Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH ILMU GIZI

GIZI PADA LANSIA

DOSEN PEMBIMBING:

A.A. Istri Mas Padmiswari,A.Si.,M.Si

DISUSUN OLEH:

1. Eva Mahalia Nabillah S (18D10009)


2. Hipzah Padila (18D10013)
3. Kadek Ary Swandewi P (18D10021)
4. Nabilah Puti Wishal (18D10028)
5. Ni Ketut Ayu Prabawati (18D10033)
6. Puja Sucianti (18D10043)
7. Wahida Pratiwi (18D10053)

PRODI D-IV KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI


INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nyah sehingga penulisan makalah tentang “Tumor
Esophagus” dapat di selesaikan tepat waktu. Adapun penulisan makalah ini sebagai
tugas kelompok untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Gizi.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penulisan makalah ini. Tanpa adanya bantuan dari semua pihak makalah ini
tidak akan selesai pada tepat waktu.
Dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu
kami masih membutuhkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.
Semoga dengan adanya makalah ini bisa bermanfaat bagi semua pihak. Amin.

Denpasar , 1 Oktober 2019

Anggota kelompok

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. 2
DAFTAR ISI............................................................................................................................ 3
BAB I ........................................................................................................................................ 5
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 5
A. Latar Belakang ............................................................................................................ 5
B. Rumusan masalah ....................................................................................................... 6
C. Tujuan .......................................................................................................................... 6
BAB II ...................................................................................................................................... 7
PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 7
A. Perubahan Yang Dapat Terjadi Pada Lansia .......................................................... 7
a. Perubahan anatomi dan fisiologi ............................................................................... 7
b. Alat indera................................................................................................................. 7
c. Saluran cerna/digestif................................................................................................ 8
d. Metabolisma .............................................................................................................. 8
e. Ginjal......................................................................................................................... 8
f. Fungsi jaringan.......................................................................................................... 9
B. Keadaan Gizi Lansia................................................................................................... 9
a. definisi lansia ............................................................................................................ 9
b. kekurangan dan kelebihan gizi pada lansia ............................................................... 9
C. Pemantauan Status Gizi Pada Lansia ..................................................................... 11
D. Pedoman Umum Gizi Seimbang Untuk Lansia...................................................... 12
E. Kebutuhan Gizi Pada Lansia ...................................................................................... 13
F. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Gizi Pada Lansia .......................................... 14
G. Sajian Lengkap Gizi Bagi Lansia ............................................................................... 15
H. Menu Sehat Bagi Lansia.............................................................................................. 21
I. Langkah –langkah Hidup Sehat Untuk Lansia ...................................................... 24
BAB III................................................................................................................................... 27
PENUTUP.............................................................................................................................. 27

3
A. Kesimpulan ................................................................................................................ 27
B. Kritik dan Saran ....................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 29

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap mahluk hidup membutuhkan makanan untuk mempertahankan
kehidupannya, karena didalam makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh
untuk melakukan kegiatan metabolismenya. apabiala seseorang berhasil mencapai usia
lanjut, maka salah satu upaya utama adalah mempertahankan atau membawa status gizi
yang bersangkutan pada kondisi optimum agar kualitas hidupan yang bersangkutan
tetap baik. Perubahan ststua gizi pada lansia disebabkan perubahan lingkungan maupun
kondisi kesehatan.

Perubahan ini akan makin nyata pada kurun usia dekade 70-an. Faktor
lingkunagn antara lain meliputi perubahan kondisi sosial ekonomi yang terjadi akibat
memasuki masa pensiun dan isolasi sosial berupa hidup sendiri setelah pasangannya
meninggal. Faktor kesehatan yang berperan dalan perubahan status gizi antara lain
adalah naiknya insidensi penyakit degenerasi maupun non-degenerasi yang berakibat
dengan perubahan dalam asupan makanan, perubahan dalam absorpsi dan utilisasi zat-
zat gizi di tingkat jaringan, dan beberapa kasusu dapat disebabkan oleh obat-obat
tertentu yang harus diminim para lansia oleh karena penyakit yang sedang dideritanya.

Bagi lansia pemenuhan kebutuhan gizi yang diberikan dengan baik dapat
membantu dalam proses beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan perubahan-
perubahan yang dialaminya selain itu dapat menjaga kelangsungan pergantian sel-sel
tubuh sehingga dapat memperpanjang usia. Kebutuhan kalori pada lansia berkurang
karena berkurangnya kalori dasar dari kebutuhan fisik. Kalori dasar adalah kalori yang
dibutuhkan untuk malakukan kegiatan tubuh dalam keadaan istirahat, misalnya untuk
jantung, usus, pernafasan dan ginjal.

