Anda di halaman 1dari 32

PERCOBAAN I

MODULASI AMPLITUDO
A. TUJUAN
A.1. PENGAMATAN RANGKAIAN AM
1.Mengamati bentuk rangkaian sinyal modulasi amplitudo
2.Mengamati pengaruh induktor dan kapasitor terhadap sinyal modulasi
A.2. PENGAMATAN DOMAIN WAKTU
1.Mengamati bentuk sinyal keluaran dari modulasi amplitudo pada domain
waktu
2.Mengamati pengaruh indeks modulasi terhadap sinyal modulasi
A.2. PENGAMATAN DOMAIN FREKUENSI
1.Mengamati bentuk sinyal keluaran dari modulasi amplitudo domain frekuensi
2.Menentukan nilai upper side band (USB) dan lower side band (LSB) dari
pengamatan spektrum sinyal AM

B. DASAR TEORI
B.1. Pengertian dan Tujuan Modulasi
Pengertian Modulasi:

 Teknik yang digunakan untuk menumpangkan sinyal informasi pada suatu


gelombang pembawa
 Sinyal informasi dengan frekuensinya rendah, ditumpangkan pada gelombang
pembawa dengan frekuensi yang jauh lebih tinggi

Modulator → melakukan proses modulasi, ada di transmitter (Tx)

Demodulator → melakukan proses demodulasi, yakni mengembalikan sinyal


hasil modulasi ke bentuk semula, ada di receiver (Rx)

Modulasi digunakan untuk mengatasi ketidaksesuain karakter sinyal dengan


media yang digunakan. Tanpa proses modulasi, informasi tidak praktis
dikirimkan melalu media udara.

B.2 Teorema Nyquist


Dalam dunia Pemrosesan Sinyal Digital, ada suatu proses untuk
mendapatkan data digital melalui proses pencuplikan, artinya sinyal analog
dicuplik (diambil) secara diskrit dengan periode Ts atau frekuensi cuplik Fs. Nah
agar tidak terjadi kesalahan (yang kemudian diberi nama aliasing), pak Nyquist
memberikan aturan bahwa frekuensi cuplik minimal harus 2 (dua) kali lipat
frekuensi maksimum yang dikandung sinyal yang bersangkutan. semakin
banyak proses pencuplikan maka sinyal akan mendekati sinyal asli dapat
membuktikan dengan perhitungan.
Proses sampling/pencuplikan
Proses ini mengubah representasi sinyal yang tadinya berupa sinyal
kontinyu menjadi sinyal diskrit. Dapat juga diibaratkan sebagai sebuah saklar
on/off yang membuka dan menutup setiap periode tertentu(T)

sebagai contoh pemberian sinyal pencuplika pada sampling

Gambar (a) pemberian sinyal pencuplika pada sampling

B.3. Amplitudo Modulasi


Modulasi Amplitudo (Amplitude Modulation, AM) adalah proses
menumpangkan sinyal informasi ke sinyal pembawa (carrier) dengan sedemikian
rupa sehingga amplitudo gelombang pembawa berubah sesuai dengan perubahan
simpangan (tegangan) sinyal informasi. Pada jenis modulasi ini amplituda sinyal
pembawa diubah-ubah secara proporsional terhadap amplituda sesaat sinyal
pemodulasi, sedangkan frekuensinya tetap selama proses modulasi.
Pada AM sinyal carrier hampir selalu berupa sinyal sinusoida, sedangkan
sinyal pemodulasi/informasi bisa berupa sinyal sinusoida, tetapi lebih sering
berupa sinyal acaK seperti misalnya sinyal audio. Sinyal termodulasi AM
memiliki amplitudo yang berubah-ubah tergantung perubahan amplitudo sinyal
termodulasi. Hal ini dapat dinyatakan dengan persamaan:
v(t) = (Vc + vm) sin ct (1)
dimana:
v(t) = amplitudo sesaat dari sinyal termodulasi (volt)
Vc = amplitudo puncak sinyal carrier (volt)
vm = amplitudo sesaat dari sinyal pemodulasi (volt)
wc = frekuensi sinyal carrier (radian per detik)
t = waktu (detik)

Jika sinyal pemodulasi berupa sinyal sinusoida maka persamaan di atas dapat
dituliskan menjadi:

v(t) = (Vc + Vm sin wmt) sin wct (2)

dimana:
Vm = amplitudo puncak sinyal pemodulasi (volt)
wm = frekuensi sinyal pemodulasi (radian per detik)
variabel yang lain sama seperti pada persamaan sebelumnya.

