Anda di halaman 1dari 17

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimen sungguhan (true experiment)

dengan rancangan penelitian pretest posttest dengan kelompok kontrol

(pretest – posttest with control group). Dalam rancangan ini dilakukan

randomisasi, artinya pengelompokan anggota – anggota kelompok kontrol

dan kelompok eksperimen dilakukan berdasarkan acak atau random.

Dengan randomisasi, maka kedua kelompok mempunyai sifat yang sama

sebelum dilakukan intervensi (perlakuan) (Notoatmodjo, 2014).

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Farmasi Fakultas

Ilmu Kesehatan Universitas Nahdlatul Wathan Mataram.

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Mei – Juni tahun 2017

39
40

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang

diteliti (Notoatmodjo, 2014). Populasi dalam penelitian ini adalah

tanaman kelici (Caesalpinia crista auct. Amer) yang tumbuh di

daerah Bima dan daun okra (Abelmoschus esculentus (L.) Moench)

yang tumbuh di Dusun Menurik Desa Pematung Kecamatan Sakra

Barat Kabupaten Lombok Timur.

4.3.2 Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili

seluruh populasi (Notoatmodjo, 2014). Sampel dalam penelitian ini

adalah biji kelici (Caesalpinia crista auct. Amer) yang diperoleh

pada bulan Februari 2017 dari Pasar Tente Kecamatan Woha

Kabupaten Bima dan daun okra (Abelmoschus esculentus (L.)

Moench) yang diperoleh pada bulan Februari 2017 dari Dusun

Menurik Desa Pematung Kecamatan Sakra Barat Kabupaten

Lombok Timur.
41

4.4 Jumlah Unit Eksperimen

Jumlah unit eksperimen dapat ditentukan apabila jumlah replikasi atau

pengulangan percobaan sudah diketahui yaitu dengan menggunakan rumus

Federer :

(t-1) (r-1) ≥ 15

Keterangan :

t = Jumlah Perlakuan

r = Jumlah Pengulangan

Rumus ini bukanlah persamaan yang baku, karena dipengaruhi oleh 3

hal yaitu :

1. Derajat ketelitian

2. Keragaman bahan, alat, media dan lahan percobaan

3. Biaya penelitian yang tersedia

Jumlah unit eksperimen minimal untuk penelitian lapangan adalah

r = 4 sedangkan untuk penelitian rumah kaca atau laboratorium adalah r = 3

(Hanafiah, 2016).

Sehingga dalam penelitian ini jumlah unit eksperimen untuk satu

kelompok perlakuan dan dua kelompok kontrol yang digunakan yakni

sebanyak 12 ekor hewan uji, dimana setiap kelompok terdapat 4 ekor hewan

uji mencit jantan.


42

4.4.1 Pembagian Kelompok Dalam Penelitian :

K I (Kontrol Negatif) : Aquadest + Glukosa

K II (Kontrol Positif) : Metformin + Glukosa

K III : Kombinasi Ekstrak Etanol Biji Kelici

(Caesalpinia crista auct. Amer) dengan

Dosis 11,2 mg/20 g BB dan Daun Okra

(Abelmoschus esculentus (L.) Moench)

dengan Dosis 22,40 mg/20 g BB, Per Oral

+ Glukosa

4.5 Teknik Pengambilan Unit Eksperimen

Teknik pengambilan unit eksperimen biji kelici (Caesalpinia crista

auct. Amer) dan daun okra (Abelmoschus esculentus (L.) Moench) yang

diilakukan bersifat Random (Probability) atau secara acak. Hakikat dari

pengambilan sampel secara acak sederhana (Simple Random Sampling)

adalah bahwa setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan

yang sama untuk diseleksi sebagai sampel (Notoatmodjo, 2014).


43

4.6 Pengumpulan Data

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada

tabel di bawah ini.

