Anda di halaman 1dari 16

KEPERAWATAN GERONTIK

PERAN PERAWAT DALAM PERKEMNBANGAN


KEPERAWATAN GERONTIK

Disusun Oleh :

Kelompok 4

1. Yustika Amalia (172426045 DP)


2. Depsi Arepa (172426005 DP)
3. Lorenza Ferina Putri (1724260 DP)
4. Pirana (1724260 DP)
5. Tomi Saputra (1724260 DP)
6. Weno Adi Muhammad(1724260 DP)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (DIII)


Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Dehasen Bengkulu
Jl. Merapi raya No. 43 Kebun Tebeng Bengkulu Telpon 073621977

TA 2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. yang telah memberikan
tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Bengkulu, September 2019

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................…... 1
A. LatarBelakang................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ...................................................................................….. 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................…… 2
A. Pengertian………………………………………………………………… 2
B. Fenomena Demografi……………………………………………………… 3
C. Permasalahan Pada Lansia…………………………………………………. 3
D. Fenomena Bio-psico-sosio-spiritual dan Penyakit Lansia…………………. 4
E. Masalah Kesehatan Gerontik…………………………………………….. 5
F. Upaya Pelayanan Kesehatan terhadap Lansia……………………………... 6
G. Peran Perawat……………………………………………………………… 9
H. Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan
Lansia………………………………………………………………………. 10
BAB III PENUTUP ................................................................................................ 12
A. Kesimpulan…………………………………………….…………...……… 12
B. Saran……………………………………………………………………….. 12
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring berjalannya waktu, proses penuaan memang tidak bisa
dihindarkan. Keinginan semua orang adalah bagaimana agar tetap
tegar dalam menjalani hari tua yang berkualitas dan penuh makna. Hal ini
dapat dipertimbangkan mengingat usia harapan hidup penduduk yang
semakin meningkat. Menjadi tua adalah suatu proses naturnal dan kadang-
kadang tidak tampak mencolok. Penuaan akan terjadi pada semua sistem
tubuh manusia dan tidak semua sistem akan mengalami kemunduran pada
waktu yang sama. Meskipun proses menjadi tua merupakan gambaran yang
universal, tidak seorangpun mengetahui dengan pasti penyebab penuaan atau
mengapa manusia menjadi tua pada saat usia yang berbeda-beda.
Penuaan terjadi tidak secara tiba-tiba, tetapi berkembang dari masa bayi,
anak-anak, dewasa, dan akhirnya menjadi tua. Seseorang dengan usia
kronologis 70 tahun mungkin dapat memiliki usia fisiologis seperti orang usia
50 tahun. Atau sebaliknya, seseorang dengan usia 50 tahun mungkin memiliki
banyak penyakit kronis sehingga usia fisiologisnya 90 tahun.
Menua bukanlah suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari
suatu proses kehidupan dengan berkurangnya daya tahan tubuh dalam
menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Walaupun demikian,
memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering
menghinggapi kaum lanjut usia dengan penurunan kualitas hidup sehingga
status lansia dalam kondisi sehat atau sakit.

B. Rumusan Masaalah
Bagaimana Peran perawat dalam perkembangan keperawatan gerontik?

C. Tujuan
Mengetahui Peran perawat dalam perkembangan keperawatan gerontik.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
1. Trend
Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan
analisa, tren jugadapat di definisikan salah satu gambaran
ataupun informasi yang terjadi pada saat ini yang biasanya sedang
popular di kalangan masyarakat.
Trend adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak orang
saat ini dan kejadiannya berdasarkan fakta
2. Issu.
Issu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan
terjadi atau tidakterjadi pada masa mendatang, yang menyangkut
ekonomi, moneter, sosial, politik, hukum, pembangunan nasional,
bencana alam, hari kiamat, kematian, ataupun tentang krisis.
Issu adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak namun
belum jelasfaktannya atau buktinya
3. Definisi Trend dan Issu Keperawatan
Trend dan Issu Keperawatan adalah sesuatu yang sedang d.bicarakan
banyak orang tentang praktek/mengenai keperawatan baik itu
berdasarkan fakta ataupun tidak, trend dan issukeperawatan tentunya
menyangkut tentang aspek legal dan etis keperawatan.
Saat ini trend dan issu keperawatan yang sedang banynak
dibicarakan orang adalahAborsi, Eutanasia dan Transplantasi organ
manusia, tentunya semua issu tersebut menyangkutketerkaitan dengan
aspek legal dan etis dalam keperawatan

