Anda di halaman 1dari 31

KARAKTERISTIK ANATOMI DAN SIFAT FISIS

KAYU JATI SOLOMON UMUR 13 TAHUN ASAL BOGOR

NEVI VENI RIANTIN

DEPARTEMEN HASIL HUTAN


FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya nyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Karakteristik


Anatomi dan Sifat Fisis Kayu Jati Solomon Umur 13 Tahun Asal Bogor” adalah
benar karya saya sendiri dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, 9 Juli 2018

Nevi Veni Riantin


NIM E24140004
ABSTRAK
NEVI VENI RIANTIN. Karakteristik Anatomi dan Sifat Fisis Kayu Jati Solomon
Umur 13 Tahun Asal Bogor. Dibimbing oleh IMAM WAHYUDI.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan membandingkan karakteristik struktur
anatomi, dimensi serat, dan beberapa sifat fisis kayu jati (Tectona grandis) solomon
umur 13 tahun asal Bogor dengan kayu jati lainnya. Ciri makroskopis diamati
secara langsung menggunakan kaca pembesar perbesaran 2.5X, sedangkan ciri
mikroskopisnya melalui sediaan mikrotom menggunakan mikroskop cahaya.
Dimensi serat diukur melalui sediaan maserasi, sedangkan sifat fisis diukur
menggunakan prosedur standar yang dimodifikasi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa struktur anatomi dan panjang serat kayu jati yang diteliti tidak berbeda
dengan struktur anatomi dan panjang serat kayu jati pada umumnya. Sel utama
penyusun kayu terdiri dari serabut, pembuluh, parenkim aksial, dan parenkim jari-
jari. BJ kayu jati solomon yang diteliti lebih tinggi dibandingkan BJ kayu jati
konvensional umur 29 tahun mau pun jati cepat tumbuh umur 5 dan 7 tahun asal
Bogor, namun sebanding dengan BJ kayu jati konvensional umur 14 tahun asal
Gunungkidul, Yogyakarta. Secara umum, kayu jati solomon yang diteliti cocok
digunakan sebagai bahan baku untuk menghasilkan wooden furniture yang bermutu
tinggi. Kayu jati solomon termasuk Kelas Kuat III, bercorak dekoratif, berserat
lurus hingga berpadu, teksturnya halus, susut volume totalnya rendah, dan tidak
memiliki kristal maupun silika.
Kata kunci: jati solomon, sifat fisis, struktur anatomi, wooden furniture.

ABSTRACT
NEVI VENI RIANTIN. Anatomical Characteristics and Physical Properties of the
13 year-old of Solomon Teak from Bogor. Supervised by IMAM WAHYUDI.
Characteristics of anatomical structure including fiber dimension, and several
physical properties of the 13 year-old of salomon teak (Tectona grandis) from
Bogor have been studied and compared to those of another teak in general.
Macroscopic characteristics were observed directly using loupe with 2.5X
magnification, while microscopic characteristics were observed through microtome
specimens by light microscope. Fiber dimension was analyzed through maceration
specimens, while physical properties were measured by using the modification of
standard procedures. Results showed that anatomical structure and fiber length of
this solomon teak were not significantly different from those of the conventional
teak. The main constituent of this wood also consists of fiber, vessel, axial
parenchyma, and ray parenchyma. Specific gravity of this solomon teak was higher
than that of the 29 year-old of the conventional teak or the 5 and 7 year-old of faster
grown teak from Bogor, but similar to that of the 14 year-old of the conventional
teak from Gunungkidul, Yogyakarta. In general, this solomon teak is suitable for
the highest quality of wooden furniture manufacturing. This wood is classified as
the Strength Class of III, has decorative figures, wood grain is straight to
interlocked, wood texture is fine and even, lower in volumetric shrinkage, and
without crystal or silica.
Keywords: anatomical structure, physical properties, solomon teak, wooden
furniture
KARAKTERISTIK ANATOMI DAN SIFAT FISIS
KAYU JATI SOLOMON UMUR 13 TAHUN ASAL BOGOR

NEVI VENI RIANTIN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Sarjana Kehutanan pada Departemen Hasil Hutan

DEPARTEMEN HASIL HUTAN


FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
Judul skripsi : Karakteristik Anatomi dan Sifat Fisis Kayu Jati Solomon Umur
13 Tahun Asal Bogor
Nama : Nevi Veni Riantin
NIM : E24140004

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir. Imam Wahyudi, MS


Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Deded Sarip Nawawi, M.Sc


Ketua Departemen

Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat serta hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Karakteristik
Anatomi dan Sifat Fisis Kayu Jati Solomon Umur 13 Tahun Asal Bogor”, yang
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di
Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Imam Wahyudi, MS
selaku pembimbing atas bimbingannya yang penuh dengan kesabaran. Ungkapan
terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Suparlan (Ayah), Ibu Sri Nuryatin
(Ibu), Susi Firantika (kakak), Qurnely Octavia (Adik), dan Rayhand Risqi
Anandhani (Adik), serta Abid Nur Rahman atas segala doa, kasih sayang, dan
dukungannya, serta kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
kelancaran studi dan kelancaran pelaksanaan penelitian hingga tersusunnya skripsi
ini.
Semoga penelitian ini bermanfaat bagi penulis sendiri maupun semua pihak
yang berkepentingan.

Bogor, Juli 2018

Nevi Veni Riantin


NIM E24140004
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI vi
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN vii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
METODOLOGI 2
Waktu dan Tempat 2
Bahan 2
Alat 2
Prosedur Penelitian 2
Persiapan contoh uji 2
Pembuatan sediaan maserasi dan pengukuran dimensi serat 3
Pengamatan struktur anatomi 3
Pengujian sifat fisis 3
Penyajian data 3
HASIL DAN PEMBAHASAN 4
Struktur Anatomi 4
Proporsi Kayu Teras dan Kayu Gubal 6
Dimensi Serat 6
Kadar Air (KA) Basah 8
Kerapatan dan Berat Jenis 8
Susut Volume dari Kondisi Basah ke Kering Tanur 9
Kemungkinan Penggunaan Kayu 10
SIMPULAN DAN SARAN 10
Simpulan 10
Saran 10
DAFTAR PUSTAKA 11
LAMPIRAN 14
RIWAYAT HIDUP 19
vii