Tabel 4.1 Alat dan Bahan

Alat Bahan
1. Kandang mencit 1. Aquadest
2. Timbangan analitik 2. Glukosa
3. Timbangan mencit 3. Metformin
4. Blender 4. Etanol
5. Bejana maserasi 5. Alkohol
6. Batang pengaduk 6. Biji kelici (Caesalpinia
7. Mangkok kaca crista auct. Amer)
8. Evaporator 7. Daun okra (Abelmoschus
9. Sudip esculentus (L.) Moench)
10. Cawan porselin 8. Na – CMC
11. Gelas ukur 9. Darah mencit
12. Beaker gelas 10. Strip test glukosa
13. Erlenmeyer
14. Pipet tetes
15. Spuit 1 ml
16. Sonde atau spuit tumpul
17. Spidol
18. Stopwatch
19. Glukometer
44

4.7 Prosedur Penelitian

4.7.1 Pembuatan Ekstrak Etanol Biji Kelici (Caesalpinia crista auct.

Amer) dan Daun Okra (Abelmoschus esculentus (L.) Moench)

a. Penyiapan Bahan

Penyiapan bahan simplisia melalui beberapa tahap.

Tahap pertama adalah pengumpulan bahan baku. Bahan baku

kelici (Caesalpinia crista auct. Amer) yang diambil berupa

biji kelici (Caesalpinia crista auct. Amer) yang sudah tua

atau kering sedangkan untuk bahan baku okra (Abelmoschus

esculentus (L.) Moench) yang diambil berupa daun okra

(Abelmoschus esculentus (L.) Moench) yang berwarna hijau

segar, tahap kedua adalah sortasi biji kelici (Caesalpinia

crista auct. Amer) dan daun okra (Abelmoschus esculentus

(L.) Moench) dipisahkan dari kotoran atau bahan asing yang

masih menempel dengan cara manual, tahap ketiga adalah

biji kelici (Caesalpinia crista auct. Amer) kemudian

dipisahkan dari kulit biji selanjutnya biji dibuat serbuk dan

daun okra (Abelmoschus esculentus (L.) Moench) dicuci

dengan air mengalir sampai bersih kemudian dilakukan

pengeringan selama beberapa hari lalu dilakukan pemotongan

simplisia dan selanjutnya simplisia diayak hingga didapat

serbuk simplisia yang diinginkan.


45

b. Pembuatan Ekstrak

Serbuk halus biji kelici (Caesalpinia crista auct. Amer)

dan daun okra (Abelmoschus esculentus (L.) Moench)

dimasukkan dalam bejana terpisah dan diekstraksi dengan

cara maserasi, simplisia direndam dengan pelarut etanol 70%.

Simplisia yang digunakan masing - masing sebanyak 200 g

dengan perbandingan untuk 10 bagian simplisia dalam 75

bagian penyari. Sehingga diperoleh cairan penyari yang

digunakan untuk masing – masing simplisia adalah 1.500 ml

etanol. Kemudian wadah ditutup dan disimpan pada suhu

kamar selama 5 – 7 hari dengan sesekali pengadukan.

Kemudian rendaman disaring dan diuapkan dengan diangin-

anginkan pada suhu kamar selama 7 hari atau diuapkan

dengan menggunakan evaporator. Selanjutnya ekstrak kental

ditimbang.

4.7.2 Persiapan Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit

jantan yang sehat dan aktivitas normal, dengan berat sekitar 20 –

30 g. Mencit disiapkan sebanyak 12 ekor yang dibagi dalam 3

kelompok, masing – masing kelompok terdiri dari 4 ekor. Sebelum

penelitian dimulai, hewan uji diadaptasikan selama satu minggu

dalam kandang pada suhu kamar (Lien, 2015).


46

4.7.3 Penentuan Dosis Glukosa

Dosis glukosa yang diberikan untuk hewan uji tikus secara

oral adalah 3 g/kg (Shukla dkk, 2011).

Sehingga dosis glukosa untuk mencit dengan berat badan

20 g adalah :

3𝑔
Tikus 200 g = 200 g x ⁄𝑘𝑔 = 0,6 g ~ 600 mg

Mencit 20 g = F Konversi x Dosis Pada Tikus

= 0,14 x 600 mg = 84 mg

Jadi dosis glukosa yang digunakan untuk setiap ekor mencit

dengan berat badan 20 g yakni 84 mg yang dilarutkan dalam 0,5 ml

aquadest.

