Kompor Minyak Dengan Bahan Bakar Jelantah
Kompor Minyak Dengan Bahan Bakar Jelantah
Bahan Bakar Nabati Asal Tan. Perkebunan Sebagai Alternatif Pengganti Minyak Tanah Untuk RT (Bambang Prastowo) 11
Tabel 1. Sifat fisik beberapa minyak nabati dan minyak fosil
Jenis Minyak Titik Bakar (oC) Kekentalan Angka Iodine * Saponification Nilai Kalori (MJ/Kg) *
(10 -6 m2/s) Value *
Jarak Pagar 340 75,7 103,0 198,0 39,65
Kelapa 270-300 51,9 10,4 268,0 37,54
Kelapa Sawit 314 88,6 54,2 199,1 39,54
Rapeseed 317 97,7 98,6 174,7 40,56
Bunga Matahari 316 65,8 132,0 190,0 39,81
Minyak Tanah 50-55 2,2 - - 43,50
Minyak Solar 55 2-8 - - 45,00
Sumber : Lide dan Frederikse,1995 dalam Mühlbauer et al. (1998).
berpendapatan sedang ke atas. Oleh karena itu, kepada penggunaan energi asal tanaman atau
perlu upaya-upaya lain, di antaranya adalah bahan bakar nabati. Cukup banyak tanaman
penggunaan bahan bakar nabati (BBN), untuk perkebunan penghasill minyak lemak nabati di
mengurangi subsidi,sekaligus menyediakan Indonesia (Tabel 1). Bahan bakar nabati (BBN)
kebutuhan masyarakat bawah atas terhadap yang berasal dari tanaman penghasil lemak,
minyak tanah. misalnya kelapa, kelapa sawit, jarak pagar, bunga
matahari dan lainnya. Yang dapat dimanfaatkan
Bahan Bakar Nabati dari minyak hasil tanaman-tanaman tersebut
dapat berupa minyak asli atau minyak kasarnya
Bahan bakar nabati (BBN) adalah semua
(crude oil), atau dapat juga berupa biodiesel,
bahan bakar yang berasal dari minyak nabati.
yaitu minyak kasar tersebut yang sudah melalui
Oleh karena itu, BBN dapat berupa biodiesel,
proses transesterifikasi menggunakan metanol.
bioetanol, bio-oil (minyak nabati murni).
Minyak kasar murni umumnya dapat digunakan
Biodiesel merupakan bentuk ester dari minyak
untuk pengganti minyak tanah dan sejenisnya,
nabati setelah adanya perubahan suifat kimia
melalui peralatan atau kompor khusus,
karena proses transesterifikasi yang memerlukan
sedangkan biodiesel digunakan sebagai bahan
tambahan metanol. Bioetanol merupakan
bakar langsung maupun campuran untuk
anhydrous alkohol yang berasal dari fermentasi
otomotif.
jagung, sorgum, sagu atau nira tebu (tetes) dan
Pembeda dalam memilih tanaman penghasil
sejenisnya. Bio-oil merupakan minyak nabati
BBN antara lain nilai-nilai bakar hasil
murni atau dapat disebut minyak murni, tanpa
minyaknya, yang parameternya dapat berupa :
adanya perubahan kimia, dan dapat disebut juga
titik bakar, kekentalan, nilai kalori dan lainnya
”pure plant oil” atau ”straight plant oil”, baik
(Tabel 1).
yang belum maupun sudah dimurnikan atau
Selain nilai bakar minyak tersebut, pemilihan
disaring. Bio-oil dapat disebut juga minyak
jenis tanaman penghasil BBN juga atas
murni. Oleh karena itu, bahan bakar nabati
pertimbangan penggunaan sehari-hari hasil
adalah semua bentuk minyak nabati, yang dapat
tanaman tersebut, antara lain pilihan antara
dimanfaatkan untuk bahan bakar, baik dalam
untuk pangan atau pakan dan lainnya.
bentuk esternya (biodiesel) atau anhydrous
Berdasarkan hal ini maka BBN asal jarak pagar
alkoholnya (bioetanol) maupun minyak nabati
memiliki beberapa kelebihan. Keuntungan yang
murninya (Pure Plant Oil atau PPO). Dengan
dimiliki jarak pagar dibandingkan dengan
beberapa persyaratan tertentu, biodiesel dapat
tanaman lainnya karena tanaman ini hanya
menggantikan solar, bioetanol dapat
memiliki sedikit fungsi lain dan terbatas,
menggantikan premium, sedangkan bio-oil dapat
sehingga persaingan penggunaanya juga
menggantikan minyak tanah.
