Anda di halaman 1dari 2

Mengutamakan Orang Lain daripada Diri Sendiri (Itsar)

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Bismillahirahmanirrahim. Alhamdulillahirobbil ‘alamin assolatu waasalmu ‘ala asrofil ambiya iwal mursalin
wa ‘ala alihi wasohbihi ajma’in.
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat
dan nikmatnya kita semua masih bisa berkumpul di tempat ini tanpa adanya halangan sedikitpun dan
dalam keadaan sehat walafiat. Tidak lupa sholawat serta salam tetap kita curah limpahkan kepada
junjungan Nabi Besar Muhammad saw yang telah membawa kita ke luar dari zaman kegelapan menuju
ke zaman yang terang benderang saat ini, yakni agama Islam. Semoga kita semua mendapatkan
syafaatnya pada yaumil akhir kelak aamiin.
Bagaimana kabar kalian? Saya yakin kalian semua dalam keadaan sehat walafiat. Sebelumnya
apakah kalian sudah mengenal saya? Ada pepatah yang mengatakan kalau tak kenal maka tak sayang.
Oleh karena itu, saya akan pernkenalkan diri saya terlebih dahulu. Nama saya adalah Putri Purnama Sari,
saya biasa di panggil Putri. Kesibukan yang saya kerjakan sekarang ini adalah sedang mengurus
persyaratan Sumpah Dokter. Apakah kalian ingin menjadi seorang dokter? Baik, saya akan menceritakan
mengenai itsar, sikap yang seharusnya dimiliki oleh setiap manusia terutama kita sebagai seorang dokter.
Ada yang tahu apa itu itsar?
َ ‫إ‬
Itsar (‫) ِْليث ُارا‬, secara bahasa bermakna melebihkan orang lain atas dirinya sendiri. Sebagian
dokter mungkin akan berkata, “Sekarang zaman susah, kita harus memikirkan dana kesehatan kita sendiri.
Kita harus memikirkan pendidikan anak-anak kita. Kita harus memikirkan keamanan dana terhadap
tuntutan malpraktik. Yang benar saja bung ini nasib kita, ah ndak usah sok idealis lah”. Sebagian mungkin
akan menambahkan “Pasien itu maunya enaknya saja, ketika dia puas dengan kita, mereka diam saja.
Tetapi begitu kita ada masalah sedikit saja, langsung dibesar-besarkan dan nama kita masuk media.
Kenapa harus memikirkan mereka dengan sungguh di luar jam praktik”. nilah kategori pemikiran yang
berorientasi transaksional keuntungan jangka pendek.
Mereka yang berorientasi pemikiran jangka panjang akan berpendapat, “Wahai teman sejawat di
zaman yang serba kompetitif ini, mau tidak mau, hubungan jangka panjang yang terjalin dengan baik
itulah keunggulan bersaing kita”. Mereka menjelaskan “Altruisme atau itsar pada pasien toh tidak
semuanya, paling terjadi kurang dari 10 % pasien yang berkunjung tapi efeknya luar biasa. Menjadi sumber
berita dalam populasi calon pasien target Anda. Nama Anda melambung. Jadi buah bibir di setiap forum.
Dokter A dermawan dan sebagainya. Semua orang akan menengok ke nama Anda. Itu baru yang pertama.
Kalau Anda berhasil membina hubungan baik dalam jangka panjang, bila diagnosis atau terapi Anda tidak
tepat asal tidak fatal, mereka masih akan tetap kembali pada Anda. Mereka masih memaafkan Anda.
Justru mereka akan merasa bersalah bila pindah ke dokter lain. Ingat HUBUNGAN JANGKA PANJANG,
berarti kesinambungan penerimaan keuangan jangka panjang Anda. Intinya kalau Anda mau kaya harus
berjiwa kaya dulu.”
Disebutkan dalam QS. Al-Hasyr ayat 9 yang berbunyi :

artinya : Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun
mereka dalam kesusahan.”
Adapun ibnu katsir menyebutkan mengenai sikap itsar tersebut ; “Mereka mendahulukan orang-orang
yang sangat membutuhkan daripada kepentingan pribadi.” (Tafsir Ibnu Katsir 8/70). Selain itu Ibnu
Taimiyyah berkata, “Adapun mengutamakan orang lain padahal ia sedang kesusahan, itu lebih utama
daripada sekadar bersedekah dengan senang hati. Karena tidak semua orang yang bersedekah itu
senang hati lagi dalam kesusahan.” (Minhajus Sunnah 7/129).
Menurut Anda, apakah perlu dokter itu memiliki jiwa altruism atau mempunyai itsar yang tinggi?
Dokter yang mempunyai sikap itsar atau altruis pada prinsipnya adalah dokter yang kaya hati, yakni dokter
yang kaya akan cara mewujudkan kebahagiaan yang dapat dirasakan, baik untuk dirinya, keluarganya,
koleganya sesama dokter, bersama-sama dengan pasien, maupun keluarganya.
Dokter kaya hati inilah wujud dari adanya jiwa itsar atau altruisme dalam diri seseorang. Jadi tidak
saja berorientasi pada orang lain, tetapi juga memperhatikan kebahagiaan diri serta tetap menjaganya
selalu dalam keseimbangan. Namun demikian, keterbatasan-keterbatasan manusiawi harus tetap
diperhatikan, sebelum berorientasi pada orang lain. Wallahua'lam
Demikian ceramah agama yang dapat saya sampaikan pada kesempatan ini, semoga dapat
bermanfaat bagi kita semua dan dapat kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Lebih dan kurangnya
mohon dimaafkan, yang benar datangnya dari Allah SWT Yang Maha Benar, dan yang salah, khilaf, atau
keliru itu datangnya dari saya pribadi sebagai manusia biasa yang tidak pernah luput dari salah, khilaf dan
dosa.
Akhir kalam, Subhaanaka Allaahumma wabihamdika asyhadu an laa-ilaaha illaa Anta astaghfiruka wa-
atuubu ilaik. Wassalamu alaikum Wr.Wb.

Anda mungkin juga menyukai