4.7.4 Pembuatan Larutan Suspensi CMC-Na 0,3 %

Suspensi CMC-Na 0,3 % dibuat dengan menimbang CMC-

Na 0,3 gram, kemudian ditaburkan diatas 20 ml air hangat dan

dibiarkan selama kurang lebih 15 menit. Selanjutnya CMC yang

telah mengembang kemudian digerus hingga homogen dan volume

dicukupkan dengan aquadest hingga 100 ml dan dihomogenkan.

4.7.5 Penentuan Dosis Metformin

Dosis metformin yang digunakan pada manusia adalah 500

mg, dosis ini kemudian dikonversi ke dalam dosis untuk mencit.

Sehingga dosis metformin untuk mencit dengan berat badan 20 g

adalah :
47

Mencit 20 g = Faktor Konversi x Dosis Pada Manusia

= 0, 0026 x 500 mg = 1,3 mg


500 mg
Larutan Stok = = 10 mg/ml
50 ml

BB Mencit 20 g
Dosis Pada Mencit = BB Standar x Dosis = 20 x 1,3 mg = 1,3 mg
g

Dosis Pada Mencit 1,3 mg


Volume Obat = x 1 ml = 10 mg/ml x 1 ml = 0,13 ml
Larutan Stok

BB Mencit
Volume Pemberian = BB Standar x vol. obat

20 g
= 20 g
x 0,13 ml = 0,13 ml

Jadi dosis metformin sebagai kontrol positif untuk mencit

dengan berat badan 20 g yakni 1,3 mg.

4.7.6 Pembuatan Suspensi Metformin

Metformin disuspensikan dengan menimbang 500 mg

metformin dan ditambah CMC-Na 0,3 % hingga 50 ml sambil

dihomogenkan.

4.7.7 Penentuan Dosis Ekstrak Etanol Biji Kelici (Caesalpinia crista

auct. Amer) dan Daun Okra (Abelmoschus esculentus (L.)

Moench)

Pada penelitian sebelumnya dosis ekstrak etanol biji kelici

(Caesalpinia crista auct. Amer) yang diberikan untuk hewan uji

tikus secara oral dengan dosis yang berbeda adalah 200 – 400

mg/kg (Shukla dkk, 2011) dan dosis daun okra (Abelmoschus


48

esculentus (L.) Moench) yang diberikan untuk hewan uji secara

oral adalah 22,4 mg/20 g BB mencit (Desthia dkk, 2015).

Pada penelitian ini dosis kombinasi ekstrak etanol biji kelici

(Caesalpinia crista auct. Amer) dengan dosis 11,2 mg/20 g BB dan

daun okra (Abelmoschus esculentus (L.) Moench) dengan dosis

22,40 mg/20 g BB.

Sehingga dosis kombinasi ekstrak etanol biji kelici

(Caesalpinia crista auct. Amer) dan daun okra (Abelmoschus

esculentus (L.) Moench) untuk mencit dengan berat badan 20 g

adalah :
11,2 𝑚𝑔
- Dosis 11,2 mg/20 g BB = Mencit 20 g = 20 g x 20 g

= 11,2 mg
22,40 𝑚𝑔
- Dosis 22,40 mg/20 g BB = Mencit 20 g = 20 g x 20 g

= 22,40 mg

4.7.8 Pembuatan Suspensi Ekstrak Etanol Biji Kelici (Caesalpinia

crista auct. Amer) dan Daun Okra (Abelmoschus esculentus (L.)

Moench)

- Pembuatan stok untuk suspensi ekstrak etanol biji kelici

(Caesalpinia crista auct. Amer) dengan dosis 11,2 mg/20 g BB

pada mencit dengan berat badan 20 gram adalah ditimbang

sebanyak 280 mg ekstrak etanol biji kelici (Caesalpinia crista

auct. Amer) dan ditambah CMC-Na 0,3 % hingga 5 ml. Dari


49

larutan stok tersebut yang diberikan kepada hewan uji adalah

11,2 mg/ 0,2 ml per ekor mencit.