terbatas. Berbeda dengan tanaman lainnya
Ketersediaan energi fosil yang semakin
seperti kelapa sawit, ubikayu, sorgum dan
langka juga menyebabkan prioritas mengarah
kelapa, memiliki fungsi lain yang sangat penting
Bahan Bakar Nabati Asal Tan. Perkebunan Sebagai Alternatif Pengganti Minyak Tanah Untuk RT (Bambang Prastowo) 13
(Allulerung et al., 2006a). Luasan tersebut tentu Semakin banyaknya produksi biodiesel dan
saja harus dikoreksi lagi dengan lahan yang mahalnya metanol akan menjadi kendala
sudah digunakan untuk keperluan lain. Jenis tersendiri. Jika tujuannya adalah membantu
tanaman perkebunan lainnya tidak diketahui masyarakat kelas rendah pengguna minyak
secara pasti luasnya, tetapi secara umum tanah, maka minyak murni menjadi pilihan,
beberapa jenis tanaman pada Tabel 2 mudah karena pengguna utama biodiesel adalah sektor
dijumpai di banyak tempat di Indonesia, kecuali transportasi, termasuk masyarakat kelas
kacang brazil, zaitun, kacang pekan, jojoba dan menengah ke atas penggunan kendaraan
makadamia. Di beberapa tempat bahkan ada bermotor. Secara nasional memang penggunaan
yang sudah memanfaatkan tanaman perkebunan bahan bakar minyak asal fosil (BBM) adalah
untuk menghasilkan biodiesel maupun produk sektor transportasi. Jadi juga tidak salah jika
kesehatan (Alullerung, 2006b). pemerintah ingin mengatasi hal ini.
Pengertian ilmiah paling umum dari istilah Kedua pilihan di atas masing-masing
‘biodiesel’ mencakup sembarang (dan semua) memiliki kendala dan persyaratan. Untuk
bahan bakar mesin diesel yang terbuat dari menggantikan minyak tanah, penggunaan
sumber daya hayati atau biomassa (Soerawidjaja, minyak murni belum dikenal secara luas oleh
2006). Cara pembuatan biodiesel yang paling masyarakat. Minyak murni terutama asal jarak
umum adalah reaksi transesterifikasi antara pagar masih mengandung ”gum” yang biasanya
minyak-lemak dengan suatu alkohol monohidrik menghasilkan kerak sisa pembakaran yang
dengan bantuan katalis yang bersifat basa seperti cukup nyata, yang dapat menyebabkan spuyer
kalium (natrium) metoksida atau hidroksida. Di atau nozzle buntu. Titik bakar yang cukup tinggi
antara alkohol-alkohol monohidrik yang menjadi dari minyak murni, memerlukan proses
kandidat sumber (pemasok) gugus alkil, adalah pembakaran tertentu untuk menghasilkan
metanol (metil alkohol) karena paling umum penyalaan yang baik. Oleh karena itu,
digunakan, harganya murah dan reaktifitasnya penggunaan minyak murni memerlukan
paling tinggi. Jadi, biodiesel praktis identik peralatan atau kompor khusus, yang sebenarnya
dengan ester metil asam-asam lemak (fatty acids tidak terlalu sulit untuk dibuat dan dicoba-coba.
methyl ester, FAME). Namun, jika etanol (kering) Menurut sifatnya, maka minyak murni harus
lebih mudah diperoleh (tersedia), seperti dalam bentuk kabut atau uap agar dapat terbakar
misalnya di Brazil karena sudah sangat kuat dan secara baik. Jadi minyak harus mendapat tekanan
majunya industri bioetanol di sana, biodiesel yang cukup sebelum pembakaran, kemudian
dapat juga dibuat dari alkohol. Proses disemprotkan bersamaan dengan proses
transesterifikasi untuk pembuatan biodiesel pemanasan awalnya sehingga kabut atau uap
sangat mudah dilakukan, asalkan minyak- minyak dapat terbakar secara baik. Hal ini
lemaknya merupakan minyak (lemak) mulus memerlukan kompor yang memiliki tabung
(refined fatty oil, kadar air < 0,3 %-berat, angka bertekanan cukup (sekitar 2 – 3 bar). Kompor
asam ≤ 1 mg-KOH/gram) (Soerawidjaja, 2006). semacam ini sudah banyak digunakan oleh para
penjual jajanan atau kaki lima, tetapi biasanya
Penggunaan Minyak Murni Sebagai Alternatif menggunakan minyak tanah. Sifat fisikokimia
Pengganti Minyak Tanah untuk Rumah Tangga yang berbeda menyebabkan kompor semacam ini
harus dimodifikasi agar dapat digunakan untuk
Penggunaan langsung minyak murni BBN dalam bentuk minyak murni.
