Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Disusun Oleh
JURUSAN AKUNTANSI
AHMAD DAHLAN
JAKARTA
2017
ABSTRAK
Pada kaidah bahasa Indonesia terdapat dua ragam bahasa, yaitu bahasa baku dan tidak
baku. Bahasa baku adalah bahasa yang cara pengucapan maupun penulisannya sesuai dengan
kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar, sedangkan bahasa tidak baku adalah bahasa
yang cara pengucapan maupun penulisannya tidak sesuai atau tidak memenuhi standar dalam
kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Pada kenyataannya, masih banyak yang belum
mengetahui mana bahasa baku dan mana yang tidak baku. Untuk meningkatkan keterampilan
berbahasa Indonesia yang baik dan benar, penulis menganalisis dan mendapat pengertian
yang cukup jelas tentang bahasa baku dan tidak baku beserta fungsinya yang sesuai dengan
standar dalam kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Kata kunci: kata baku dan tidak baku, pengunaan kata baku, analisis koran.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah tentang "Analisis Kesalahan Kata Tidak Baku Pada
Koran". Makalah ini mengacu pada koran harian Lampu Hijau tertanggal 6 Maret 2017 yang
menurut penulis terdapat kesalahan dalam penulisan kata tidak baku pada koran yang
bersangkutan. Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman tentang kata baku
yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan pemahaman kita tentang penerapan
pentingnya memahami kata baku yang baik dan benar sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
Demikian yang dapat saya sampaikan,Walaupun makalah ini jauh dari kata sempurna
dan memiliki banyak kekurangan. Penyusun membutuhkan kritik dan saran dari pembaca.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul.......................................................................................... i
Abstrak ...................................................................................................... ii
Bab I Pendahuluan
Bab IV Penutup
A. Kesimpulan ............................................................................ 18
B. Saran ...................................................................................... 18
iv
BAB I
Pendahuluan
A. Latar belakang
Analisis kesalahan berbahasa adalah salah satu cara untuk menjawab bagaimana
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kesalahan berbahasa merupakan sisi
yang mempunyai cacat pada ujaran atau tulisan. Untuk menyampaikan berita (pesan, amanat,
ide, dan pikiran) dibutuhkan bahasa yang singkat, jelas, dan padat agar segala sesuatu yang
disampaikan mudah di mengerti. Namun, pada kenyataannya sekarang masih banyak
pemakai bahasa yang tidak menyadari bahwa bahasa yang digunakan tidak benar atau masih
terdapat kesalahan-kesalahan. Kesalahan berbahasa Indonesia masih banyak dijumpai dalam
media cetak, khususnya surat kabar. Surat kabar merupakan salah satu media massa
yang menggunakan bahasa tulisan sebagai alat utamanya. Peran surat kabar sebagai salah
satu guru bahasa Indonesia yang baik dan benar bagi masyarakat menjadi sulit terwujud,
karena kesalahan-kesalahan yang seharusnya tidak boleh terjadi. Sebagai salah satu media
cetak yang paling produktif menggunakan ragam bahasa tulis, sasaran informasi yang
disampaikan surat kabar adalah pembaca dari seluruh lapisan masyarakat. Oleh karena itu,
perlu diperhatikan pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar. Baik dalam arti sesuai
dengan situasi dan kondisi pemakainya, sedangkan benar dalam arti sesuai dengan kaidah
bahasa Indonesia yang berlaku. Berkaitan dengan dalam surat kabar ataupun majalah.
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
1. Analisis apa saja kesalahan kata tidak baku yang terjadi pada koran.
D. Manfaat
2. Memberi pemahaman mengenai kata baku yang baik dan benar sesuai dengan kaidah
bahasa Indonesia yang berlaku.
v
BAB II
LANDASAN TEORI
Secara umum, pengertian kata baku adalah kata yang telah diterima atau
difungsikan sebagai model atau acuan oleh masyarakat luas. Adapun secara khusus
dapat dipahami sebagai kata yang secara sosial lebih disenangi pemakaiannya,
terlebih bagi mereka yang dianggap berpendidikan disekitar pusat kebudayaan atau
masyarakat bahasa (pelajar dan mahasiswa).