5
B. Rumusan masalah
1. Apa Perubahan Yang Dapat Terjadi Pada Lansia?
2. Bagaimana Keadaan Gizi Lansia?
3. Bagaimana Pemantauan Status Gizi Pada Lansia?
4. Bagaimana Pedoman Umum Gizi Seimbang Untuk Lansia?
5. Bagaimana Kebutuhan Gizi Pada Lansia?
6. Apa saja Kebutuhan Gizi Pada Lansia?
7. Apa saja Sajian Lengkap Gizi Bagi Lansia?
8. Apa saja Menu Sehat Bagi Lansia?
9. Apa Langkah –langkah Hidup Sehat Untuk Lansia?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Perubahan Yang Dapat Terjadi Pada Lansia
2. Untuk mengetahui Keadaan Gizi Lansia
3. Untuk mengetahui Pemantauan Status Gizi Pada Lansia
4. Untuk mengetahui Pedoman Umum Gizi Seimbang Untuk Lansia
5. Untuk mengetahui Kebutuhan Gizi Pada Lansia
6. Untuk mengetahui Kebutuhan Gizi Pada Lansia
7. Untuk mengetahui Sajian Lengkap Gizi Bagi Lansia
8. Untuk mengetahui Menu Sehat Bagi Lansia
9. Untuk mengetahui Langkah –langkah Hidup Sehat Untuk Lansia

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perubahan Yang Dapat Terjadi Pada Lansia


Gangguan gizi yang dapat muncul pada usia lanjut dapat berbentuk gizi kurang
maupun gizi lebih. Gangguan ini dapat menyebabkan munculnya penyakit atau terjadi
sebagi akibat adanya penyakit tertentu. Oleh karena itu langkah pertama yang harus
dilakukan adalah menetukan terlebih dahulu ada tidaknya gangguan gizi, mengevaluasi
faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan gizi serta merencakan bagaimana
gangguan gizi tersebut dapat diperbaiki

a. Perubahan anatomi dan fisiologi


Menua (aging) meruakan proses normal yang dimulai sejak konsepsi dan berakhir saat
kematian. Selam periode pertumbuhan, proses anabolisma melampaui proses
katabolisma. Pada saat tubuh sudah mencapai tingkat kematangan fisiologik, kecepatan
katabolisma atau proses degenerasi lebih besr daripada kecepatan proses regenerasi sel
(anabolisma). Akibat yang timbul adalah hilangnya sel-sel yang berdampak dalam
bentuk penurunan efisiensi dan gangguan fungsi organ(Whitney, Catalgo, Rolfes,
1987; Prodrabky, 1992). Dengan demikian menua ditandai dengan kehilangan secara
progresif lean body mass (jaringan aktif tubuh) dan perubahan-perubahan di semua
system di dalam tubuh manusia. Berikut ini adalah perubahan fisiologik yang
berhubungan dan mempengaruhi status gizi lansia.

b. Alat indera
Indera pengecap, pencium dan penglihatan menurun yang akan secara langsung dan
tak langsung mempengaruhi nafsu makan dan asuapan makanan. Papila pengecap
mulai mengalami atrofi pada usia 50 tahun, dari jumlah 245 pada anak menjadi hanya

7
88 pada usia 74-85 tahun. Terjadi penurunan sensitifitas terhadap rasa manis dan asin.
Selain itu muncul glossodyna atau nyeri pada lidah.

c. Saluran cerna/digestif
Terjadi perubahan-perubahan pada kemampuan disgesti dan absorbsi yang terjadi
sebagai akibat hilangnya opioid endogen dan efek berlebihan dari kolesistokin. Akibat
yang muncul adalah anoreksia. Penyakit periodonsia dan gigi palsu yang tidak tepat
akan makin memberikan rasa sakit dan tak nyaman saat mengunyah. Selain itu sekresi
ludah juga menurun hingga terjadi gangguan pengunyahan dan penelanan.
Hipoklorhidria yang terjadi oleh karena berkurangnya sel-sel parietal mukosa lambung
akan mengakibatkan penurunan absorpsi kalsium dan non-hem-iron.

Terjadi pula overgrowth bakteri yang akan menurunkan bioavailability B12,


malabsorbsi lemak, fungsi asam empedu yang menurun dan diare. Selain itu terjadi
penurunan motilitas usus, hiungga terjadi konstipasi.

d. Metabolisma
Pada lansia dapat terjadi penurunan toleransi glukosa yang akan mengakibatkan
kenaikan glukosa di dalam plasma sekitar 1,5 mg/dl untuk tiap dekade umur. Hal ini
terjadi mungkin karena penurunan produksi insulin atau karena respon jaringan terhadp
insulin yng menurun. Metabolisma basal (BM) menurun sekitar 20% antara usia 30-90
tahun. Hal ini terjadi karena berkurangnya lean body mass pada lansia.

e. Ginjal
Fungsi ginjal menurun sekitar 50 % antara usia 30-80 tahun. Reaksi respon asam basa
terhadap perubahan-perubahan metabolik melambat. Pembuangan sisa-sia
metabolisma protein dan elektolit yang harus dilakukan ginjal akan merupakan beban
tersendiri.

8
f. Fungsi jaringan
Pada usia sekitar 75 tahun, maka prosentsenya fungsi jaringan yang tertinggal adalah
82 % untuk cairan/air tubuh, 56% glomerulus, 63 % serat syaraf, 36 % taste buds dan
56 % berat otak.

