Herpes Simplek Genitalis Portofolio DR - Lia
Herpes Simplek Genitalis Portofolio DR - Lia
Subyektif
Pasien mengeluhkan timbul lenting-lenting berisi cairan disertai luka-luka kecil di
daerah kemaluan. Terasa panas dan nyeri sejak ± 5 hari SMRS.
Obyektif
A. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum : Tampak kesakitan
b.Kesadaran : Composmentis
c.Tanda vital
Tekanan Darah: 120/80 mmHg
Nadi : 82 kali/menit, kualitas kuat
Suhu : 36,4°C
SpO2 : 99%
Berat Badan : 65 Kg
d. Kepala
Kepala : Normosefali.
Rambut :Rambut berwarna hitam, tebal, distribusi merata, tidak
terdapat alopesia.
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor
3mm/3mm, reflek cahaya (+/+).
Telinga : Tidak ada kelainan
Hidung : Septum nasi tidak deviasi,secret (+).
Mulut : Tidak ada kelainan.
Lidah : Bentuk simetris, tidak tremor, tidak kotor, warna merah
keputihan.
Faring : Tidak tampak hiperemis, tidak edema, tidak ada abses, tidak
ada pseudomembran.
Tonsil :Warna merah muda, tidak hiperemis, tidak ada
abses/pseudomembran.
e. Leher : Pembesaran KGB (-), Pembesaran Kelenjar Tyroid (-), kaku
kuduk (-) , massa (-)
f. Toraks
1. Pulmo
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ditemukan retraksi dinding
dada.
Palpasi : Vokal fremitus sama kanan dan kiri
Perkusi : Sonor dikedua lapang paru
Auskultasi : Vesikule (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (+/+)
2. Cor
Inspeksi : Ictuscordis tidak terlihat
Palpasi :Tidak teraba adanya thrill, apeks tidak teraba
Perkusi :Batas kanan : ICS IV LPS kanan
Batas kiri : ICS V LMC kiri
Batas atas : ICS II LPS kanan
Auskultasi :Suara jantung normal, bising (-), gallop(-)
g. Abdomen
Inspeksi :Supel, dinding abdomen cembung
Palpasi :Abdomen Soepel, Hepar dan lien tidak teraba
Auskultasi :Bising usus ( + ) normal
Perkusi :Suara ketuk tympani
Genitalia eksterna
Labia mayora/minora : simetris
Pembengkakan kelenjar bartolini : tidak ada
Ekstremitas
Ekstremitas atas : akral hangat, edema (-/-), CRT < 2 s.
Ekstremitas bawah : akral hangat, edema (-/-), CRT < 2 s. Tidak
terdapat pembesaran di KGB inguinal
STATUS DERMATOLOGIS
Lokasi : Labia mayora dan minora dektra dan sinistra, vulva vagina
Distribusi : Terlokalisir
Efloresensi :Tampak vesikel berkelompok di atas permukaan kulit yang
eritematous, bentuk bulat, batas tegas.
Ulkus dangkal di atas kulit yang eritematous, bentuk tak teratur,
batas tegas, tepi datar, dasar kotor, nyeri tekan (+), indurasi (-).
Erosi(+),
Flour (+),dengan warna purulen
B. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan darah rutin (28- Maret-2018)
Pemeriksaaan Hasil Nilai rujukan Satuan
Hematologi
Hemoglobin 12,9 11-16 g/dL
Hematokrit 38,8 35-47 %
Leukosit 6,2 4-11 ribu/ul
Trombosit 291 150-450 ribu/ul
Eritrosit 4,95 4 -5.5 juta/ul
MCV/MCH/MCHC
MCV 79,6 80-100 Fl
MCH 25,7 26-34 Pg
MCHC 32.5 32-36 g/dl
RDW-CV 14,4 11-16 %
Mixed(EO/Mo/Ba) 9,5 3-10 %
Limfosit 28 20-40 %
Neutrofil 61 40-70 %
C. DIAGNOSA MASUK
- Herpes Simplek Genitalis
D. TERAPI IGD
- IVFD RL + Ketorolac 1 Amp 20 gtt/i
- Inj. Ranitidin 2x 1 Amp
- Po : Acyclovir 5x 400mg
E. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
“Assessment”
1.1 DEFINISI
Herpes genitalis merupakan infeksi pada genital dengan gejala khas
berupa vesikelyang berkelompok dengan dasar eritem bersifat rekuren.Herpes
genitalis terjadi pada alatgenital dan sekitarnya (bokong, daerah anal dan paha).