2
B. Fenomena Demografi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan dampak
positif terhadap kesejahteraan yang terlihat dari angka harapan hidup (AHH)
yaitu :
AHH di Indonesia tahun 1971 : 46,6 tahun
AHH di Indonesia tahun 2000 : 67,5 tahun
Sebagaimana dilaporkan oleh Expert Committae on Health of the
Erderly: Di Indonesia akan diperkirakan beranjak dari peringkat ke sepuluh
pada tahun 1980 ke peringkat enam pada tahun 2020, di atas Brazil yang
menduduki peringkat ke sebelas tahun 1980.
Pada tahun 1990 jumlah penduduk yang berusia 60 tahun kurang lebih 10
juta jiwa/ 5.5% dari total populasi penduduk.Pada tahun 2020 diperkirakan
meningkat 3x,menjadi kurang lebih 29 juta jiwa/11,4% dari total populasi
penduduk (lembaga Demografi FE-UI-1993).
Dari hasil tersebut diatas terdapat hasil yang mengejutkan yaitu:
1. 62,3% lansia di Indonesia masih berpenghasilan dari pekerjaannya
sendiri.
2. 59,4% dari lansia masih berperan sebagai kepela keluarga.
3. 53% lansia masih menanggung beban kehidupan keluarga.
4. Hanya 27,5% lansia mendapat penghasilan dari anak atau menantu.
C. Permasalahan Pada Lansia
1. Permasalahan Umum
a. Makin besar jumlah lansia yang berada di bawah garis kemiskinan.
b. Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga
yang berusia lanjut kurang diperhatikan,dihargai dan dihormati.
c. Lahirnya kelompok masyarakat industry.
d. Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan
lanjut usia.
e. Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan
kesejahteraan lansia.

3
2. Permasalahan Khusus
a. Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah
baik fisik,mental maupun sosial.
b. Berkurangnya integrasi sosial usila.
c. Rendahnya produktifitas kerja lansia.
d. Banyaknya lansia yang miskin,terlantar dan cacat.
e. Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan
masyarakat individualistik.
f. Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat
mengganggu kesehatan fisik lansia.
D. Fenomena Bio-psico-sosio-spiritual dan Penyakit Lansia
1. Penurunan fisik
2. Perubahan mental
3. Perubahan-perubahan Psikososial
Karakteristik Penyakit pada Lansia:
1. Penyakit sering multiple,yaitu saling berhubungan satu sama lain.
2. Penyakit bersifat degeneratif yang sering menimbulkan kecacatan.
3. Gejala sering tidak jelas dan berkembang secara perlahan.
4. Sering bersama-sama problem psikologis dan sosial.
5. Lansia sangat peka terhadap penyakit infeksi akut.
6. Sering terjadi penyakit iatrogenik.
Hasil Penelitian Profil Penyakit Lansia di 4 Kota
(Padang,Bandung,Denpasar dan Makassar) sbb:
1. Fungsi tubuh yang dirasakan menurun : penglihatan (76,24%),daya ingat
(69,39%),seksual (58,04%),kelenturan(53,23%),gigi dan mulut (51,12%).
2. Masalah kesehatan yang sering muncul : sakit tulang atau sendi
(69,39%),sakit kepala (51,15%),daya ingat menurun (38,51%),selera
makan menurun (30,08%),mual/perut perih (26,66%),sulit tidur
(24,88%),dan sesak nafas (21,28%).
3. Penyakit kronis : rematik (33,14%),darah tinggi (20,66%),gastritis
(11,34%),dan jantung (6,45%).