DAFTAR GAMBAR

1 Pembuatan contoh uji kayu jati solomon 3


2 Penampang lintang, radial, dan tangensial (Hasil scanning) 4
3 Penampang lintang di bagian teras, peralihan, dan gubal Perbesaran 2.5X 5
4 Penampang lintang, radial, dan tangensial, di bagian gubal (Perbesaran
40X) 5
5 Penampang lintang, radial, dan tangensial di bagian peralihan (Perbesaran
40X). 5
6 Penampang lintang, radial, dan tangensial di bagian teras (Perbesaran 40X)
5
7 Penampang lintang kayu jati cepat tumbuh umur 5 tahun asal Bogor 6
8 Penampang lintang kayu jati konvensional umur 76 tahun asal Cepu 6
9 Variasi radial nilai panjang serat pada kayu jati solomon 7
10 Tebal dinding serat di bagian gubal, peralihan, dan teras 7
11 KA di bagian gubal, peralihan dan teras 8
12 Kerapatan kayu pada masing-masing bagian 9
13 Berat jenis kayu pada masing-masing bagian 9
14 Perbandingan susut volume bagian teras, peralihan dan gubal 10

DAFTAR LAMPIRAN

1 Sifat fisis kayu jati solomon dalam keadaan basah 14


2 Panjang serat pada 6 segmen 14
3 Tebal dinding sel di bagian teras, peralihan, dan gubal 15
4 Anova panjang serat setiap segmen 18
5 Anova tebal dinding sel (gubal, peralihan, teras) 18
6 Perbandingan antar sifat-sifat yang diteliti 18
1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Karakteristik kayu jati (Tectona grandis) terutama jati-jati cepat tumbuh
perlu terus diteliti dalam rangka penjaminan mutu produk yang dihasilkannya. Hal
ini mengingat pasokan dan ketersediaan kayu yang sangat diandalkan oleh industri
permebelan terutama wooden furniture di tanah air untuk tujuan ekspor ini semakin
terbatas dan semakin mahal dari tahun ke tahun.
Salah satu jenis jati cepat tumbuh yang banyak ditanam oleh masyarakat di
tanah air adalah jati jumbo atau yang lebih dikenal dengan nama jati solomon (T.
grandis variasi Solomon). Menurut Maskuro (2012), ciri khas pohon jati solomon
adalah tahan penyakit, tumbuh sangat cepat, dengan ukuran daun yang tidak terlalu
lebar tetapi tebal yang tumbuhnya lurus ke atas, berpasangan, dan berwarna hijau
kebiruan. Batangnya kuat, tegak, lurus, bulat, sedikit percabangan, dan jarang
patah. Berdasarkan pengamatan pada penampang lintang kayu jati solomon umur
13 tahun asal Bogor yang dijadikan sampel penelitian ini diketahui bahwa
persentase bagian terasnya lebih besar dibandingkan bagian gubalnya. Hal ini
mengindikasikan bahwa kayu jati solomon berpotensi digunakan sebagai bahan
baku mebel bermutu tinggi karena memiliki tingkat keawetan alami yang tinggi.
Karakteristik kayu jati solomon hasil budidaya masih belum banyak
diketahui. Padahal, informasi tersebut sangat diperlukan terutama untuk menjamin
mutu produk mebel yang dihasilkannya, atau setidaknya dapat menentukan tujuan
akhir penggunaan yang paling tepat sekaligus proses pengolahan yang harus
diterapkan. Apalagi diketahui bahwa sifat dan karakter kayu dari jenis yang sama
juga dipengaruhi oleh perbedaan lokasi dan kondisi tempat tumbuh, asal bibit, serta
umur panen (daur) yang diterapkan.
Untuk menjamin bahwa karakteristik kayu jati solomon hasil budidaya
setara dengan karakteristik kayu jati konvensional dan sekaligus mengatasi masalah
kekurangan kayu jati bermutu tinggi sebagai bahan baku industri mebel, langkah
awal yang harus dilakukan adalah meneliti struktur anatomi serta mengkaji sifat
fisis, mekanis, dan kimiawinya. Menurut Wahyudi (2013), tujuan penggunaan dan
proses pengolahan suatu jenis kayu sangat bergantung pada karakteristik yang
dimiliki oleh kayu itu sendiri. Oleh karena itu penelitian ini dimaksudkan untuk
mengevaluasi kesesuaian kayu jati solomon umur 13 tahun asal Bogor sebagai
bahan baku pembuatan mebel bermutu tinggi melalui kajian terhadap karakteristik
struktur anatomi dan beberapa sifat fisis yang dimilikinya. Penelitian ini juga
dimaksudkan untuk membandingkan karakteristik kayu jati solomon dengan kayu
jati lainnya. Kayu jati pembanding dipilih atas dasar perbedaan umur dan perbedaan
lokasi tempat tumbuh.
Rumusan Masalah
Saat ini ketersediaan kayu jati bermutu tinggi sebagai bahan baku mebel
sangat terbatas, langka, dan mahal. Pihak produsen terpaksa menggunakan kayu jati
cepat tumbuh hasil budidaya. Sayangnya, mebel yang dihasilkan mudah diserang
organisme perusak dan mudah rusak secara mekanis. Kayu jati solomon umur 13
tahun asal Bogor memiliki proporsi bagian teras yang tinggi, sehingga dapat
dipastikan bahwa kayu tersebut tergolong awet. Untuk menjamin kualitas kayu jati
solomon tersebut sebanding dengan kayu jati konvensional sebagai bahan baku
pembuatan mebel, maka sebagai langkah awal perlu dilakukan penelitian tentang
2

karakteristik struktur anatomi, dimensi serat, dan beberapa sifat fisis penting
lainnya.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji struktur anatomi, dimensi serat, dan
beberapa sifat fisis kayu jati solomon umur 13 tahun asal Bogor, dan
membandingkannya dengan karakteristik sejenis yang terdapat pada kayu jati
lainnya. Karakteristik anatomi yang diteliti meliputi ciri makro dan mikroskopis,
dimensi serat (panjang, diameter, dan tebal dinding serat), serta sifat fisis kayu yang
terdiri dari kerapatan, berat jenis, dan susut volume total.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini mampu memberikan informasi mengenai perbedaan dan
persamaan karakteristik antara kayu jati solomon dengan kayu jati pada umumnya
sehingga memudahkan pihak produsen mebel dalam menetapkan proses
pengolahan dan/atau tindakan-tindakan lain yang diperlukan. Dengan demikian
permasalahan kelangkaan bahan baku kayu jati dapat segera teratasi.

METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2017 sampai Mei 2018 di
Laboratorium Sifat Dasar, Divisi Teknologi Peningkatan Mutu Kayu Departemen
Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor; dan di Laboratorium
Anatomi Tumbuhan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, Gunung
Batu, Bogor.
Bahan
Bahan utama yang digunakan adalah kayu jati solomon, berbentuk disk atau
lempengan berdiameter 25.10 cm dengan tebal 5 cm, yang berasal dari sebatang
pohon hutan tanaman di Bogor, Jawa Barat. Disk diambil pada ketinggian 4 m dari
bagian pangkal batang. Bahan lainnya adalah asam nitrat (HNO3) 50%, potassium
klorat (KClO3), akuades, safranin, gliserin, dan kertas saring.
Alat
Peralatan yang digunakan terdiri dari circular saw, oven, timbangan
elektrik, kaliper, desikator, sliding microtome, cutter, gelas obyek, gelas penutup,
gelas piala, presto, lup merk Micro Capture pro, tabung film, pipet, mikroskop,
tabung reaksi, dan kamera foto.
Prosedur Penelitian
Persiapan contoh uji
Bagian tengah lempengan kayu yang memuat empulur dipotong memanjang
jadi strip selebar 4 cm hingga ke gubal (Gambar 1). Strip kayu kemudian dibagi
menjadi 6 segmen yang mewakili bagian teras (segmen 1 s/d 4 mulai dari empulur),
peralihan (segmen 5), dan gubal (segmen 6, dekat kulit). Masing-masing segmen
kemudian dibelah dua: bagian atas untuk contoh uji pengamatan struktur anatomi
dan dimensi serat, sedangkan bagian bawah untuk pengukuran sifat fisis kayu.
3

A 1 2 3 4 5 6
B 1 2 3 4 5 6
Keterangan:
A = Pengamatan struktur anatomi
B = Pengukuran sifat fisis
1-6 = Segmen dari empulur ke kulit

Gambar 1 Pembuatan contoh uji kayu jati solomon.

Pembuatan sediaan maserasi dan pengukuran dimensi serat


Sediaan maserasi dibuat mengikuti metode Schluze yang dimodifikasi yaitu
dipanaskan dalam waterbath bersuhu 80°C selama 10-15 menit hingga kayu lunak,
bukan dibakar dengan nyala api secara langsung. Pengukuran panjang serat
dilakukan dibawah mikroskop dengan perbesaran 40X.
Pengamatan struktur anatomi
Pengamatan struktur anatomi meliputi ciri makro- dan mikroskopis. Ciri
makroskopis diamati langsung dengan bantuan lup merk micro capture, sedangkan
ciri mikroskopis diamati melalui sediaan mikrotom. Ciri makroskopis yang diamati
terdiri dari keberadaan lingkaran tumbuh, warna, tekstur, arah serat, kesan raba,
kilap, corak, serta proporsi kayu teras (Pandit dan Ramdan 2002); sedangkan ciri
mikroskopisnya sebagaimana IAWA List (Wheleer et al. 1990).
Pembuatan sediaan mikrotom mengikuti metode Forest Products
Laboratory untuk ketiga bidang pengamatan (lintang, radial, dan tangensial).
Dokumentasi dilakukan menggunakan mikroskop. Selain didokumentasikan,
dilakukan juga pengukuran tebal dinding serat (50 sel individu utuh per segmen)
menggunakan aplikasi imageJ. Data-data hasil pengukuran dimensi kemudian
dirata-ratakan.
Pengujian sifat fisis
Sifat fisis yang meliputi kadar air (KA), kerapatan (ρ), berat jenis (BJ), dan
susut volume (SV) diukur menggunakan rumus standar sebagai berikut:
𝐵𝐴−𝐵𝐾𝑇
% Kadar Air (KA) = × 100
𝐵𝐾𝑇

𝐵𝐾𝑇
Berat Jenis (BJ) = / 1 g/cm3
𝑉𝐴

𝐵𝐴
Kerapatan (ρ) = 𝑉𝐴

𝑉𝐴−𝑉𝐵
%Susut Volume (SV) = ×100
𝑉𝐴
Keterangan:
BA = Berat basah (g), BKT = Berat kering tanur (g), VA = Volume basah (cm3), dan VB
= Volume kering tanur) (cm3)
Penyajian data
Data kualitatif disajikan dalam bentuk foto dan dideskripsikan secara
naratif, sedangkan data kuantitatif dihitung nilai rata-ratanya menggunakan
4

Microsoft Excel 2013. Untuk mengetahui perbedaan panjang serat dan juga tebal
dinding sel antar segmen, dilakukan analisis sidik ragam (ANOVA single factor)
pada tingkat kepercayaan 95%. Nilai yang diperoleh kemudian dideskripsikan
berdasarkan atas hipotesis dan kriteria sebagai berikut:
Hipotesis:
H0: µ1 = µ2
H1: µ1 ≠ µ

HASIL DAN PEMBAHASAN


Struktur Anatomi
Ciri makroskopis kayu jati solomon adalah sebagai berikut: bagian teras
berwarna coklat kemerahan (5 YR 5/4) yang sangat mudah dibedakan dari bagian
gubal yang berwarna putih kekuningan (5YR 8/1) (Gambar 2a). Kayu mengkilap,
permukaan agak berminyak, bertekstur halus, seratnya lurus hingga berpadu
(Gambar 2b), dan memiliki corak (Gambar 2c). Lingkar tumbuhnya jelas. Di bagian
peralihan dan gubal, sel pembuluh (pori-pori) tersusun dalam pola tata lingkar,
sedangkan di bagian terasnya tata baur. Pori-pori banyak yang bergabung 2 hingga
3 sel baik radial maupun arah tangensial (Gambar 3, 4, dan 5); rata-rata diameter
22.355 µm, dengan frekuensi 1-5 sel per mm2. Bidang perforasinya sederhana,
susunan noktah antar pembuluh selang seling (alternate), noktah di bidang silang
jari-jari berhalaman sangat tipis atau menyerupai noktah sederhana. Parenkim
aksial berupa parenkim terminal yang terdapat pada batas lingkar tumbuh,
berbentuk selubung lengkap, 3-11 sel per untai (Gambar 4, 5, dan 6). Jari-jarinya
uni-multiseriate (4-6 seri) (Gambar 4, 5, dan 6), heteroseluler (terdiri dari sel baring
dan 2 lapis sel bujursangkar), dan cenderung bertingkat (Gambar 4b). Seratnya
bersekat dengan rata-rata panjang serat 993.35 µm. Tidak ditemukan adanya kristal
maupun silika. Secara umum struktur anatomi kayu jati solomon ini tidak berbeda
dengan struktur kayu jati pada umumnya sebagaimana Martawijaya et al. (2005)
dan Ogata et al. (2008).

