Anda di halaman 1dari 12

TOKSIKOLOGI

A. PENDAHULUAN TOKSIKOLOGI
Perkembangan Awal Toksikologi
Sejak perkembangan peradaban manusia dalam mencari makanan, tentu telah
mencoba beragam bahan baik botani, nabati, maupun dari mineral. Melalui
pengalamannya ini ia mengenal makanan, yang aman dan berbaya. Kata racun ”toxic”
adalah bersaral dari bahasa Yunani, yaitu dari akar kata tox, dimana dalam bahasa
Yunani berarti panah. Dimana panah pada saat itu digunakan sebagai senjata dalam
peperangan, yang selalu pada anak panahnya terdapat racun. ”Papyrus Ebers (1552
B.C.)“ orang Mesir kuno memuat informasi lengkap tentang pengobatan dan obat.
Charaka Samhita disebutkan, bahwa tembaga, besi, emas, timbal, perak, seng, bersifat
sebagai racun, dan di dalam Susrata Samhita banyak menulis racun dari makanan,
tananaman, hewan, dan penangkal racun gigitan ular. Hippocrates (460-370 B.C.),
dikenal sebagai bapak kedokteran, disamping itu dia juga dikenal sebagai toksikolog
dijamannya. Pendacious Dioscorides (A.D. 50), dikenal sebagai bapak Materia Medika,
adalah seorang dokter tentara. Di dalam bukunya dia mengelompokkan racun dari
tanaman, hewan, dan mineral. Maimonides (1135 - 1204) dalam bukunya yang terkenal
Racun dan Andotumnya. Philippus Aureolus Theophratus Bombast von Hohenheim
(1493-1541), toksikolog besar, yang pertama kali meletakkan konsep dasar dasar dari
toksikologi. Dalam postulatnya menyatakan: “Semua zat adalah racun dan tidak ada zat
yang tidak beracun, hanya dosis yang membuatnya menjadi tidak beracun”. Pernyataan
ini menjadi dasar bagi konsep hubungan dosis reseptor dan indeks terapi yang
berkembang dikemudian hari. Matthieu Joseph Bonaventura Orfila dikenal sebagai
bapak toksikologi modern. Ia adalah orang Spayol yang terlahir di pulau Minorca, yang
hidup antara tahun 1787 sampai tahun 1853. Pada awak karirnya ia mempelajari kimia
dan matematika, dan selanjutnya mempelajari ilmu kedokteran di Paris. Dalam tulisannya
(18141815) mengembangkan hubungan sistematik antara suatu informasi kimia dan
biologi tentang racun.
Pengertian Toksikologi dan Racun
Toksisitas merupakan istilah relatif yang biasa dipergunakan dalam
memperbandingkan satu zat kimia dengan lainnya. Adalah biasa untuk mengatakan

1
bahwa satu zat kimia lebih toksik daripada zat kimia lain. Perbandingan sangat kurang
informatif, kecuali jika pernyataan tersebut melibatkan informasi tentang mekanisme
biologi yang sedang dipermasalahkan dan juga dalam kondisi bagaimana zat kimia
tersebut berbahaya. Oleh sebab itu, pendekatan toksikologi seharusnya dari sudut telaah
tentang berbagai efek zat kimia atas berbagai sistem biologi, dengan penekanan pada
mekanisme efek berbahaya zat kimia itu dan berbagai kondisi di mana efek berbahaya itu
terjadi. Toksikologi modern merupakan bidang yang didasari oleh multi displin ilmu, ia
dengan dapat dengan bebas meminjam bebarapa ilmu dasar, guna mempelajari interaksi
antara tokson dan mekanisme biologi yang ditimbulkan. Ilmu toksikologi ditunjang oleh
berbagai ilmu dasar, seperti kimia, biologi, fisika, matematika. Kimia analisis dibutuhkan
untuk mengetahui jumlah tokson yang melakukan ikatan dengan reseptor sehingga dapat
memberikan efek toksik.
Cakupan dan Subdisiplin Toksikologi
Toksikologi sangat luas cakupannya. Ia menangani studi efek toksik “toksisitas” di
berbagai bidang, LU (1995) mengelompokkan ke dalam empat bidang, yaitu:
 bidang kedokteran untuk tujuan diagnostik, pencegahan, dan terapeutik
 dalam industri makanan sebagai zat tambahan baik langsung maupun tidak
langsung
 dalam pertanian sebagai pestisida zat pengatur pertumbuhan, peyerbuk bantuan,
dan zat tambahan pada makanan hewan,
 dalam bidang industri kimia sebagai pelarut, komponen, dan bahan antara bagi
plstik serta banyak jenis bahan kimia lainnya.
B. TOKSIKOLOGI FORENSIK
Toksikologi forensik adalah salah satu dari cabang forensik sein. Meminjam
pengertian Forensic Science dari Saferstein adalah ”the application of science to low”,
atau secara umum dapat dimengerti sebagai aplikasi atau pemanfaatan ilmu pengetahuan
tertentu untuk penegakan hukum dan keadilan. Tosikologi forensik menekunkan diri pada
aplikasi atau pemanfaatan ilmu toksikologi untuk kepentingan peradilan. Kerja utama
dari toksikologi forensik adalah melakukan analisis kualitatif maupun kuantitatif dari
racun dari bukti fisik ”fisical evidance” dan menerjemahkan temuan analisisnya ke dalam
ungkapan apakah ada atau tidaknya racun yang terlibat dalam tindak kriminal, yang