B. Keadaan Gizi Lansia

a. definisi lansia
 Manusia lanjut usia  mereka yang telah berumur 65 tahun ke atas. Durmin
(1992) membagi lansia menjadi young elderly (65 – 74 tahun) dan older elderly
(75 tahun)
 Munro dkk.,(1987) mengelompokkan older elderly ke dalam 2 bagian, yaitu
usia 75 – 84 tahun dan 85 tahun
 Di Indonesia, M. Alwi Dahlan menyatakan bahwa orang dikatakan lansia jika
telah berumur di atas 60 tahun

b. kekurangan dan kelebihan gizi pada lansia


Terjadi kekurangan gizi pada lansia oleh karena sebab-sebab yang bersifat primer
maupaun sekunder. Sebab-sebab primer meliputi ketidaktahuan isolasi sosial, hidup
seorang diri, baru kehilangan pasangan hidup, gangguan fisik, gangguan indrera,
gangguan mental, kemiskinan dan iatrogenik. Sebab-sebab sekunder meliputi
gangguan nafsu makan/selera, gangguan mengunyah, malabsorpsi, obat-obatan,
peningkatan kebutuhan zat gizi serta alkoholisme. Ketidaktahuan dapat dibawa sejak
kecil atau disebabkan olah pendidikan yang sangat terbatas. Isolasi sosial terjadi pada
lansia yang hidup sendirian, yang kehilangan gairah hidup dan tidak ada keinginan
untuk masak.

9
Gangguan fisik terjai pada lansia yang mengalami hemiparese/hemiplegia,
artritis dan ganggun mata. Gangguan mental terjadi pada lansia yang dement dan
mengalami depresi. Kondisi iatrogenik dapat terjadi pada lansia yang mendapat diet
lambung untuk jangka waktu lama, hingga terjadi kekurangan vitamin C. selanjutnya
gangguan selera, megunyah dan malabsorbsi terjadi sebagi akibat penurunan fungsi
alat pencernaan dan pancaindera, sebagai akibat penyakit berat tertentu, pasca operasi,
ikemik dinding perut dan sensitifitas yang meningkat terhadap bahan makanan tertentu
seperti lombok, santan, lemak dan tepung ber ’gluten’(misalnya ketan). Kebutuhan
yang meningkat terjadi pada lansia yang mengalami keseimbangan nitrogen negatif
dan katabolisme protien yang terjadi pada mereka yang harus berbaring di tempat tidur
untuk jangka waktu lma dan yang mengalami panas yang tinggi.

Kondisi kekurangan gizi pada lansia dapat terbentuk KKP(kurang kalori protein)
kronik, baik ringan sedang maupun berat. Keadaan ini dapat dilihat dengan mudah
melalui penampilanumum, yakni adanya kekurusan dan rendahnya BB seorang lansia
dibanding dengan baku yang ada. Kekurangan zat gizi laing yang banyak muncul
adalah defisiensi besi dalam bentuk anemia gizi, defisiensi B1 dan B12.

Kelebihan gizi pada lansia biasanya berhubungan dengan afluency denga ngaya hidup
pada usia sekitar 50 tahun. Dengan kondisi ekonomi yang membaik dan tersedianya
berbagai makanan siap sji yang enak dan kaya energi. Utamany sumber lemak, terjadi
asupan makan dan zat-zat gizi melebihi kebutuhan tubuh. Keadaan kelbihan gizi yang
dimulai pada awal usia 50 tahun-an ini akan membawa lansia pada keadaan obesitas
dan dapat pula disertai dengan munculnya berbagai penyakit metabolisme seperti
diabetes mellitus dan dislipidemia. Penyakit-penyakit tersebut akan memerlukan
pengelolaan dietetik khusus yang mungkin harus dijalani sepanjang usia yang masih
tersisa.

10
C. Pemantauan Status Gizi Pada Lansia
Status gizi pada lansia dapat dinilai dengan cara – cara yang baku bagi berbagai
tahapan umur yakni penilaian secara langsung dan tak langsung. Penilaian secara
langsungdilakukan melaui pemeriksaan klinik, antropometrik, biokimia dan biofisik.

Di dalam melakukan pemeriksaan klinik perlu dibedakan tiga kelompok gejala yaitu:

 tanda-tanda yang dianggap mempunyai nilai dalam pemeriksaan gizi


 gejala-gejala yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut
 gejala-gejala yang tidak berhubungan dengan gizi

Tanda-tanda yang masuk ke tiga kategori dapat ditemukan di berbagai organ seperti
rambut, lidah, konjungtiva, bibir, kulit, hati, limpa dan sebagainya. Pemeriksaan
antropometrik adalah pengukuran variasi berbagai dimensi fisik dan komposisi tubuh
secara umum pada berbagai tahapan umur dan derajat kesehatan. Pemgukuran yang
dilakukan meliputi berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak di
bawah kulit. Semua hasil pengukuran tersebut harus dikontrol terhadap umur dan jenis
kelami. Dalam melakukan interpretasi, digunakan berbagai bahan baku (standard)
internasional maupun nasional seperti baku WHO, NCHC, Havard, dan sebagainya.