(a)

(b)

(c)

Gambar 2 Penampang lintang (a), radial (b), dan tangensial (c) (Hasil scanning).
5

(a) (b) (c)


Gambar 3 Penampang lintang di bagian teras (a), peralihan (b), dan gubal (c).
Perbesaran 2.5X.

(a) (b) (c)


Gambar 4 Penampang lintang (a), radial (b), dan tangensial (c) di bagian gubal
(Perbesaran 40X).

(c
(a) (b) (c)

Gambar 5 Penampang lintang (a), radial (b), dan tangensial (c) di bagian peralihan
(Perbesaran 40X).

(a) (b) (c)


Gambar 6 Penampang lintang (a), radial (b), dan tangensial (c) di bagian teras
(Perbesaran 40X).

Warna bagian teras kayu jati solomon yang diteliti lebih gelap dibandingkan
warna teras kayu jati cepat tumbuh umur 4 dan 5 tahun asal Bogor sebagaimana
Wahyudi et al. (2014) (Gambar 7), namun tidak jauh berbeda dengan warna teras
kayu jati konvensional umur 76 tahun asal Cepu sebagaimana Wahyudi (2000)
(Gambar 8).
6

Proporsi Kayu Teras dan Kayu Gubal


Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa proporsi bagian gubal dan
teras kayu jati solomon yang diteliti masing-masingnya adalah 25.86% dan 74.14%.
Porsi bagian teras yang demikian (74.14%) lebih tinggi dibandingkan porsi bagian
teras kayu jati cepat tumbuh umur 5 tahun sebagaimana Muhran (2013) maupun
Wahyudi et al. (2014) yang hanya 18-22%. Akan tetapi, lebih rendah dibandingkan
porsi bagian teras kayu jati tua sebagaimana Wahyudi (2000) yang mencapai 84%
(Gambar 8). Dapat dipastikan bahwa kayu jati Solomon ini tergolong awet sehingga
mebel yang dihasilkan akan tahan terhadap serangan faktor biologis perusak.
Menurut Butterfield (1993); Darwis et al. (2005), semakin tinggi proporsi bagian
terasnya, semakin tinggi pula kualitas kayu dari segi keawetan alaminya karena
memiliki kandungan zat ekstraktif yang lebih tinggi.

Gambar 7 Penampang lintang kayu jati cepat tumbuh umur 5 tahun asal Bogor
(Wahyudi et al. 2014).

Gambar 8 Penampang lintang kayu jati konvensional umur 76 tahun asal Cepu
(Wahyudi 2000).
Dimensi Serat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa panjang serat kayu jati solomon
cenderung meningkat dari empulur (segmen 1) sampai kulit (segmen 6) dengan
nilai rata-rata di bagian teras, peralihan, dan gubal secara berurutan masing-masing
sebesar 905.44 µm, 1139.02 µm, dan 1199.36 µm (Gambar 9). Peningkatan panjang
serat dari empulur (teras) ke kulit (gubal) menujukkan bahwa panjang serat
dipengaruhi oleh riap tumbuh.
Berdasarkan uji anova diketahui bahwa panjang serat berbeda antar segmen.
Serat terpendek (segmen 1) terdapat pada daerah juvenile wood. Menurut Wahyudi
(2013), massa kayu juvenil terdiri dari sel-sel yang relatif pendek, berdinding tipis
dengan proporsi kayu akhir yang sedikit, sehingga sangat tidak stabil. Sortimen
7

(kayu gergajian) yang mengandung kayu juvenil tidak diperkenankan sebagai


bahan baku tujuan konstruksi (Bowyer et al. 2003).
1500
1199.36
1044.18 1139.01

Panjang Serat (µm)


1000 904.51 921.97
751.07

500

0
1 2 3 4 5 6
1, 2, 3, 4 = Teras, 5= Peralihan, 6 = Gubal,
Gambar 9 Variasi radial nilai panjang serat pada kayu jati solomon.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa rata-rata panjang serat kayu yang
diteliti sebesar 993.35 µm. Nilai ini tergolong sedang (900-1600 µm) sebagaimana
IAWA (2005). Dibandingkan dengan jati konvensional umur 29 tahun asal Bogor
(Zawawi 2014), rata-rata panjang serat kayu jati solomon ini lebih panjang (993.35
vs 948.12 µm), namun tidak masuk dalam selang hasil penelitian Martawijaya et
al. (2005) maupun Ogata et al. (2008) untuk kayu jati tua, yakni sebesar 1316-1500
µm. Meskipun demikian panjang serat kayu jati ini masuk dalam selang hasil
penelitian Hidayati (2010) untuk kayu jati konvensional umur 14 tahun asal
Gunungkidul, Yogyakarta maupun Muhran (2013) dan Damayanti (2016) untuk
kayu jati cepat tumbuh umur 5 tahun asal Bogor, yang berkisar antara 900-1326
µm. Perbedaan ini mengindikasikan bahwa panjang serat juga dipengaruhi oleh
umur dan perbedaan lokasi tempat tumbuh.
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa tebal dinding serat di bagian
peralihan lebih tipis (2.50 µm) dibandingkan dengan yang di bagian teras (6.72 µm)
maupun gubal (5.91 µm) (Gambar 10). Berdasarkan uji anova diketahui bahwa
tebal dinding serat berbeda antar segmen (F > Fcrit) (Lampiran 4). Menurut
Cuissinat dan Navard (2008), setelah pertumbuhan sel berhenti, maka sel-sel akan
bertambah tebal dan dinding sel sekunder menjadi kaku. Inilah yang menyebabkan
tebal dinding di bagian peralihan lebih tipis karena mengalami tekanan dari kedua
sisi.
8.00
6.72
Tebal Dinding Sel (µm)

