Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis Vol.

6(1), 2019, pp 17-28

Tantangan Auditor Syariah: Cukupkah Hanya dengan Sertifikasi


Akuntansi Syariah?
Sari Kusuma Dewi, Tjiptohadi Sawarjuwono*
Universitas Airlangga
*Corresponding author: tjiptohadi.unair@gmail.com
http://dx.doi.org/10.24815/jdab.v6i1.10903

ARTICLE INFORMATION ABSTRACT

Article history: The objective of this research is to propose the idea that a merely accounting
Received date: 17 May 2018 certification is not sufficient for a profession of shariah auditor. Departing from
Received in revised form: 26 December 2018 this notion, the paper applied a library research combined with an interview
Accepted: 2 January 2019 method to explore further the issues. The result shows that the lack of educational
Available online: 31 March 2019 institutions and certification for shariah auditor in Indonesia become the reasons
why people are still doubting about auditor’s competences. Shariah Accounting
Certification conducted by Ikatan Akuntan Indonesia is limited to accounting
technique only and has not discussed about shariah audit technique. Therefore an
additional certification is needed to assess shariah auditors’ competences.
Keywords:
Islamic financial institution, shariah auditor,
ABSTRAK
shariah auditor certification Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengusulkan gagasan bahwa sertifikasi
akuntansi hanya tidak cukup untuk profesi auditor syariah. Berangkat dari
gagasan ini, artikel diterapkan riset perpustakaan yang dikombinasikan dengan
metode wawancara untuk menyelidiki lebih lanjut masalah-masalah. Hasil
Citation: penelitinian ini menunjukkan bahwa kurangnya lembaga pendidikan dan
Dewi, S. K., & Sawarjuwono, T. (2019). sertifikasi bagi auditor syariah di Indonesia menjadi alasan utama mengapa orang
Tantangan auditor Syariah: Cukupkah hanya masih meragukan kompetensi seorang auditor syariah. Sertifikasi akuntansi
dengan sertifikasi akuntansi Syariah. Jurnal syariah dilakukan oleh Ikatan Akuntan Indonesia terbatas hanya pada teknik
Dinamika Akuntansi dan Bisnis, 6(1), 17–28. akuntansi saja dan tidak menyinggung aspek audit syariah. Oleh karena itu
diperlukan sertifikasi tambahan mengenai kompetensi audit syariah.

©2019 FEB USK. All rights reserved.

1. Pendahuluan produk, jasa, dan semua kegiatan yang


Dewasa ini Lembaga Keuangan Syariah dilakukan oleh LKS telah sesuai, adil dan
(LKS) di Indonesia menunjukkan perkembangan relevan dengan prinsip syariah (Yaacob, 2012).
yang pesat. Perkembangan tersebut menjadi Luasnya ruang lingkup audit syariah
faktor pendorong berkembangnya praktik mengakibatkan auditor syariah tidak hanya
akuntansi syariah fungsi audit baru yakni audit memiliki kewajiban untuk memeriksa kewajaran
syariah. Audit syariah memiliki ruang lingkup dalam laporan keuangan LKS, melainkan juga
lebih luas daripada audit konvensional karena harus memeriksa kesesuaian dan kepatuhan LKS
audit syariah digunakan untuk memastikan terhadap prinsip syariah yang berlaku, sehingga

17
18
Dewi & Sawarjuwono/Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis Vol. 6(1), 2018, pp 17-28