Ada dua macam tipe HSV (Herpes Simplex Virus) yaitu: HSV-1 dan HSV-2 dan
keduanya dapat menyebabkan herpes genital.Infeksi HSV-2 sering ditularkan
melalui hubungan seks dan dapat menyebabkan rekurensidan ulserasi genital yang
nyeri. Tipe 1 biasanya mengenai mulut dan tipe 2 mengenaidaerah genital.1
HSV (Herpes Simplex Virus) dapat menimbulkan serangkaian penyakit,
mulai dari ginggivostomatitis sampai keratokonjungtivitis, ensefalitis, penyakit
kelamin dan infeksi pada neonatus. Komplikasi tersebut menjadi bahan pemikiran
dan perhatian dari beberapa ahli, seperti: ahli penyakit kulit dan kelamin, ahli
kandungan, ahli mikrobiologi dan lain sebagainya. Infeksi primer oleh HSV lebih
berat dan mempunyai riwayat yang berbeda dengan infeksi rekuren. Setelah
terjadinya infeksi primer virus mengalami masa laten atau stadium dorman, dan
infeksi rekuren disebabkan oleh reaktivasi virus dorman ini yang kemudian
menimbulkan kelainan pada kulit. Infeksi herpes simpleks fasial-oral rekuren atau
herpes labialis dikenali sebagai fever blister atau cold sore dan ditemukan pada
25-40% dari penderita Amerika yang telah terinfeksi. Herpes simpleks fasial-oral
biasanya sembuh sendiri. Tetapi pada penderita dengan imunitas yang rendah,
dapat ditemukan lesi berat dan luas berupa ulkus yang nyeri pada mulut dan
esophagus.1
Virus herpes merupakan sekelompok virus yang termasuk dalam famili
herpesviridae yang mempunyai morfologi yang identik dan mempunyai
kemampuan untukberada dalam keadaan laten dalam sel hospes setelah infeksi
primer. Virus yang beradadalam keadaan laten dapat bertahan untuk periode yang
lama bahkan seumur hiduppenderita. Virus tersebut tetap mempunyai kemampuan
untuk mengadakan reaktivasikembali sehingga dapat terjadi infeksi yang
rekuren.Prevalensi yang dilaporkan dari herpesgenitalis bergantung pada
karakteristik demografis, sosial ekonomi dan klinis dari populasipasien yang
pernah diteliti dan teknik pemeriksaan laboratorium dan klinik digunakanuntuk
mendiagnosa. Studi seroepidemiologi menunjukkan disparitas yang lebar
antaraprevalensi antibodi dan infeksi klinis, ini mengindikasikan bahwa banyak
orang mendapat infeksi subklinik.1
2.2 EPIDEMIOLOGI
Prevalensi anti bodi dari HSV-1 pada sebuah populasi bergantung pada
faktor-faktor seperti negara, kelas sosial ekonomi dan usia. HSV-1 umumnya
ditemukan pada daerah oral pada masa kanak-kanak, terlebih lagi pada kondisi
sosial ekonomi terbelakang. Kebiasaan, orientasi seksual dan gender
mempengaruhi HSV-2. HSV-2 prevalensinya lebih rendah dibanding HSV-1 dan
lebih sering ditemukan pada usia dewasa yang terjadi karena kontak seksual.