Gambar (b) bentuk frekuensi AM dan FM


B.4. Indeks Modulasi AM
Indek modulasi pada AM merupakan perbandingan antara amplitudo sinyal
pemodulasi dengan amplitudo sinyal carrier. Indeks modulasi biasa disimbolkan
dengan m persamaanya:

m =Vm / Vc (3)

Nilai indeks modulasi juga dapat dinyatakan dalam persen, yaitu dengan
mengalikan m dengan 100.
Jika persamaan (3) disubstitusikan dengan persamaan (2) maka didapatkan
persamaan:

v(t) = Vc(1 + m sin wmt) sin wct (4)

Ada beberapa variasi nilai m, diantaranya:


- ketika 0 < m <1, nilai ini yang terjadi dalam kondisi nyata.
Resultan gelombang semakin terlihat signifikan ketika nilai m mendekati 1
(m=0.5).

Gambar 1.4 Sinyal termodulasi m mendekati 1


- ketika m =1, merupakan kondisi ideal. Sinyal termodulasi yang paling baik
dihasilkan jika nilai m = 1. Tetapi kondisi ini sukar dicapai karena keterbatasan alat,
terutama kendala noise.
Pada nilai m = 1, amplitudo puncak siyal termodulasi akan bervariasi dari nol
sampai dua kali amplitudo sinyal carrier (sebelum modulasi).
Gambar 1.5 Sinyal termodulasi m = 1
- ketika m > 1, pada kondisi ini dikatakan terjadi overmodulasi. Overmodulasi
akan menghasilkan distorsi pada sinyal termodulasi, dan envelope sama sekali
berbeda bentuknya dengan sinyal informasi/pemodulasi (m=1.5)

Gambar 1.6 Sinyal termodulasi m=1.5

Perhitungan Indeks Modulasi

Gambar 1.7

Dari gambar 1.7 sinyal termodulasi memiliki rumus yaitu :

(5)
(6)

dengan persamaan 5 dan persamaan 6, maka persamaan 3 dapat dijabarkan


menjadi,

(7)

persamaan 7 digunakan untuk menghitung indeks modulasi jika yang diketahui


adalah amplitudo maksimum dan amplitudo minimum sinyal termodulasi/sinyal
hasil modulasi AM.

B.5. Spektrum Sinyal AM

Gambar (c) spectrum sinyam AM


maka gelombang pembawa termodulasi akan mengandung 3 komponen frekuensi:

Pertama, frekuensi pembawa. Kedua, penjumlahan dari frekuensi sinyal

pembawa dan frekuensi sinyal pemodulasi yaitu ( + . Ketiga, selisih

frekuensi sinyal pembawa dan frekuensi sinyal pemodulasi ( - ).

Single Side Band


Single Side Band, yaitu salah satu cara pengiriman suatu informasi dengan
menggunakan carrier melalui cara modulasi dengan hanya mengirimkan salah satu
side band (bisa Upper atau Lower Side Band saja). SSB ini dikembangkan karena
DSB-SC membutuhkan Bandwith yang besar (2 kali bandwith sinyal informasi).
Ternyata USB atau LSB mengandung informasi yang lengkap, sehingga dirasa
cukup mentransmisikan salah satu side band saja. Dalam kondisi tertentu pada satu
frekuensi pembawa (freq. Carrier) dapat digunakan untuk komunikasi dua
channel yaitu USB dan LSB. Karena sinyal informasi memodulasi carrier secara
AM, maka pengaruh noise pada saluran (media udara) pada sinyal AM yang
diterima akan sangat besar. Sehingga kualitas suaranya kurang baik. Hal ini dapat
dikurangi dengan mengatur frekuensi secara lebih teliti yaitu dengan menggunakan
fasilitas ”clarifier” pada pesawat SSB.
C. ALAT DAN BAHAN
1. Personal Computer (PC)
2. 1N4001
3. ALTENATOR
4. CAPASITOR
5. INDUCTOR
6. RESISTOR
7. OSILOSKOP
8. Program MATLAB
9. GUI Amplitude Modulation Demo

