Anda di halaman 1dari 3

Penggunaan Transportasi Umum dalam Rangka Mengurangi Polusi Udara

Pada saat ini, polusi udara sudah menjadi ancaman bagi kehidupan makhluk hidup di bumi.
Kualitas udara di Indonesia sendiri belum bisa dikatakan baik. Bahkan, menurut data dari
AirVisual, polusi udara Jakarta pada Sabtu, 10 Agustus 2019, menempati posisi tertingi ketiga di
dunia. Laman resmi AirVisual mencatat konsentrasi PM 2,5 di udara Jakarta saat ini mencapai
92,4 mikrogram per meter kubik. Angka tersebut jauh di atas jumlah standar konsentrasi udara
menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) yakni 25 mikrogram per meter kubik dalam jangka
waktu 24 jam.

Penyebab utama terjadinya polusi udara tak lain adalah karena ulah manusia. Menurut pernyataan
Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, emisi kendaraan bermotor menyumbang sekitar 75%
polusi udara di ibu kota. Semua itu tentu berdampak kembali bagi kehidupan makhluk hidup yang
ada disekitarnya.

Emisi yang dihasilkan kendaraan bermotor memiliki dampak negatif bagi kesehatan manusia.
Beberapa kerugian yang ditimbulkan oleh emisi gas bagi kesehatan antara lain memicu hipertensi,
iritasi mata, Infeksi Saluran Pernapasan (ISPA), tenggorokan gatal dan batuk-batuk, hingga
menurunan kecerdasan otak.

Tak hanya bagi manusia, dampak negatif dari emisi gas kendaraan bermotor juga mempengaruhi
keadaan lingkungan. Di dalam emisi kendaraan bermotor, terdapat kandungan – kandungan yang
cukup riskan jika berkenaan dengan lingkungan, diantaranya hidrokarbon (HC), karbon
monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), oksigen (O2), dan senyawa Nitrogen Oksida (NOx).
Kandungan-kandungan tersebut berada di udara dan menimbulkan reaksi tertentu setelah
bercampur dengan senyawa lain, seperti sinar matahari dan uap air, atau juga antara senyawa-
senyawa tersebut satu sama lain. Reaksi tersebut menghasilkan produk akhir yang dapat lebih aktif
atau lebih lemah dibandingkan senyawa aslinya. Senyawa-senyawa inilah yang akhirnya dapat
masuk ke tanah bersama air hujan atau mengendap bersama debu, dan mengkontaminasi tanah dan
air. Hal ini cenderung membuat kondisi tanah dan air menjadi asam. . Kandungan –kandungan
berbahaya tersebut tentu dapat masuk ke dalam bahan pangan dan berdampak kembali kepada
kesehatan kita.
Selain pada rantai makanan, emisi gas kendaraan bermotor juga mempengaruhi keadaan atmosfer.
Efek rumah kaca yang terjadi saat ini diperparah dengan emisi kendaraan bermotor. Panas
matahari yang seharusnya dipantulkan kembali ke angkasa terhalang oleh senyawa – senyawa
yang terkandung dalam emisi kendaraan bermotor. Akibatnya, suhu bumi menjadi semakin panas.
Peristiwa inilah yang sering kita sebut dengan pemanasan global/global warming.

Banyaknya jumlah kendaraan bermotor yang beredar saat ini menyebabkan emisi kendaraan
bermotor semakin banyak pula. Menurut Vice President Corporate Development PT Pertamina
Lubricants, Mohamad Zuchri, jumlah kendaraan roda dua di Indonesia saat ini telah mencapai
137,7 juta unit. Sedangkan menurut data Badan Pusat Statistik, jumlah kepemilikan mobil di
Indonesia telah mencapai 24,6 juta unit, yang terdiri dari 15,8 juta unit mobil penumpang, dan 8,8
juta bus dan truk di tahun 2019. Jumlah tersebut bahkan melebihi setengah dari jumlah penduduk
di Indonesia.

Meskipun telah menyadari bahaya emisi gas kendaraan bermotor, pada realitas saat ini, masyarakat
cenderung memilih kendaraan pribadi daripada kendaraan umum. Dengan kepentingan yang
berbeda-beda, masyarakat tentu lebih memilih kendaraan pribadi sebagai alat transportasi mereka.
Kurang pahamnya masyarakat tentang rute transportasi umum juga menyebabkan masyarakat
lebih memilih transportasi online maupun pribadi.