- Pembuatan stok untuk suspensi ekstrak etanol daun okra

(Abelmoschus esculentus (L.) Moench) dengan dosis 22,40

mg/20 g BB pada mencit dengan berat badan 20 gram adalah

ditimbang sebanyak 280 mg ekstrak etanol daun okra

(Abelmoschus esculentus (L.) Moench) dan ditambah CMC-Na

0,3 % hingga 2,5 ml. Dari larutan stok tersebut yang diberikan

kepada hewan uji adalah 22,40 mg/ 0,2 ml per ekor mencit.

4.7.9 Cara Kerja

1. Disiapkan mencit sebanyak 12 ekor, yang telah diadaptasikan

selama 7 hari pada suhu kamar dengan diberi minum dan

pakan standar.

2. Dibagi 12 ekor mencit dengan 3 kelompok, dengan masing –

masing kelompok terdiri dari 4 ekor mencit.

3. Hewan uji mencit dipuasakan semalaman /16 jam dengan

tetap diberikan air minum.

4. Disiapkan alat – alat yang akan digunakan seperti glukometer

untuk mengukur kadar glukosa darah mencit.

5. Setelah dipuasakan masing – masing hewan uji mencit

kemudian dilakukan pengukuran kadar glukosa darah awal.


50

6. Disiapkan aquadest, metformin dan ekstrak etanol biji kelici

(Caesalpinia crista auct. Amer) dan daun okra (Abelmoschus

esculentus (L.) Moench).

7. Perlakuan hiperglikemia dengan menginduksi glukosa pada

mencit.

8. Pemberian perlakuan pada masing – masing kelompok

a. Kelompok I : Kontrol negatif (-) diberi aquadest +

glukosa.

b. Kelompok II : Kontrol positif (+) diberi metformin +

glukosa.

c. Kelompok III : Pemberian kombinasi ekstrak etanol

biji kelici (Caesalpinia crista auct. Amer) dengan dosis

11,2 mg/20 g BB dan daun okra (Abelmoschus

esculentus (L.) Moench) dengan dosis 22,4 mg/20 g

BB, per oral + glukosa.

9. Ekstrak etanol biji kelici (Caesalpinia crista auct. Amer) dan

daun okra (Abelmoschus esculentus (L.) Moench) diberikan

per oral dengan menggunakan sonde atau spuit tumpul.

10. Setelah dengan perlakuan masing – masing ketiga kelompok

tersebut kemudian dilakukan pengukuran kadar glukosa

darah.
51

11. Penentuan kadar glukosa darah

Penentuan kadar glukosa darah menggunakan alat

glukometer dengan cara :

1) Strip dimasukkan ke dalam slot yang terdapat pada alat

sampai alat menyala dan pada layar terdapat tanda

tetesan darah yang menunjukkan strip siap untuk

diteteskan darah.

2) Hewan uji kemudian dimasukkan ke kandang yang

sudah dipersiapkan.

3) Bagian dari ekor mencit difiksasi dengan alkohol

sehingga pembuluh darah vena terlihat jelas.

4) Darah diambil dengan cara menusukkan jarum ke

pembuluh darah seperti prosedur pada penyuntikan

intravena namun tanpa memasukkan zat apapun.

5) Darah pertama yang keluar kemudian dibersihkan

dengan kapas, darah yang keluar selanjutnya

diaplikasikan pada bagian berwarna kuning di strip.

6) Hasil yang keluar pada layar digital dari glukometer

merupakan kadar glukosa yang dicari.

7) Pada metode uji tes toleransi glukosa, pengambilan

darah dilakukan beberapa kali yaitu tiap 30 menit

selama 180 menit.