4
E. Masalah Kesehatan Gerontik
1. Masalah kehidupan seksual
Adanya anggapan bahwa semua ketertarikan seks pada lansia telah
hilang adalah mitos atau kesalahpahaman. (parke, 1990). Pada
kenyataannya hubungan seksual pada suami isri yang sudah menikah
dapat berlanjut sampai bertahun-tahun. Bahkan aktivitas ini dapat
dilakukan pada saat klien sakit aau mengalami ketidakmampuan dengan
cara berimajinasi atau menyesuaikan diri dengan pasangan masing-
masing. Hal ini dapat menjadi tanda bahwa maturitas dan kemesraan
antara kedua pasangan sepenuhnya normal. Ketertarikan terhadap
hubungan intim dapat terulang antara pasangan dalam membentuk ikatan
fisik dan emosional secara mendalam selama masih mampu
melaksanakan.
2. Perubahan prilaku
Pada lansia sering dijumpai terjadinya perubahan perilaku
diantaranya: daya ingat menurun, pelupa, sering menarik diri, ada
kecendrungan penurunan merawat diri, timbulnya kecemasan karena
dirinya sudah tidak menarik lagi, lansia sering menyebabkan sensitivitas
emosional seseorang yang akhinya menjadi sumber banyak masalah.
3. Pembatasan fisik
Semakin lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami kemunduran
terutama dibidang kemampuan fisik yang dapat mengakibatkan
penurunan pada peranan – peranan sosialnya. Hal ini mengakibatkan pula
timbulnya ganggun di dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya
sehingga dapat meningkatkan ketergantunan yang memerlukan bantuan
orang lain.
4. Palliative care
Pemberian obat pada lansia bersifat palliative care adalah obat
tersebut ditunjukan untuk mengurangi rasa sakit yang dirasakan oleh
lansia. Fenomena poli fermasi dapat menimbulkan masalah, yaitu adanya
interaksi obat dan efek samping obat. Sebagai contoh klien dengan gagal
jantung dan edema mungkin diobatai dengan dioksin dan diuretika.

5
Diuretik berfungsi untu mengurangi volume darah dan salah satu efek
sampingnya yaitu keracunan digosin. Klien yang sama mungkin
mengalami depresi sehingga diobati dengan antidepresan. Dan efek
samping inilah yang menyebaban ketidaknyaman lansia.
5. Pengunaan obat
Medikasi pada lansia memerlukan perhatian yang khusus dan
merupakan persoalan yang sering kali muncul dimasyarakat atau rumah
sakit. Persoalan utama dan terapi obat pada lansia adalah terjadinya
perubahan fisiologi pada lansia akibat efek obat yang luas, termasuk efek
samping obat tersebut. (Watson, 1992). Dampak praktis dengan adanya
perubahan usia ini adalah bahwa obat dengan dosis yang lebih kecil
cenderung diberikan untuk lansia. Namun hal ini tetap bermasalah karena
lansia sering kali menderita bermacam-macam penyakit untuk diobati
sehingga mereka membutuhkan beberapa jenis obat. Persoalan yang
dialami lansia dalam pengobatan adalah :
a. Bingung
b. Lemah ingatan
c. Penglihatan berkurang
d. Tidak bias memegang
e. Kurang memahami pentingnya program tersebut unuk dipatuhi
f. Kesehatan mental
F. Upaya Pelayanan Kesehatan terhadap Lansia
Upaya pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi azas, pendekatan,
dan jenis pelayanan kesehatan yang diterima.
1. Azas
Menurut WHO (1991) adalah to Add life to the Years that Have
Been Added to life, dengan prinsip kemerdekaan (independence),
partisipasi (participation), perawatan (care), pemenuhan diri (self
fulfillment), dan kehormatan (dignity). Azas yang dianut oleh
Departemen Kesehatan RI adalah Add life to the Years, Add Health to
Life, and Add Years to Life, yaitu meningkatkan mutu kehidupan lanjut
usia, meningkatkan kesehatan, dan memperpanjang usia.

6
2. Pendekatan
Menurut World Health Organization (1982), pendekatan yang
digunakan adalag sebagai berikut :
a. Menikmati hasil pembangunan (sharing the benefits of social
development)
b. Masing-masing lansia mempunyai keunikan (individuality of aging
persons)
c. Lansia diusahakan mandiri dalam berbagai hal (nondependence)
d. Lansia turut memilih kebijakan (choice)
e. Memberikan perawatan di rumah (home care)
f. Pelayanan harus dicapai dengan mudah (accessibility)
g. Mendorong ikatan akrab antar kelompok/ antar generasi (engaging
the aging)
h. Transportasi dan utilitas bangunan yang sesuai dengan lansia
(mobility)
i. Para lansia dapat terus berguna dalam menghasilkan karya
(productivity)
j. Lansia beserta keluarga aktif memelihara kesehatan lansia (self help
care and family care)
3. Jenis
Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi lim upaya
kesehatan, yaituPromotif, prevention, diagnosa dini dan pengobatan,
pembatasan kecacatan, serta pemulihan.
a. Promotif
Upaya promotif juga merupakan proses advokasi kesehatan
untuk meningkatkan dukungan klien, tenaga profesional dan
masyarakat terhadap praktek kesehatan yang positif menjadi norma-
norma sosial.
Upaya perlindungan kesehatan bagi lansia sebagai berikut :
1) Mengurangi cedera
2) Meningkatkan keamanan di tempat kerja
3) Meningkatkan perlindungan dari kualitas udara yang buruk