Prevalensi HSV-2 pada usia dewasa meningkat dan secara signifikan lebih tinggi
Amerika Serikat daripada Eropa dan kelompok ethnik kulit hitam dibanding kulit
putih. Seroprevalensi HSV-2 adalah 5% pada populasi wanita secara umum di
Inggris, tetapi mencapai 80% pada wanita Afro-Amerika yang berusia antara 60-
69 tahun di Amerika Serikat.2
Herpes genital mengalami peningkatan antara awal tahun 1960-an dan
1990-an. DiInggris laporan pasien dengan herpes genital pada klinik PMS
meningkat enam kali lipatantara tahun 1972-1994. Kunjungan awal pada dokter
yang dilakukan oleh pasien diAmerika Serikat untuk episode pertama dari herpes
genital meningkat sepuluh kali lipatmulai dari 16.986 pasien di tahun 1970
menjadi 160.000 di tahun 1995 per 100.000 pasienyang berkunjung. Di samping
itu lebih banyaknya golongan wanita dibandingkan priadisebabkan oleh anatomi
alat genital (permukaan mukosa lebih luas pada wanita),seringnya rekurensi pada
pria dan lebih ringannya gejala pada pria. Walaupun demikian,dari jumlah
tersebut di atas hanya 9% yang menyadari akan penyakitnya.2
Studi pada tahun 1960 menunjukkan bahwa HSV-1 lebih sering
berhubungandengan kelainan oral dan HSV-2 berhubungan dengan kelainan
genital.Atau dikatakanHSV-1 menyebabkan kelainan di atas pinggang dan VHS-2
menyebabkan kelainan dibawah pinggang.Tetapi didapatkan juga jumlah
signifikan genital herpes 30-40%disebabkan HSV-1.HSV-2 juga kadang-kadang
menyebabkan kelainan oral, diduga karenameningkatnya kasus hubungan seks
oral.Jarang didapatkan kelainan oral karena VHS-2tanpa infeksi genital. Di
Indonesia, sampai saat ini belum ada angka yang pasti, akan tetapidari 13 RS
pendidikan herpes genitalis merupakan PMS (Penyakit Menular Seksual)dengan
gejala ulkus genital yang paling sering dijumpai.2
1.3 ETIOLOGI
Herpes genitalis disebabkan oleh HSV atau herpes virus hominis (HVH),
yang merupakan anggota dari famili herpesviridae. Adapun tipe-tipe dari HSV:
Herpes simplex virus tipe I: umumnya menyebabkan lesi atau luka
pada sekitar wajah, bibir, mukosa mulut, dan leher.
Herpes simplex virus tipe II: umumnya menyebabkan lesi pada genital
dan sekitarnya (bokong, daerah anal dan paha).
Herpes simplex virus tergolong dalam famili herpes virus, selain HSV
yang jugatermasuk dalam golongan ini adalah Epstein Barr (mono) dan varisela
zoster yangmenyebabkan herpes zoster dan varisela. Sebagian besar kasus herpes
genitalis disebabkanoleh HSV-2, namun tidak menutup kemungkinan HSV-1
menyebabkan kelainan yangsama. Pada umumnya disebabkan oleh HSV-2 yang
penularannya secara utama melaluivaginal atau anal seks.Beberapa tahun ini,
HSV-1 telah lebih sering juga menyebabkanherpes genital.HSV-1 genital
menyebar lewat oral seks yang memiliki cold sore padamulut atau bibir, tetapi
beberapa kasus dihasilkan dari vaginal atau anal seks.
1.4 PATOGENESIS
HSV-1 dan HSV-2 adalah termasuk dalam famili herpesviridae; sebuah
grup virus DNArantai ganda lipid-enveloped yang berperan secara luas pada
infeksi manusia.Kedua serotipe HSV dan virus varisela zoster mempunyai
hubungan dekat sebagaisubfamili virus alpha herpesviridae. Alfa herpes virus
menginfeksi tipe sel multipel,bertumbuh cepat dan secara efisien menghancurkan
sel host dan infeksi pada sel host.Infeksi pada natural host ditandai oleh lesi
epidermis, seringkali melibatkan permukaanmukosa dengan penyebaran virus
pada sistem saraf dan menetap sebagai infeksi laten padaneuron, dimana dapat
aktif kembali secara periodik. Transmisi infeksi HSV seringkaliberlangsung lewat
kontak erat dengan pasien yang dapat menularkan virus lewat permukaan
mukosa.1
Gambar 1. Patogenesis virus herpes
Gambar 2. Dua virus herpes dalam noda negatif mikrograf elektron transmisi
(TEM)
Gambar 3. Herpes simplex virus: positive Tzanck smear A giant,
multinucleated keratinocyte on a Giemsa-stained smear obtained from a vesicle
base. Compare the size of the giant cell to that of the neutrophils also seen in this
preparation. An isolated acantholytic keratinocyte is also seen. Identical findings
are present in lesions caused by varicella zoster virus.