diperlukan adanya auditor syariah yang memiliki dalam melakukan kegiatan bisnis serta
kompetensi dalam bidang keuangan/auditing dan memberikan persetujuan atas produk yang akan
syariah. Untuk mengetahui apakah auditor dikeluarkan dan melakukan penilaian syariah,
syariah telah memenuhi kualifikasi dan memiliki sementara auditor internal dapat menjalankan
kompetensi, perlu diadakan sebuah uji fungsi audit syariah yang bertujuan untuk
kompetensi. Cara yang dapat ditempuh untuk memastikan bahwa pengendalian internal telah
menguji kompetensi auditor syariah yaitu berjalan dengan baik dan sesuai dengan prinsip
melalui sertifikasi. syariah (Yaacob, 2012). Auditor eksternal yang
Di Indonesia sendiri, kebutuhan akan uji memiliki peran bukan hanya sebagai pemeriksa
kompetensi bagi auditor syariah ini difasilitasi laporan keuangan, melainkan juga harus
oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Sebagai melakukan uji kepatuhan syariah untuk
organisasi profesi akuntan, IAI menyediakan memastikan bahwa kegiatan yang dilakukan
Sertifikasi Akuntansi Syariah (SAS) bagi auditor LKS telah sesuai dengan prinsip syariah.
syariah, namun sertifikasi yang diberikan ini
dirasa masih belum optimal karena materi dalam Ruang Lingkup Audit Syariah dan Peran
SAS belum mencakup konsep dasar dan proses Auditor Syariah
audit syariah sebagaimana yang diterapkan oleh Ruang lingkup audit syariah tentu berbeda
lembaga sertifikasi atau pelatihan auditor dengan audit konvensional. Audit syariah
syariah di beberapa negara yang telah memiliki memiliki ruang lingkup yang lebih luas karena
auditor syariah. Hal inilah yang mendasari auditor diharapkan dapat berurusan dengan
perlunya kajian lebih lanjut mengenai sertifikasi peraturan dan pedoman yang lebih luas. Hal ini
bagi auditor syariah di Indonesia. Penelitian ini berkaitan dengan tugas auditor syariah yang juga
akan dilakukan dengan metode studi harus melakukan uji kepatuhan syariah. Mereka
kepustakaan yang akan dikombinasikan dengan harus memastikan bahwa manajemen telah
wawancara mendalam dengan beberapa pihak mengikuti prinsip bebas riba’ dan halal yang
yang telah mengikuti Ujian Sertifikasi Akuntansi telah ditentukan oleh DPS (Haniffa, 2010).
Syariah (USAS). Fokus auditor syariah bukan hanya pada aspek
keuangan, lebih daripada itu, auditor syariah
2. Pengembangan Teori harus bisa memastikan produk, jasa, dan semua
Auditor Syariah kegiatan yang dilakukan oleh LKS telah sesuai
Istilah auditor syariah digunakan untuk dengan prinsip syariah (Yaacob, 2012).
menyesuaikan dengan operasional entitas Khan (1985) dan Uddin, Ullah, & Mossain
syariah karena proses audit dilakukan tidak (2013) mengungkapkan bahwa auditor syariah
hanya sesuai dengan standar regulasi tetapi juga berperan sebagai pihak yang memberikan
sesuai dengan prinsip syariah (Mardian, 2013). jaminan pada investor yang menyediakan dana
Di Indonesia, masih belum ada auditor syariah dengan akad mudharabah berdasarkan prinsip
yang fungsinya sama seperti auditor independen bagi hasil bahwa laba atau (rugi) yang
di lembaga konvensional (Izzatika & Lubis, dinyatakan oleh manajemen adalah benar. Para
2016), sehingga dinyatakan oleh Haniffa (2010) pemegang kepentingan terutama investor,
bahwa pemain kunci atau key player dalam audit memerlukan jaminan bahwa LKS yang mereka
syariah adalah Dewan Pengawas Syariah (DPS) danai telah mengelola dana yang mereka berikan
dan auditor internal serta auditor eksternal. DPS dengan efektif dan efisien serta sesuai dengan
memiliki fungsi untuk merumuskan kebijakan peraturan dan prinsip syariah. Tanpa adanya
dan pedoman yang harus diikuti oleh manajemen jaminan dari auditor, maka investor akan merasa
19
Dewi & Sawarjuwono/Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis Vol. 6(1), 2018, pp 17-28

enggan untuk mendanai LKS karena praktik dibutuhkan untuk merumuskan opini (Izzatika &
keuangan bebas bunga/riba’ akan menjadi tidak Lubis, 2016).
mungkin untuk diwujudkan. Tidak seimbangnya kompetensi dibidang
keuangan dan akuntansi dengan bidang syariah,
Kompetensi yang Perlu Dimiliki Auditor Syariah sertifikasi yang belum optimal, dan minimnya
Jika dilihat dari ruang lingkup audit serta lembaga pendidikan serta pelatihan yang
peran auditor syariah, tentunya ada beberapa menyediakan kurikulum akuntansi/audit syariah
kompetensi yang perlu dimiliki oleh seorang memengaruhi minimnya auditor syariah yang
auditor syariah agar bisa digolongkan sebagai kompeten di Indonesia (Izzatika & Lubis, 2016).
tenaga yang kompeten dan kompetensi ini Di Indonesia sendiri hanya ada sekitar 85 orang
tentunya berbeda dengan kompetensi yang yang memiliki sertifikat pendidikan/pelatihan di
dimiliki oleh seorang auditor lembaga keuangan bidang syariah. Jumlah ini tentu saja tidak
konvensional. Auditor syariah dituntut untuk sebanding dengan kebutuhan akan auditor syariah
memiliki dua kompetensi sekaligus yakni di Indonesia. Bukan hanya dari sisi kuantitas,
kompetensi dalam bidang akuntansi dan audit kualitas auditor syariah pun masih belum
syariah, namun selama ini, auditor syariah masih memadai. Kualifikasi auditor syariah selalu
dinilai belum memiliki kompetensi yang dipertanyakan mengingat belum adanya suatu
mumpuni, karena masih sedikit auditor yang lembaga khusus yang menyediakan program
memiliki kompetensi dalam dua bidang yakni di sertifikasi bagi auditor syariah. Padahal,
bidang akuntansi dan audit syariah, sedangkan sertifikasi merupakan hal krusial karena dapat
hasil menunjukkan adanya korelasi negatif antara menjadi tolok ukur kompetensi yang dimiliki
orang yang menguasai akuntansi dengan orang oleh auditor syariah. Jika auditor syariah yang
yang menguasai syariah, semakin tinggi orang melakukan penugasan audit pada LKS tidak
yang menguasai akuntansi semakin rendah memenuhi kualifikasi, maka hal tersebut akan
penguasaannya terhadap syariah, begitupun menyebabkan tidak optimalnya proses audit,
sebaliknya (Kasim, Ibrahim, & Sulaiman, 2009). sehingga menghasilkan laporan audit yang tidak
Kurangnya kompetensi dalam kedua bidang, relevan dalam mengungkapkan kepatuhan syariah
akuntansi dan audit syariah, membuat kebutuhan sebuah LKS.
akan auditor syariah menjadi sangat krusial Adanya perbedaan fungsi atau peran, ruang
(Uddin et al., 2013). lingkup serta kerangka kerja yang dimiliki oleh
Seperti yang dijelaskan pada Governance auditor syariah dengan auditor pada lembaga
Standards for IFIs (GSIFI) bahwa auditor harus keuangan konvensional, menimbulkan kebutuhan
memiliki pengetahuan dalam bidang syariah. akan kompetensi yang berbeda pula. Itu sebabnya,
Selain harus memiliki kemampuan akuntansi dibutuhkan sertifikasi yang berbeda dengan
dan audit yang mumpuni, auditor syariah juga auditor pada umumnya karena ujian sertifikasi
harus mampu melakukan uji kepatuhan syariah yang sudah ada masih belum mencantumkan
terhadap LKS. bukan hanya itu, auditor juga materi mengenai teknik dan proses audit syariah.
dituntut untuk memahami standar akuntansi Salah satu sertifikasi yang mendukung dalam
internasional yang diadopsi dengan standar bidang syariah adalah SAS yang dilaksanakan
akuntansi dan audit yang berlaku di dalam oleh IAI, namun SAS belum mencantumkan
wilayah nasional, serta standar akuntansi dan materi terkait teknis serta audit syariah, sehingga
audit yang digunakan oleh negara-negara yang SAS masih dinilai belum cukup jika digunakan
menerapkan audit syariah karena hal tersebut untuk menguji kompetensi auditor syariah.
20
Dewi & Sawarjuwono/Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis Vol. 6(1), 2018, pp 17-28