2
dituduhkan, sebagai bukti dalam tindak kriminal (forensik) di pengadilan. Hasil analisis
dan interpretasi temuan analisisnya ini akan dimuat ke dalam suatu laporan yang sesuai
dengan hukum dan perundangan-undangan. Menurut Hukum Acara Pidana (KUHAP),
laporan ini dapat disebut dengan Surat Keterangan Ahli atau Surat Keterangan. Jadi
toksikologi forensik dapat dimengerti sebagai pemanfaatan ilmu tosikologi untuk
keperluan penegakan hukum dan peradilan. Toksikologi forensik merupakan ilmu terapan
yang dalam praktisnya sangat didukung oleh berbagai bidang ilmu dasar lainnya, seperti
kimia analisis, biokimia, kimia instrumentasi, farmakologitoksikologi, farmakokinetik,
biotransformasi. Secara umum bidang kerja toksikologi forensik meliputi: analisis dan
mengevaluasi racun penyebab kematian,analisis ada/tidaknya alkohol, obat terlarang di
dalam cairan tubuh atau napas, yang dapat mengakibatkan perubahan prilak (menurunnya
kemampuan mengendarai kendaraan bermotor di jalan raya, tindak kekerasan dan
kejahatan, penggunaan dooping),analisis obat terlarang di darah dan urin pada kasus
penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan obat terlarang lainnya
Tujuan utama dari analisis toksikologi forensik dalam penyidikan kasus
keracunan adalah berupaya memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang mungkin
timbul selama berlangsungnya penyidikan atau pada tahapan tahapan peradilan lainnya.
Peranan toksikologi forensik dalam penyelesaian kasus kejahatan. Perdanakusuma
(1984) mengelompokkan ilmu forensik berdasarkan peranannya dalam menyelesaikan
kasus-kasus kriminal ke dalam tiga kelompok, yaitu:
 Ilmu-ilmu forensik yang menangani tindak kriminal sebagai masalah
hukum. Dalam kelompok ini termasuk hukum pidana dan hukum acara
pidana. Kejahatan sebagai masalah hukum adalah aspek pertama dari
tindak kriminal itu sendiri, karena kejahatan merupakan perbuatan-
perbuatan yang melanggar hukum.
 Ilmu-Ilmu forensik yang menangani tindak kriminal sebagai masalah
teknis. Kejahatan dipandang sebagai masalah teknis, karena kejahatan
dari segi wujud perbuatannya maupun alat yang digunakannya
memerlukan penganan secara teknis dengan menggunakan bantuan diluar
ilmu hukum pidana maupun acara pidana. Dalam kelompok ini termasuk
ilmu kriminalistik, kedokteran forensik, kimia forensik, fisika forensik,