D. LANGKAH PERCOBAAN
D.1. Mengamati Rangkaian Am

1. Menghidupkan komputer yang akan digunakan


2. Membuka aplikasi Proteus
3. Mengklik scematic capture seperti gambar dibawah ini

4. Mengklik component mode , lalu klik pick device.

5. Mencari komponen-komponen yang dibutuhkan untuk membuat rangkaian.


6. Merangkai seperti rangkaian dibawah ini

7. Menentukan parameter sinyal informasi (amplitudo dan frekuensi) pada blok


Modulating Signal.
8. Menentukan parameter sinyal carrier (amplitudo dan frekuensi) pada blok
Carrier Signal.
9. Menglik tombol run untuk menampilkan keluaran sinyal.
10. Mengamati bentuk sinyal keluaran dan catat hasil percobaan.

D.2. Pengamatan Domain Waktu


1. Menghidupkan Komputer yang akan digunakan.
2. Membuka program MATLAB.
3. Mengetik “guide” pada command window di program MATLAB.
4. Membuka file GUI Amplitude Modulation Demo dengan format *m file atau
*fig.
5. Klik tombol “run” pada tampilan GUI atau editor.

Gambar D.2. Tampilan GUI Amplitude Modulation

6. Menentukan parameter sinyal informasi (amplitudo dan frekuensi) pada blok


Modulating Signal.
7. Menentukan parameter sinyal carrier (amplitudo dan frekuensi) pada blok
Carrier Signal.
8. Mengklik tombol Time Domain pada GUI untuk menampilkan keluaran
sinyal AM pada domain waktu.
9. Mengamati bentuk sinyal keluaran dan catat hasil percobaan.
10. Mengulangi pengamatan pada keluaran sinyal AM dengan amplitudo
sinyal informasi yang berbeda.
D.3.Pengamatan Domain Frekuensi

1. Mengikuti langkah 1 sampai 7 pada sub percobaan I.


2. Mengklik tombol Spectrum pada GUI untuk menampilkan keluaran sinyal
AM pada domain frekuensi.
3. Mengamati bentuk sinyal keluaran dan catat hasil percobaan.
4. Mengulangi pengamatan spektrum sinyal AM dengan frekuensi sinyal
informasi yang berbeda.
E. DATA HASIL PERCOBAAN
E.1 tabel hasil pengamatan rangkaian

L=2 mH
C=2 nF

L=3 mH
C=3 nF

L= 2 mH
C= 4 nF

L= 3 mH
C= 4 nF
L=4 mH
C=4 nF

L= 5 mH
C= 5 nF

L= 1 mH
C= 6 nF

L= 3 mH
C= 6 nF
L= 5 mH
C = 6 nF
E.2.Tabel hasil pengamatan domain waktu.

Sinyal informasi 1 Sinyal carrier 1


Vm =0,2 (Volt) Vc = 1 (Volt)
fm = 6 (Hz) fc = 60 (Hz)

Sinyal informasi 2 Sinyal carrier 2


Vm =0,4 (Volt) Vc = 1 (Volt)
fm = 6 (Hz) fc = 60 (Hz)

Sinyal informasi 3 Sinyal carrier 3


Vm = 0,6 (Volt) Vc = 1 (Volt)
fm = 6 (Hz) fc = 60 (Hz)

Sinyal informasi 4 Sinyal carrier 4


Vm = 0,8 (Volt) Vc = 1 (Volt)
fm = 6 (Hz) fc = 60 (Hz)
Sinyal informasi 5 Sinyal carrier 5
Vm = 1 (Volt) Vc = 1 (Volt)
fm = 6 (Hz) fc = 60 (Hz)