Dalam mengatasi hal ini, pemerintah tentu telah menawarkan berbagai solusi. Di ibu kota,
Pemerintah Kota Jakarta telah mengagas Moda Raya Terpadu Jakarta (MRT), yang merupakan
sistem transportasi transit cepat menggunakan kereta rel listrik di Jakarta. MRT tentu sangat
membantu mobilitas para pekerja yang tinggal cukup jauh dari tempat mereka bekerja. Selain itu,
fasilitas yang disediakan pun berstandar internasional. Sebagai contoh, di dalam stasiun terdapat
fasilitas eskalator, elevator, ruang pertolongan pertama, ruang menyusui, toilet umum, Platform
Screen Door (PSD), tempat duduk, station front office untuk layanan penumpang (customer
services), ticket sales office (TOM), public announcement, serta tactile untuk penyandang
disabilitas

Tak hanya di ibukota, Kota Bandung juga memiliki kebijakan-kebijakan tertentu dalam mengatasi
emisi kendaraan bermotor. Dalam lima tahun terakhir, Kota Bandung telah memiliki banyak
program untuk menggaet pengguna kendaraan pribadi agar beralih menggunakan angkutan kota
(angkot). Beberapa program inovasi pemerintah mulai dimunculkan seperti Jumat Ngangkot,
layanan angkot berbasis daring dengan menggandeng aplikasi Hayu Ngangkot, dan juga bus
sekolah.

Jumat Ngangkot merupakan gerakan untuk mendukung penggunaan transportasi publik yang
digagas oleh Dinas Perhubungan Kota Bandung. Gerakan ini dilakukan setiap hari Jumat dengan
harapan dapat mengurangi kemacetan dan polusi udara yang diakibatkan oleh kendaraan
bermotor.

Selain Jumat Ngangkot, Pemkot Bandung juga menghadirkan pelayanan transportasi publik
berbasis aplikasi bernama “Hayu Ngangkot”. Lewat aplikasi Hayu Ngangkot, masyarakat bisa
memesan angkot hanya dengan menggunakan smartphone android. Saat ini setidaknya ada 30 unit
angkot yang beroperasi menggunakan aplikasi tersebut. Puluhan angkot itu akan melayani
sejumlah trayek di Kota Bandung baik untuk penumpang atau barang. Dengan tarif Rp 40.000 per
10 kilometer untuk satu unit angkot, masyarakat sudah bisa menkmati akses angkutan umum
dengan harga yang cukup terjangkau.

Untuk para pelajar, Pemerintah Kota Bandung telah menyediakan bus sekolah gratis bagi seluruh
pelajar di Kota Bandung. Bus sekolah ini memiliki tiga shift, yaitu pagi, siang, dan sore. Selain
itu, terdapat empat rute, yaitu Antapani - Ledeng (PP), Dago - Leuwipanjang (PP), Cibiru -
Cibeureum (PP), dan Cibiru - Asia Afrika (PP).

Pemerintah Kota Bandung juga berencana menyediakan bus ramah kaum disabilitas berikut
shelternya guna memberikan pelayanan prima bagi setiap penumpang. Pihak dari Plh Kota
Bandung juga telah menyiapkan satu bus dan menargetkan berjalannya program bus ramah
disabilitass ini di tahun 2019.

Program – program pemerintah tersebut hanya akan berjalan dengan baik jika masyarakat
mendapat wawasan yang lebih mengenai gentingnya tingkat polusi udara saat ini. Perlu adanya
sosialisasi dan pola pikir masyarakat yang terbuka agar pelaksanaan program-program tersebut
berjalan secara efektif. Sudah saatnya masyarakat menaruh perhatian kepada fasilitas – fasilitas
umum yang telah disediakan oleh pemerintah, terutama dalam transportasi publik. Tak hanya
untuk memaksimalkan penggunaannya, tetapi juga untuk menyelamatkan bumi kita sebagai rumah
bagi generasi kita dan anak-cucu kita kelak.

Anda mungkin juga menyukai