Perlu ditekankan disini bahwa pemeriksaan tinggi badan pada lansia dapat
memberikan nilai kesalahan yang cukup bermakna oleh karena telah terjadinya
osteoporosis pada lansia yang akan berakibat pada kompresi tulang-tulang columna
vertebral. Untuk itu para ahli sepakat bahwa sebagai gantinya tinggi badan dapat
dipakai panjang rentang tangan (armspan) dalam penentuan indeks massa tubuh (BMI)
(Rabe, Thamrin, Gross, Salomons, Schultink,1995). Ternyata korelasi koefisien antara
BMI dengan BMA (body mass-armspan) cukup tinggi yaitu 0,83 dan 0,81 untuk wanita
dan untuk pria dengan nilai p-0,001.

Pemeriksaan biokimia dapat dilakukan terhadap berbagai jaringan tubuh,


namun yang paling lazim, mudah dan praktis adalah darah dan urine. Zat-zat gii

11
tertentu dapat dievaluasi statusnya melalui pemeriksaan biokimiawi seoerti vitamin A,
besi, iodium protein dan sebagainya.Pemeriksaan biofisik dilakuakan misalnya
terhadap tulang untuk menilai derajat osteoporosis, jantung untuk kecurigaan beri-beri
dan smear terhadap mukosa organ tertentu.

Penimbangan Berat Badan

a. Penimbangan BB dilakukan secara teratur minimal 1 minggu sekali, waspadai


peningkatan BB atau penurunan BB lebih dari 0.5 Kg/minggu. Peningkatan BB
lebih dari 0.5 Kg dalam 1 minggu beresiko terhadap kelebihan berat badan dan
penurunan berat badan lebih dari 0.5 Kg /minggu menunjukkan kekurangan
berat badan.
b. Menghitung berat badan ideal pada dewasa :

Rumus : Berat badan ideal = 0.9 x (TB dalam cm – 100)

Catatan untuk wanita dengan TB kurang dari 150 cm dan pria dengan TB kurang dari
160 cm, digunakan rumus :

Berat badan ideal = TB dalam cm – 100

Jika BB lebih dari ideal artinya gizi berlebih Jika BB kurang dari ideal artinya gizi
kurang

D. Pedoman Umum Gizi Seimbang Untuk Lansia


Khusus untuk Indonesia, Departemen Kesehatan telah menerbitkan Pedman
Umum Gizi Seimbang (PUGS) (DepKes, 1995) yang berisi 13 pesan dasar gizi
seimbang bagi lansia dengan dasar PUGS dan dengan memeprtimbangkan
pengurangan berbagai resiko pentyakit degenerasi yang dihadapi para lansia.

12
1. Makanlah aneka ragam makanan

2. Makanlah sumber karbohidrat kompleks (serealia dan umbi)

3. Batasi minyak dan lemak secar berlebihan

4. Makanlah sumber zat besi secara bergantian antara sumber hewani dan nabati.

5. Minumlah air yang bersih, aman, dan cukup jumlahnya dan telah didihkan.

6. Kurangi konsumsi makanan jajanan dan minuman yang tinggi gula murni dan lemak.

7. Perbanyak frekuensi makanhewani laut dalam menu harian.

8. Gunakanlah garam berodium, namaun batasilah penggunaan garam secar berlebihan,


kurangi konsumsi makanan dengan pengawaet

E. Kebutuhan Gizi Pada Lansia

1. Kalori

Kebutuhan akan kalori menurun sejalan dengan pertambahan usia, karena metabolisme
seluruh sel dan kegiatan otot berkurang

2. Protein

Gersovitz (1982) menganjurkan asupan protein sebesar 1,0 g/kg berat badan/hari untuk
mempertahankan keseimbangan protein, Kebutuhan akan protein meningkat sebagai
tanggapan atas stress fisiologis seperti infeksi, luka baker, patah tulang dan
pembedahan

13
3. Karbohidrat

Karbohidrat yang dianjurkan untuk dikonsumsi adalah sekitar 55 – 60% dari kalori
total

4. Lemak

Asupan lemak dibatasi, batas maksimal 20 – 25% dari energi total. Kelebihan dan
kekurangan lemak diwujudkan dalam bentuk kadar kolesterol darah

5. Serat

Salah satu gangguan yang seringkali dikeluhkan oleh lansia adalah sembelit

Gangguan ini akan timbul manakala frekuensi pergerakan usus berkurang, yang
akhirnya memperpanjang masa transit tinja,hal ini terjadi karena kelemahan tonus otot
dinding saluran cerna akibat penuaan (kegiatan fisik berkurang) serta reduksi asupan
cairan dan serat

6. Vitamin

Meskipun tampak sehat, kekurangan sebagian vitamin dan mineral tetap berlangsung
pada lansia, dianjurkan untuk meningkatkan asupan vitamin B6, B12, vitamin D dan
asam folat

F. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Gizi Pada Lansia


1. Berkurangnya kemampuan mencerna makanan akibat kerusakan gigi atau ompong.

2. Berkurangnya indera pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap cita rasa


manis, asin, asam, dan pahit.