Sinyal informasi 6 Sinyal carrier 6


Vm = 1,2 (Volt) Vc = 1 (Volt)
fm = 6 (Hz) fc = 60 (Hz)

Sinyal informasi 7 Sinyal carrier 7


Vm = 1,4 (Volt) Vc = 1 (Volt)
fm = 6 (Hz) fc = 60 (Hz)

Sinyal informasi 8 Sinyal carrier 8


Vm = 1,6 (Volt) Vc = 1 (Volt)
fm = 6 (Hz) fc = 60 (Hz)
Sinyal informasi 9 Sinyal carrier 9
Vm = 1,8 (Volt) Vc = 1 (Volt)
fm = 6 (Hz) fc = 60 (Hz)

Sinyal informasi 10 Sinyal carrier 10


Vm = 2 (Volt) Vc = 1 (Volt)
fm = 6 (Hz) fc = 60 (Hz)
E.2. Tabel hasil pengamatan domain frekuensi.

Sinyal informasi 1 Sinyal carrier 1


Vm = 0,6 (Volt) Vc = 0,6 (Volt)
fm = 10 (Hz) fc = 300 (Hz)

Sinyal informasi 2 Sinyal carrier 2


Vm = 0,6 (Volt) Vc = 0.6 (Volt)
fm = 20 (Hz) fc = 300 (Hz)

Sinyal informasi 3 Sinyal carrier 3


Vm = 0,6 (Volt) Vc = 0,6 (Volt)
fm = 30 (Hz) fc = 300 (Hz)

Sinyal informasi 4 Sinyal carrier 4


Vm = 0,6 (Volt) Vc = 0,6 (Volt)
fm = 40 (Hz) fc = 300 (Hz)

Sinyal informasi 5 Sinyal carrier 5


Vm = 0,6 (Volt) Vc = 0,6 (Volt)
fm = 50 (Hz) fc = 300 (Hz)

Sinyal informasi 6 Sinyal carrier 6


Vm = 0,6 (Volt) Vc = 0,6 (Volt)
fm = 60 (Hz) fc = 300 (Hz)

Sinyal informasi 7 Sinyal carrier 7


Vm = 0,6 (Volt) Vc = 0,6 (Volt)
fm = 70 (Hz) fc = 300 (Hz)

Sinyal informasi 8 Sinyal carrier 8


Vm = 0,6 (Volt) Vc = 0,6
Fm = 80 (Hz) Fc = 300 (Hz)

Sinyal informasi 9 Sinyal carrier 9


Vm = 0,6 (Volt) Vc = 0,6
Fm = 90 (Hz) Fc = 300 (Hz)

Sinyal informasi 10 Sinyal carrier 10


Vm = 0,6 (Volt) Vc = 0,6
Fm = 100 (Hz) Fc = 300 (Hz)
F. ANALISA DATA

F.1.1 analisa pengamatan rangkaian AM

CARIER
R1 D1

10k
1N4001

MODULATING A
MODULATION B

R2 R3 L1 C
10k R4 C1 1mH
10k 10k 1nF D

Analisa gambar rangkaian

Pada rangkaian proteus diatas terdapat dua altenator yang berfungsi untuk
mensuplai sinyal carrier (pembawa) dan sinyal pemodulasi (informasi). Sinyal carrier
dihubungkan pada channel A osiloskop yang berguna untuk menampilkan output sinyal
carrier. Sinyal pemodulasi (informasi) dihubungkan pada channel B osiloskop untuk
menampilkan output sinyal pemodulasi (informasi). Pada rangkaian proses modulasi
AM terjadi pada komponen kapasitor (C) dan induktor (L). Induktor (L) berfungsi untuk
filter yang berguna untuk menyaring frekuensi tertentu sehingga dapat diblok atau
diloloskan dan penghilang dengung dan noise sedangkan kapasitor (C) berfungsi untuk
pembangkit frekuensi dan filter frekuensi rendah. Sebelum proses modulasi AM, sinyal-
sinyal (baik carrier dan informasi) terlebih dahulu melalui komponen resistor (R) dan
dioda. Resistor (R) berfungsi untuk membangkitkan frekuensi tinggi dari frekuensi
rendah sedangkan dioda (dioda detector) berfungsi sebagai pendeteksi frekuensi
modulasi, untuk sinyal AM berbentuk Double Side, akan diperoleh sinyal Single Side.
Setelah proses modulasi, kemudian dihubungkan pada channel C pada osiloskop untuk
menampilkan sinyal modulasinya.