Perlunya Sertifikasi Auditor Syariah di umumnya bersifat keuangan termasuk menafsirkan


Indonesia hasil-hasilnya. Sedangkan audit adalah proses
Sertifikasi auditor syariah adalah hal yang pengumpulan dan pengevaluasian bukti tentang
signifikan untuk diterapkan. Dengan dilakukannya informasi yang dapat diukur mengenai suatu
sertifikasi, auditor syariah dapat menunjukkan entitas ekonomi yang dilakukan oleh seseorang
kompetensi dan profesionalisme seorang auditor yang kompeten dan independen untuk dapat
dalam bidang audit syariah yaitu kemampuan menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi
dalam bidang auditing dan syariah. Masih dimaksud dengan kriteria-kriteria yang telah
minimnya auditor syariah yang kompeten di ditetapkan (Institut Akuntan Publik Indonesia,
Indonesia ini diakibatkan oleh minimnya lembaga 2011). Seperti halnya yang diungkapkan oleh
pendidikan serta pelatihan yang menyediakan Sawarjuwono, Basuki, & Harymawan (2011)
kurikulum akuntansi/audit syariah dan belum auditor syariah perlu memahami bagaimana teknik
optimalnya sertifikasi yang diadakan di Indonesia. audit dari kegiatan operasional LKS, sehingga
Sejauh ini, lembaga pendidikan tinggi di Indonesia masih diperlukan adanya uji kompetensi tambahan
yang dapat memenuhi kebutuhan akan auditor bagi auditor syariah di Indonesia (lihat juga Shafii
syariah masih relatif sedikit jumlahnya (Izzatika & et al., 2014).
Lubis, 2016). Sertifikasi yang dilakukan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia hanya sebatas sertifikasi 3. Metode Penelitian
mengenai akuntansi syariah di mana hanya Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
membahas mengenai entitas syariah dan perlakuan yaitu studi kepustakaan yang dikombinasikan
akuntansinya secara umum. Sedangkan di negara- dengan wawancara mendalam. Pemilihan metode
negara lain yang telah memiliki auditor syariah, ini dikarenakan dalam rumusan masalah, fokus
materi untuk sertifikasi meliputi teori mengenai studi yang ingin dibahas oleh penulis berkaitan
keuangan dan perbankan islam, konsep dasar dengan praktik sertifikasi yang telah ada dan
audit, standar audit menurut Accounting and bagaimana seharusnya sertifikasi dilakukan,
Auditing Organization for Islamic Financial sehingga penulis memilih studi kepustakaan
Institutions (AAOIFI), regulasi kesesuaian sebagai metode yang akan digunakan. Sementara
syariah, prosedur audit syariah, sehingga perlu wawancara mendalam dilakukan untuk
adanya tambahan sertifikasi bagi pihak-pihak yang mendapatkan data pendukung yang tidak bisa
terjun dalam bidang syariah terutama menjadi didapatkan dalam library research.
auditor LKS. Berdasarkan metode yang digunakan, proses
pengumpulan data penelitian dilakukan dengan
Sertifikasi Auditor Syariah yang Seharusnya dua teknik yaitu dokumentasi dan wawancara
Dilakukan mendalam. Dalam proses dokumentasi, penulis
SAS yang telah berlangsung sejak tahun 2008 mengikuti langkah-langkah yang dilakukan oleh
hanya memberikan materi yang terfokus pada Zed (2004) yaitu menyiapkan alat perlengkapan,
perlakuan akuntansi LKS saja dan belum kemudian menyusun bibliografi kerja, berikutnya
membahas lebih lanjut mengenai teknik dan mengatur waktu, dan terakhir membaca dan
proses audit LKS. Padahal, audit dan akuntansi membuat catatan penelitian.
merupakan hal yang berbeda. AICPA (1994) Perlengkapan yang dimaksud adalah
menyatakan bahwa akuntansi merupakan seni referensi-referensi berupa jurnal yang memuat
pencatatan, penggolongan, dan pengikhtisaran penelitian terdahulu terkait auditor syariah dan
dengan beberapa cara tertentu dalam ukuran sertifikasinya. Setelah membaca semua referensi
moneter, transaksi, dan kejadian-kejadian yang terkait, penulis akan membandingkan hasil
21
Dewi & Sawarjuwono/Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis Vol. 6(1), 2018, pp 17-28