5.91
6.00

4.00
2.50
2.00

0.00
Teras Peralihan Gubal
Gambar 10 Tebal dinding serat di bagian teras, peralihan, dan gubal,.
8

Kadar Air (KA) Basah


Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata KA kondisi basah kayu jati
solomon ini berturut-turut sebesar 88.26% (teras), 88.26% (peralihan), dan
105.36% (gubal). Kadar air di bagian gubal lebih tinggi dibandingkan dengan yang
di bagian peralihan maupun di bagian teras (Gambar 11). Hal ini karena sel-sel di
bagian gubal masih hidup sedangkan yang di bagian teras sudah mati dan sudah
berisi zat ekstraktif dan juga endapan.
Rata-rata KA kayu yang diteliti (93.96%) lebih tinggi dibandingkan dengan
KA kayu jati konvensional umur 29 tahun asal Bogor sebagaimana Zawawi (2014),
yakni 58.93%, namun sedikit lebih rendah dibandingkan KA kayu jati konvensional
umur 14 tahun asal Gunungkidul, Yogyakarta sebagaimana (Hidayati 2016), yakni
95%. Perbedaan ini erat kaitannya dengan perbedaan umur pohon dan perbedaan
lokasi tempat tumbuh. Menurut Bowyer et al. (2007), kadar air kayu akan semakin
berkurang dengan bertambahnya umur pohon. Lebih jauh dikemukakan bahwa
perbedaan lokasi tempat tumbuh juga mempengaruhi nilai KA dalam pohon
(Wahyudi 2013).
Bila dibandingkan dengan kayu jati cepat tumbuh umur 5 tahun asal Bogor
sebagaimana Damayanti (2016) dan Muhran (2013) yang berkisar antara 142-
167%, maka nilai KA kayu jati solomon ini lebih rendah. Dengan nilai rata-rata KA
yang lebih rendah, maka waktu pengeringan yang dibutuhkan ke kondisi kering
udara akan lebih singkat.
150.00
130.00
Kadar Air (%)

105.36
110.00
88.26 88.26
90.00
70.00
50.00
30.00
10.00
Teras Peralihan Gubal
Gambar 11 KA di bagian teras, peralihan dan gubal.

Kerapatan dan Berat Jenis


Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kerapatan kayu jati solomon pada
masing-masing bagian (teras, peralihan, dan gubal) adalah sama, yakni sebesar 1.04
g/cm3 (Gambar 12), sedangkan nilai berat jenis kayunya bervariasi (Gambar 13).
Hal ini berhubungan erat dengan kandungan zat ekstraktif dan bahan-bahan
endapan lainnya. Adanya kandungan zat ekstraktif yang lebih tinggi di bagian teras
dan peralihan mengakibatkan BJ kayu di dua bagian tersebut lebih tinggi
dibandingkan BJ kayu di bagian gubalnya.
BJ kayu di bagian teras, peralihan, dan gubal, secara berurutan sebesar 0.55,
0.55, dan 0.50, dengan rata-rata 0.53. Berdasarkan PKKI 1961, maka kayu jati
solomon yang diteliti ini masuk ke dalam kelompok kayu dengan Kelas Kuat III.
Dibandingkan dengan kayu jati konvensional umur 29 tahun asal Bogor
(Zawawi 2014) dan kayu jati cepat tumbuh umur 5 tahun asal Bogor (Muhran 2013;
Damayanti 2016), maka rata-rata nilai kerapatan dan BJ kayu jati yang diteliti lebih
tinggi. Rata-rata kerapatan dan BJ kayu jati sebagaimana Zawawi (2014) berturut-
9

turut adalah 0.78 g/cm3 dan 0.48, sedangkan hasil Damayanti (2016) berturut-turut
1.04 g/cm3 dan 0.47. Rata-rata kerapatan dan BJ kayu jati sebagaimana Muhran
(2013) berturut-turut adalah 0.88 g/cm3 dan 0.36. BJ kayu jati yang diteliti sedikit
lebih rendah dibandingkan BJ kayu jati konvensional umur 14 tahun asal
Gunungkidul, Yogyakarta yakni sebesar 0.55 (Hidayati 2016), dan jauh lebih
rendah dibandingkan jati konvensional umur 76 tahun sebagaimana Martawijaya et
al. (2005) yakni sebesar 0.68.
1.20 1.04 1.04 1.04
Kerapatan (g/cm3)

1.00
0.80
0.60
0.40
0.20
0.00
Teras Peralihan Gubal

Gambar 12 Kerapatan kayu pada masing-masing bagian.


0.56 0.55 0.55
0.54
Berat Jenis

0.52
0.50
0.50
0.48
0.46
Teras Peralihan Gubal

Gambar 13 Berat jenis kayu pada masing-masing bagian. .

Susut Volume dari Kondisi Basah ke Kering Tanur


Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata susut volume kayu jati yang
diteliti dari basah ke kering tanur (susut volume total) adalah sebesar 6.75%. Susut
terkecil terdapat pada bagian peralihan (3.47%), sedangkan susut volume bagian
teras dan gubalnya secara berurutan masing-masingnya adalah 8.20% dan 8.59%.
Rendahnya susut volume di bagian peralihan terkait dengan ukuran sel
pembuluh dan keberadaan bahan-bahan pengisinya (Bowyer et al. 2003). Hasil
pengamatan membuktikan bahwa sel pembuluh di bagian peralihan banyak
mengandung endapan padat yang berwarna putih dan kuning, dan ukurannya pun
lebih kecil dibandingkan sel pembuluh yang ada di bagian teras mau pun di bagian
gubal.
10

10.00 8.59
8.20

Susut Volume (%)


8.00
6.00
4.00 3.47

2.00
0.00
Teras Peralihan Gubal
Gambar 14 Perbandingan susut volume bagian teras, peralihan dan gubal.
Dibandingkan dengan Martawijaya et al. (2005) dan Damayanti (2016),
susut volume kayu jati solomon ini ternyata lebih rendah (6.75% vs 8.00% dan
6.75% vs 8.10%), padahal Martawijaya et al. (2005) tidak memasukkan nilai susut
longitudinalnya. Berdasarkan susut volume yang lebih rendah, dapat dipastikan
bahwa kayu jati solomon yang diteliti tergolong lebih stabil.
Kemungkinan Penggunaan Kayu
Berdasarkan corak, warna, kilap, tekstur, arah serat, dan BJ-nya, maka kayu
jati solomon yang diteliti cocok digunakan sebagai bahan baku wooden furniture.
Apalagi mengingat bahwa kayu ini tidak mengandung kristal mau pun silika.
Menurut Wahyudi (2013), kriteria utama kayu sebagai bahan baku meubel dan
furniture termasuk patung dan barang kerajinan adalah memiliki corak yang
menarik (dekoratif), bertekstur sedang-halus, kekuatan dan kekerasannya sedang.
Selain itu, kayu harus memiliki keawetan alami yang cukup tinggi (Kelas Awet II-
III), keterekatan dan finishing yang baik, serta stabil. BJ 0,55-0,75 lebih disukai
karena tidak mempersulit proses pengerjaan, dan produk yang dihasilkan tidak
terlalu berat sehingga mudah untuk dipindahkan.