3
toksikologi forensik, serologi/biologi molekuler forensik, odontologi
forensik, dan entomogoli forensik.
 Ilmu-ilmu forensik yang menangani tindak kriminal sebagai masalah
manusia Dalam kelompok ini termasuk kriminologi, psikologi forensik,
dan psikiatri/neurologi forensik. Kejahatan sebagai masalah manusia,
karena pelaku dan objek penghukuman dari tindak kriminal tersebut
adalah manusia. Dalam melakukan perbuatannya, manusia tidak terlepas
dari unsur jasmani (raga) dan jiwa. Disamping itu, kodrat manusia sebagai
mahluk sosial, yang hidup di tengah-tengah masyarakat. Oleh karena itu
perbuatan yang dilakukan juga dipengaruhi oleh faktor internal (dorongan
dari dalam dirinya sendiri) dan faktor eksternal (dipengaruhi oleh
lingkungannya).

Peran toksikolog forensik dalam membantu penyidik dalam penyelesaian kasus


tindak pidana tersirat dalam pasal 133 (1) KUHAP, berbunyi: dalam hal penyidik untuk
kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan atau pun mati yang
diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan
permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli
lainnya. Dalam pembuktian kasus penyalahgunaan Narkorba dan Zat aditif lainnya mutlak
diperlukan peran toksikolog forensik.

C. TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN
Toksikologi secara umum menelaah tentang mekanisme mengenai efek-efek yang
tidak diinginkat “adverse effects“ dari zat-zat kimia terhadap organisme hidup. Gabungan
berbagai efek potensial yang merugikan serta terdapatnya berbagai ragam bahan kimia di
lingkungan kita membuat toksikologi sebagai ilmu yang sangat luas. Toksikologi
lingkungan didefinisikan sebagai “study of the fate and effects of chemicals in the
environment”. Secara sederhana dapat dimengerti dengan telaah dinamika bahan toksik
di lingkungan, yaitu mempelajari proses degradasi zat kimia “perubahan kimia yang
dialami oleh toksikan“ di lingkungan serta transport zat kimia tersebut dari satu tempat ke
tempat lain di alam ini, disamping itu toksikologi lingkungan adalah pengetahuan yang
mempelajari efek toksik yang timbulkan, dampak atau resiko keberadaan zat kimia

4
tersebut terhadap makhluk organisem hidup. Toksikologi lingkungan umumnya dapat
dikelompokkan ke dalam dua kelompok kajian, yaitu toksikologi kesehatan lingkungan
dan ekotoksikologi. Toksikologi kesehatan lingkungan adalah melakukan telaah tentang
efek samping zat kimia di lingkungan terhadap kesehatan manusia. Sedangkan
ekotoksikologi memfokuskan diri pada telaah tentang efek pencemaran lingkungan pada
ekosistem dan konstituennya (seperti ikan, dan satua liar).
Dalam bahasa sehari-hari pencemaran lingkungan dipahami sebagai suatu
kejadian lingkungan yang tidak diinginkan, yang dapat menimbulkan gangguan atau
kerusakan lingkungan yang mungkin dapat gangguan kesehatan lingkungan bahkan
kematian organisme dalam ekosistem. Pencemaran terjadi pada saat senyawa-senyawa
yang dihasilkan dari kegiatan manusia dilepas kelingkungan, menyebabkan perubahan
yang buruk terhadap kekhasan fisik, kimia, biologis, dan estetis.
Selain manusia, tentu saja makhluk hidup lainnya juga melepaskan limbah ke
lingkungan, umumnya dianggap sebagai bagian dari sistem alamiah, apakah limbah
tersebut memberi pengaruh buruk atau tidak. Sehingga pencemaran biasanya dianggap
terjadi sebagai hasil dari tindakan manusia. Dengan demikian proses-proses alamiah
dapat terjadi dalam lingkungan alamiah yang sangat mirip dengan proses-proses
pencemaran.
Menurut Undang-Undang no 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup, yang dimaksud dengan pencemaran lingkungan hidup adalah: masuknya atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain kedalam lingkungan
hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.
Keberadaan pencemaran di lingkungan memerlukan suatu sistem penilaian yang
disesuaikan dengan peruntukan lingkungannya, perlu diingat disini kadang diperlukan
suatu penilaian subjektif, terhadap pengaruh buruk atau baik dari pencemaran tersebut.
Sebagai contoh pada saat pelepasan unsur hara makanan tumbuhan dilepas ke jalur
perairan, menyebabkan pertambahan jumlah tumbuhan yang ada dan seringkali diikuti
dengan peningkatan jumlah ikan. Jadi, nelayan akan menganggap tindakan ini
menguntungkan dan dengan demikian bukanlah pencemaran. Sebaliknya, pengelola
pasokan air minum pengingkatan jumlah tanaman air dan ikan, memerlukan peningkatan