Berbeda dengan kata baku, pengertian kata tidak baku adalah kata yang
digunakan dalam berbicara dan menulis yang berbeda pelafalan, tatabahasa,dan
kosakatanya dari kata baku. Singkatnya, kata tidak baku dapat dipahami sebagai kata-
kata atau ungkapan yang tetap hidup dan berkembang sesuai dengan fungsinya, yang
umumnya dipakai dalam percakapan atau tulisan tidak resmi. Hal yang perlu diingat
dari kata baku ialah:
1. Pemakaian kata baku tidak indentik dengan penggunaaan bahasa yang baik dan
benar;
2. Orang yang menggunakan kata baku belum tentu menggunakan pola bahasa yang
baik dan benar, begitu juga sebaliknya;
3. Kata baku adalah kata yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku,
sedang yang tidak mengikuti kaidah bahasa Indonesia disebut kata tidak baku.
Bahasa Indonesia baku ‘kata baku’ mempunyai empat fungsi: pertama, pemersatu; kedua,
penanda kepribadian (pemberi kekhasan); ketiga, penambah wibawa; dan keempat;
kerangka acuan.
Penanda kepribadian, memakai bahasa Indonesia baku berfungsi membuat ciri khas
tersendiri yang membedakannya dengan pemakaian bahasa-bahasa lainnya, yakni guna
memperkuat perasaan kepribadian sebagai masyarakat bahasa Indonesia baku.
vi
7
Penambah wibawa, pemakaian bahasa Indonesia baku ‘dengan baiuk dan benar’ berfungsi
menampakkan wibawa dihadapan orang, yakni guna mencapai kesederajatan dengan
peradaban lain.
Kerangka acuan, pemakai bahasa Indonesia baku berfungsi sebagai kerangka acuan atau
standar bagi pemakainya atau orang lain karena adanya norma atau kaidah yang dikodifikasi
secara jelas, yakni untuk mengurangi kerancuan dalam memahami ungkapan atau pernyataan.
Suatu ragam bahasa atau suatu kata dapat menjadi tidak baku karena dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Menurut Moeliono, kebakuan dan ketidakbakuan sebuah kata dapat
dilihat dari segi fonologinya. Perbedaan dalam bidang fonologi itu sendiri sedikitnya ada
tujuh hal.
1. Alternasi vokal, misalnya alternasi vokal ‘i’ pada kata Senin dan vokal ‘e’ pada kata
Senen. Kata “Senin” adalah kata baku sementara “Senen” adalah kata tidak baku.
2. Alternasi konsonan, Alternasi konsonan misalnya terlihat pada huruf ‘f’ pada kata
film konsonan ‘p’ pada kata pilem. Film kata baku sementara pilem tidak baku.
3. Penyederhanaan deret vokal, misalnya penyederhanaan deret vokal ‘i’ pada kata
varietas (kata baku) dan deret vokal ‘e’ pada kata varitas (kata tidak baku).
4. Penyederhaan gugus konsonan seperti huruf ‘ks’ pada kata kompleks (kata baku)
dan huruf ‘k’ pada kata komplek (kata tidak baku).
5. Jumlah fonem frikatif. Dalam bentuk baku terdapat fonem ‘f,s,z,s,x,h’ dan
sementara pada bentuk tidak baku terdapat fonem ‘s’ dan ‘h’.
6. Adanya penyederhanaan diftong, misalnya penyederhanaan diftong ‘ai,e dan ter’
seperti terdapat pada kata gulai (baku) dan gule (tidak baku).
7. Adanya bentuk hiper baku, misalnya pada kata pihak (baku) dan kata fihak (tidak
baku).
Contoh:
Huruf vokal ‘a’ pada sebuah kata baku dapat berubah menjadi kata
tidak baku ketika huruf vokal tersebut diganti vokal ‘i’.
Contoh:
Huruf vokal ‘a’ pada suatu kata baku yang diganti huruf vokal ‘o’
dapat menjadikan kata tersebut tidak baku lagi.