3. Esophagus/kerongkongan mengalami pelebaran.

14
4. Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.

5. Gerakan usus atau gerak peristaltic lemah dan biasanya menimbulkan konstipasi.

6. Penyerapan makanan di usus menurun.

G. Sajian Lengkap Gizi Bagi Lansia


Kecukupan makanan sehat sangat penting bagi para usia lanjut. Orang yang berusia 70
tahun, kebutuhan gizinya sama dengan saat berumur 50-an. Sayangnya, nafsu makan
mereka cenderung terus menurun. Karena itu, harus terus diupayakan konsumsi
makanan penuh gizi. Bertambahnya usia menyebabkan indra rasa menurun. Sebagai
kompensasi, banyak orang lanjut usia (lansia) memilih makanan yang rasanya sangat
manis atau asin. Padahal, penambahan gula hanya memberikan kalori kosong (tidak
ada nilai gizinya), sedangkan garam dapat meningkatkan tekanan darah.

Indra pencium dan penglihatan juga terganggu, sehingga mengakibatkan pemilihan


makanan yang berbau tajam atau minat terhadap makanan menurun. Perubahan emosi
karena depresi dan kesepian juga membuat nafsu makan menurun. Masalah gigi sering
dialami lansia, seperti gigi tanggal, gigi berlubang, dan gigi palsu yang tidak nyaman.
Kesemuanya ini berisiko menimbulkan kurang gizi.

15
Contoh Menu Lansia Dalam 1 Hari

Waktu Makan Pria (2200 kal) Wanita (1850 kal)

1 ½ gls nasi/ pengganti 1 gls nasi/ pengganti

1 butir telur (Telur Mata Sapi) 1 btr telur

Pagi 100 gr sayuran (Cah 100 gr sayuran


Kangkung)
1 gls susu skim
1 gls susu skim

Pukul 10.00 Snack/buah (Nagasari) Snack/buah

1 ½ gls nasi 1 gls nasi

50 gr daging/ikan/unggas 50 gr daging/ikan/unggas
(Pepes Ikan)

Siang 25 gr tempe/kacang-kacangan
25 gr tempe/kacang-kacangan
(Tempe bb Tomat)
150 gr sayuran
150 gr sayuran (Sayur Asem)
1 ptg buah
1 ptg buah (Semangka)

Snack/ buah
Pukul 17.00 Snack/ buah
(Bubur Kacang Hijau)

16
1 ½ gls nasi
1 gls nasi
50 gr daging/ikan/unggas
50 gr daging/ikan/unggas
(Basho Daging)
Malam 50 gr tahu
50 gr tahu (Hot Tahu)
150 gr sayuran
150 gr sayuran (Sup Sayur)
1 ptg buah
1 ptg buah (Pisang)

Nutrisi dan Mineral Yang Dapat Meningkatkan Sistem Imun Orang Tua

Nutrisi dan mineral-mineral yang dapat meningkatkan sistem imun orang tua antara
lain (Dickinson A, 2002) :

1. Beta-glucan.

Adalah sejenis gula kompleks (polisakarida) yang diperoleh dari dinding sel ragi roti,
gandum, jamur (maitake). Hasil beberapa studi menunjukkan bahwa beta glucan dapat
mengaktifkan sel darah putih (makrofag dan neutrofil).

2. Hormon DHEA.

Studi menggambarkan hubungan signifikan antara DHEA dengan aktivasi fungsi imun
pada kelompok orang tua yang diberikan DHEA level tinggi dan rendah. Juga wanita
menopause mengalami peningkatan fungsi imun dalam waktu 3 minggu setelah
diberikan DHEA.

17
3. Protein: arginin dan glutamin.

Lebih efektif dalam memelihara fungsi imun tubuh dan penurunan infeksi pasca-
pembedahan. Arginin mempengaruhi fungsi sel T, penyembuhan luka, pertumbuhan
tumor, dans ekresi hormon prolaktin, insulin, growth hormon. Glutamin, asam amino
semi esensial berfungsi sebagai bahan bakar dalam merangsang limfosit dan makrofag,
meningkatkan fungsi sel T dan neutrofil.

4. Lemak

Defisiensi asam linoleat (asam lemak omega 6) menekan respons antibodi, dan
kelebihan intake asam linoleat menghilangkan fungsi sel T. Konsumsi tinggi asam
lemak omega 3 dapat menurunkan sel helper, produksi cytokine.

5. Yoghurt yang mengandung Lactobacillus acidophilus dan probiotik lain.

Meningkatkan aktivitas sel darah putih sehingga menurunkan penyakit kanker, infeksi
usus dan lambung, dan beberapa reaksi alergi.