5
biaya dan prosedur pengolahan air minum, sehingga pihak pengelola air minum
menganggap bahwa pencemaran telah terjadi. Dalam hal ini diperlukan pengembangan
pengembangan sistem penilaian pencemaran, yang disesuaikan dengan peruntukan dari
lingkungannya.
Secara alami terdapat berbagai macam senyawa kimia di alam yang berpotensial
mempunyai efek toksik. Keberadaan dari masing-masing senyawa kimia tersebut
umumnya tidak menimbulkan resiko berbahaya bagi organisme hidup, namun interaksi
dari zat kimia tersebut terkadang menimbulkan resiko, seperti kabut fotokimia.
Kabut fotokimia umumnya terbentuk di daerah kota dengan iklim panas dan kering penuh
dengan polusi udara gas buang mesin-mesin industri dan kendaraan bermotor. Pada
temperatur normal gas nitrogen (N2) dan oksigen (O2) yang mengisi sebagian besar
udara atmosfer tidak bereaksi satu sama lain. Pada temperatur tinggi di dalam mesin
kendaraan bermotor, mereka saling bereaksi membentuk nitrogen oksida (NO), yang
kemudian terlepas sebagai gas buang dan masuk ke dalam atmorfer. Segera setelah
berada diatmorfer, nitrogen oksida bereaksi dengan oksigen untuk membentuk nitrogen
dioksida (NO2), suatu gas berwarna coklat kekuningan dengan bau tidak enak dan
menyesakkan. Gas nitrogen dioksida ini yang menyebabkan terjadinya kabut kecoklatan
yang menyelimuti udara perkotaan. Biasaya gas NO2 tetap berada di udara atmorfer
sekitar selama tiga hari. Sejumlah kecil dari NO2 dapat bereaksi dengan uap air
membentuk asam nitrat, yang kemudian dapat mengalami presipitasi dan tersapu dari
udara atmorfir melalui hujan. Seperti halnya gas NO2, sulfur dioksida juga dapat beraksi
dengan uap air membentuk asam sulfat, dimana kedua asam ini yang bertanggung jawab
terhadap hujan asam diperkotaan. Asam nitrat di atmorfir dapat juga bereaksi dengan
amonia di udara membentuk partikel dari amonium nitrat, yang secara berkala juga jatuh
ke permukaan bumi atau tersapu dari atmorfir oleh hujan. Sebagian besar masalah
pencemaran udara berhubungan dengan oksidasi nitrogen dan nitrigen dioksida timbul
akibat radiasi ultraviolet dari sinar matahari, yang dapat menyebabkan mereka bereaksi
dengan gas hidrokarbon ”HC” di udara, akan berinteraksi satu sama lainnya
menghasilkan senyawa peroksialkil nitrat yang mempunyai toksisitas jauh lebih tinggi
dari zat prekorsornya. Reaksi pembentukan polutan baru ini disebut dengan fotokimia
oksidasi. Senyawa oksidan ini bersama senyawa-senyawa lainnya membentuk kabut

6
fotokimia “photochemical smog”, dimana campuran gas tersebut termasuk ozon,
sejumlah senyawa peroksialkil nitrat “PAN”. Keberadaan sejumlah kecil PAN di udara
menyebabkan mata pedih dan dapat merusak tanaman.
Kondisi iklim lingkungan memberi efek yang besar terhadap resiko dari toksisitas
toksikan di lingkungan. Seperti telah disebutkan sebelumnya pada kabut fotokimia,
dimana iklim dan radiasi sinar UV dari cahaya matahari merupakan faktor penentu.
Namun dilain sisi radiasi sinar UV diperlukan untuk mempercepat reaksi degradasi
senyawa organik di alam dan juga sinar UV diperlukan untuk membunuh mikrobakteri
fatogen dan virus di alam bebas. Tentunya sinar UV telah terbukti dapat mengakibatkan
radikal bebas di dalam tubuh yang mengakibatkan penyimpangan pada proses replikasi
DNA, dan menyebabkan kanker kulit. Meningkatnya intensitas sinar UV di permukaan
bumi disebabkan berkurangnya lapisan ozon di stratosfer, yang diakibatkan oleh polutan
udara di stratosfer.

