Anda di halaman 1dari 20

MANAJEMEN NYERI

INTRANATAL

Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah


Keperawatan Maternitas
Yang dibina oleh Ibu Dra. GM. Sindarti, M.Kes.

Oleh:
Kelompok 2 Kelas 2B
1. Indriani P17210183081
2. Duwi Yuliana Irawati P17210183082
3. Yusmita Via Andriani P17210183083
4. Bayu Rama Wicaksana P17210183084
5. Ilma Amalia P17210183085
6. Fathya Ridhanissa P17210183086
7. Novita Eka Susilowati P17210183087
8. Antan Febriana Dewi P17210183088
9. Muhammad Arief P17210183089
10. Fraditya Nikmatul Mahmudah P17210183090
11. Ratna Cempaka P17210183091

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
D3 KEPERAWATAN MALANG
Agustus 2019
MANAJEMEN NYERI PERSALINAN

A. DEFINISI NYERI PERSALINAN


Nyeri persalinan merupakan pengalaman subjektif tentang sensasi fisik yang
terkait dengan kontraksi uterus, dilatasi dan penipisan serviks, serta penurunan
janin selama persalinan. Respon fisiologis terhadap nyeri meliputi peningkatan
tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, keringat, diameter pupil, dan ketegangan
otot (Arifin, 2008).
Nyeri persalinan ditandai dengan adanya kontraksi rahim, kontraksi
sebenarnya telah terjadi pada minggu ke-30 kehamilan yang disebut kontraksi
Braxton hicks akibat perubahan-perubahan dari hormon estrogen dan progesteron
tetapi sifatnya tidak teratur, tidak nyeri dan kekuatan kontraksinya sebesar 5
mmHg, dan kekuatan kontraksi Braxton hicks ini akan menjadi kekuatan his
dalam persalinan dan sifatnya teratur. Kadang kala tampak keluarnya cairan
ketuban yang biasanya pecah menjelang pembukaan lengkap, tetapi dapat juga
keluar sebelum proses persalinan. Dengan pecahnya ketuban diharapkan
persalinan dapat berlangsung dalam waktu 24 jam (Gadysa, 2009).

B. ETIOLOGI NYERI PERSALINAN


Selama persalinan kala satu, nyeri terutama dialami karena rangsangan
nosiseptor dalam adneksa, uterus, dan ligamen pelvis. Banyak penelitian yang
mendukung bahwa nyeri persalinan kala I adalah akibat dilatasi serviks dan
segmen uterus bawah, dengan distensi lanjut, peregangan, dan trauma pada serat
otot dan ligamen yang menyokong struktur ini.
1. Peregangan otot polos telah ditunjukkan menjadi rangsang pada nyeri
viseral. Intensitas nyeri yang dialami pada kontraksi dikaitkan dengan derajat dan
kecepatan dilatasi serviks dan segmen uterus bawah.
2. Intensitas dan waktu nyeri dikaitkan dengan terbentuknya tekanan
intrauterin yang menambah dilatasi struktur tersebut. Pada awal persalinan,
terdapat pembentukan tekanan perlahan, dan nyeri dirasakan kira-kira 20 detik
setelah mulainya kontraksi uterus. Pada persalinan selanjutnya, terdapat
pembentukan tekanan lebih cepat yang mengakibatkan waktu kelambatan minimal
sebelum adanya persepsi nyeri.
3. Ketika serviks dilatasi cepat pada wanita yang tidak melahirkan, mereka
mengalami nyeri serupa dengan yang dirasakan selama kontraksi uterus.