6. Mikronutrien (vitamin dan mineral).

Vitamin yang berperan penting dalam memelihara system imun tubuh orang tua adalah
vitamin A, C, D, E, B6, dan B12. Mineral yang mempengaruhi kekebalan tubuh adalah
Zn, Fe, Cu, asam folat, dan Se.

7. Zinc.

Menurunkan gejala dan lama penyakit influenza. Secara tidak langsung mempengaruhi
fungsi imun melalui peran sebagai faktor dalam pembentukan DNA, RNA, dan protein
sehingga meningkatkan pembelahan sellular. Defisiensi Zn secara langsung
menurunkan produksi limfosit T, respons limfosit T untuk stimulasi atau rangsangan,
dan produksi IL-2.

18
8. Lycopene.

Meningkatkan konsentrasi sel Natural Killer (NK)

9. Asam Folat

Meningkatkan sistem imun pada kelompok lansia. Studi di Canada pada sekelompok
hewan tikus melalui pemberian asam folate dapat meningkatkan distribusi sel T dan
respons mitogen (pembelahan sel untuk meningkatkan respons imun). Studi terbaru
menunjukkan intake asam folat yang tinggi mungkin meningkatkan memori populasi
lansia (Daniels S, 2002).

10. Vitamin E

Melindungi sel dari degenerasi yang terjadi pada proses penuaan. Studi yang dilakukan
oleh Simin Meydani, PhD. di Boston menyimpulkan bahwa vitamin E dapat membantu
peningkatan respons imun pada penduduk lanjut usia. Vitamin E adalah antioksidan
yang melindungi sel dan jaringan dari kerusakan secara bertahap akibat oksidasi yang
berlebihan. Akibat penuaan pada respons imun adalah oksidatif secara alamiah
sehingga harus dimodulasi oleh vitamin E (Murray F, 1991).

11. Vitamin C.

Meningkatkan level interferon dan aktivitas sel imun pada orang tua, meningkatkan
aktivitas limfosit dan makrofag, serta memperbaiki migrasi dan mobilitas leukosit dari
serangan infeksi virus, contohnya virus influenzae.

12. Vitamin A.

Berperan penting dalam imunitas nonspesifik melalui proses pematangan sel-sel T dan
merangsang fungsi sel T untuk melawan antigen asing, menolong mukosa membran
termasuk paruparu dari invasi mikroorganisme, menghasilkan mukus sebagai antibodi

19
tertentu seperti: leukosit, air, epitel, dan garam organik, serta menurunkan mortalitas
campak dan diare. Beta karoten (prekursor vitamin A) meningkatkan jumlah monosit,
dan mungkin berkontribusi terhadap sitotoksik sel T, sel B, monosit, dan makrofag.
Gabungan/kombinasi vitamin A, C, dan E secara signifikan memperbaiki jumlah dan
aktivitas sel imun pada orang tua. Hal itu didukung oleh studi yang dilakukan di
Perancis terhadap penghuni panti wreda tahun 1997. Mereka yang diberikan
suplementasi multivitamin (A, C, dan E) memiliki infeksi pernapasan dan urogenital
lebih rendah daripada kelompok yang hanya diberikan plasebo.

13. Vitamin D.

Menghambat respons limfosit Th-1.

14. Kelompok Vitamin B.

Terlibat dengan enzim yang membuat konstituen sistem imun. Pada penderita anemia
defisiensi vitamin B12 mengalami penurunan sel darah putih dikaitkan dengan fungsi
imun. Setelah diberikan suplementasi vitamin B12, terdapat peningkatan jumlah sel
darah putih. Defisiensi vitamin B12 pada orang tua disebabkan oleh menurunnya
produksi sel parietal yang penting bagi absorpsi vitamin B12. Pemberian vitamin B6
(koenzim) pada orang tua dapat memperbaiki respons limfosit yang menyerang sistem
imun, berperan penting dalam produksi protein dan asam nukleat. Defisiensi vitamin
B6 menimbulkan atrofi pada jaringan limfoid sehingga merusak fungsi limfoid dan
merusak sintesis asam nukleat, serta menurunnya pembentukan antibodi dan imunitas
sellular.

20
Angka kecukupan energi dan zat gizi yang dianjurkan untuk Lansia dalam sehari :

Menu untuk Lansia dalam sehari :

WAKTU MENU PORSI

Pagi Roti-telur-susu 1 tangkep 1 gelas

Selingan Papais 2 bungkus

Siang Nasi 1 piring

Semur 1 potong

Pepes tahu 1 bungkus

Sayur bayam 1 mangkok

Pisang 1 buah

Selingan Kolak pisang 1 mangkok

Malam Mie baso 1 mangkok

Pepaya 1 buah

H. Menu Sehat Bagi Lansia


Perencanaan Makanan untuk Lansia

1. Makanan harus mengandung zat gizi dari makanan yang beraneka ragam, yang
terdiri dari : zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.

21
2. Perlu diperhatikan porsi makanan, jangan terlalu kenyang. Porsi makan hendaknya
diatur merata dalam satu hari sehingga dapat makan lebih sering dengan porsi yang
kecil.

