saham yang dilakukan oleh perusahaan kepada masyarakat (publik).
Dengan menawarkan saham kepada publik, maka perusahaan tersebut akan tercatat
di bursa menjadi perusahaan publik / terbuka.
Ada beberapa proses yang harus dilalui perusahaan untuk go public, antara lain:
1. Tahap Persiapan
Tahapan ini merupakan tahapan awal dalam rangka mempersiapkan segala
sesuatu yang berkaitan dengan proses go public. Pada tahap yang paling awal,
perusahaan perlu melakukan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk
meminta persetujuan para pemegang saham dalam rangka go public. Setelah
mendapat persetujuan, selanjutnya perusahaan menunjuk penjamin pelaksana
emisi serta lembaga lain untuk membantu proses go public.
a. Penjamin Pelaksana Emisi (Lead Underwriter).
Merupakan pihak yang paling banyak keterlibatannya dalam membantu
perusahaan dalam rangka penerbitan saham. Kegiatan yang dilakukan
penjamin pelaksana emisi antara lain: menyiapkan berbagai dokumen,
membantu menyiapkan prospektus, dan memberikan penjaminan atas
penerbitan saham perusahaan.

14
b. Akuntan Publik (Auditor Independen).
Bertugas melakukan audit atau pemeriksaan atas laporan keuangan
perusahaan.
c. Penilai untuk melakukan penilaian terhadap aktiva tetap perusahaan dan
menentukan nilai wajar dari aktiva tetap tersebut.
d. Konsultan Hukum untuk memberikan pendapat dari segi hukum (legal
opinion).
e. Notaris untuk membuat akta-akta perubahan Anggaran Dasar, akta
perjanjian-perjanjian dalam rangka penawaran umum dan juga notulen-
notulen rapat.
2. Tahap Pengajuan Pernyataan Pendaftaran
Pada tahap ini, perusahaan menyampaikan pendaftaran kepada lembaga terkait
(Otoritas Jasa Keuangan atau OJK)
3. Tahap Penawaran Saham
Tahapan ini merupakan tahapan utama, karena pada waktu inilah emiten
menawarkan saham kepada masyarakat (penawaran saham di pasar perdana atau
IPO). Investor dapat membeli saham tersebut melalui agen-agen penjual yang
telah ditunjuk. Perlu diingat pula bahwa tidak seluruh keinginan investor
terpenuhi dalam membeli saham perusahaan yang akan go public. Misal, saham
yang dilepas ke pasar perdana sebanyak 100 juta saham sementara yang ingin
dibeli seluruh investor berjumlah 500 juta saham. Maka terdapat kelebihan
permintaan (oversubscribed). Supaya adil maka biasanya dilakukan penjatahan
(allotment).
4. Tahap Pencatatan saham di Bursa Efek
Setelah selesai penjualan saham di pasar perdana, selanjutnya saham tersebut
dicatatkan di Bursa Efek Indonesia. Investor yang tidak kebagian di pasar
perdana, bisa membeli di pasar sekunder di Bursa Efek Indonesia