C. Tanda-Tanda Persalinan Pasti


1. Kontraksi
Menjelang melahirkan, bumil juga akan mengalami kontraksi yang konsisten
(teratur). Kontraksi terjadi pada otot-otot rahim (myometrium) sebagai
pengaruh dari meningkatnya produksi hormon oksitosin menjelang
persalinan. Kontraksi ini sebagai suatu proses yang mendorong janin untuk
keluar secara perlahan melalui uterus bawah hingga akhirnya keluar atau
lahir.
2. Pembukaan
Umumnya pada bumil dengan kehamilan pertama, terjadinya pembukaan ini
disertai nyeri perut. Sedangkan pada kehamilan anak kedua dan selanjutnya,
pembukaan biasanya tanpa diiringi nyeri. Rasa nyeri (atau tak nyaman yang
dialami) terjadi karena adanya tekanan panggul saat kepala janin turun ke
area tulang panggul sebagai akibat kelanjutan melunaknya rahim.
3. Bloodshow
Adanya pembukaan mulut tahim ditandai dengan keluarnya lendir (mucus)
berwarna kemerahan atau kecoklatan. Teksturnya seperti lendir ingus yang
kental. Dalam bahasa medis disebut bloody show karena lendir ini bercampur
darah.
4. Keinginan Ibu untuk Meneran

Tanda dan Gejala Kala II


1. DORAN = Dorongan meneran
2. TEKNUS = Tekanan anus
3. PERJOL = Perineum menonjol
4. VULKA = Vulva membuka
D. Mekanisme Nyeri Persalinan
-Faktor hormon
-Faktorsyaraf
-Faktor jalan lahir
-Faktor partus

Kala I

LATEN Pembukaan AKTIF


cervix
Estrogen dan Kontraksi↑
progresteron
menurun

o
Dilatasi
uterus 4-8 cm
Oksitosin ↑

Tekanan pada
Kadar jaringan
prostaglandin ↑

Nyeri akut menyebar


His/Kontraksi pada kaki bagian atas
uterus sampai perineum

Nyeri akut pada


sekitar pelvik
Kala II Kala III

Kelahiran Bayi
Kelahiran Plasenta

Mengeran involunter

Terjadi laserasi

Kepala janin menurun

Trauma jaringan
Menekan
saraf/penegangan jaringan

Nyeri akut

Nyeri akut pada


perineum
Selama kehamilan terdapat kontraksi-kontraksi uterus yang dikenal sebagai
kontraksi Braxton Hicks/kontraksi semu dan kontraksi pasti/sebenarnya.
 Pada kontraksi semu/palsu berlangsung sebentar, tidak terlalu sering
dan tidak teratur, semakin lama tidak ada peningkatan kekuatan
kontraksi.
 Pada kontraksi yang pasti/sebenarnya bila ibu hamil merasakan
kontaksi yang semakin kencang, semakin sering, waktunya semakin
lama, dan makin kuat terasa, disertai mulas atau nyeri seperti kram
perut.
Yang menjadi persoalan ialah, apakah sebabnya kontraksi-kontraksi uterus ini
yang tadinya tidak nyeri berubah menjdi kontraksi-kontraksi yang terkoordinir,
nyeri sangat efisien sehingga menyebabkan pembukaan cervix dan pengeluaran
bayi.
Sebab-sebab mulainya persalinan belum diketahui dengan jelas. Agaknya banyak
faktor yang memegang peranan dan bekerja sama sehingga terjadi persalian.
1. Penurunan kadar progesteron
Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya estrogen
meninggikan kerentana otot-otot rahim. Selama kehamilan terdapat
keseimbangan antara kadar progesteron dan estrogen di dalam darah,
tetapi pada akhir kehamilan kadar progesteron dan estrogen menurun
sehingga timbul his/kontraksi yang menyebabkan nyeri pada ibu.
2. Oxytocin
Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah. Oleh karena itu timbul
kontraksi otot-otot rahim sehingga menimbulkan nyeri pada ibu.
3. Keregangan otot-otot
Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung, bila dindingnya
teregang oleh karena isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk
mengeluarkan isinya.
Demikian pula dengan rahim, maka dengan majunya kehamilan makin
teregang otot-otot dan otot-otot rahim makin rentan.
4. Pengaruh janin
Hypofise dan kelenjar suprarenal janin janin rupa-rupanya juga memegang
peranan oleh karena pada anecephalus kehamilan sering lebih lama dari
biasa.
His Persalinan
Walaupun his itu suatu kontraksi dari otot-otot rahim yang fisiologis akan
tetapi bertentangan dengan kontraksi fisiologis lainnya, bersifat nyeri. Nyeri ini
mungkin disebabkan oleh anoxia dai sel-sel otot-otot waktu kontraksi, tekanan
pada ganglia dalam cerviks dan segmen bawah rahim oleh serabut-serabut otot-
otot yang berkontraksi, regangan dari cervix karena kontraksi atau regangan dan
tarikan pada peritoneum waktu kontraksi.
Perasaan nyeri tergantung juga pada ambang nyeri dari penderita yang
ditentukan oleh keadaan jiwanya. Kontraksi rahim bersifat otnom tidak
dipengaruhi oleh kemauan, walaupun begitu dapat dipengaruhi dari luar misalnya
rangsangan oleh jari-jari tangan dapat menimbulkan kontraksi.
Kontraksi rahim bersifat berkala dan yang harus diperhatikan ialah:
 Lamanya kontraksi : kontraksi berlangsung 45 detik-75 detik.
 Kekuatan kontraksi : menimbulkan naiknya tekanan intrauterin sampai 35
mmHg. Kekuatan kontaksi secara klinis ditentukan ddengan mencoba
apakah jari kita menekan dinding rahim ke dalam.
 Interval antara dua kontraksi : pada permulaan persalinan/ kala satu his
timbul sekali dalam 10 menit, pada kala pengeluaran/ kala dua his timbul
sekali dalam 2 menit.

