Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Katarak merupakan penyebab utama kebutaan yang terjadi hampir diseluruh negara di
belahan dunia, bahkan di Amerika Serikat lebih kurang 20% kebutaan disebabkan
oleh penyakit ini. (Kruppin et all,1984). Diantara negara-negara di kawasan Asia
Tenggara, angka kebutaan di Indonesia menempati peringkat yang tertinggi, yakni
1,5% dari jumlah penduduk (kurang lebih 3 juta orang). Operasi katarak merupakan
salah satu tindakan yang tepat dan efektif guna mengurangi resiko kebutaan
pada pasien katarak. Prinsip dari operasi ini adalah mengeluarkan lensa
yang mengalami kekeruhan dan menggantikannya dengan lensa implant atau
Intra Oculer Lens (IOL) sebagai pengganti lensa mata. Jika pasien tidak
mengalami ganguan refraksi ataupun kerusakan pada saraf optiknya, maka visus
pasca operasi akan dapat membaik.

Ekstraksi katarak (ECCE) merupakan salah satu jenis tindakan operasi mata yang
umum dan banyak dilakukan untuk pasien katarak. Jenis operasi ini tidak
memerlukan anestesi umum, kecuali untuk pasien infant/pediatric dan pasien
indikasi tertentu. Disamping itu, post op katarak tidak perlu rawat inap terlalu lama
di RS sehingga biaya perawatan/pengobatan dapat ditekan, dan juga durasi operasi
katarak relative pendek. Dengan keuntungan- keuntungan diatas diharapkan pasien
tidak mampu penderita katarak mendapat kesempatan yang sama untuk
mendapat pelayan operasi ECCE guna memperbaiki visusnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Fisiologi Mata

Mata adalah cerminan jiwa, demikian kata pepatah. Sehingga tidak ada salah jika
kita membahas secara tuntas anatomi dan fisiologi mata. Anatomi dan fisiologi
mata perlu diketahui lebih dalam, untuk mempelajari lebih lanjut kelainan-
kelanainan yang biasa diderita yang berkaitan dengan kelainan pada mata. Secara
struktral anatomis, bola mata berdiameter ±2,5 cm dimana 5/6 bagiannya
terbenam dalam rongga mata, dan hanya 1/6 bagiannya saja yang tampak pada
bagian luar. Perhatikan gambar dibawah ini :

Gambar diatas adalah gambar anatomi mata. Bagian-bagian mata mempunyai


fungsi-fungsi tertentu. Fungsi-fungsi dari anatomi mata adalah sebagai berikut :

a. Sklera: Melindungi bola mata dari kerusakan mekanis dan menjadi tempat
melekatnya bola mata.
b. Otot-otot mata, adalah Otot-otot yang melekat pada mata, terdiri dari:
muskulus rektus superior (menggerakan mata ke atas) dan muskulus rektus
inferior (mengerakan mata ke bawah).
c. Kornea: memungkinkan lewatnya cahaya dan merefraksikan cahaya.
d. Badan Siliaris: Menyokong lensa dan mengandung otot yang memungkinkan
lensa untuk beroakomodasi, kemudian berfungsijuga untuk mengsekreskan
aqueus humor.
e. Iris: Mengendalikan cahaya yang masuk ke mata melalui pupil, mengandung
pigmen.
f. Lensa: Memfokuskan pandangan dengan mengubah bentuk lensa.
g. Bintik kuning (Fovea): Bagian retina yang mengandung sel kerucut.
h. Bintik buta: Daerah syaraf optic meninggalkan bagian dalam bola mata
i. Vitreous humor: Menyokong lensa dan menjaga bentuk bola mata
j. Aquous humor: Menjaga bentuk kantong bola mata
k. Palpebra

Lubang orbita dilindungi oleh lipatan tipis yang dapat bergerak yaitu kelopak
mata (palpebrae) yang terletak di depan mata. Fisura palpebral merupakan
lubang berbentuk elips di antara palpebral superior dan palpebral inferior,
tempat masuk ke dalam sakkus konjungtiva. Glandula sebasea bermuara
langsung ke dalam folikel bulu mata. Glandula siliaris merupakan modifikasi
kelenjar keringat, sedangkan konjungtiva adalah membrane mukosa yang tipis
melapisi palpebral.

l. Aparatus Lakrimalis

Aparatus lakrimalis terdiri atas pars orbitalis yang besar dan pars palpebralis
yang kecil, saling berhubungan pada ujung lateral aponerosis muskulus levator
palpebrae superior. Kelenjar ini terletak di atas bola mata bagian anterior dan
superior orbita, mempunyai 12 saluran yang bermuara pada permukaan bawah
kelenjar dan pada bagian lateral forniks (lateral konjungtiva). Persarafan
glandula lakrimalis berasal dari nucleus lakrimalis dan Nervus fasialis (N.VII).
Air mata mengalir membasahi kornea dan mengumpul dalam sakus lakrimalis
melalui punkta lakrimalis berjalan ke medial lalu bermuara dalam sakus
lakrimalis.
m. Tulang Orbita

