Anda di halaman 1dari 4

Dr.

Nurhidayat

Sabtu, 20 November 2010

FARMAKOLOGI KASUS KEGAWATDARURATAN

Pemilihan obat pada kasus kegawatdaruratan lebih didasarkan pada efficacy.

Safety  jika tidak menyebabkan pmburukan/ES dalam waktu cepat  dianggap safety baik

2 hal penting yg harus diperhatikan

1. Potensi obat  seberapa besar obat merubah kondisi pasien dr sakit mjd sehat.
Terutama kasus CV, perhatikan otak

2. Onset of action. Duration of action tidak terlalu pentng. Yang fungsional : bagaimana
mengembalikan kondisi pasien, Karen masing2 pasien derajat kegawatdaruratannya
berbeda sehingga profil obatnya pasti berbeda.

Dari onset of action  harus pikirkan rute pemberian. Ex pemberian parenteral


mengurangi waktu absorpsi.

Ex. Kasus syok

KRITERIA SYOK  tekanan nadi (selisih sistol dikurangi diastol) ≤ 20. Yang membuat
darah mengalir itu, selisih itu. Jangan periksa dengan palpasi. Palpasi hanya jika
auskultasi tidak bisa terdengar.

Jika ada penurunan TD  pilihan  dobutamin, dopamine, noradrenalin (kedua terakhir


ini yang paling).

Pemberian obat underlying process setelah KUnya tertangani.


Norepinefrin/Adrenalin

Simpatis. Nonselektif  mmpengaruhi smua reseptor simpatis kecuali alfa 2 (yang


mempengaruhi re uptake)

Merupakan simpatomimetik yang meningkatkan kerja jantung dan resistensi perifer.


Kerja yang non selektif ini diharapkan karena mempengaruhi system simpatis, 2 titik
tangkap ini akan meningkatkan TD dengan dosis kecil.

Juga digunakan pada status asmatikus karena juga menyebabkan bronkodilatasi..


subkutan 5-10 menit.

Jika syok bukan karena penyebab jantung  perlu pemberian cairan duluan, baru obat.
Jik a tidak naik2 baru obat. Jika iv susah, subkutan intrakutan bisa.

Semaput, iv ga bisa, bisa subkutan.

Jika HT refrakter, sudah diberikan dopamine dan dobutamin (kedua obat ini range
keamanannya sempit) tidak naik  baru beri adrenalin.

Obat alergi dapat menimbulkan alergi, apalagi yang bukan alergi, jadi perhatikan

Dobutamin

kontraksi jantuna.

Hanya digunakan pada kasus CO yang disebabkan karena kontraksi jantung menurun.
Untuk hipovolemia jika tidak bisa dengan pemberian cairan baru digunakan obat ini
(jantung dipaksa kerja).

Variasi individu : TD, metabolism, eliminasi

T ½ 2 menit. Onset of action 1-10 menit. Peak efek. Duration of action. T ½. Jadi

Penatalaksanaan harus perhatikan waktu  menit !!!


Pemberian : pump, drip ke infuse, bolus bisa. Yang sering bolus baru titrasi (tetes).

Jangan menggunakan dobutamin jika tidak mempunyai parameter untuk ukur jantung.
Ex. EKG.

Hati2 pada iskemia miokard krn ketidkseimbangan kebutuhan dan kerja jantungnya.

Dopamine

Efek lebih kuat disbanding dobutamin. Jika dobutamin gagal, bisa dibantu dengan
dopamine.

Mempengaruhi Adrenergic.

Adrenalin merupakan turunan dari dopamine.

3 dosis

1. Kecil  mempengaruhi reseptor dopanya. Untuk pengaruhi reseptor adrenergic


perlu dosis > besar. Kegunaan : untuk perthankan fungsi jantung

2. Intermediet

3. Besar

Jika dibutuhkan dalam waktu lama perlu repetisi cepat.

BSO : jika pemberian dopamine berlebihanpentolamin  mengaktifkan reseptor


adrenergic

Metlprednisolon

Termasuk Glukokortikoid yang sudah termetabolisme saat masuk, jadi efek lebih cepat.
Pada syok anafilaktik  banyak mediator inflamasi yang diaktifkan  banyak reseptor
yang diduduki, pemberian antihistamin saja tidak cukup. Juga harus berikan antagonis
fisiologinya yang dapat mengatasi itu semua.

Reseptor H2 ada di lambung, BV, jantung, yang lebih banyak H1. Kalau bisa semua
reseptor H dihambat. Tapi bukan lini pertama.

Dari obat2 tadi tidak semua obat pemberian melalui iv mempunyai efek lebih cepat
daripada oral.

Anda mungkin juga menyukai