1.5 DIAGNOSIS
Secara klinis ditegakkan dengan adanya gejala khas berupa vesikel
berkelompok dengan dasar eritem dan bersifat rekuren.Gejala dan tanda
dihubungkan dengan HSV-2.Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis,
pemeriksaan fisik jika gejalanya khas dan melalui pengambilan contoh dari luka
(lesi) dan dilakukan pemeriksaan laboratorium.Tes darah yang mendeteksi HSV-1
dan HSV-2 dapat menolong meskipun hasilnya tidak terlalu memuaskan. Virus
kadang-kadang namun tak selalu, dapat dideteksi lewat tes laboratorium yaitu
kultur. Kultur dikerjakan dengan menggunakan swab untuk memperoleh material
yang akan dipelajari dari luka yang dicurigai sebagai herpes.5
a. Gejala Klinis
Infeksi awal dari 63% HSV-2 dan 37% HSV-1 adalah asimptomatik.
Simptom dariinfeksi awal (saat inisial episode berlangsung pada saat infeksi awal)
simptom khas munculantara 3 hingga 9 hari setelah infeksi, meskipun infeksi
asimptomatik berlangsung perlahandalam tahun pertama setelah diagnosa
dilakukan pada sekitar 15% kasus HSV-2. Inisial episode yang juga merupakan
infeksi primer dapat berlangsung menjadi lebih berat. InfeksiHSV-1 dan HSV-2
agak susah dibedakan.
Tanda utama dari genital herpes adalah luka di sekitar vagina, penis, atau
di daerah anus.Kadang-kadang luka dari herpes genital muncul di skrotum,
bokong atau paha. Luka dapat muncul sekitar 4-7 hari setelah infeksi.10
Gejala dari herpes disebut juga outbreaks, muncul dalam dua minggu
setelah orang terinfeksi dan dapat saja berlangsung untuk beberapa minggu.
Adapun gejalanya sebagai berikut:
Nyeri dan disuria
Uretral dan vaginal discharge
Gejala sistemik (malaise, demam, mialgia, sakit kepala)
Limfadenopati yang nyeri pada daerah inguinal
Nyeri pada rektum, tenesmus
Tanda-tanda:
Eritem, vesikel, pustul, ulserasi multipel, erosi, lesi dengan krusta
tergantung pada tingkat infeksi
Limfadenopati inguinal
Faringitis
Cervisitis
1.7 PENATALAKSANAAN
Pada prinsipnya, penanganan dari infeksi Herpes Simpleks Virus (HSV)
ada 3 macam, yaitu:
(1) Terapi Spesifik
(2) Terapi Non-Spesifik
(3) Terapi Profilaksis
Tujuan dari masing-masing terap tersebut adalah untuk mempercepat proses
penyembuhan, meringankan gejala prodromal, dan menurunkan angka penularan.6
1. Terapi Spesifik
Herpes Labialis
a. Topikal
Penciclovir krim 1% (tiap 2 jam selama 4 hari) atau Acyclovir
krim 5% (tiap 3 jam selama 4 hari). Idealnya, krim ini digunakan 1
jam setelah munculnya gejala, meskipun juga pemberian yang
terlambat juga dilaporkan masih efektif dalam mengurangi gejala
serta membatasi perluasan daerah lesi. (Rekomendasi FDA &
IHMF)
b. Sistemik
Valacyclovir tablet 2 gr sekali minum dalam 1 hari yang diberikan
begitu gejala muncul, diulang pada 12 jam kemudian, atau
Acyclovir tablet 400 mg 5 kali sehari selama 5 hari, atau
Famciclovir 1500 mg dosis tunggal yang diminum 1 jam setelah
munculnya gejala prodromal.