D. TOKSIKOLOGI INDUSTRI
Toksikologi industri adalah cabang ilmu dalam Bidang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja yang mempelajari efek bahaya zat kimia pada sistem biologi. Kajian
tokskologi meliputi: studi quantitatif tentang efek bahaya zat kimia dan zat fisika, sifat
dan aksinya racun, dan gangguan kesehatan yang ditimbulkan pada manusia dan hewan.
penggunaan bahan kimia ini disamping menghasilkan produk yang bermanfaat tetapi juga
memberikan dampak bagi kesehatan manusia. Bahan kimia merupakan permasalahan
besar bagi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja. Di beberapa negara, pembuangan
bahan kimia memberikan konsekwensi serius bagi tenaga kerja dan masyarakat maupun
lingkungan. Oleh karena itu mempelajari keberadaan bahan kimia, efek dan
penanggulangannya sangat penting bagi ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Menurut ILO (1983) toksikologi adalah : “interdiciplinary science concern with the
working and living environment”, sehingga dikenal juga cabang keilmuan lain seperti
“Industrial Toxicology“, “Neuro behavioural Toxicology“, “Clinical Toxicology”,
“Environmental Toxicology”.

7
Toksikologi industri membahas tentang berbagai bahan beracun yang digunakan
diolah atau dihasilkan oleh industri. Bahan toksik atau racun adalah bahan kimia yang
dalam jumlah relatif sedikit, berbahaya bagi kesehatan atau jiwa manusia. Sedang
toksisitas atau derajat racun merupakan kemampuan suatu bahan toksik untuk
meninbulkan kerusakan pada organisme hidup.

Konsep Toksikologi Industri

Pada dasarnya konsep toksikologi terbagi atas tiga yakni toksikologi lingkungan,
toksikologi ekonomi, dan toksikologi kehakiman. Toksikologi lingkungan berhubungan
dengan dampak zat kimiayang berpotensi merugikan, yang muncul sebagai polutan
lingkungan bagi organisme hidup. Istilah lingkungan mencakup udara, tanah, dan air.
Polutan adalah suatu zat yang didapatkan dalam lingkungan, yang mempunyai efek
merugikan bagi kehidupan organism, khususnya manusia; yang sebagian merupakan
perbuatan manusia. Pada dasarnya efek yang merugikan ini timbul melalui empat proses
yakni: pelepasan ke lingkungan, tansport oleh biota dengan atau tanpa transportasi bahan-
bahan kimia, pengeksposan oleh organisme baik itu satu atau lebih dari satu terget, dan
kemudian timbullah respon individu, populasi, ataupun komunitas. Jadi pada dasarnya
enviromental toksikologi itu tidak lepas dari ekotoksikologi. Berikut ini komponen
toksikologi lingkungan: (David A. Wright “Enviromental Of toxicology”)

Asas umum toksikologi industri


1. Masuknya bahan kimia ke dalam tubuh
a. Absorbsi, bahan kimia masuk ke dalam tubuh melalui:
1) Saluran pernafasan (terhirup), misal gas (CO, NOx), uap (benzene, CCl4),
bahan mudah larut (Kloroform), debu (partikel ukuran 1-10μ) dan ditimbun di
paru-paru.
2) Saluran pencernaan (tertelan), biasanya karena kecelakaan, lambung kosong
mempercepat penyerapannya.
3) Kulit, zat-zat yang arut dalam lemak, insektisida, organik solvent.
4) Suntikan intravena, intra muskular, sub kutan dll
b. Distribusi
 Bahan kimia organik (methyl merkuri) dapat menembus organ otak.