Contoh:
Huruf vokal ‘e’ pada sebuah kata baku yang diganti dengan huruf
vokal ‘a’ membuat kata tersebut tidak baku.
9
Contoh:
Huruf vokal ‘e’ pada kata baku yang diganti dengan huruf vokal ‘i’
menyebabkan kata bentukannya menjadi tidak baku.
Contoh:
Huruf vokal ‘i’ pada kata baku yang diganti dengan huruf vokal ‘e’
menyebabkan kata bentukannnya menjadi tidak baku.
Contoh:
Sebuah kata baku yang mengandung huruf vokal ‘o’ menjadi tidak
baku lagi kalau vokal tersebut diganti ‘u’
Contoh:
Huruf vokal ‘u’ pada sebuah kata baku yang diganti dengan huruf
vokal ‘e’ menyebabkan kata bentukannya menjadi tidak baku.
Contoh:
Mengganti huruf vokal ‘u’ dengan huruf ‘i’ pada sebuah kata baku
menjadikan bentukannya menjadi tidak baku.
Contoh:
Mengganti huruf vokal ‘u’ dengan vokal ‘o’ pada sebuah kata baku
membuat kata bentukannya tidak lagi baku.
Contoh:
Menambah huruf vokal pada sebuah kata yang sudah baku menyebabkan kata
tersebut menjadi tidak baku lagi. Penambahan huruf vokal tersebut dapat dilihat
sebagai berikut.
1. Menambah huruf vokal ‘a’.
Menambah huruf vokal ‘a’ maksudnya bahwa huruf vokal ‘a’ tersebut
ditambahkan pada sebuah kata yang sudah tidak baku. Namun
akibatnya kata baku yang mendapat tambahan huruf vokal ‘a’
menjadikan kata bentukannya tidak baku. Misalnya kota narkotik
(baku) yang menjadi kata narkotika (tidak baku).
3. Huruf vokal ‘e’ yang ditambahkan atau dibubuhkan pada kata baku
membuat kata baku tersebut berubah menjadi kata tidak baku.
Misalnya kata anggrek (baku) menjadi kata anggerek (tidak baku), film
(baku) menjadi filem (tidak baku), justru menjadi justeru dan
seterusnya.
Sebuah kata menjadi tidak baku disebabkan karena pembentukan huruf vokal
berderet dalam berbagai variasinya. Beberapa variasi tersebut antara lain sebagai
berikut.
1. Deret huruf vokal ‘aa’ dari vokal ‘a’.
Sebuah kata dengan vokal ‘a’ yang awalnya baku menjadi kata tidak baku
karena mendapatkan deret vokal ‘aa’. Misalnya kata diktat (baku) menjadi
kata diktaat (tidak baku).
Adanya deret huruf vokal ‘ou’ pada sebuah kata yang mengandung vokal
‘u’ dapat menyebabkan kata bentukannya menjadi kata tidak baku.
Misalnya kata grup (baku) menjadi group (tidak baku).
12
Contoh:
Contoh:
Contoh:
Pembentukan kat yang kurang atau tidak pas juga dapat menyebabkan
ketidakbakuan suatu kata. Beberapa kata yang kurang pas dan menyebabkan
ketidakbakuan suatu kata dapat terlihat dalam beberapa contoh berikut.
Sebuah kata dapat menjadi tidak baku karena ejaannya yang tidak benar.
Kesalahan ejaan tersebut dapat terlihat pada beberapa bentuk berikut ini.
1. Memisah bagian-bagiannya.
Contoh:
Contoh:
3. Menyatukan bagian-bagiannya.
Sebuah kata ejaan yang baru karena terpisah akan menjadi kata tidak baku
ketika kata tersebut disatukan atau disambung.
Contoh:
Pertama, dalam komunikasi resmi, yaitu sura-menyurat resmi atau dinas, pengumuman-
pengumuman yang dikeluarkan oleh intansi resmi, perundang-undangan, penamaan dan
peristilahan resmi.