penelitian terdahulu dengan fenomena saat ini 3) Penelitian oleh Kasim et al. (2009)
yang didapat dengan melakukan wawancara Pada penelitian ini dinyatakan bahwa kendala
mendalam dengan dosen yang pernah mengikuti yang dihadapi oleh auditor syariah ada tiga. Pertama,
USAS. kerangka kerja audit syariah yang seharusnya
Selain itu, penulis juga melakukan wawancara berbeda dengan kerangka kerja audit konvensional,
dengan dua dosen program studi akuntansi namun pada kenyataannya, masih belum ada
Universitas Airlangga yang pernah mengikuti kerangka kerja tersendiri bagi audit syariah. Kedua,
USAS. Dari keduanya, penulis dapat memperoleh ruang lingkup audit syariah yang seharusnya lebih
informasi-informasi mengenai pelaksanaan USAS luas daripada ruang lingkup audit konvensional,
di Indonesia serta pendapat mereka mengenai namun pada praktiknya, ruang lingkup audit syariah
kecukupan USAS jika digunakan untuk menguji masih terbatas pada laporan keuangan saja. Ketiga,
kompetensi auditor syariah. auditor syariah harus memiliki kemampuan dalam
Dari proses-proses di atas, maka hasil dari bidang akuntansi dan audit syariah, namun hanya
perbandingan penelitian terdahulu dengan 5,9% yang memenuhi kualifikasi.
fenomena saat ini mengenai kebutuhan sertifikasi
bagi auditor syariah dapat disajikan dan 4) Penelitian oleh Haniffa (2010)
memberikan masukan bagi instansi terkait untuk Hampir sama dengan penelitian-penelitian
melaksanakan program sertifikasi auditor syariah sebelumnya, Haniffa (2010) menyatakan bahwa
di Indonesia. audit syariah memiliki ruang lingkup yang lebih luas
daripada audit pada umumnya yang tidak hanya
4. Hasil Penelitian dan Pembahasan melihat kewajaran laporan keuangan. Auditor
Setelah membaca beberapa referensi yang eksternal yang melakukan audit syariah dituntut
telah penulis sebutkan di bagian sebelumnya dan untuk melakukan audit pada segala aspek yang
melakukan wawancara dengan beberapa dosen meliputi audit laporan keuangan dan kepatuhan LKS
Universitas Airlangga yang telah mengikuti SAS, pada fatwa serta petunjuk yang telah diberikan oleh
dalam bagian ini, penulis akan menguraikan hasil DPS.
penelitian-penelitian terdahulu untuk menjawab
rumusan masalah dari penelitian ini. 5) Penelitian oleh Yaacob (2012)
1) Penelitian oleh Khan (1985) Dalam penelitiannya ini, Yaacob (2012)
Perbedaan mendasar antara auditor pada menekankan pada empat hal yang menjadi isu serta
lembaga keuangan konvensional dengan auditor tantangan dalam audit syariah. Pertama mengenai
syariah terletak pada ruang lingkup penugasannya. independensi auditor syariah, kedua kesesuaian
Auditor pada lembaga keuangan konvensional pemeriksa dengan prinsip syariah, ketiga kurangnya
hanya bertanggung jawab pada aspek keuangan kompetensi dan keempat akuntabilitas auditor
auditee sedangkan auditor syariah juga perlu syariah.
memastikan bahwa kegiatan operasional LKS
telah sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. 6) Penelitian oleh Yaacob & Donglah (2012)
Kebanyakan responden belum mengerti apa itu
2) Penelitian oleh Rahman (2008) audit syariah dan perbedaan audit syariah dengan
Ada tiga tantangan yang dihadapi oleh auditor audit konvensional, namun mereka merasa bahwa
syariah dalam melakukan audit syariah yaitu: 1) ruang lingkup audit syariah lebih luas daripada ruang
menemukan bukti audit syariah, 2) prosedur audit lingkup audit konvensional, sehingga mereka
syariah, dan 3) pendidikan untuk auditor syariah. berpendapat bahwa kerangka kerja audit syariah
harus berbeda dengan audit konvensional, sehingga
22
Dewi & Sawarjuwono/Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis Vol. 6(1), 2018, pp 17-28