Untuk memudahkan pengertian tentang jalannya persalinan, maka persalinan


dapat dibagi menjadi 4 kala:
1. Kala I
Kala satu persalinan dimulai sejak teradinya kontraksi uterus yang teratur
dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka
lengkap (10 cm). Kala satu persalinan terdiri atas dua fase, yaitu fase laten
dan fase aktif.
a. Fase laten
 Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan serviks secara pertahap.
 Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm.
 Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam.
 Kontraksi mulai teratur tetapi lamanya masih diantara 20-30 detik.
b. Fase aktif dibagi dalam 3 fase yaitu :
1) Fase akselerasi : dalam waktu 3 jam pembukaan 3cm tersebut menjadi 4
cm
2) Fase dilatasi maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung
sangat cepat dari 4 cm menjadi 9cm
3) Fase deselerasi : pembukaan menjadi lambat kembali, dalam waktu 2
jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap
 Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap
(kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih
dalam 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih).
 Dari pembukaan 4 cm hingga mnecapai pembukaan lengkap atau 10 cm,
akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam (nulipara atau
primagravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara).
 Terjadi penurunan bagian terbawah janin.

2. Kala II
Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, ketuban pecah atau baru
pecah spontan, dengan frekuensi kontraksi yang lebih sering terjadi yaitu 3-4
kali tiap 10 menit. Refleks mengejan juga terjadi akibat rangsangan dari bagian
terbawah janin yang menekan anus dan rektum. Tambahan tenaga mengejan dan
kontraksi otot-otot dinding abdomen serta diafragma, membantu ibu
mengeluarkan bayi dari dalam rahim. Karena biasanya dalam hal ini janin sudah
masuk ruang panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar
panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan.
Wanita merasa pula tekanan pada rectum dan hendak buang air besar.
Kemudian perineum mulai menonjol dan menjadi lebar dengan anus membuka,
labia mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam vulva
pada waktu his. Bila dasar panggul sudah lebih berelaksasi, kepala tidak masuk
lagi di luar his, dengan his dan kekuatan mengedan maksimal kepala janin
dilahirkan dengan suboksiput di bawah simfisis dan dahi, muka, dan dagu
melewati perineum. Setelah istirahat sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan
badan dan anggota bayi. Pada primi gravida kala II berlangsung rata-rata 1,5 jam
dan pada multipara rata-rata 0,5 jam.