8
 Bahan Kima anorganik (merkuri) tidak dapat menembus otak tapi tertimbun
dalam ginjal.
 Hati dan ginjal memiliki kapasitas mengikat bahan kimia yang tinggi dibanding
organ lain, karena fungsinya sebagai organ yang memetabolisir dan membuang
bahan kimia berbahaya. Pengantar Toksikologi.
 Bahan yang mudah larut dalam lemak, maka jaringan lemak merupakan tempat
penimbunan bahan yang mudah larut dalam lemak, misal DDT, Dieldrin,
Polychlorinated biphenyls (PCB).
c. Ekskresi
 Bahan kimia diekskresikan dapat dalam bentuk bahan asal maupun
metabolitnya.  Ekskresi utama melalui ginjal (hampir semua kimia berbahaya),
bahan-bahan tertentu lewat hati dan paru-paru.
 Ekskresi melalui ginjal terutama bahan yang larut dalam air.
 Ekskresi melalui paru-paru, untuk bahan yang pada suhu tubuh masih berbentuk
gas, misal CO.
2. Efek Toksik Pada Tubuh
a. Lokal dan Sistemik
 Lokal: bahan yang bersifat korosif, iritatif
 Sistemik: terjadi setelah bahan kimia masuk, diserap dan distribusikan ke tubuh
 Konsentrasi bahan berbahaya tidak selalu paling tinggi dalam target organ
(misal, target organ methyl merkuri adalah otak, tapi konsentrasi tertinggi ada di
hati dan ginjal, DDT target organnya adalah susunan pusat syaraf pusat tapi
konsentrasi tertinggi pada jaringan lemak)
b. Efek Reversibel dan Irreversibel
 Reversible: bila efek yang terjadi hilang dengan dihentikannya paparan bahan
berbahaya. Biasanya konsentrasi masih rendah dan waktu singkat.
 Irreversible: bila efek yang terjadi terus menerus bahkan jadi parah walau
pajanan telah dihentikan (misal karsinoma, penyakit hati), biasanya konsentrasi
tinggi dan waktu lama c. Efek Langsung dan Tertunda
 Efek langsung: segera terjadi setelah pajanan (misal sianida).

9
 Efek tertunda: efek yang terjadi beberapa waktu setelah pajanan (efek
karsinogenik). Pengantar Toksikologi 7 d. Reaksi Alergi dan Idiosynkrasi
 Reaksi alergi (hipersensitivitas) terjadi karena sensitisasi sebelumnya yang
menyebabkan dibentuknya antibodi oleh tubuh.
 Reaksi Idiosynkrasi merupakan reaksi tubuh yang abnormal terhadap genetik
(misal kekurangan enzim succynicholin)
Tujuan Toksikologi industry
1) Menguraikan perlunya substansi yang aman, yang berarti harus mengetahui
mekanisme bagaimana racun menyerang organisme, sehingga timbul efek atau respon
yang tidak dikehendaki atau terjadi fungsi dan atau struktur yang tidak normal.
2) Mencegah terjadinya efek yang tidak dikehendaki dari racun terhadap organisme,
para pekerja dan kualitas lingkungan kerja.
3) Dapat membuat kriteria dasar untuk Nilai Ambang Batas (NAB) dan standarisasi
lingkungan, yaitu menentukan konsentrasi yang dapat diterima oleh para
pekerja/masyarakat sebagai aman dan tidak aman.
4) Dapat memperbaiki cara pengobatan karena mengetahui mekanisme terjadinya efek
keracunan ataupun membuat antidotum. Hal ini sering dilakukan bersama dengan ahli
farmasi

E. TINDAKAN UMUM PADA KERACUNAN


Keracunan adalah kondisi yang disebabkan oleh menelan, mencium, menyentuh,
atau menyuntikkan berbagai macam obat, bahan kimia, racun, atau gas. Keracunan
bukan hanya membahayakan kesehatan, tapi juga bisa menyebabkan kematian. Tak
hanya dari racun, beberapa zat yang bisa ditemui sehari-hari seperti obat-obatan dan
karbon monoksida juga bisa berbahaya jika Anda terpapar dalam konsentrasi atau
dosis yang tinggi. Dan zat lainnya seperti pembersih lantai bisa beracun jika ditelan.
Anak-anak sangat sensitif terhadap obat-obatan dan bahan kimia tertentu bahkan
dalam jumlah kecil.