7
4) Meningkatkan keamanan, penanganan makanan dan obat-obatan
5) Meningkatkan perhatian terhadap kebutuhan gigi dan mulut
b. Preventif
1) Mencakup pencegahan primer, sekunder dan tersier. Contoh
pencegahan primer : program imunisasi, konseling, dukungan
nutrisi, exercise, keamanan di dalam dan sekitar rumah,
menejemen stres, menggunakan medikasi yang tepat.
2) Melakukakn pencegahan sekuder meliputi pemeriksaan terhadap
penderita tanpa gejala. Jenis pelayanan pencegahan sekunder:
kontrol hipertensi, deteksi dan pengobatan kanker, skrining :
pemeriksaan rektal, mamogram, papsmear, gigi, mulut.
3) Melakukan pencegahan tersier dilakukan sesudah gejala
penyakit dan cacat. Jenis pelayanan mencegah berkembangnya
gejala dengan memfasilisasi rehabilitasi, medukung usaha untuk
mempertahankan kemampuan anggota badan yang masih
berfungsi.
c. Rehabilitatif
4. Prinsip Pelayanan Kesehatan Lansia
a. Pertahankan lingkungan aman
b. Pertahankan kenyamanan, istirahat, aktifitas dan mobilitas
c. Pertahankan kecukupan gizi
d. Pertahankan fungsi pernafasan
e. Pertahankan aliran darah
f. Pertahankan kulit
g. Pertahankan fungsi pencernaan
h. Pertahankan fungsi saluran perkemihaan
i. Meningkatkan fungsi psikososial
j. Pertahankan komunikasi
k. Mendorong pelaksanaan tugas

8
G. Hukum dan Perundang-undangan yang Terkait dengan Lansia
1. UU No. 4 tahun 1965 tentang Pemberian Bantuan bagi Orang Jomp.
2. UU No.14 tahun 1969 tentang Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja
3. UU No.6 tahun 1974 tentang Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial
4. UU No.3 tahun 1982 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
5. UU No.2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
6. UU No. 2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian
7. UU No.4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman
8. UU No.10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga Sejahtera
9. UU No.11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun
10. UU No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan
11. PP No.21 tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga
Sejahtera
12. PP No.27 tahun 1994 tentang Pengelolaan Perkembangan Kependudukan
13. UU No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia (tambahan
lembaran negara Nomor 3796) sebagai pengganti UU No.4 tahun 1965
tentang Pemberian Bantuan bagi Orang Jompo.
14. UU No. 13 tahun 1998 ini berisikan antara lain :
a. Hak, kewajiban, tugas, serta tanggung jawab pemerintah,
masyarakat, dan kelembagaan.
b. Upaya pemberdayaan
c. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lansia potensial dan tidak
potensial
d. Pelayanan terhadap lansia
e. Perlindungan sosial
f. Bantuan sosial
g. Koordinasi
h. Ketentuan pidana dan sanksi administrasi
i. Ketentuan peralihan

9
Beberapa undang-undang yang perlu disusun adalah :
1. UU tentang Pelayanan Lansia Berkelanjutan (Continum of Care)
2. UU tentang Tunjangan Perawatan Lansia
3. UU tentang Penghuni Panti (Charter of Resident’s Right)
4. UU tentang Pelayanan Lansia di Masyarakat (Community Option
Program)
H. Peran Perawat
Berkaitan dengan kode etik yang harus diperhatikan oleh perawat adalah:
1. Perawat harus memberikan rasa hormat kepada klien tanpa
memperhatikan suku, ras, gol, pangkat, jabatan, status social, maslah
kesehatan.
2. Menjaga rahasia klien
3. Melindungi klien dari campur tangan pihak yang tidak kompeten, tidak
etis, praktek illegal.
4. Perawat berhak menerima jasa dari hasil konsultasi danpekerjaannya
5. Perawat menjaga kompetesi keperawatan
6. Perawat memberikan pendapat dan menggunakannya. Kompetei individu
serta kualifikasi daalm memberikan konsultasi
7. Berpartisipasi aktif dalam kelanjutanyaperkembangannya body of
knowledge
8. Berpartipitasi aktif dalam meningkatan standar professional
9. Berpatisipasi dalam usaha mencegah masyarakat, dari informasi yang
salah dan misinterpretasi dan menjaga integritas perawat
10. Perawat melakukan kolaborasi dengan profesi kesehatannya yang lain
atau ahli dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan oleh masyarakat termasuk pada lansia.
I. Program Pemerintah dalam Meningkatkan Kesehatan Lansia
Contoh upaya pemerintah di negara maju dalam meningkatkan kesehatan
masyarakatnya, diantaranya adanya medicare dan medicaid. Medicare adalah
program asuransi social federal yang dirancang untu menyediakan perawatan
kesehatan bagi lansia yang memberikan jaminan keamanan social. Medicare
dibagi 2 : bagian A asuransi rumah sakit dan B asuransi medis. Semua pasien