Herpes Genitalis
o Infeksi Primer
(Rekomendasi WHO 2003)
1) Acyclovir 200 mg po 5 x/hari, selama 7 hari, atau
2) Acyclovir 400 mg po 3 x/hari, selama 7 hari, atau
3) Valacyclovir 1 gr po 2x/hari, selama 7 hari
(Rekomendasi CDC 2010)
1) Acyclovir 200 mg po 5 x/hari, selama 7-10 hari, atau
2) Acyclovir 400 mg po 3 x/hari, selama 7-10 hari, atau
3) Valacylovir 1 gr po 2x/hari, selama 7-10 hari, atau
4) Famciclovir 250 mg po 3x/hari, selama 7-10 hari
o Infeksi Rekuren
Terapi rekuren ditujukan untuk mengurangi angka
kekambuhan dari herpes genitalis, dimana tingkat kekambuhan
berbeda pada tiap individu, bervariasi dari 2 kali/tahun hingga
lebih dari 6 kali/tahun.Terdapat 2 macam terapi dalam
mengobati infeksi rekuren, yaitu terapi episodik dan terapi
supresif.
Terapi Episodik:
(Rekomendasi WHO 2003)
1) Acyclovir
200 mg po 5x/hari, 5 hari, atau 400 mg p.o 3x/hari, 5
hari, atau 800 mg p.o 2x/hari, 5 hari
2) Valacyclovir
500 mg p.o 2x/hari, 5 hari, atau 1 gr p.o 1x/hari, 5 hari
3) Famciclovir
125 mg p.o 2x/hari,5 hari
(Rekomendasi CDC 2010)
1) Acyclovir
400 mg p.o 3x/hari, 5 hari, atau 800 mg 2x/hari, 5 hari,
atau 800 mg p.o 3x/hari, 2 hari
2) Valacyclovir
500 mg p.o 2x/hari 3 hari, atau 1 gr p.o 1x/hari, 5 hari
3) Famciclovir
125 mg p.o 2x/hari, 5 hari, atau 1 gr p.o 2x/hari, 1 hari,
atau 500 mg 1x diikuti dengan 250 mg 2x/hari, 2 hari
Terapi Supresif
(Rekomendasi WHO 2003 & CDC 2010)
1) Acyclovir 400 mg p.o 2x/hari, atau
2) Famciclovir 250 mg p.o 2x/hari, atau
3) Valacyclovir 500 mg p.o 1x/hari, atau
4) Valacyclovir 1 gr p.o 1x/hari selama 1 tahun
Manajemen HSV
1. Pada Neonatus
Penatalaksanaan bayi lahir dari ibu dengan herpes genitalis yaitu
mengidentifikasi secepatnya kemungkinan adanya infeksi herpes pada
bayi tersebut. Oleh karena itu direkomendasikan dilakukan pemeriksaan
kultur virus dari sekret serviks ketika persalinan berlangsung pada semua
ibu hamil dengan riwayat herpes genitalis. Selain itu juga pemeriksaan
kultur virus dari mukosa orofaring atau mukosa konjungtiva dari bayi
yang dicurigai. Pada bayi dengan ibu mengidap herpes genitalis primer
pada saat persalinan pervaginam, harus diberikan terapi profilaksis
acyclovir intravena dengan dosis 60 mg/kgBB/hari yang terbagi dalam 3
dosis yang diberikan selama 21 hari atau acyclovir intravena 10 mg/kgBB
tiap 8 jam selama 10-21 hari Terapi ini juga diberikan pada bayi yang
dinyatakan positif terinfeksi, dan terapi diberikan seawal mungkin ketika
mulai timbul gejala.
2. Penderita HIV
Penderita dengan immunocompromised biasanya memiliki gejala
yang lebih berat serta lebih lama pada daerah genital, perianal, atau
oral.Lesi yang disebabkan oleh HSV biasanya bersifat atipik, lebih nyeri,
serta lebih berat.Meskipun terapi antiretroviral bisa menurunkan tingkat
keparahan dari infeksi herpes genital, namun infeksi subklinik tetap dapat
terjadi. Pemberian terapi supresif atau terapi episodik menggunakan agen
antivirus oral terbukti efektif dalam memperingan manifestasi klinik dari
HSV yang disertai dengan infeksi HIV.7
3. Partner seks
Pasangan seks dari pasien yang memiliki herpes genitalis bisa
mendapatkan keuntungan dari evaluasi dan konseling. Pasangan seks yang
menunjukkan gejala harus dievaluasi dan diobati dengan cara yang sama
seperti pasien dengan herpes genitalis. Pasangan seks dari penderita herpes
genitalis yang tidak menunjukkan gejala harus ditanyakan riwayat dari lesi
genital dan ditawarkan untuk melakukan uji serologis tipe spesifik untuk
infeksi HSV.