Pada rangkaian diatas dapat diamati bahwa sinyal carrier selain terhubung
dengan channel A osiloskop juga dihubungkan dengan resistor R1. Sinyal informasi
juga selain terhubung dengan channel B osiloskop, juga tehubung dengan resistor R2.
Hasil keluaran R2 dihubungkan dengan keluaran R1 yang dihubungkan lagi dengan
resistor R3 dan dioda (D1). R3 langsung terhubung dengan ground. Sedangkan dioda
terhubung langsung dengan induktor (L1) dan resistor R4. Positif R3 terhubung ke
negatif R4 dan terhubung ke sebuah kapasitor sebelum akhirnya masuk ke channel C
osiloskop. Pada rangkaian diatas komponen induktor dan kapasitor sebagai acuan atau
yang paling berperan dalam proses modulasi. Dimana induktor sangat berpengaruh
terhadap perubahan gelombang dibandingkan dengan kapasitor. Semakin besar nilai
induktornya maka semakin besar gelombang yang dihasilkan pada sinyal AM.

F.1.2 Analisis gambar sinyal AM


Gambar 1.10 Tampilan frekuensi pada osiloskop

Pada gambar 1.10 dapat dilihat bahwa channel A merupakan sinyal informasi,
channel B merupakan sinyal carrier, dan channel C sinyal AM. Dimana pada gambar
diatas pada channel A, channel B dan channel C menggunakan 2 mV. Sehingga dalam 1
kotak memiliki tegangan sebesar 2mV. Berikut penjelasan untuk setiap sinyalnya :

Channel A (Sinyal Carrier)

1. Tegangan puncaknya adalah 1 kotak atau 1 DIV, Sakelar VOLT/DIV yang kita
setting adalah 2V maka hasil perhitungannya adalah 2V ( 1 DIV x 2 V = 2 V)
2. Sedangkan Tegangan puncak ke puncaknya adalah 2 V dengan perhitungan
sebagai berikut : 1 DIV x 2 V = 2 V
Maka hasil pengukuran tegangan AC tersebut adalah 2 V.

Channel B (Sinyal Informasi)


1. Tegangan puncak adalah 1 kotak atau 1 DIV, Sakelar VOLT/DIV yang kita
setting adalah 2 V maka hasil perhitungannya adalah 2 V ( 1 DIV x 2 V = 2 V)
2. Sedangkan Tegangan puncak ke puncaknya adalah 4 V dengan perhitungan
sebagai berikut : 2 DIV x 2 V = 4 V
Maka hasil pengukuran tegangan AC tersebut adalah 4 V.
Kemudian untuk perhitungan frekuensinya sendiri menggunakan rumus : F = 1 / T.
Maka besar frekuensi pada gambar 1.10 yaitu :

 F=1/T
 F = 1 / (2ms x 2 DIV)
 F = 1 / 4ms (harus dikonversikan ke second)
 F = 1 / 0.004 second
 F = 250 Hz

Channel C (Sinyal Modulasi)

1. Tegangan puncak adalah 1 kotak atau 1 DIV, Sakelar VOLT/DIV yang kita
setting adalah 2 V maka hasil perhitungannya adalah 2 V ( 1 DIV x 2 V = 2 V)
2. Sedangkan Tegangan puncak ke puncaknya adalah 4 V dengan perhitungan
sebagai berikut : 3 DIV x 2 V = 6 V
Maka hasil pengukuran tegangan AC tersebut adalah 4 V.
Kemudian untuk perhitungan frekuensinya sendiri menggunakan rumus : F = 1 / T.
Maka besar frekuensi pada gambar 1.10 yaitu :