Kedua, dalam wacana teknis, yaitu laporan resmi dan tulisan ilmiah berupa makalah, skripsi,
tesis, disertasi, dan laporan hasil penelitian.
Ketiga, dalam pembicaraan di depan umum, yaitu ceramah, kuliah, dan khotbah.
Keempat, dalam pembicaraan dengan orang yang dihormati,yaitu antara bawahan dan atasan
di dalam kantor, siswa dan guru di kelas atau di sekolah, guru dan kepala sekolah di
pertemuan-pertemuan resmi, mahasiswa dan dosen di ruang perkuliahan.
BAB III
PEMBAHASAN
Analisis gambar 1.
Dapat dilihat pada gambar di atas,kata “Ama” tidaklah tepat penggunaannya dalam kalimat
tersebut. Kata “Ama” merupakan kata yang tidak baku yang tidak masuk kedalam kamus
besar bahasa Indonesia. Lebih baik penulisan kalimat tersebut diperbaiki dengan “ Pantas
Saja Lu Ditangkap Oleh Tim Saber Pungli”.
15
16
Analisis gambar 2.
Dapat dilihat pada gambar di atas,kata Fotocopy tidaklah tepat penggunaannya dalam kalimat
tersebut. Fotocopy merupakan kata yang tidak baku dan tidak termasuk dalam kamus besar
bahasa Indonesia. Lebih baik penulisan tersebut diperbaiki dengan kata “Fotokopi” yang
terdaftar dalam kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.
17
Analisis gambar 3.
Dapat dilihat pada gambar di atas,kata “hilaf” tidaklah tepat penggunaannya dalam kalimat
tersebut. Kata “hilaf” merupakan kata yang tidak baku untuk melengkapi kalimat diatas
karena tidak termasuk kedalam kamus besar bahasa Indonesia. Jadi lebih baik penulisan
tersebut dilengkapi dengan gabungan huruf konsonan yaitu “kh” sehingga jika diperbaiki
menjadi kata “khilaf” yang merupakan kata baku dan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia
yang baik dan benar.
BAB IV
PENUTUP
A. SIMPULAN
1. Pengertian kata baku adalah kata yang telah diterima atau difungsikan sebagai model
atau acuan oleh masyarakat luas. Berbeda dengan kata baku, pengertian kata tidak
baku adalah kata yang digunakan dalam berbicara dan menulis yang berbeda
pelafalan, tatabahasa,dan kosakatanya dari kata baku.
2. Kata baku mempunyai empat fungsi: pertama, pemersatu; kedua, penanda
kepribadian (pemberi kekhasan); ketiga, penambah wibawa; dan keempat; kerangka
acuan.
3. Hal yang menyebabkan ketidakbakuan kata:
a. Mengganti huruf vokal
b. Menghilangkan huruf vokal
c. Menambah huruf vokal
d. Membentuk huruf vokal berderet
e. Menyederhanakan gabungan huruf konsonan
f. Pembentukan kata yang tidak atau kurang pas
g. Ejaan yang tidak benar
4. Pemakaian bahasa baku digunakan dalam beberapa konteks: komunikasi
resmi,wacana teknis, pembicaraan didepan umum, pembicaraan dengan orang yang
dihormati.
B. SARAN
Supaya tidak terjadi kesalah pahaman oleh para pembaca koran, sebaiknya isi dan penulisan
pada koran lampu hijau lebih diperhatikan lagi agar tidak ambigu dan tidak menghilangkan
kebakuan kata dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih
fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang
lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan.
18
DAFTAR PUSTAKA
Nur, Fita. 2016. Pedoman Kata Baku dan Tidak Baku. Yogyakarta: Araska.
Mufid, Achmad. 2015. Pedoman Kata Baku & Tidak Baku. Yogyakarta: Buku Pintar.
Waridah, Ernawati. 2014. Pedoman Kata Baku dan Tidak Baku. Bandung: Penerbit
Ruang Kata.
Sabariyanto, Dirgo. 2000. cetakan keempat. Mengapa Disebut Bentuk Baku dan Tidak
Baku?. Yogyakarta: Mitra Gama Widya.
19