10
berhak atas bagian A, yang memberikan santunan terbatas untuk perawatan
rumah sakit dan perawatan di rumah pasca rumah sakit dan kunjungan asuhan
kesehatan yang tidak terbatas di rumah. Bagian B merupakan program
sukarela dengan penambhan sedikit premi perbulan, bagian B menyantuni
secara terbatas layanan rawat jalan medis dan kunjungan dokter. Layanan
mayor yang tidak di santuni oleh ke dua bagian tersebut termasuk asuhan
keperwatan tidak terampil, asuhan keperawatan rumah yang berkelanjutan
obat-obat yang diresepkan, kaca mata dan perawatan gigi. Medical membayar
sekitar biyaya kesehatan lansia (U.S Senate Committee on Aging, 1991).
Medicaid adalah program kesehatan yang dibiayai oleh dana Negara dan
bantuan pemerintah bersangkutan. Program ini beredar antara satu Negara
dengan lainya dan hanya diperuntukan bagi orang tidak mampu. Medicaid
merupakan sumber utama dana masyarakat yang memberikan asuhan
keperawatan di rumah bagi lansia yang tidak mampu. Program ini menjamin
semua layanan medis dasar dan layanan medis lain seperti obta-obatan, kaca
mata dan perawatan gigi.
Adapun program kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia yang
diperuntukkan khusunya bagi lansia adalah JPKM yang merupakan salah satu
program pokok perawatan kesehatan masyarakat yang ada di puskesmas
sasarannya adalah yang didalamnya ada keluarga lansia. Perkembangan
jumlah keluarga yang terus menerus meningkat dan banyaknya keluarga yang
berisiko tentunya menurut perawat memberikan pelayanan pada keluarga
secara professional. Tuntutan ini tentunya membangun “ Indonesia Sehat
2010 “ yang salah satu strateginya adalah Jaminan Pemeliharan Kesehatan
Masyarakat (JPKM). Dengan strategi ini diharapkan lansia mendapatkan yang
baik dan perhatian yang layak.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesejahteraan penduduk usia lanjut karena kondisi fisik dan/atau
mentalnya tidak memungkinkan lagi untuk berperan dalam pembangunan,
maka lansia perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah dan
masyarakat. Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh instansi pemerintah
diantaranya pelayanan kesehatan, sosial, ketenagakerjaan dan lainnya telah
dikerjakan pada berbagai tingkatan, yaitu tingkat individu lansia, kelompok
lansia, keluarga, Panti Sosial Tresna Wreda (PSTW), Sarana pelayanan
kesehatan tingkat dasar (primer), tingkat pertama (sekunder), tingkat lanjutan,
(tersier) untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada lansia.
B. Saran
1. Semoga makalah ini dapat bermamfaat bagi yang pembaca, terutama
mahasiswa keperawatan
2. Semoga dapat menjadi bahan acuan pembelajaran bagi mahasiswa
keperawatan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Setiabudhi, Tony. (1999). Panduan Gerontologi Tinjauan Dari Berbagai Aspek


Menjaga Keseimbangan Kualitas Hidup Para Lanjut Usia. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama
Nugroho, Wahjudi SKM. (1995). Perawatan Lanjut Usia. Jakarta : EGC
Sahar juniati (2001) keperawatan gerontik, coordinator keperawatan komunitas,
fakultas ilmu keperawatan UI, Jakarta
Maryam, R siti. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatanya. Jakatra: Salemba
medika
Situart dan Sundart. (2001) Keperawatan Medikal Bedah 1. Jakarta: EGC Qie30,
(2009).

13

Anda mungkin juga menyukai