2. Terapi Non-Spesifik
Pengobatan non-spesifik ditujukan untuk memperingan gejala yang timbul
berupa nyeri dan rasa gatal. Rasa nyeri dan gejala lain bervariasi, sehingga
pemberian analgetik, antipiretik dan antipruritus disesuaikan dengan kebutuhan
individu. Zat-zat pengering yang bersifat antiseptik juga dibutuhkan untuk lesi
yang basah berupa jodium povidon secara topical untuk mengeringkan lesi,
mencegah infeksi sekunder dan mempercepat waktu penyembuhan.Selain itu
pemberian antibiotik atau kotrimoksasol dapat pula diberikan untuk mencegah
infeksi sekunder.
3. Tindakan Profilaksis
Langkah-langkah yang dapat diambil guna mencegah penularan penyakit
herpes simpleks yaitu dengan memberi penjelasan kepada penderita tentang sifat
penyakit yang dapat menular terutama bila sedang terkena serangan.Selain itu
juga dilakukan proteksi individual dengan menggunakan 2 macam alat perintang,
yaitu busa spermisidal dan kondom.Kombinasi tersebut bila diikuti dengan
pencucian alat kelamin memakai air dan sabun pasca koitus, dapat mencegah
transmisi herpes genitalis hampir 100%.Busa spermisidal secara in vitro ternyata
mempunyai sifat virisidal, dan kondom dapat mengurangi penetrasi virus.
Langkah profilaksis lain yaitu dengan menghindari faktor-faktor pencetus
timbulnya serangan herpes, seperti stress, kelelahan, atau yang lainya. Konsultasi
psikiatrik dapat pula membantu karena faktor psikis mempunyai peranan untuk
timbulnya serangan.
Vaksin HSV sedang dikembangkan dengan tujuan untuk memberikan
kekebalan kepada individu yang rentan sehingga diharapkan tidak terjadi infeksi
pada daerah genital serta ganglion sensori menjadi terlindung dari infeksi laten
virus Herpes simplek. Virus yang dikembangkan sekarang dibagi menjadi 2 jenis,
yaitu berupa virus aktif dan inaktif yang masih diteliti mengenai keamanan dan
keefektifanya. Vaksin yang berasal dari HSV gB dan gD, yaitu suatu subunit
glikoprotein yang dikembangkan oleh perusahaan Chiron Group Amerika,
ternyata tidak efektif dalam mencegah transmisi herpes.
Secara ringkas ada 5 langkah utama untuk pencegahan herpes genitalis,
yaitu:
1) Mendidik seseorang yang berisiko tinggi mendapatkan herpes genitalis
danPMS lainnya untuk mengurangi transmisi penularan.
2) Mendeteksi kasus yang tidak diterapi, baik simtomatik atau asimptomatik.
3) Mendiagnosis, konsul dan mengobati individu yang terinfeksi dan follow
up dengantepat.
4) Evaluasi, konsul dan mengobati pasangan seksual dari individu yang
terinfeksi.
5) Skrining disertai diagnosis dini, konseling dan pengobatan sangat berperan
dalam pencegahan.
Menurut Hellen et all, melaporkan bahwa membandingkan sebanyak 740
pasien diberikan placebo dan sebanyak 736 diberikan asiklovir. Dari hasil tersebut
pemberian asiklovir selama 7 hari penyembuhan ulkus lebih cepat dibandingkan
dengan yang diberikan placebo. Hasil ini pada ulkus dengan ukuran <10mm.
Selain itu, efek asiklovir lebih kuat sedikit pada pasien dengan HIV-1seropositive
dibandingkan dengan individu HIV-uninfected.8
1.8 KOMPLIKASI
Komplikasi yang timbul pada penyakit herpes genitalis anatara lain
neuralgia, retensi urine, meningitis aseptik dan infeksi anal. Sedangkan
komplikasi herpes genitalis pada kehamilan dapat menyebabkan abortus pada
kehamilan trimester pertama, partus prematur dan pertumbuhan janin terhambat
pada trimester kedua kehamilan dan pada neonatus dapat terjadi lesi kulit,
ensefalitis, makrosefali dan keratokonjungtivitis. Herpes genital primer HSV-2
dan infeksi HSV-1 ditandai oleh kekerapan gejala lokal dan sistemikprolong.