auditor syariah perlu memiliki dua kompetendi 10) Penelitian oleh Akbar, Mardian, & Anwar
dalam bidang keuangan dan syariah serta memiliki (2015)
sertifikat khusus yang menyatakan bahwa auditor Pada penelitian ini terdapat beberapa
syariah telah memenuhi kualifikasi. permasalahan dalam audit syariah. Permasalahan-
permasalahan tersebut dibagi menjadi tiga cluster.
7) Penelitian oleh Kasim, Sanusi, Mutamimah, & Pertama adalah masalah regulasi, lalu sumber daya
Handoyo (2013) manusia, dan terakhir proses audit. Standar audit
Penelitian ini menekankan pada beberapa syariah yang belum memadai menjadi permasalahan
permasalahan yakni kerangka kerja audit syariah, utama dalam hal regulasi. Kemudian, masalah utama
ruang lingkup, kualifikasi, dan independensi auditor dalam hal sumber daya manusia adalah tidak
syariah. di Indonesia masih diperlukan kerangka seimbangnya kualifikasi auditor syariah dalam
kerja yang sesuai untuk pelaksanaan audit syariah bidang keuangan dan syariah. Terakhir, belum
dan pedoman pelaksanaan audit syariah masih dilengkapinya DPS dengan prosedur audit syariah
dianggap tidak cukup. Meskipun begitu, hampir dianggap sebagai masalah yang utama dalam hal
semua responden yang menjadi objek peneitian ini proses audit.
setuju jika ruang lingkup audit syariah lebih luas,
bukan hanya sekedar memeriksa aspek laporan 11) Penelitian oleh Ali, Mohamed, Shahimi, &
keuangan, tetapi juga kesesuaian produk dengan Shafii (2016)
prinsip syariah. Dari empat lembaga yang dijadikan sebagai
objek penelitian, Ali et al. (2016) menemukan
8) Penelitian oleh Mardian (2013) bahwa keempat lembaga tersebut memiliki
Perkembangan entitas syariah seperti LKS preferensi berbeda dalam merekrut auditor syariah.
menuntut adanya auditor sebagai penjamin ada yang memilih kandidat dengan latar belakang
kepercayaan masyarakat, juga memperluas ruang akuntansi, perbankan, atau syariah, namun pimpinan
lingkup meliputi aspek syariah, sehingga selain auditor syariah pada lembaga-lembaga tersebut
memahami ilmu akuntansi dan audit auditor juga menyatakan bahwa sulit untuk menemukan kandidat
dituntut untuk memiliki standar profesional di yang memenuhi dua kualifikasi yakni akuntansi dan
bidang syariah. Mardian (2015) berpendapat jika audit syariah. Bahkan, tidak ada yang memiliki dua
tidak bisa memutuskan apakah auditor syariah harus kualifikasi tersebut secara bersamaan saat dilakukan
lulusan syariah atau akuntansi karena kedua wawancara kerja.
kompetensi ini sangat dibutuhkan dalam melakukan
audit syariah. 12) Penelitian oleh Izzatika & Lubis (2016)
Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa auditor
9) Penelitian oleh Shafii et al. (2014) syariah di Indonesia hanya difokuskan pada DPS
Sertifikasi audit syariah dianggap penting untuk karena masih belum ada auditor syariah yang
diimplementasikan mengingat sertifikasi dapat fungsinya sama dengan auditor independen pada
meningkatkan kompetensi dan profesionalisme lembaga keuangan konvensional, sehingga DPS lah
auditor syariah dalam melaksanakan tugasnya, yang berwenang untuk melakukan audit syariah
namun selama ini kebanyakan LKS melaksanakan untuk menguji kepatuhan syariah pada LKS. Dalam
sendiri pelatihan bagi auditor syariah tanpa adanya penelitian ini juga di jelaskan jika kompetensi yang
kepastian akan kelayakan pengetahuan serta dimiliki DPS di bidang keuangan dan syariah masih
kemampuan para pelatihnya, sehingga sertifikasi tidak seimbang. Selain ketimpangan kompetensi
tetap menjadi media utama dalam menjamin yang dimiliki, belum optimalnya sertifikasi di
kompetensi yang dimiliki oleh auditor syariah. Indonesia juga menjadi kendala. Di Indonesia,
23
Dewi & Sawarjuwono/Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis Vol. 6(1), 2018, pp 17-28

sertifikasi bagi auditor syariah masih belum menjadi 15) Certified Shariah Auditor (CSA) (IIB, 2015)
hal yang diwajibkan. Selain itu, lembaga pendidikan Program ini sebenarnya memiliki memiliki
dan pelatihan yang menyediakan kurikulum tentang kesamaan dengan program SAS yang dilakukan oleh
akuntansi dan audit syariah juga masih minim IAI. Kesamaan tersebut terletak pada sistem
sehingga berakibat pada minimnya jumlah auditor pelaksaan atau struktur program yang dibagi menjadi
syariah yang dapat memenuhi kualifikasi. tiga level yakni level assesor, auditor, avisor, namun
program ini telah banyak membahas materi tentang
13) Sertifikasi Akuntansi Syariah (SAS) pelaksanaan audit syariah.
USAS pertama kali dilaksanakan pada tahun
2008. Sejak pertama kali dilaksanakan hingga 16) Shariah Audit in Islamic Finance Workshop
sekarang, jumlah auditor yang memiliki sertifikat (CERT, 2014)
pendidikan/pelatihan di bidang syariah hanya sekitar Kegiatan ini membahas mengenai beberapa hal,
85 orang (OJK, 2017). Meskipun tujuan dari di antaranya yaitu kerangka kerja untuk review,
diadakannya USAS adalah untuk mengukur audit, dan tata kelola syariah, perkembangan dari
kemampuan/kompetensi para pesertanya dalam review, audit, dan tata kelola syariah yang ditinjau
bidang akuntansi syariah, namun sertifikasi ini dirasa menggunakan current state analysis, standar syariah,
masih belum optimal jika digunakan untuk peran dewan syariah dalam membuat regulasi,
mengukur kemampuan auditor syariah karena SAS struktur, proses, dan pelaporan review serta audit
hanya berfokus pada materi-materi akuntansi syariah syariah, dan studi kasus yang berhubungan dengan
dan tidak menyinggung tentang teknik serta proses kegiatan audit syariah.
audit syariah.
17) Shariah Audit Certificate Course
14) Certified Shariah Adviser and Auditor (CSAA) Program ini merupakan program kursus bagi
Berdasarkan website resmi AAOIFI (2007) auditor syariah. Tidak berbeda jauh dengan program
dan Minhaj advisory (sebuah lembaga yang kursus untuk auditor syariah lainnya, berdasarkan
memiliki spesialisasi dalam menyediakan layanan website resmi Sheikh Zayed Islamic Center
konsultasi pada LKS), pada program certified (SZIC, 2011) shariah audit certification course ini
shariah adviser and auditor, peserta akan juga memberikan materi-materi seputar audit
mendapatkan dua buku yang meliputi standar syariah. beberapa di antaranya yaitu, teori
syariah dan audit syariah. Dalam program ini, keuangan dan bank syariah, konsep dasar audit,
AAOIFI mencantumkan materi yang penting untuk standar audit AAOIFI, regulasi mengenai
mendukung pemahaman peserta mengenai kepatuhan syariah, tata kelola LKS, prosedur
kepatuhan syariah. Materi-materi tersebut di audit syariah
antaranya adalah standar dalam produk dan
keuangan syariah yang dikeluarkan AAOIFI serta Proses Wawancara
dasar-dasar syariah untuk standar tersebut, standar Dalam penelitian ini, penulis melakukan
tata kelola pada kepatuhan syariah dan proses review wawancara dengan dosen Universitas Airlangga
yang dikeluarkan AAOIFI, pengawasan institusi yang pernah mengikuti USAS. Alasan mengapa
bank dan keuangan syariah, struktur operasional penulis memilih dosen yang pernah mengikuti
untuk kepatuhan syariah, prosedur pemeriksaan USAS sebagai informan adalah untuk mengetahui
kepatuhan syariah (termasuk perencanaan, operasi, pendapat mereka mengenai pelaksaan USAS itu
dokumentasi, dan pelaporan), aplikasi hukum fiqh sendiri. Selain itu, pengalaman dalam mengikuti
dan syariah pada LKS. USAS membuat mereka dapat memberikan
penilaian apakah materi-materi yang diberikan
24
Dewi & Sawarjuwono/Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis Vol. 6(1), 2018, pp 17-28