Contoh menu :

Pagi : Bubur ayam

Jam 10.00 : Roti

Siang : Nasi, pindang telur, sup, pepaya

Jam 16.00 : Nagasari

Malam : Nasi, sayur bayam, tempe goreng, pepes ikan, pisang

1. Banyak minum dan kurangi garam, dengan banyak minum dapat memperlancar
pengeluaran sisa makanan, dan menghindari makanan yang terlalu asin akan
memperingan kerja ginjal serta mencegah kemungkinan terjadinya darah tinggi.

2. Batasi makanan yang manis-manis atau gula, minyak dan makanan yang
berlemak seperti santan, mentega dll.

3. Bagi pasien lansia yang proses penuaannya sudah lebih lanjut perlu diperhatikan
hal-hal sebagai berikut : Memakan makanan yang mudah dicerna, menghindari
makanan yang terlalu manis, gurih, dan goring-gorengan, bila kesulitan mengunyah
karena gigi rusak atau gigi palsu kurang baik, makanan harus lunak/lembek atau
dicincang, makan dalam porsi kecil tetapi sering, makanan selingan atau snack, susu,
buah, dan sari buah sebaiknya diberikan.

4. Batasi minum kopi atau teh, boleh diberikan tetapi harus diencerkan sebab
berguna pula untuk merangsang gerakan usus dan menambah nafsu makan.

22
5. Makanan mengandung zat besi seperti : kacang-kacangan, hati, telur, daging
rendah lemak, bayam, dan sayuran hijau.

6. Lebih dianjurkan untuk mengolah makanan dengan cara dikukus, direbus, atau
dipanggang kurangi makanan yang digoreng.

Berikut ini adalah beberapa tips perencanaan makanan untuk usia lanjut :

1. Kebutuhan kalori usia lanjut relatif lebih rendah dibandingkan ketika masih muda
karena tingkat aktivitas tubuh yang berkurang. Angka kecukupan gizi yang dianjurkan
untuk usia lanjut di Indonesia adalah 1850 kalori untuk wanita dan 2000 kalori untuk
pria.

2. Kurangi konsumsi makanan tinggi kalori untuk menjaga agar berat badan tetap
ideal.

3. Konsumsi karbohidrat sehari sekitar 60% dari total kalori. Makanan sumber
karbohidrat adalah nasi, roti,mie, jagung, tepung terigu, kentang pasta, ubi, singkong,
dll.

4. Batasi konsumsi karbohidrat sederhana seperti gula pasir, sirup, dll.

5. Dianjurkan untuk mengkonsumsi sumber protein berkualitas baik seperti susu,


telur, ayam tanpa kulit, tempe, dan tahu. Protein yang dikonsumsi sebaiknya berjumlah
15-20% dari total kalori atau sekitar 40-74 gram sehari.

6. Kebutuhan lemak dalam sehari tidak lebih dari 25% dari total kalori atau sekitar
50 gram sehari. Hindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol tinggi
seperti otak, kuning telur, jerohan, daging berlemak, susu penuh (full cream), keju dan
mentega.

7. Dianjurkan untuk lebih banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung


lemak nabati atau lemak tidak jenuh, seperti tempe, tahu, minyak jagung, alpukat, dll.

23
8. Minum air putih 1500-2000 cc (6-8 gelas) sehari

9. Kurangi konsumsi garam, vetsin, dan makanan yang menggunakan pengawet

10. Tingkatkan konsumsi makanan yang mengandung serat. Kebutuhan serat sehari
untuk usia lanjut adalah 25-30 gram. Serat banyak diperoleh dari sayuran dan buah-
buahan, serta biji-bijian seperti kacang.

11. Konsumsi cukup makanan yang mengandung kalsium, seperti susu, tempe, yogurt,
dll. Kalsium penting untuk kesehatan tulang.

12. Usahakan waktu makan teratur. Jadwal makan dapat dibuat lebih sering namun
porsi kecil.

13. Pilihlah makanan yang mudah dikunyah dan mudah dicerna serta hindari makanan
yang terlalu gurih dan manis.

14. Batasi minum kopi atau the dan hindari rokok dan alkohol.

I. Langkah –langkah Hidup Sehat Untuk Lansia


Selain dari makanan untuk menjaga kesehatan, lansia juga perlu beberapa kegiatan
yang harus dilakukan seperti :

1. Olah raga yang teratur dan sesuai

Olah raga usia lanjut tidak perlu berlebihan, patokan olah raga lansia yaitu beban ringan
atau sedang, waktu relatif lama, bersifat aerobik dan atau kalistenik, tidak kompetitif
atau bertanding. Beberapa contoh olah raga yang sesuai dengan batasan tadi adalah
jalan kaki, dengan segala bentuk permainan yang ada unsur jalan kaki misalnya golf,
lintas alam, mendaki bukut, senam dengan faktor kesulitan kecil dan olah raga yang
bersifat rekreatif dapat diberikan.