15
A. Informasi IPO

Jumlah saham : 3.082.315.000 lembar

Harga penawaran : Rp 320 – Rp 405

Jumlah nilai saham : Rp 986 milyar – 1,248 trilyun

B. Jadwal Penawaran (tentatif)

Tanggal efektif : 10 Desember 2012

Masa penawaran awal : 22 Nopember – 30 Nopember 2012

Masa penawaran : 12-13 Desember 2012

Tanggal penjatahan : 17 Desember 2012

Pengembalian uang : 18 Desember 2012

Tanggal pencatatan di BEI (tanggal IPO) : 19 Desember 2012

C. Profesi & Lembaga Penunjang

Penjamin Pelaksana Emisi : PT Danareksa Sekuritas

: PT Bahana Securities

: PT Mandiri Sekuritas

Akuntan Publik : KAP Aryanto, Amir Yusuf, Mawar Saptoto

Konsultan Hukum : Konsultan Hukum Wecolaw Office

Notaris : Fathiah Helmi, SH

Penilai Independen : KJPP Antonius Setiady & rekan

Biro Administrasi Efek : PT Datindo Entrycom

16
D. Struktur Permodalan
Sebelum Penawaran Umum

Keterangan Jumah saham Jumlah Nilai (Rp) Prosentase

Modal dasar

– Pemerintah RI
Seri A
1 100
Dwiwarna

– Pemerintah RI
25.999.999.999 2.599.999.999.900
Seri B

Jumlah Modal
26.000.000.000 2.600.000.000.000
Dasar

Modal ditempatkan & disetor penuh

– Pemerintah RI
Seri A 0,00000002%
1 100
Dwiwarna

– Pemerintah RI
6.549.920.999 654.992.099.900 99,99999998%
Seri B

– Masyarakat 0%
– –

Jumlah Modal
ditempatkan & 6.549.921.000 654.992.100.000 100%
disetor penuh

17
Saham dalam portopel

– Pemerintah RI
Seri A
– –
Dwiwarna

– Pemerintah RI
19.450.079.000 1.945.007.900.000
Seri B

Jumlah saham
19.450.079.000 1.945.007.900.000
dalam portopel

Setelah Penawaran Umum

Keterangan Jumah saham Jumlah Nilai (Rp) Prosentase

Modal dasar

– Pemerintah RI
Seri A
1 100
Dwiwarna

– Pemerintah RI
25.999.999.999 2.599.999.999.900
Seri B

Jumlah Modal
26.000.000.000 2.600.000.000.000
Dasar

Modal ditempatkan & disetor penuh

– Pemerintah RI 0,00000001%

18
Seri A 1 100
Dwiwarna

– Pemerintah RI
6.549.920.999 654.992.099.900 68,00000539%
Seri B

– Masyarakat 3.082.315.000 308.231.500.000 31,99999460%

Jumlah Modal
ditempatkan & 9.632.236.000 963.223.600.000 100%
disetor penuh

Saham dalam portopel

– Pemerintah RI
Seri A
– –
Dwiwarna

– Pemerintah RI
16.367.764.000 1.636.776.400.000
Seri B

Jumlah saham
16.367.764.000 1.636.776.400.000
dalam portopel

E. Ikhtisar keuangan penting

Jun-12 2011 2010 2009 2008

(dalam jutaan rupiah)

Jumlah

19
Aset 5.668.03 5.116.00 4.078.74 3.071.24 2.228.261
0 2 0 5

Jumlah
5.017.58 4.495.77 3.628.55 2.735.08
Liabilitas 2.419.744
1 9 1 3

Jumlah
Ekuitas 650.449 620.222 450.189 366.162 (191.483)

Pendapata
2.727.84 7.274.16 5.853.20 4.490.87
n Usaha 3.325.948
8 7 5 6

Beban
2.517.13 6.610.97 5.276.90 4.051.18
Usaha 3.017.314
1 3 3 1

Laba
Bersih 36.941 12.509 171.989 124.079 50.683

F. Rasio-rasio keuangan

Jun-12 2011 2010 2009 2008

Beban Usaha /
92,28% 90,88% 90,15% 90,21% 90,72%
Pendapatan Usaha

Laba Bersih /
1,35% 0,17% 2,94% 2,76% 1,52%
Pendapatan Usaha

Laba Bersih / Jumlah


0,65% 0,24% 4,22% 4,04% 2,27%
Aset

Laba Bersih / Jumlah -


5,68% 2,02% 38,20% 33,89%
Ekuitas 26,24%

20
Jumlah Liabilitas /
7,71 7,25 8,06 7,47 -12,64
Jumlah Ekuitas

Jumlah Liabilitas /
0,89 0,88 0,89 0,89 1,09
Total Aset

G. Penggunaan dana hasil penawaran umum


Dana hasil IPO akan dipergunakan untuk:
1. Sekitar 60% akan digunakan untuk modal kerja Perseroan
2. Sekitar 40% akan digunakan untuk pengembangan usaha Perseroan

H. Kebijakan Dividen
Perseroan merencanakan untuk membagikan dividen tunai minimum 30% dari laba
bersih setiap tahunya yang akan mulai dibagikan mulai tahun buku 2012.

I. Informasi Tambahan
1. Perseroan merupakan BUMN di bidang konstruksi yang memiliki posisi solid
dalam mendapatkan proyek‐proyek infrastruktur besar yang direncanakan oleh
Pemerintah.
2. Perseroan merupakan pemain besar nasional dengan reputasi dan customer base
yang luas ditandai dengan pendapatan usaha di sektor kontruksi terbesar di
Indonesia.
3. Perseroan memiliki produk unggulan dan produk yang berkualitas dalam
pelaksanaan proyek‐proyeknya sehingga dapat menggungguli pesaing‐pesaing
lainnya.
4. Perseroan mencatatkan pertumbuhan pendapatan yang stabil dan daya saing yang
meningkat ditandai dengan 5 (lima) tahun terakhir pendapatan perseroan
menunjukan angka yang stabil.
5. Perseroan dapat mewujudkan sistem desentralisasi di beberapa wilayah geografis
ditandai dengan memiliki unit usaha disetiap provinsi di Indonesia dan di luar
negeri.
6. Perseroan memiliki manajemen dan tenaga kerja yang ahli dan dapat diandalkan
dalam setiap proyek dengan tepat waktu.

21
7. DDM & Public Expose telah dilaksanakan pada 22 November 2012

22

Anda mungkin juga menyukai