10
Kasus keracunan menjadi urusan ahli toksikologi forensik apabila ada
pernyataan dari orang yang keracunan tentang keterlibatan pihak-pihak tertentu sebagai
penyebab keracunan tersebut, atau karena pasien meninggal dan keterangan tentang
penyebab kematiannya dibutuhkan oleh penyidik karena dugaan adanya tindak pidana
dalam kasus tersebut. Tujuan utama dari analisis toksikologi forensik dalam
penyilidikan kasus keracunan adalah berupaya memberikan jawaban terhadap pertayaan
yang mungkin timbul selama berlangsungnya penyilidikan atau pada tahapan-tahapan
peradilan lainnya. Dalam pemeriksaan forensik kasus keracunan berdasarkan tujuan
pemeriksaannya, dapat dibagi kedalam dua kelompok, yaitu pertama bertujuan untuk
mencari penyebab kematian dan yang kedua untuk mengetahui mengapa suatu
peristiwa. Pada kedua tujuan pemeriksaan di atas diri korban diharapkan dapat
diketemukan racun atau obat dalam dosis tertentu sebagai dasar untuk menduga kenapa
peristiwa tersebut terjadi.

Cara mengobati seseorang yang mungkin keracunan tergantung pada gejala


yang ditampakkan korban, usia korban, harus tahu jenis dan jumlah zat yang
menyebabkan keracunan. Gejala keracunan dapat menyerupai kondisi lainnya,
seperti kejang, mabuk alkohol, stroke, dan respon insulin. Tanda-tanda dan gejala
keracunan bisa meliputi terbakar atau kemerahan di sekitar mulut dan bibir, napas
berbau seperti bahan kimia, seperti bensin atau pengencer cat, muntah, gangguan
pernapasan, mengantuk, linglung (gegar otak) atau masalah perubahan mental lainnya.

MENANGANI RACUN DAN PENYEBABNYA

Racun masuk ke dalam tubuh manusia melalui mulut, hidung (inhalasi), kulit, suntikan,
mata (kontaminasi mata), dan sengatan atau gigitan binatang berbisa.

1. Melalui Mulut: Jika racun masuk ke dalam tubuh manusia melalui mulut, maka
tindakan dalam menangani racun yang telah masuk ke dalam tubuh ialah mengurangi
absorpsi racun dari saluran cerna, memberikan antidot, dan meningkatkan eliminasi
racun dari tubuh.

11
2. Melalui Hidung: Dalam menangani racun yang masuk melalui hidung (inhalasi),
tindakan
yang segera dilakukan ialah:
 Memindahkan penderita keracunan dari tempat atau ruangan yang tercemar
racun.
 Trakeotomi dapat dilakukan, jika dipandang perlu.
 Jika menggunakan alat resuscitator dengan tekanan positif, tekanan darah
perlu dikontrol terus-menerus.
3. Kontaminasi Kulit: Jika kulit terkontamiasi atau terkena racun, segera disiram dengan air
untuk mengencerkan atau mengusir racun. Kecepatan dan volume air yang digunakan
sangat menentukan kerusakan kulit yang terjadi, terutama jika terkena racun yang bersifat
korosif dan bahan-bahan atau racun yang merusak kulit.
4. Kontaminasi Mata: Mata yang terkontaminasi atau terkena bahan kimia harus dibilas atau
dialiri air selama 15 menit. Dapat juga digunakan gelas pencuci mata, yang airnya sering
diganti. Jangan sekali-kali diteteskan antidot senyawa kimia, karena panas yang akan
timbul dapat mengakibatkan kerusakan mata yang lebih parah.
5. Sengatan dan Gigitan Binatang Berbisa: Jika terkena gigitan ular berbisa, maka tindakan
untuk mencegah penjalaran bisa dilakukan dengan menggunakan torniket di daerah atau
diatas luka gigitan, sampai dapat diberikan antidot yang spesifik terhadap bisa ular
penyebabnya.

12

Anda mungkin juga menyukai