maksudnya adalah penggunaan minyak hasil Reksowardojo et al. (2006) pernah mencoba
tanaman (pure plant oil atau crude oil) tanpa perlu memodifikasi kompor tekan yang awalnya untuk
proses transesterifikasi. Proses transesterifikasi minyak tanah. Hasilnya menunjukkan bahwa
memerlukan biaya tambahan dibandingkan jika untuk penyalaan awal memang lebih lama
hanya menggunakan minyak murni. Pembuatan dibandingkan jika menggunakan minyak tanah.
biodiesel melalui proses transesterifikasi Hal ini wajar, karena titik bakar minyak jarak
memerlukan metanol sebagai katalisator. lebih tinggi dibandingkan minyak tanah.
Bahan Bakar Nabati Asal Tan. Perkebunan Sebagai Alternatif Pengganti Minyak Tanah Untuk RT (Bambang Prastowo) 15
A B C D
Gambar 1. (A) Kompor Sumbu Minyak Tanah, (B) Kompor Bertekanan yang biasanya untuk minyak tanah dioperasaikan menggunakan
minyak kelapa, pembakaran kurang baik dan berjelaga, (C) Kompor bertekanan rancangan Universitas Hohenheim, bisa
menggunakan
kompor sumbu sebenarnya sudah ada yang berturut-turut lebih rendah 120 kali dan 15
sudah mampu menghasilkan pembakarannya, kalinya (Stumpf dan Muhlbauer, 2002). Oleh
misalnya Butterfly Brass dan sejenisnya yang karena itu, selain ramah lingkungan karena
sudah umum dijumpai, juga kompor Gasmit dari rendah emisi, pengurangan pengggunaan bahan
Bandung, tetapi keduanya umumnya masih bakar kayu oleh masyrakat di pinggir hutan
menggunakan minyak tanah. Beberapa hal masih merupakan sumbangan nyata dalam menjaga
harus dikaji lebih mendalam, antara lain kelestarian hutan. Hal ini berarti juga turut
kesesuaian suatu jenis kompor bertekanan jika membantu dalam rangka mengurangi percepatan
digunakan dengan beberapa jenis BBN dari perubahan iklim akibat penggundulan hutan.
tanaman yang berbeda (kelapa sawit, kelapa atau Selain berbagai kelebihannya, kompor
jarak pagar), karena ketiga jenis BBN ini masih bertekanan yang teruji baik khusus untuk bahan
menghasilkan kerak di dalam pipa penyaluran bakar nabati memang belum tersedia secara luas
BBN sebelum sampai ke spuyer. Jenis kompor di masyarakat, apalagi kompor rancangan
lain yang langsung menggunakan bahan bii jarak Universitas Hohenheim tersebut (Gambar 1).
pagar juga pernah dicoba, antara lain kompor Pada tingkat percobaan sederhana dan parsial,
dengan bahan bakar berupa pasta biji jarak yang berbagai kalangan secara sendiri-sendiri sudah
dijumpai di Lombok, Nusa Tenggara Barat dan mencobanya. Berdasarkan komunikasi langsung,
juga kompor Hanjuang2 yang menggunakan biji pihak-pihak tersebut misalnya Puslitbang
jarak pagar tetapi dengan pemanasan awal. Perkebunan Deptan, Balai Besar Pengembangan
Berdasarkan gambaran pisiknya, nyala api Mekanisasi Pertanian Deptan, anggota
berwarna merah dan masih berasap, suatu hal Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI)
yang menandakan bahwa pembakarannya dan oleh para peneliti di ITB Bandung
kurang sempurna. Secara keseluruhan, teknologi (Reksowardojo, 2005).
untuk kompor tekan untuk BBN semacam ini Kompor bertekanan rancangan Universitas
lebih baik dan sudah hampir siap dimanfaatkan Hohenheim yang sudah teruji jika menggunakan
secara masal oleh masyarakat untuk minyak nabati murni tersebut belum tersedia,
menggantikan minyak tanah dengan BBN. namun saat ini sedang dalam tahap uji
Penggunaan minyak asal tanaman juga laboratorium dan uji adaptasi di Indonesia oleh
sangat ramah lingkungan. Emisi hidrokarbon Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan.
dari penggunaan kompor bertekanan dengan Percobaan adaptasi kompor bertekanan tersebut
bahan bakar nabati adalah 370 kali lebih rendah perlu segera dituntaskan dan diformulasikan
dibandingkan dengan pembakaran langsung hasilnya, jika perlu dilanjutkan dan yang lebih
(kayu maupun bahan bakar minyak), sedangkan penting dalam waktu yang tidak terlalu lama
emisi karbon monoksida dan nitrogen oksidanya seharusnya segera dimasyarakatkan, termasuk
fabrikasinya di daerah-daerah, baik itu kompor
2 Dari komunikasi milist Masyarakat Energi Terbarukan
rancangan luar negeri maupun dari Indonesia
Indonesia (METI), Juli 2007 sendiri. Penggunaan bahan bakar nabati asal
Bahan Bakar Nabati Asal Tan. Perkebunan Sebagai Alternatif Pengganti Minyak Tanah Untuk RT (Bambang Prastowo) 17
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. 2006. Rockefeller Foundation.