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Karakteristik anatomi dan panjang serat kayu jati solomon umur 13 tahun
asal Bogor tidak berbeda dengan karakteristik sejenis pada kayu jati pada
umumnya. Kayu jati solomon yang diteliti memiliki BJ rata-rata yang lebih tinggi
dibandingkan BJ kayu jati konvensional umur 29 tahun maupun kayu jati cepat
tumbuh umur 5 tahun asal Bogor, dan sebanding dengan BJ kayu jati konvensional
umur 14 tahun asal Gunungkidul, Yogyakarta. Kayu jati solomon masuk dalam
Kelas Kuat III, dengan BJ kayu 0.53. Secara umum, kayu jati solomon ini cocok
digunakan sebagai bahan baku wooden furniture bermutu tinggi dimana proses
pemesinannya dapat dikatakan mudah karena kayu tidak mengandung kristal dan
silika.
Saran
Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai sifat kimia, sifat mekanis,
tingkat juvenilitas, sudut mikrofibril, dan keawetan alami kayu, disamping aspek
silvikultur untuk menjamin kegiatan perbanyakannya.
11

DAFTAR PUSTAKA
Bowyer JL, R Shmulsky, JG Haygreen. 2003. Forest Products and Wood Science:
An Introduction. IOWA (US): IOWA State University Pr.
Bowyer JL, R Shmulsky, JG Haygreen. 2007. Forest Products and Wood Science
An Introduction. Fifth Edition. IOWA (US): IOWA State University Pr.
Butterfield BG. 1993. The structure of wood: An overview. Chapter dalam J.C.F.
Walker (Ed.) Primary Wood Processing, Principles and Practice.
Melbourne(AU): Chapman and Hall.
Cuissinat C, ÆP Navard. 2008. Swelling and dissolution of cellulose, Part III:
plant fibres in aqueous systems. Journal of Cellulose. Macromol Symp:
15:67–74.
Damayanti R. 2010. Struktur makro, mikro dan ultramikroskopik kayu jati unggul
nusantara dan kayu jati konvensional [Tesis]. Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor (IPB). Bogor. Tidak Diterbitkan.
Damayanti R. 2016. Wood quality of young fast grow plantation teak and the
relationship among ultrastructural and structural characteristics with
selected wood properties [Disertation]. Australia (AU): School of
Ecosystem and Forest Sciences, Faculty of Science, the University of
Melbourne. Unpublished.
Darwis A, R Hartono, SS Hidayat. 2005. Presentase Kayu Teras dan Kayu Jati
(Tectona grandis L.f.). Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis Vol. 3(1):6-
8.
Hidayati F, IT Fajrin, MR Ridho, WD Nugroho, SN Marsoem, M Na’iem. 2016.
Sifat fisika dan mekanika kayu jati unggul “mega” dan kayu jati
konvensional yang ditanam di hutan pendidikan Wanagama, Gunungkidul,
Yogyakarta. Jurnal Ilmu Kehutanan. Vol. 10(2):98-107.
IAWA. 2005. Identifikasi Kayu: Ciri Mikroskopis Untuk Identifikasi Kayu Daun
Lebar. Bogor (ID): Pustekolah.
Martawijaya A, I Kartasujana, K Kadir, SA Prawira. 2005. Atlas Kayu Indonesia
Jilid 1. Bogor (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.
Maskuro A. 2012. Deskripsi Tumbuhan Jati dan Peranannya dalam Kehidupan
Sehari- hari. Jember (ID): Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhamadiyah Jember.
Muhran. 2013. Kualitas pertumbuhan dan karakteristik kayu jati (Tectona grandis
L. f.) hasil budidaya. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Tidak
Diterbitkan.
Ogata K, T Fujii, H Abe, P Baas. 2008. Identification of the Timbers of Southeast
Asia and the Western Pacific. Japan (JP): Kaiseisha Press.
Pandit IKN, H Ramdan. 2002. Anatomi Kayu: Pengantar Sifat Kayu sebagai Bahan
Baku. Bogor (ID): Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan IPB.
PKKI-NI5. 1961. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia. Jakarta (ID): Yayasan
Dana Normalisasi Indonesia.
Wahyudi I. 2000. Study on growth and wood qualities of tropical plantation species
[Disertation]. Japan (JP): Nagoya University.
Wahyudi I. 2013. Hubungan Struktur Anatomi Kayu Dengan Sifat Kayu, Kegunaan
Dan Pengolahannya. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan Institut Pertanian
Bogor.
12

Wahyudi I, T Priadi, IS Rahayu. 2014. Karakteristik dan sifat-sifat dasar kayu jati
unggul umur 4 dan 5 tahun asal Jawa Barat. Jurnal Ilmu Pertanian
Indonesia (JIPI). Vol. 19 (1): 50-56.
Wheleer EA, P Baas, PC Gasson. 1990. IAWA List of Microscopic Features for
Hardwood Identification. IAWA (US): IAWA Bull.
Zawawi Y. 2014. Dimensi serat, sudut mikrofibril, dan beberapa sifat fisis kayu jati
(Tectona grandis) umur 29 tahun [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor. Tidak Diterbitkan.
13

LAMPIRAN
14

LAMPIRAN

Lampiran 1 Sifat fisis kayu jati solomon dalam keadaan basah.


Segmen KA (%) Kerapatan (g/ cm3) Berat Jenis Susut Volume (%)
Teras 88.259 1.042 0.554 8.195
Peralihan 88.264 1.043 0.554 3.466
Gubal 105.363 1.045 0.504 8.589
Rata-Rata 93.962 1.040 0.537 6.750

Lampiran 3 Panjang serat kayu jati solomon pada 6 segmen.