 F=1/T
 F = 1 / (2ms x 2 DIV)
 F = 1 / 4ms (harus dikonversikan ke second)
 F = 1 / 0.004 second
 F = 250 Hz

F.1.3 Tabel Analisi Perhitungan

L C F

2 mH 2 nF F= = = 25.584,798 Hz
3 mH 3 nF F= = = 17.056,521 Hz

2 mH 4 nF F= = = 18.091,171 Hz

3 mH 4 nF F= = = 46.711,226 Hz

4 mH 4 nF F= = = 46.711,226 Hz

5 mH 5 nF F= = = 32.362,459 Hz

1 mH 6 nF F= = = 20.889,879 Hz

3 mH 6nF F= = = 38.139,538 Hz

5 mH 6 nF F= = = 9.342,238 Hz

Tabel 1.1 Perhitungan Frekuensi

Pada tabel 1.1 dapat diketahui bahwa semakin besar nilai L atau induktornya
maka frekuensi yang dihasilkan semakin kecil namun jika nilai L nya semakin kecil
maka frekuensi yang dihasilkan semakin besar. Kemudian jika nilai L dan C nya sama
dan bernilai kecil maka frekuensi yang dihasilkan akan besar, sedangkan jika nilai L dan
C nya sama-sama besar maka frekuensi yang dihasilkan akan semakin kecil. Induktor
(L) berfungsi untuk pembangkit frekuensi dan filter frekuensi rendah sehingga semakin
bertambah nilai induktornya maka semakin besar sinyal modulasi amplitudonya.
F.1. Analisasinyal domain waktu.

Diketahui:

Sinyal informasi Sinyal carrier


Vm = 0,2 (volt) Vc = 1 (volt)
fm = 6 (Hz) fc = 60 (Hz)

Persamaan sinyal:
Sc(t) = Am cos (wmt)
Persamaan sinyal informasi: = Am cos (2π fc t)
Sm(t) = Am cos (wmt) = 1 cos (2 π 60t)
= Am cos ( 2π f m t) = 1 cos (120 π t)
= 0,2 cos ( 2π 6 t)
= 0,2 cos ( 12π t)

Persamaansinyal AM:
SAM(t) = Vc max (1 + m cos (2πfmt)) cos (2πfct)
= 1 (1 + 0,2 cos (2 x 3,14 x 6t) cos (2 x 60t)
= (1 + 0,2 cos 37,08t) cos 120t

Indeks modulasi AM

m= = 0,2/1= 0,2
Tabelanalisasinyal domain waktu:

SinyalInformasi SinyalCarrier Indeks


No SAM(t) Modulasi
Vm Fm Sm(t) Vc Fc Sc(t)
(m)
(volt) (Hz) (volt) (Hz)

1 0,2 6 0,2 cos ( 12π t) 1 60 1 cos (120 π t) 1 cos (120 πt) + 0,05 0,2
2 0,4 6 0,4 cos ( 12π t) 1 60 1 cos (120 π t) 1 cos (120 πt) + 0,05 0,2
3 0,6 6 0,6 cos ( 12π t) 1 60 1 cos (120 π t) 1 cos (120 πt) + 0,05 0,2
4 0,8 6 0,8 cos ( 12π t) 1 60 1 cos (120 π t) 1 cos (120 πt) + 0,05 0,2
5 1 6 1 cos ( 12π t) 1 60 1 cos (120 π t) 1 cos (120 πt) + 0,05 0,2
6 1,2 6 1,2 cos ( 12π t) 1 60 1 cos (120 π t) 1 cos (120 πt) + 0,05 0,2
7 1,4 6 1,4 cos ( 12π t) 1 60 1 cos (120 π t) 1 cos (120 πt) + 0,05 0,2
8 1,6 6 1,6 cos ( 12π t) 1 60 1 cos (120 π t) 1 cos (120 πt) + 0,05 0,2
9 1,8 6 1,8 cos ( 12π t) 1 60 1 cos (120 π t) 1 cos (120 πt) + 0,05 0,2
10 2 6 2 cos ( 12π t) 1 60 1 cos (120 π t) 1 cos (120 πt) + 0,05 0,2
Analisa hubungan antara indeks modulasi dengan bentuk sinyal AM
Pada tabel sinyal domain waktu, Pada saat m < 1, maka sinyal AM terlihat
sampai dengan Vm mendekati 1. Kondisi ini merupakan modulasi kurang sempurna.
Pada saat m=1, sinyal akan termodulasi sempurna, kondisi ini kondisi ideal , dimana
amplitudo sinyal termodulasi akan bervarasi dari 0 sampai 2 kali amplitudo sinyal
carrier (sebelum termodulasi). Pada saat m > 1, sinyal AM yang dihasilkan akan
mengalami distorsi, sehingga sinyal termodulasi akan jauh berbeda dengan bentuk
sinyal informasi (over modulasi).
E.2 Analisa sinyal domain frekuensi