24
2. Istirahat, tidur yang cukup

Tidur ini bermanfaat untuk menyimpan energi, meningkatkan immunitas atau


kekebalan tubuh, mempercepat proses penyembuhan penyakit, juga pada saat tidur
tubuh memperbaiki jaringan tubuh yang mengalami kerusakan. Oleh karena itu orang
pada umumnya akan merasa segar setelah istirahat.

3. Menjaga kebersihan

Lansia harus menjaga kebersihan tubuh, kebersihan lingkungan, kebersihan ruangan


dan juga pakaian dimana dia tinggal. Yang termasuk kebersihan tubuh adalah mandi
dua kali sehari, mencuci tangan sebelum makan atau sesudah mengerjakan sesuatu,
sikat gigi setelah selesai makan, membersihkan kuku dan lubang-lubang (hidung,
telinga, pusar, anus dan organ intim), memakai alas kaki jika keluar rumah dan
menggunakan pakaian yang bersih.

Sedangkan kebersihan lingkungan yakni di halaman rumah, jauh dari sampah dan
genangan air. Di dalam ruangan atau rumah bersih dari debu dan kotoran setiap hari,
tutupi selalu makanan di meja makan. Pakaian, sprei, gorden, karpet, seisi rumah
termasuk kamar mandi dan WC harus dibersihkan secara periodik. Tentu saja hal ini
memerlukan bantuan dari keluarga atau orang yang tinggal bersama Lansia.

4. Memeriksakan kesehatan secara teratur

Pemeriksaan kesehatan berkala dan konsultasi kesehatan merupakan kunci


keberhasilan dari upaya pemeliharaan kesehatan lansia. Walaupun tidak sedang sakit,
lansia dianjurakan untuk memeriksakan kesehatannya secara berkala, agar bila ada
penyakit dapat diketahui lebih dini sehingga pengobatannya lebih mudah dan cepat dan
jika ada faktor beresiko yang menyebabkan penyakit dapat dicegah.

5. Mental dan batin tenang dan seimbang

25
Yakni dengan lebih dekat kepada Tuhan, menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan,
hal ini akan membuat lebih tenang. Lalu hindari stress, hidup yang penuh dengan
tekanan yang akan merusak kesehatan. Stress juga dapat menyebabkan stroke, penyakit
jantung dan sebagainya. Senyum dan ketawa akan membuat penampilan lebih menarik
dan disukai semua orang. Tertawa membantu memandang hidup dengan positif dan
juga terbukti memiliki kemampuan untuk menyembuhkan. Tertawa juga ampuh untuk
mengendalikan emosi yang tinggi dan untuk melemaskan otak dari kelelahan.

6. Rekreasi

Rekreasi untu menghilangkan kelelahan setelah beraktifitas selama seminggu, bisa di


pantai, di taman, atau bersantai bersama keluarga, anak dan cucu, atau teman dan
tetangga.

26
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih ( UU 13 tahun 1998 ).
Umur manusia sebagai makluk hidup terbatas oleh suatu peraturan alam, maksimal
sekitar enam kali masa bayi sampai dewasa atau 6 x 20 tahun. Proses menjadi tua
disebabkan oleh faktor biologik yang terdiri dari 3 fase yaitu fase progresif, fase stabil
dan fase regresif. Dalam fase regresif mekanisme lebih ke arah kemunduran yang
dimulai dalam sel atau komponen terkecil dari tubuh manusia. Sel-sel menjadi aus
karena lama berfungsi sehingga mengakibatkan kemunduran yang dominan
dibandingkan terjadinya pemulihan. Di dalam struktur anatomik proses menjadi tua
terlihat sebagai kemunduran di dalam sel. Proses ini berlangsung secara alamiah, terus-
menerus dan berkesinambungan, yang selanjutnya akan menyebabkan perubahan
anatomis, fisiologis pada jaringan tubuh dan akhirnya akan mempengaruhi fungsi dan
kemampuan badan secara keseluruhan. Pada hakekatnya menjadi tua merupakan
proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu
masa anak, masa dewasa dan masa tua ( Nugroho, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik
secara biologis maupun psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami
kemunduran secara fisik maupun psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang
mengendor, rambut memutih, penurunan pendengaran, penglihatan memburuk,
gerakan lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitifitas emosional meningkat
dan kurang gairah.

27
B. Kritik dan Saran
Selesainya makalah ini tidak terlepas dari banyaknya kekurangan-kekurangan
pembahasannya dikarenakan oleh berbagai macam faktor keterbatasan waktu waktu,
pemikiran dan pengetahuan kami yang terbatas, oleh karena itu untuk kesempernuan
makalah ini kami sangat membutuhkan saran-saran dan masukan yang bersifat
membangun kepada semua pembaca.

28
DAFTAR PUSTAKA

Gallo, Joseph.1998. Buku Saku Gerontologi. Jakarta : EGC

http/www. Kebutuhan nutrisi pada lansia.com,, di akses pada hari minggu, jam
11.31.wib.

29

Anda mungkin juga menyukai