Panjang Serat (µm)
No
Teras 1 Teras 2 Teras 3 Teras4 Peralihan Gubal
1 697.764 1172.201 904.9329 1064.462 1191.565 1203.832
2 562.8372 1126.464 809.7329 896.1446 987.5754 1268.225
3 716.0703 814.4063 1049.246 971.4781 1177.364 1545.057
4 831.3454 1254.702 893.9387 993.7301 1463.458 1267.463
5 861.0165 695.336 892.9557 1181.242 1033.525 1361.512
6 802.4914 772.4404 936.4818 825.3278 1144.122 1400.245
7 742.269 702.1758 1126.486 1100.888 1416.741 1285.357
8 651.705 899.9003 699.0606 1101.394 1262.842 999.1945
9 577.8726 766.8213 937.2219 1141.144 1042.021 799.0035
10 611.0378 913.1108 1095.513 1087.374 1180.927 1334.502
11 827.5959 761.9248 630.3084 1113.319 1282.231 1024.31
12 805.5505 830.0271 1023.042 1057.295 1213.132 1165.553
13 614.7333 630.5441 832.6835 1237.63 1056.445 1235
14 798.7336 1022.582 876.6456 914.6253 1177.732 1378.186
15 767.3217 725.3122 992.7834 989.7034 1275.897 1308.443
16 685.193 1073.676 996.4861 1208.138 1072.174 1055.272
17 846.0932 933.6427 1010.916 1061.816 1268.586 1176.963
18 802.6087 889.5934 744.7064 935.3783 1141.257 1392.488
19 842.3915 783.4761 964.0144 854.4445 1406.518 1203.625
20 701.9702 962.3473 1018.24 955.7441 1048.601 1222.583
21 655.6601 813.7855 838.368 925.6444 1034.718 1433.781
22 755.7628 966.5753 856.7199 1129.078 1198.496 1334.528
23 567.6456 918.4745 749.4057 1219.193 1043.726 1058.981
24 608.9211 786.9899 984.6563 1204.554 876.0155 1186.408
25 595.1969 753.914 917.153 1165.658 811.8308 1147.032
26 805.3678 892.7553 995.0391 1096.728 1027.342 1472.779
27 789.2415 1023.563 904.1772 1139.789 892.0931 1208.141
28 960.2234 761.004 777.8103 959.6006 1227.797 1222.218
29 717.4655 746.7794 970.439 1150.012 1356.56 1126.636
15

30 769.647 994.2387 869.6034 1120.147 1096.025 1249.276


31 840.306 894.0114 844.6701 864.3528 1042.745 1046.822
32 570.5449 1055.062 1021.856 883.7231 1129.4 1104.059
33 931.6195 907.4191 958.2303 1102.873 1123.828 1091.09
34 793.1778 759.395 1062.757 1108.517 1254.047 999.0471
35 612.8585 866.9905 786.256 1119.627 1190.026 1055.428
36 685.164 875.0947 978.9615 907.9879 1096.863 973.1494
37 647.2694 963.241 1060.326 880.9629 1059.494 1016.389
38 642.8306 1017.673 1081.458 891.3062 1122.52 1249.777
39 1055.277 797.3135 784.4653 1218.725 1198.509 1249.777
40 912.436 906.2045 805.8651 826.0461 918.2627 1352.682
41 914.9866 1101.304 906.8616 832.6804 1073.153 1070.138
42 742.0604 825.3724 874.3681 1647.319 1413.372 1165.047
43 759.667 1027.846 808.6876 1095.537 1154.594 1110.983
44 712.2606 910.3869 1001.273 1064.212 831.771 1375.749
45 620.9243 944.9742 929.506 1033.591 1309.31 1346.787
46 635.7935 1037.703 1140.904 977.8736 1323.881 1112.085
47 912.8564 1097.027 1077.004 966.131 1153.256 1129.44
48 745.4424 930.8191 793.4726 905.6149 1279.108 1114.67
49 849.8531 881.6937 1009.755 945.8026 819.3319 1010.227
50 996.6564 1037.29 873.3695 1134.531 1049.941 1328.149
Rataan 751.0743 904.5117 921.9763 1044.182 1139.015 1199.362

Lampiran 4 Tebal dinding sel di bagian teras, peralihan, dan gubal.


Tebal Dinding Sel (µm)
No Teras Peralihan Gubal
1 7.30149045 3.68890667 5.20156
2 6.41442433 2.43383015 5.338301
3 5.12403721 3.22586776 6.813844
4 7.61278384 2.40072022 6.326498
5 6.09442833 2.60848254 5.383015
6 5.21696509 2.47664299 7.644293
7 7.64429329 2.0230069 6.9992
8 6.45173552 1.69760928 5.907672
9 3.9406822 2.28538562 5.216965
10 8.59097729 1.50045014 4.884065
11 10.0349105 1.66479944 6.513454
12 6.81384415 2.59497849 3.418626
13 7.09012704 2.11013304 4.86766
14 7.15754726 1.42172652 6.054916
15 9.48544563 2.41942583 6.802041
16

16 8.44053216 1.84445334 4.80144


17 7.15754726 1.6159848 4.253376
18 6.45173552 2.19385816 4.40132
19 8.85705712 2.72111633 4.949185
20 3.79583875 2.62568771 6.120636
21 6.32649795 1.92407722 3.395119
22 5.21696509 2.47054116 6.848955
23 7.64429329 2.66910073 4.309393
24 9.14164249 1.98049415 4.419426
25 5.20156047 2.16394918 4.818045
26 7.69650895 3.28118436 7.474842
27 6.05491647 1.72681805 3.774732
28 4.4013204 1.70051015 6.813844
29 6.45173552 3.83304991 10.03491
30 7.21326398 3.51385416 8.639092
31 8.61888567 2.32019606 4.0012
32 7.69650895 2.91637491 4.253376
33 5.44223267 2.61808543 5.383015
34 4.08042413 3.36110833 4.473442
35 6.40192058 2.41942583 5.013504
36 7.64429329 4.29548865 3.225868
37 4.81804541 3.53516055 3.20096
38 7.69650895 2.40902271 4.713414
39 5.12403721 2.86095829 4.6662
40 4.4013204 1.08202461 7.768931
41 7.97229169 2.7793338 5.442233
42 4.66619986 1.20036011 5.728819
43 5.72881865 2.28538562 8.354706
44 7.24647394 1.36050815 6.813844
45 5.36821046 1.8606582 4.873562
46 8.59097729 2.82394718 6.211563
47 6.56246874 2.44203261 4.0012
48 6.09442833 3.20096029 5.36821
49 4.47344203 2.90087026 3.688907
50 6.41442433 2.57487246 6.107532
51 7.21326398 2.58147444 5.061118
52 8.48784635 3.58157447 5.092728
53 6.62318696 3.41422427 5.262779
54 6.81384415 3.29948985 6.59898
55 9.51075323 3.77473242 6.987796
56 6.82874862 2.32019606 7.356107
57 9.34090227 3.51385416 5.601681
58 7.76893068 3.22896869 4.949185
59 5.6159848 2.86095829 5.383015
17

