Anda di halaman 1dari 3

Penatalaksanaan Penyakit Menular di Komunitas/Masyarakat

UUD 1945, Pasal 28 H, mengamanatkan setiap orang berhak atas hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan. Kemudian dalam Pasal 34 ayat (3) UUD 45, diatur mengenai
tanggung jawab negara atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitasi pelayanan
umum yang layak. Dalam Pasal 34 ayat (3) UUD 45, diatur mengenai tanggung jawab negara atas
penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitasi pelayanan umum yang layak.

Undang-Undang No. 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit menular

Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, bahwa hak hidup
sehat jasmani dan rohani, terbebas dari penyakit dan ancaman penyakit merupakan hak dasar yang
harus dipenuhi.

Undang-Undang No. 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Pelayanan Kesehatan merupakan
bagian dari pelayanan publik sehingga penanganan wabah penyakit menular harus memenuhi
asas-asas pelayanan publik.

Undang-undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS),
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program
Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga (PIS PK), dan Peraturan Pemerintah Nomor 2
Tahun 2018 Standar Pelayanan Minimal provinsi.
Upaya pencegahan dan pengendalian penyakit menular melalui pendekatan keluarga dan
GERMAS diarahkan pada upaya to detect (deteksi) yang merupakan upaya deteksi dan diagnosis
dini penyakit; to prevent (mencegah) yang merupakan upaya untuk untuk mengendalikan faktor
risiko terjadinya penyakit; upaya to response (merespon) yang dilakukan dengan menangani
kejadian penyakit, penggerakan masyarakat, dan pelaporan kejadian penyakit; to protect
(melindungi) yang merupakan upaya untuk melindungi masyarakat dari risiko terpapar penyakit
menular dan tidak menular; dan to promote (meningkatkan) yang merupakan upaya untuk
meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat sehingga tidak mudah terpapar penyakit menular
dan tidak menular. (Ditjen P2P, 2018)

Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara
terpadu, terintegrasi, dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan
penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat.
Penanggulangan Wabah adalah upaya-upaya dalam pemberantasan wabah yang meliputi
kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan/atau rehabilitatif serta upaya pencegahan penyebaran
wabah antar daerah dan/atau pemberantasan wabah di dalam lingkungan. (Sutrisna, 2013)
1. Pencegahan Primer
Upaya promotif adalah upaya yang dilakukan melalui penyuluhan, informasi dan edukasi tentang
hidup sehat dan aktifitas yang tepat untuk mencegah kondisi sehat.
Upaya preventif primer adalah upaya melalui imunisasi, edukasi dan penanganan yang tepat
pada kondisi sehat untuk mencegah sakit /penyakit.

Contoh pencegahan primer adalah:


a. Angka kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh penyakit menular dapat menurun
dengan pemberian imunisasi untuk mencegah penyakit seperti polio, campak, difteri,
pertusis, hepatitis B, dan tetanus baik pada maternal maupun neonatal.
b. Pengendalian HIV-AIDS diantaranya adalah dengan persiapan yang cukup baik, dengan
melakukan deteksi dini yang mencakup tata laksana penanganan pasien, tenaga
kesehatan, pelayanan kesehatan (khususnya Rumah Sakit), dan laboratorium kesehatan.
Setidaknya terdapat empat laboratorium yang sudah terakreditasi dengan tingkat
keamanan biologi 3 (BSL 3), yakni Laboratorium Badan Litbang Kesehatan, Institute of
Human Virology and Cancer Biology (IHVCB) Universitas Indonesia, Institut Penyakit
Tropis Universitas Airlangga, dan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman. Sampai Maret
2015 tercatat sudah 1.377 Layanan Konseling dan Tes HIV Sukarela (KTS), 500 Layanan
PDP(Perwatan, Dukungan dan Pengobatan) yang aktif melakukan pengobatan ARV,
terdiri dari 352 RS Rujukan dan 148 Satelit, 91 Layanan PTRM (Program Terapi
Rumatan Metadon), 1.082 Layanan IMS (Infeksi Menular Seksual), 131 Layanan PPIA
(Pencegahan Penularan Ibu ke Anak) dan 223 Layanan yang mampu melakukan Layanan
TB-HIV.
c. Pengendalian Hepatitis strategi utamanya adalah melaksanakan upaya peningkatan
pengetahuan dan kepedulian, pencegahan secara komprehensif, pengamatan penyakit dan
pengendalian termasuk tatalaksana dan peningkatan akses layanan.
d. Program pemasangan kelambu di Indonesia bagian timur untuk mencegah malaria.
e. Upaya pengendalian kecacingan dengan strategi pemberian obat cacing massal dilakukan
secara terintegrasi dengan Program Gizi melalui pemberian vitamin A pada anak usia dini
dan melalui Program UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) untuk anak usia sekolah.
2. Pencegahan Sekunder

Upaya pencegahan sekunder adalah upaya yang dilakukan terhadap pasien yang sakit agar
penyakitnya tidak bertambah berat.
Contoh pencegahan sekunder adalah:
a. Pengobatan TB yang merupakan salah satu komponen pencegahan penularan TB
memerlukan sejumlah besar sumber daya dari masyarakat dan membutuhkan peran dari
pemerintah serta asuransi.
b. Diagnosa dan pengobatan pneumonia balita.
c. Skrening kasus-kasus malnutrisi, stunting, anemia bisa disebabkan oleh karena
kecacingan
d. Dalam rangka akselerasi Pengendalian Zoonosis telah dibentuk Komisi Nasional
Pengendalian Zoonosis melalui PERPRES No.30 Tahun 2011 tentang Pengendalian
Zoonosis, misalnya penyakit antraks.
3. Pencegahan Tersier
a. Upaya pencegahan tersier adalah upaya yang dilakukan terhadap pasien yang sakit berat
agar tidak menjadi cacat, penanganan melalui paduan intervensi medik, keterapian fisik,
dan upaya rehabilitatif untuk mengatasi penyakit /kondisi sakit untuk mengembalikan dan
mempertahankan kemampuan fungsi.
b. Upaya yang dilakukan dengan penanganan melalui paduan intervensi medik, keterapian
fisik, dan upaya rehabilitatif lainnya melalui pendekatan psiko-sosial-edukasi-okupasi-
vokasional untuk mengatasi penyakit/ kondisi sakit yang bertujuan mengembalikan dan
mempertahankan kemampuan fungsi, meningkatkan kemampuan beraktifitas.
Contoh prevensi tersier adalah adanya layanan konseling VCT untuk penderita ODHA

Anda mungkin juga menyukai