52

4.8 Alur Kerja

12 ekor mencit diadaptasi selama 7 hari

Dibagi menjadi 3 kelompok

4 ekor mencit K I 4 ekor mencit 4 ekor mencit K II


kontrol positif (+) KIII kontrol negatif (-)

Mencit dipuasakan semalaman /16 jam


dengan tetap diberikan air minum

Pengukuran kadar glukosa darah awal ( 𝑇0 )

Hewan uji kontrol positif (+) diberikan metformin, kontrol negatif (-) diberikan
aquadest, kelompok III diberikan kombinasi ekstrak etanol biji kelici (Caesalpinia
crista auct. Amer) dan daun okra (Abelmoschus esculentus (L.) Moench)

Pengukuran kadar glukosa darah 30 menit setelah diberikan obat atau bahan
uji kemudian masing – masing kelompok perlakuan diinduksi glukosa

Pengukuran kadar glukosa darah


pada menit ke 30, 60, 90, 120, 150 dan 180

Pengumpulan data dan


Analisis

Gambar 4.1 Alur kerja


53

4.9 Pengolahan Data

Data yang dikumpulkan adalah data kuantitatif kadar glukosa darah

pada 𝑇0 (kadar glukosa darah puasa), 𝑇1 (kadar glukosa darah 30 menit

setelah pemberian bahan uji), 𝑇g30 (kadar glukosa darah 30 menit setelah

induksi glukosa), 𝑇g60 (kadar glukosa darah 60 menit setelah induksi

glukosa), 𝑇g90 (kadar glukosa darah 90 menit setelah induksi glukosa),

𝑇g120 (kadar glukosa darah 120 menit setelah induksi glukosa), 𝑇g150

(kadar glukosa darah 150 menit setelah induksi glukosa), 𝑇g180 (kadar

glukosa darah 180 menit setelah induksi glukosa), kemudian data hasil

pengukuran kadar glukosa darah dimasukkan ke dalam tabel.

Tabel 4.2 Pengumpulan data


Kadar Glukosa Darah Rata –Rata (mg/dL)

Kelompok Perlakuan 𝑇0 𝑇1 𝑇g30 𝑇g60 𝑇g90 𝑇g120 𝑇g150 𝑇g180

K I - (Aquadest)

K II + (Metformin)

K III (Kombinasi Ekstrak etanol

biji kelici (Caesalpinia crista auct.

Amer) 11,2 mg/20 g BB dan daun

okra (Abelmoschus esculentus (L.)

Moench) 22,4 mg/20 g BB)


54

4.10 Analisis Data

Data diolah secara statistik dengan menggunakan SPSS (Statistical

Package for the Social Sciences). Analisis menggunakan uji statistik One

Way ANOVA pada tingkat 95 % P (α 0,05) adalah data harus terdistribusi

normal dan memiliki varian yang sama. Oleh karena itu, data hasil

penelitian terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data menggunakan uji

distribusi normal (uji Shapiro - wilk) atau menggunakan Kolmogrov –

Smirnov dan selanjutnya uji homogenitas (Levene). Data dikatakan

terdistribusi normal dan homogen apabila uji menunjukkan nilai signifikan

lebih besar dari 0,05 (sig > 0,05). Apabila data yang diperoleh terdistribusi

normal dan homogen, maka uji selanjutnya yang dilakukan adalah uji

parametrik ANOVA. Jika data hasil penelitian tidak terdistribusi normal dan

tidak homogen nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 (sig < 0,05) maka uji

selanjutnya yang dilakukan adalah uji non parametrik Kruskal – Wallis pada

tingkat kepercayaan 95 % P (α 0,05) (Besral, 2010).

Kriteria pembacaan hasil uji statistik adalah apabila probabilitas < dari

α 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya kombinasi ekstrak etanol

biji kelici (Caesalpinia crista auct. Amer) dan daun okra (Abelmoschus

esculentus (L.) Moench) memiliki aktivitas antihiperglikemia pada hewan

uji mencit jantan (Mus musculus) yang mengalami hiperglikemia dan

apabila probabilitas > dari α 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya

kombinasi ekstrak etanol biji kelici (Caesalpinia crista auct. Amer) dan
55

daun okra (Abelmoschus esculentus (L.) Moench) tidak memiliki aktivitas

antihiperglikemia pada hewan uji mencit jantan (Mus musculus) yang

mengalami hiperglikemia (Besral, 2010).

Anda mungkin juga menyukai