dalam USAS sudah memadai jika digunakan November 2017 di Surabaya. Beliau
untuk menguji kompetensi auditor syariah. mengungkapkan,
Wawancara ini sendiri dilakukan dengan “...audit syariah itu lebih jauh lagi karena
dua informan. Wawancara pertama dilakukan kalau audit syariah itu artinya seorang
pada 26 Oktober 2017 di Surabaya dengan auditor harus paham prinsip dan kaidah-
informan Sigit Kurnianto. Beliau menyatakan, kaidah syariah impelementasi di produk
“SAS itu komen dari berbagai pihak seperti apa nah itu harus paham fiqih. Nah
sertifikasinya jempol, maksudnya itu kalau akuntansi nggak sampai sana...”
berkualitas. Cuman, sangat berkualitas
banyak yang gugur...” “...USAS ini belum menguji kompetensi
dia menguji pengetahuan...nah kalau uji
“...kalau dari segi soal seharusnya sudah kompetensi ya ngikuti berapa macam
sangat cukup karena banyak yang kompetensi yang ada jadi misalkan kalau
mengeluhkan, namun harusnya ada sekarang SAK syariah itu ada berapa tiga
konsep audit syariah karena syariah ini belas atau empat belas ya sudah empat
lebih ke arah mengatur transaksinya belas SAK terus masih ditambah
bukan sekedar mengatur, memotret seperti kompetensi yang lain akuntansi keuangan
akuntansi biasa. Jadi pendekatan auditnya syariah, bisnis syariah, jaminani syariah
berbeda ada keunikan sendiri kalau itu kompetensi sendiri kalau mampu,
syariah ini kalau sama konvensional jelas menganalisa tentang jaminani syariah oh
tidak sama konvensional itu mohon maaf berarti sudah lulus kompetensi itu
mencuri dalam akuntansi itu kan bisa. Jadi mestinya gitu. Kalau USAS sekarang dia
kalau di syariah hal seperti itu dihindari nggak menguji kompetensi dia hanya
oleh sebab itu kalau sudah terlanjur, menguji pengetahuan kalau uji
terpaksa ada transaksi yang haram maka kompetensi yang bener itu menguji
dikualifikasi jadi transaksi non halal tapi kompetensi modulnya apa pertanyaannya
dihindari transaksi haram itu nggak boleh. ya di situ tidak melenceng dari situ itu jadi
Ini butuh standar dikembangkan untuk pak Habib tuh pernah ikut ujian
syariah.” kompetensi direktur bank syariah itu ada
lima belas modul ya sudah ujiannya lima
Maksud dari pernyataan informan di atas belas modul lima belas macem ujian jadi
adalah tingkat kesulitan yang diberikan pada sebulan ada pelatihan terus ujiannya lima
USAS sudah sesuai jika digunakan untuk menguji belas modul seminggu sehari langsung
kompetensi seorang praktisi, namun masih kurang dua.”
jika digunakan untuk menguji kompetensi auditor
syariah karena dari segi konsep, masih belum “...jadi satu paling bagus itu modelnya
memenuhi standar untuk digunakan dalam proses CPA. CPA itu ada berbagai macam modul
audit syariah. Masih perlu adanya standar silahkan ujian kapan saja itu lebih bagus.
tambahan karena auditor syariah bukan hanya Artinya bisa ngatur jadwal karena kan
memeriksa mengenai transaksi melainkan utamanya kalo auditor itu sudah punya
kesesuaian kegiatan LKS dengan prinsip syariah. pekerjaan dan sudah punya jadwal kalo
Berikutnya informan kedua yaitu jadwalnya ditentukan bisa jadi tabrakan
Habiburrochman. Wawancara dilakukan pada 22 dengan jadwal yang lain...”
25
Dewi & Sawarjuwono/Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis Vol. 6(1), 2018, pp 17-28