60 5.72881865 1.89796939 6.451736


61 7.30149045 2.90087026 4.0012
62 4.8346504 2.30069021 8.412024
63 5.44223267 3.16324897 9.443133
64 6.10753226 2.24787436 6.414424
65 7.21326398 2.30069021 4.526858
66 3.9406822 2.0230069 7.942183
67 4.81804541 2.41942583 6.707212
68 7.69650895 1.42172652 7.307292
69 2.40072022 2.0230069 5.728819
70 4.17735321 1.48704611 4.021206
71 7.97229169 2.73061919 3.795839
72 4.66619986 1.6159848 5.825848
73 5.72881865 2.96228869 6.414424
74 7.64429329 1.8606582 6.9992
75 5.36821046 2.11013304 6.883965
76 3.62328699 2.47664299 5.686806
77 6.56246874 2.35440632 5.615985
78 6.45173552 2.58147444 6.562469
79 6.45173552 2.75222567 5.658598
80 6.41442433 1.70051015 8.946984
81 7.21326398 3.20096029 7.377813
82 8.48784635 1.803341 9.636191
83 8.41202361 2.28538562 7.213264
84 6.82874862 2.90087026 7.345204
85 3.41862559 2.30069021 7.517555
86 9.63619086 3.50105032 7.686006
87 5.9076723 2.00060018 6.451736
88 7.76893068 2.59497849 6.562469
89 5.6159848 2.37771331 5.658598
90 7.44263279 2.55026508 5.216965
91 9.67760328 3.51385416 5.728819
92 9.41772532 1.97039112 4.80144
93 7.30149045 2.96228869 5.20156
94 8.41202361 2.19385816 4.40132
95 5.65859758 2.64089227 5.770631
96 7.21326398 2.28538562 6.015105
97 8.85705712 1.803341 6.120636
98 9.36660998 2.90087026 9.485446
99 7.69650895 3.41422427 5.948184
100 8.83895169 2.61808543 5.914095
Rataan 6.71986996 2.49788437 5.914095
18

Lampiran 5 Anova panjang serat setiap segmen.


ANOVA
Source of P-
Variation SS df MS F value F crit
Between 72.2991 3.63E- 2.24470
Groups 6896342 5 1379268 5 49 3
Within
Groups 5608709 294 19077.24
1250505
Total 1 299

Lampiran 6 Anova tebal dinding sel (teras, peralihan, gubal).


ANOVA
Source of P-
Variation SS df MS F value F crit
Between 1004.83 502.415 2.26E- 3.02615
Groups 1 2 6 282.016 69 3
Within 529.109 1.78151
Groups 7 297 4

1533.94
Total 1 299

Lampiran 7 Perbandingan antar sifat-sifat yang diteliti.


Panjang
KA Kerapatan Berat Kelas SV
Jenis Kayu Jati Serat
(%) (g/cm3) Jenis Kuat (%)
(µm)
Solomon 93.96 1.04 0.53 III 6.75 993.35
Konvensional
95 - 0.55 III - -
14 th*
Konvensional
58.93 0.78 0.48 III - 948.120
29 th**
Cepat tumbuh
167 0.88 0.36 IV - 1071
5 th***
Cepat tumbuh
142 1.04 0.47 III 8.1 1326
5 th****
Konvensional
- - 0.68 II 8 1316-1500
76 th *****
Keterangan: * Hidayati (2016), **Zawawi (2014), ***Muhran (2013), **** Damayanti
(2016), ***** Martawijaya et al. (2005)
19

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Musi Banyuasin 14 Juli 1995 sebagai putri kedua dari
empat bersaudara dari pasangan Suparlan (bapak) dan Sri Nuryatin (ibu). Pada
tahun 2014 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Sungai Lilin dan pada tahun yang sama
diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui Seleksi
Nasional Masuk Perguruan Negeri (SNMPTN). Penulis diterima pada pilihan
program studi kedua yaitu Teknologi Hasil Hutan, Departemen Hasil Hutan,
Fakultas Kehutanan. Penulis memilih Divisi Teknologi Peningkatan Mutu Kayu
(TPMK).
Selama menempuh pendidikan di Fakultas Kehutanan IPB, penulis telah
mengikuti kegiatan praktik lapang antara lain Praktik Umum Kehutanan (PUK) di
jalur Sancang Timur dan Kamojang, Jawa Barat pada tahun 2016 dan Praktik Kerja
Lapang (PKL) di PT Intracawood Manufactuting, Tarakan, Kalimantan Utara pada
tahun 2017.
Penulis pernah aktif dibeberapa organisasi kemahasiswaan yakni sebagai
anggota Dormitory Music Club (DMC) pada tahun 2014-2015, serta Partnership
pada 2015-2016 dan Bidang Kewirausahaan pada 2016-2017 Himpunan Profesi
Mahasiswa Hasil Hutan (HIMASILTAN). Penulis aktif di Badan Eksekutif
Mahasiswa (BEM) E pada tahun 2016-2017 sebagai Bendahara Divisi Lingkungan
Hidup dan Kehutanan (LHK). Penulis juga aktif di Organisasi Badan Otonom yakni
IFSA LC IPB sebagai anggota Komisi Public Relation (PR) pada tahun 2016-2017
dan sebagai Exclusive Secretary pada tahun 2017-2018.
Penulis pernah menjadi delegasi di acara Ecopreneur Grand Workshop
IFSA LC-UGM di Universitas Gadjah Mada pada tahun 2015. Selain itu, pernah
aktif dikepanitiaan Semarak Kehutanan 2015, serta Himasiltan Mengabdi sebagai
anggota divisi PDD. Selain kepanitian dalam negeri penulis juga pernah menjadi
panitia APRM (Asia-Pacific Regional Meeting) 2017 di Institut Pertanian Bogor,
Indonesia.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan dari
Institut Pertanian Bogor, penulis melaksanakan penelitian dan menyelesaikan
skripsi dengan judul “Karakteristik Anatomi dan Sifat Fisis Kayu Jati Solomon
Umur 13 Tahun Asal Bogor” dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Imam Wahyudi, MS.

Anda mungkin juga menyukai