Diketahui:

Sinyal informasi Sinyal carrier


Vc = 0,6 (volt)
Vm = 0,6 (volt) fc = 300 (Hz)

fm = 10 (Hz)

(Gambar sinyal)
Persamaan sinyal:
Sc(t) = Vc cos (w fc t)
= 0,6 cos (2π 300 t )
(Gambar sinyal)

Persamaan sinyal:
Sm(t) = Vm cos (w m t)
= 0,6 cos (2π 10 t )

Persamaan sinyal AM:


SAM(t) = Vc max (1 + m cos (2πfmt)) cos (2πfct)
= 0,6 (1 + 1 cos (2 x 3,14 x 10t) cos (2 x 300t)
= 0,6 (1 + cos 61,8t) cos 120t
= 0,6 cos 120t (1 + 61,8t)

(Gambar spektrum AM)

Upper Side Band:


USB = fc+fm = 300 + 10
= 310 (Hz)

Lower Side Band:


LSB = fc-fm = 300 – 10
= 290 (Hz)
Tabel analisa sinyal domain frekuensi:

Sinyal Informasi Sinyal Carrier


No SAM(t) USB LSB
Vm fm Sm(t) Vm fm Sc(t)
(volt) (Hz) (volt) (Hz)
1 0,6 10 0,6 cos (2π 10 t ) 0,6 300 0,6 cos (2π 300 t) 0,6 cos (2π 300 t ) + 0,3 cos 2π 290 t + 0,3 cos 2π 310 t 310 290
2 0,6 20 0,6 cos (2π 20 t ) 0,6 300 0,6 cos (2π 300 t) 0,6 cos (2π 300 t ) + 0,3 cos 2π 280 t + 0,3 cos 2π 320 t 320 280
3 0,6 30 0,6 cos (2π 30 t ) 0,6 300 0,6 cos (2π 300 t) 0,6 cos (2π 300 t ) + 0,3 cos 2π 270 t + 0,3 cos 2π 330 t 330 270
4 0,6 40 0,6 cos (2π 40 t ) 0,6 300 0,6 cos (2π 300 t) 0,6 cos (2π 300 t ) + 0,3 cos 2π 260 t + 0,3 cos 2π 340 t 340 260
5 0,6 50 0,6 cos (2π 50 t ) 0,6 300 0,6 cos (2π 300 t) 0,6 cos (2π 300 t ) + 0,3 cos 2π 250 t + 0,3 cos 2π 350 t 350 250
6 0,6 60 0,6 cos (2π 60 t ) 0,6 300 0,6 cos (2π 300 t) 0,6 cos (2π 300 t ) + 0,3 cos 2π 240 t + 0,3 cos 2π 360 t 360 240
7 0,6 70 0,6 cos (2π 70 t ) 0,6 300 0,6 cos (2π 300 t) 0,6 cos (2π 300 t ) + 0,3 cos 2π 230 t + 0,3 cos 2π 370 t 370 230
8 0,6 80 0,6 cos (2π 80 t ) 0,6 300 0,6 cos (2π 300 t) 0,6 cos (2π 300 t ) + 0,3 cos 2π 220 t + 0,3 cos 2π 380 t 380 220
9 0,6 90 0,6 cos (2π 90 t ) 0,6 300 0,6 cos (2π 300 t) 0,6 cos (2π 300 t ) + 0,3 cos 2π 210 t + 0,3 cos 2π 390 t 390 210
10 0,6 100 0,6 cos (2π 110 t ) 0,6 300 0,6 cos (2π 300 t) 0,6 cos (2π 300 t ) + 0,3 cos 2π 200 t + 0,3 cos 2π 400 t 400 200
Dari tabel f.2 dan gambar spektrum sinyal AM yang menghasil setelah termodulasi
maka, dapat diketahui bahwa LSB ( Lower side Band ) merupakan bagian dari spektrum
sinyal yang berfrekuensi rendah, dan merupakan selisih antara frekuensi sinyal carrier
dengan frekuensi sinyal informasi (LSB=fc-fm).
Sedangkan USB (upper Side Band ) merupakan bagian dari spektrum sinyal yang