Dari wawancara tersebut dapat hanya sebatas menguji pengetahuan peserta bukan
diinterpretasikan bahwa USAS masih belum kompetensi yang dimiliki oleh peserta dan
mencukupi jika digunakan untuk menguji mekanisme pelaksanaannya juga masih perlu
kompetensi auditor syariah karena auditor syariah diperbaiki.
perlu mengkaji banyak hal bukan hanya terbatas
pada perlakuan akuntansi tetapi implementasi 5. Kesimpulan, Implikasi, dan Keterbatasan
syariah pada produk yang dimiliki LKS terlebih Berdasarkan penelitian ini, dapat diketahui
jika dilihat dari materi ujian yang diberikan, hanya bahwa auditor syariah begitu berbeda dengan
sebatas menguji pengetahuan peserta. Jika ingin auditor pada lembaga konvensional. Ruang
menguji kompetensi maka materi yang diberikan lingkup penugasan auditor syariah jauh lebih luas
harus lebih dari apa yang saat ini ada di silabi karena tidak hanya memeriksa kewajaran laporan
USAS saat ini. Materi ujian harus mencakup keuangan, tetapi juga melakukan shariah review
tentang SAK syariah dan bagaimana praktik bisnis untuk memastikan bahwa kegiatan operasional
syariah. untuk mekanisme palaksanaanya sendiri LKS telah sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
juga akan lebih baik jika tidak usah dibagi menjadi Luasnya ruang lingkup penugasan auditor syariah
beberapa level, namun langsung dalam sekali ujian ini menyebabkan timbulnya kebutuhan akan
karena jika dilihat, sistem leveling ini justru kompetensi yang berbeda dengan auditor pada
menyulitkan peserta yang kebanyakan merupakan umumnya. Auditor syariah dituntut untuk
praktisi sehingga terlalu sulit untuk membagi memiliki kompetensi di bidang akuntansi dan
jadwal. audit syariah. Apabila dilihat dari kompetensi
Dari keseluruhan referensi yang telah dibaca yang perlu dimiliki oleh auditor syariah, tentu
serta wawancara yang telah dilakukan, semua SAS masih belum mencukupi jika digunakan
setuju bahwa ruang lingkup audit syariah jauh sebagai sertifikasi untuk menguji kompetensi
lebih luas daripada audit pada lembaga keuangan auditor syariah. Hal ini terlihat dari materi-materi
konvensional di mana auditor syariah bukan hanya yang diujikan dalam SAS. Materi yang digunakan
memeriksa kewajaran laporan keuangan dalam USAS hanya membahas masalah teknik
melainkan juga kepatuhan LKS terhadap prinsip akuntansi syariah, namun materi mengenai teknik
syariah, sehingga kompetensi yang perlu dimiliki serta proses audit syariah tidak dibahas sama
oleh auditor syariah juga berbeda dengan auditor sekali dalam SAS sementara akuntansi dan audit
konvensional. Auditor syariah perlu mengikuti merupakan hal yang berbeda. Bahkan SAS
sertifikasi khusus yang menyatakan bahwa mereka terkesan hanya menguji pengetahuan peserta
telah memenuhi kualifikasi sebagai auditor bukan kompetensi yang dimiliki oleh peserta,
syariah. Inilah yang menyebabkan perlunya sehingga lembaga profesi akuntan di Indonesia
diadakan program sertifikasi auditor syariah di perlu mengkaji lagi program sertifikasi yang sudah
Indonesia untuk menjamin bahwa auditor syariah ada dan mempertimbangkan untuk membentuk
telah memenuhi kualifikasi yang dibutuhkan program sertifikasi baru bagi auditor syariah agar
karena program sertifikasi auditor syariah masih dapat mencetak auditor syariah yang memenuhi
belum ada di Indonesia. IAI sebagai salah satu kualifikasi.
lembaga profesi akuntan di Indonesia hanya Agar dapat mencetak auditor-auditor yang
mengadakan SAS yang tentunya masih belum kompeten dan memenuhi kualifikasi, perlu adanya
cukup jika digunakan untuk menguji kompetensi koordinasi yang baik antara lembaga yang
auditor syariah jika ditinjau dari materi yang memfasilitasi sertifikasi, dalam hal ini adalah IAI
diberikan. Bahkan salah satu informan yang dengan para pelaku yang berkecimpung dalam
berhasil diwawancara mengatakan bahwa USAS bidang syariah. Mengingat praktik audit syariah
26
Dewi & Sawarjuwono/Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis Vol. 6(1), 2018, pp 17-28