Demam, sakit kepala, malaise, dan mialgia dilaporkan mendekati 40% dari
kaumpria dan 70% dari wanita dengan penyakit HSV-2 primer. Berbeda dengan
infeksi genitalepisode pertama, gejala, tanda dan lokasi anatomi infeksi rekuren
terlokalisir pada genital.4
Infeksi herpes genital biasanya tidak menyebabkan masalah kesehatan
yang seriuspada orang dewasa.Pada sejumlah orang dengan sistem imunitasnya
tidak bekerja baik,bisa terjadi outbreaks herpes genital yang bisa saja berlangsung
parah dalam waktu yanglama.Orang dengan sistem imun yang normal bisa terjadi
infeksi herpes pada mata yangdisebut herpes okuler.Herpes okuler biasanya
disebabkan oleh HSV-1 namun terkadangdapat juga disebabkan HSV-2. Herpes
dapat menyebabkan penyakit mata yang seriustermasuk kebutaan.5
Wanita hamil yang menderita herpes dapat menginfeksi bayinya.Bayi
yang lahirdengan herpes dapat meninggal atau mengalami gangguan pada otak,
kulit atau mata.Bila pada kehamilan timbul herpes genital, hal ini perlu mendapat
perhatian serius karenavirus dapat melalui plasenta sampai ke sirkulasi fetal serta
dapat menimbulkan kerusakanatau kematian pada janin.Infeksi neonatal
mempunyai angka mortalitas 60%, separuh dariyang hidup menderita cacat
neurologis atau kelainan pada mata.
1.9 PROGNOSIS
Kematian oleh infeksi HSV jarang terjadi.Infeksi inisial dini yang segera
diobati mempunyai prognosis lebih baik, sedangkan infeksi rekuren hanya dapat
dibatasi frekuensi kambuhnya.Pada orang dengan gangguan imunitas, misalnya
penyakit-penyakit dengan tumor di sistem retikuloendotelial, pengobatan dengan
imunosupresan yang lama, menyebabkan infeksi ini dapat menyebar ke alat-alat
dalam dan fatal.Prognosis akan lebih baik seiring dengan meningkatnya usia
seperti pada orang dewasa. Terapi antivirus efektif menurunkan manifestasi klinis
herpes genitalis.
Tanggal 27 Februari 2018 28 Februari 2017
S Timbul lenting-lenting berisi cairan Lenting-lenting berisi cairan disertai luka-
disertai luka-luka kecil di daerah luka kecil di daerah kemaluan. Terasa
kemaluan. Terasa panas dan nyeri. panas dan nyeri.
Demam (+)
O TD: 110/100mmHG, Hr : 86x/I RR: TD: 110/100mmHG, Hr : 86x/I RR: 20x/i,
0 0
20x/i, T: 37,5 C T: 38,5 C
Ruam : Ruam Regio Labia mayora dan Ruam : Ruam Regio Labia mayora dan
minora dektra dan sinistra, vulva vagina minora dektra dan sinistra, vulva vagina
Ulkus dangkal di atas kulit yang Ulkus dangkal di atas kulit yang
eritematous, bentuk tak teratur, batas eritematous, bentuk tak teratur, batas tegas,
tegas, tepi datar, dasar kotor, nyeri tekan tepi datar, dasar kotor, nyeri tekan (+),
(+), indurasi (-). indurasi (-).
Flour (+),dengan warna purulen Flour (+),dengan warna purulen
A Herpes Simplek Genitalis ( HSV II) Herpes Simplek Genitalis ( HSV II)
0
O TD: 110/100mmHG, Hr : 86x/I RR: 20x/i, T: 37,5 C
Ruam : Ruam divulvovagina ulkus dangkal, flour (↓) Erosi
(↓)
Jambi,
Dokter Pembimbing Narasumber