berfrekuensi tinggi, dan merupakan gabungan penjumlahan antara frekuensi sinyal
carrier dan frekuensi sinyal informasi ( USB= fc+fm)
Lebar pita sinyal (Bandwith) tergantung pada besar atau kecilnya frekuensi sinyal
informasi (fm). Semakin besar nilai fm maka bandwith juga akan semakin besar atau
lebar. Jika semakin kecil, maka bandwith juga akan semakin kecil. Jadi, lebar atau
besarnya pita sinyal (bandwith) berbanding lurus dengan nilai frekuensi sinyal
informasi (fm).
G. Kesimpulan
1. Pada rangkaian sub 1 dimana untuk melihat hasil modulasinya yang diubah
adalah nilai dari induktor dan kapasitor, dimana apabila nilai induktornya lebih
besar dari nilai kapasitornya maka hasil modulasinya akan tinggi dan apabila
nilai dari induktornya lebih kecil dari nilai kapasitornya maka hasil modulasinya
akan rendah. Jadi untuk menaikkan hasil modulasinya yang diubah adalah nilai
induktor.

2. Bentuk sinyal keluaran AM pada domain waktu dipengaruhi oleh indeks


modulasi, dimana terdapat 4 kondisi:

a. Saat m=0, maka tidak terjadi modulasi. Sehingga sinyal keluaran AM


sama dengan sinyal carrier.

b. Saat m<1, maka sinyal carrier tidak termodulasi sempurna atau


termodulasi sebagian.

c. Saat m=1, maka sinyal carrier akan termodulasi sempurna

d. Saat m>1, maka sinyal carrier akan mengalami overmodulasi sehingga


pada sinyal termodulasi akan mengalami distorsi.

3. LSB merupakan bagian dari spektrum sinyal yang berfrekuensi rendah (fc-fm),
dan USB merupakan bagian dari spektrum sinyal yang berfrekuensi tinggi
(fc+fm) Lebar pita sinyal (Bandwith) tergantung pada nilai frekuensi informasi
(fm), semakin besar fm maka bandwith semakin lebar, semakin kecil fm, maka
bandwith juga akan semakin sempit. Lebar pita sinyal berbanding lurus dengan
nilai frekuensi informasi (fm).
DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2019. Modul Praktikum Dasar Telekomunikasi Laboraturium Telekomunikasi. Jurusan


Teknik Elektro fakultas Teknik. Universitas Mataram.

Iqbal, Muhamad Syamsu. 2008. Modulasi. Diktat kuliah Dasar Telekomunikasi. Mataram .
Universitas Mataram

HWEI HSU, Ph.D.2005.komunikasi analog dan digital.Erlangga:Jakarta.

http://elektronika-dasar.web.id/modulasi-amplitudo-modulation-am/

http://sahirulala.blogspot.com/2013/02/amplitude-modulation.html

Anda mungkin juga menyukai