yang masih tergolong baru di Indonesia, maka institutions. In Islamic finance: Instruments
tidak heran jika masih perlu kajian yang lebih and Markets. Bloomsbury, London:
dalam lagi dalam melaksanakan program QFinance.
IIB. (2015). Certified Shariah auditor. Retrieved
sertifikasi bagi auditor syariah. untuk itu penulis
September 10, 2017, from
menyarankan agar IAI dapat melakukan kerja https://iib.umt.edu.pk/Certifications/Certified
sama dengan AAOIFI sebagai lembaga yang -Shariah-Auditor.aspx
terlebih dahulu memiliki program sertifikasi Institut Akuntan Publik Indonesia. (2011). Standar
auditor syariah untuk membentuk pusat pelatihan Profesional Akuntan Publik (SPAP). Jakarta:
(training center) bagi auditor syariah seperti Salemba Empat.
halnya lembaga-lembaga kursus lain yang telah Izzatika, N. F., & Lubis, A. T. (2016). Isu dan
tantangan kompetensi Dewan Pengawas
berafiliasi dengan AAOIFI. Selain dapat
Syariah di Indonesia. Jurnal Akuntansi Dan
membentuk pusat pelatihan, IAI juga dapat Keuangan Islam, 4(2), 147–167.
bekerja sama dengan AAOIFI untuk menjadi Kasim, N., Ibrahim, S. H. M., & Sulaiman, M.
lembaga afiliasi yang mengadakan sertifikasi (2009). Shari’ah auditing in Islamic financial
auditor syariah di Indonesia. Saran untuk institutions: Exploring the gap between the
penelitian selanjutnya agar dilakukan penelitian ‘desired’ and the ‘actual.’ Global Economy
mengenai lembaga apa yang seharusnya and Finance Journal, 2(2), 127–137.
Kasim, N., Sanusi, Z. M., Mutamimah, T., &
melakukan sertifikasi dan bagaimana sebaiknya
Handoyo, S. (2013). Assessing the current
kegiatan sertifikasi dilakukan (melaksanakan practice of auditing in Islamic financial
sertifikasi secara independen atau melakukan kerja institutions in Malaysia and Indonesia.
sama dengan AAOIFI seperti yang dilakukan oleh International Journal of Trade, Economics
lembaga ISRA di Malaysia). and Finance, 4(6), 414–418.
https://doi.org/10.7763/ijtef.2013.v4.328
Khan, M. A. (1985). Role of the auditor in an
Daftar Pustaka
Islamic economy. Journal of Research in
AAOIFI. (2007). Certified Shariah adviser and Islamic Economics, 3(1), 31–42.
auditor (CSAA). Retrieved September 10, Mardian, S. (2013). Auditor syariah: Lulusan
2017, from syariah atau lulusan akuntansi. Kordinat
www.aaoifi.com/certificatin/certified-shariah- Jurnal Komunikasi Antar Perguruan Tinggi
adviser-and-auditor-csaa/?lang=en Agama Islam Swasta, 8(1), 179–198.
AICPA. (1994). Improving business reporting - A Mardian, S. (2015). Tingkat kepatuhan syariah di
customer focus: Meeting the information lembaga keuangan syariah. Jurnal Akuntansi
needs of investors and creditors, Dan Keuangan Islam, 3(1), 57–68.
comprehensive report of the special OJK. (2017). Daftar kantor akuntan
committee on financial reporting. New York. publik/akuntan publik yang terdaftar sebagai
Akbar, T., Mardian, S., & Anwar, S. (2015). auditor bank di Otoritas Jasa Keuangan.
Mengurai permasalahan audit syariah dengan Jakarta.
Analytic Network Process (ANP). Akuntansi Rahman, A. R. A. (2008). Shari’ah audit for
Dan Keuangan Islam, 2(2), 101–123. Islamic financial services: The needs and
Ali, N. A. M., Mohamed, Z. M., Shahimi, S., & challenges. In ISRA Islamic Finance Seminar
Shafii, Z. (2016). Knowledge for Shari’ah (pp. 1–15). Kuala Lumpur, Malaysia.
auditors’ competency in Islamic financial https://doi.org/10.13140/RG.2.1.1306.0241
institutions. International Journal of Trade, Sawarjuwono, T., Basuki, & Harymawan, I.
Economics and Finance, 7(4), 113–120. (2011). Menggali nilai, makna, dan manfaat
https://doi.org/10.18178/ijtef.2016.7.4.509 perkembangan sejarah pemikiran akuntansi
CERT. (2014). Shariah audit in Islamic finance. syariah di Indonesia. Jurnal Akuntansi Dan
Centre for Research and Training. Auditing Indonesia, 15(1), 65–82.
Haniffa, R. (2010). Auditing Islamic financial
27
Dewi & Sawarjuwono/Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis Vol. 6(1), 2018, pp 17-28

Shafii, Z., Salleh, S., Zakaria, N., Hanefah, M. M.,


Ali, N. A. M., & Yunanda, R. A. (2014).
Shariah audit certification contents: Views of
regulators, Shariah committee, Shariah
reviewers and undergraduate students.
International Journal of Economics and
Finance, 6(5), 210–219.
https://doi.org/10.5539/ijef.v6n5p210
SZIC. (2011). Shariah audit certificate course.
Retrieved September 10, 2017, from
www.szic.edu.pk/certificate-course/shariah-
audit-and-compliance.html
Uddin, M. H., Ullah, M. H., & Mossain, M. M.
(2013). An Overview on the Basics of
Islamic Audit. European Journal of Business
and Management, 5(28), 9–18.
Yaacob, H. (2012). Issues and challenges of
Shari’ah audit in Islamic financial institution:
A contemporary view. In 3rd International
Conference on Business and Economic
Research (3rd ICBER 2012). Bandung:
www.internationalconference.com.my.
Yaacob, H., & Donglah, N. K. (2012). Shari’ah
audit in Islamic financial institutions: the
postgraduates’ perspective. International
Journal of Economics and Finance, 4(12),
224.
Zed, M. (2004). Metode penelitian kepustakaan.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
28
Dewi & Sawarjuwono/Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis Vol. 6(1), 2018, pp 17-28

Anda mungkin juga menyukai