Kebijakan Energi Nasional dan Soerawidjaja, Tatang H. 2006. Energi Alternatif
Pengembangan Biofuel. Losari. Jabar. Dari Kelapa. Dalam Elna K., Henky TL,
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian. 2006. Iis NM, Ketut Ardana dan Susilowati
Program Aksi Penyediaan dan (Ed.). Konferensi Nasional Kelapa VI
Pemanfaatan Energi Alternatif. Jakarta. 2006. Gorontralo. Puslitbangbun Bogor.
Menteri Pertanian. 2006. Pidato Pengarahan Pada Reksowardojo,IK. 2005. Kompor Minyak Jarak
Pembukaan Lokakarya Pagar. Ilmu dan Teknologi. Koran
Status Teknologi Jarak Pagar di Badan Litbang Tempo 5 Desember 2005 : C6-C7
Pertanian. Jakarta. Reksowardojo, IK., A. Surachman, Tri Sigit.P,
Muhlbauer, W., A. Esper ., E. Stumpf ., R. Ibrahim, T. H. Soerawidjaja, T. P.
Baumann, 1998, “Rural Energy, Equity Brodjonegoro. 2006. Pemakaian Minyak Jarak
and Employment: Role of Jatropha Curcasʺ, Pagar (Jatropha curcas l.) pada Kompor
Institute for Agricultural Engineering in Bertekanan. Makalah pada Seminar
the Tropics and Subtropics, Hohenheim Nasional Mekanisasi Pertanian dan
University, Stuttgart, Germany. Bioenergi untuk Industri Pertanian tgl 29-
Müller J, Kratzeisen M, Weis K, Stumpf E, 30 November 2006 di Bogor.
Mühlbauer W. 2006. Jatropha Curcas Stumpf, E., A. Esper., R. Baumann.,W.
Derivatives as Alternative Energy Source for Muhlbauer, 1998, “Plant Oil-based
Households. Makalah pada Lokakarya II Cooking Stove: Primary Research Results”,
Status Teknologi Jarak pagar. 29 Institute for Agricultural Engineering in
November 2006. Puslitbang Perkebunan. the Tropics and Subtropics, Hohenheim
Bogor. University, Stuttgart, Germany.
Lide, D.R. and H.P.R. Frederikse. 1995. CRC Rajvanshi, Anil K., S M Patil and B. Mendoca.
Handbook of chemistry and 2004. Development of Stove
physics. CRC Press, Boca Raton, USA. Dalam Running on Low Ethanol Concentration. NARI.
Mühlbauer, W., A. Esper, E. Stumpf and Nov. 2004. India
R. Baumann. 1998. Plant Oil-based Stumpf E. and Muhlbauer W. 2003. Plant Oil As
Cooking Stove – A Technology Update. Cooking Fuel: Development of a
Makalah dalam Workshop Rural Energy, Household Stove for tropical and
Equity and Employment : Role of Subtropical Countries. Institute for
Atrophy Curcas. Harare, Zimbabwe, 13 – Agricultural Engineering in the Tropics
15 May 1998. Scientific and Industrial and Subtropical Hohenheim University.
Research and Development Centre Http://bagani.de
(SIRDC). The Rockefeller Foundation. Stumpf E. and W. Muhlbauer. 2002. Plant-oil
Mühlbauer, W., A. Esper, E. Stumpf and R. Cooking Stove for Developing
Baumann. 1998. Plant Oil-based Countries.Boiling Point 48. p37.
Cooking Stove – A Technology Update. Makalah Shastri, CM, G Sangeetha and NH Ravindranath.
dalam Workshop Rural Energy, Equity 2002. Desimination of Efficient
and Employment : Role of Atrophy ASTRAStove: Case Study of a Successful
Curcas. Harare, Zimbabwe, 13 – 15 May Entreprenuer in Sirsi India. Energy for
1998. Scientific and Industrial Research Sustainable Development. 6(2). June,
and Development Centre (SIRDC). The 2002. p63-67