Orbita adalah rongga berbentuk pyramid dengan basis di depan dan apeks di
belakang. Atap orbita dibentuk oleh pars orbitalis ossis frontalis yang
memisahkan orbita dengan fossa kranii anterior. Dinding lateral orbita terdiri
atas os zigomatikum dan ossis sphenoidalis sedangkan dasarnya dibentuk oleh
fasies orbitalis maxilaris.
n. Bola Mata

 medial rectus (MR)— menggerakkan mata ke arah dalam atau


mendekati hidung (adduction)
 lateral rectus (LR)— menggerakan mata ke arah luar atau menjauhi
hidung (abduction)
 superior rectus (SR)— menggerakkan mata ke atas
(elevation)membantu otot superior oblique memutarkan bagian atas
mata kearah mendekati hidung (intorsion) membantu otot medial
rectus melakukan gerakan adduction
 inferior rectus (IR)— menggerakkan mata ke bawah
(depression)membantu otot inferior oblique memutarkan bagian tas
mata ke arah menjauhi hidung (extorsion) membantu oto lateral rectus
melakukan gerakan abduction.
 superior oblique (SO)— memutarkan bagian atas mata mendekati
hidung (intorsion) membantu gerakan depression dan abduction
 inferior oblique (IO)— memutarkan bagian atas mata menjauhi
hidung (extorsion) membantu gerakan elevation dan abduction
B. Proses Melihat

Cahaya masuk melalui kornea -> aquous humor-> pupil-> lensa-> vitrous humor-
> retina-> impuls-> saraf otak-> otak.
BAB III

PEMBAHASAN

A. Kasus yang sering muncul pada sistem pengindraan ( Mata )

 Katarak
Katarak merupakan penyakit mata yang ditandai dengan kekeruhan pada
lensa, dimana penglihatan seperti tertutup oleh air terjun, tabir atau layar
sehingga penderita katarak mengalami penurunan visus/ketajaman
penglihatan. (Vera Darling, 1996.

Insidensi penyakit katarak pada umumnya terjadi pada usia


lanjut oleh karena proses degenerasi (katarak senillis), tetapi dapat
juga terjadi sejak lahir (katarak congenital), timbul pada masa anak-anak
(katarak jouvenil), kondisi pasca trauma (katarak traumatika), dan
karena diakibatkan dari penyakit tertentu ( katarak
komplikata/sekunder ). Ada beberapa metode bedah katarak yang
dilakukan di Rumah sakit yaitu ECCE (Exktra Capsulair Cataract
Extraction), ICCE (Intracapsuler Cataract Extraction), dan small Incisi.

ECCE merupakan metode yang paling sering diantara kedua metoda


diatas. ECCE merupakan metode operasi katarak dengan membuat insisi
limbal pada kornea inferior dan melebarkannya dengan gunting
kornea, merobek dan melakukan insisi pada kapsul anterior serta
mengeluarkan nucleus lensa melalui irisan kornea yang telah
dibuat. (Journal Opthalmology, 1997).

C. Asuhan Keperawatan Perioperatif


1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal untuk melakukan suatu keperawatan


yang berguna untuk mengumpulkan data sebagai dasar untuk
mengetahui kebutuhan klien sehingga dapat menentukan asuhan
keperawatan yang akan dilakukan. Dalam pengumpulan data tim
penulis menggunakan metode wawancara atau Tanya jawab dengan
keluarga pasien dan klien serta observasi dengan menggunakan
pemeriksaan fisik dan menggunakan studi dokumentasi pada status
pasien.

2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan tinjauan pustaka asuhan keperawatan pada kasus katarak
penulis mendapat hasil diagnosa keperawatan yaitu :
 Gangguan persepsi sensori : pengelihatan b.d katarak
 Ansietas b.d Kurang informasi
 Resti Infeksi b.d insisi pembedahan
 Resiko cedera ( jatuh ) b.d Efek pasca operasi
 Kurang pengetahuan tentang perawatan post operasi b.d
Kurang terpaparnya informasi

3. Intervensi
Dalam menyusun rencana tindakan keperawatan untuk mencapai
tujuan sesuai dengan kriterianya, maka tim penulis membuat rencana
berdasarkan acuan pada tinjauan teoritis yang ada pada tinjauan
pustaka, rencana tindakan di buat selama proses pembedahan dari
mulai pasien masuk ke ruang induksi sampai pasien keluar dari ruang
RR. Dari 5 diagnosa ini intervensi dapat diterapkan pada kasus karena
berkat kerjasama yang baik antara perawat, keluarga, dan klien. Dalam
menyusun tindakan yang akan dilakukan ini disesuaikan dengan
diagnosa yang ditemukan sehingga mendapatkan tujuan yang
diinginkan.
4. Implementasi
Implementasi dilakukan berdasarkan diagnosa dan rencana
keperawatan dan sekaligus dilakukan evaluasi tindakan.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Katarak merupakan penyakit mata yang ditandai dengan kekeruhan pada


lensa, dimana penglihatan seperti tertutup oleh air terjun, tabir atau layar
sehingga penderita katarak mengalami penurunan visus/ketajaman
penglihatan. (Vera Darling, 1996). Kasus katarak terjadi pada usia tua dan
terdapat manifestasi klinis yang jelas yaitu adanya kekeruhan di lensa pasien
dengan pemeriksaan penunjang VUD dan VUS menyatakan pasien positif
katarak matur.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan


Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC. 2000.

Mansjoer, Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius.
2000.

F.Paulsen & J.Waschke (Ed).2012.Sobotta Atlas Anatomi Manusia : Kepala, Leher dan
Neuroanatomi.Jakarta : EGC.

Syaifuddin.2013.Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan.Jakarta : Salemba


Medika
ANATOMI FISIOLOGI MATA

OLEH

AHMAT FAZALU RAHMAN, S.Kep.,Ners

PELATIHAN SCRUB NURSE

RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH

TAHUN 2019

Anda mungkin juga menyukai