3. Kala III
Pada tahap ini disebut dengan kala uri yaitu plasenta ikut keluar dari dalam
rahim. Fase ini dimulai saat bayi lahir lengkap dan diakhiri keluarnya plasenta.
Pada tahap ini biasanya kontraksi bertambah kuat, namun frekuensi dan aktivitas
rahim terus menurun. Plasenta bisa lepas spontan atau tetap menempel dan
membutuhkan bantuan tambahan. Biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15
menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri.
Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah.

4. Kala IV
Tahap ini merupakan masa satu jam usai persalinan yang bertujuan untuk
mengobservasi persalinan. Dimulai saat plasenta lahir sampai 2 jam pertama post
partum. Pada fase ini plasenta telah berhasil dikeluarkan dan tidak boleh ada
pendarahan dari vagina atau organ. Luka-luka pada tubuh ibu harus dirawat
dengan baik dan tidak boleh ada gumpalan darah. Keduanya baru saja mengalami
perubahan fisik yang luar biasa. Rata-rata perdarahan normal adalah 250 cc.
Perdarahan persalinan yang lebih dari 500cc adalah perdarahan abnormal.
Kala 4 dimaksudkan untuk pelaksanaan observasi karena umumnya
pendarahan setelah melahirkan paling sering terjadi pada 2 jam pertama setelah
kelahiran. Adapun observasi yang dilakuakn meliputi:
1. Kondisi ibu apakah bahagia dan sadar. Sebab tugas beratnya sudah selesai
dan bayi lahir dengan selamat.
2. Di cek tekanan darah, nadi, pernapasn, dan suhu tubuh
3. Kontraksi uterus
4. Tidak adanya pendarahan pervaginam
5. Plasenta dan selaput ketuban semua harus sudah terlahir dengan lengkap
6. Luka-luka pada perineum (jika ada) akan dirawat dan dipastikan tidak ada
hematom.
7. Kandung kemih harus kososng.
8. Bayi yang telah dibersihkan akan diletakkan di samping ibu untuk
pemberian ASI
9. Observasi dilakukan setiap 2 jam.

Lokasi penyebaran nyeri


Keterangan gambar 1 : Pada daerah yang mengalami nyeri digambarkan
dengan bagian yang dihitamkan.
a. Penyebaran rasa nyeri persalinan kala I (berpusat disekitar pelvik)
b. Penyebaran nyeri akhir kala I persalinan dan awal kala II
(menyebar ke kaki bagian atas dan perineum)
c. Penyebaran rasa nyeri persalinan pada akhir tahap kedua dan saat
melahirkan (meningkat pada daerah perinium).

Gambar 1. Lokasi Penyebaran Nyeri

D. MANAJEMEN NYERI PADA PERSALINAN


1. Manajemen Nyeri Farmakologis
Anastesi Lokal
Anastesi ini dapat meringankan rasa sakit saat persalinan. Anestesi local
bermanfaat ketika dokter melakukan penyayatan atau episiotomy di area
perineum, yaitu antara vagina dan anus. Selain itu juga bermanfaat saat dokter
menjahit vagina setelah melahirkan. Obat anestesi disuntikkan ke dalam jaringan
perineum. Meski jarang terjadi metode ini bisa menimbulkan alergi dan
menurunkan tekanan darah ibu. Teknik ini termasuk aman baik untuk ibu ataupun
bayi.

2. Manajemen Nyeri Non Farmakologis


1. Masaage
Massage adalah tindakan penekanan oleh tangan pada jaringan lunak,
biasanya otot tendon atau ligamen, tanpa menyebabkan pergeseran atau perubahan
posisi sendi. Dilakukan selama 20 menit setiap jam dalam tahapan persalinan agar
lebih tenang dan lebih terbebas dari nyeri.
Manfaat : Menurunkan nyeri, Menghasilkan relaksasi, Meningkatkan sirkulasi.
Tujuan : Untuk mengurangi nyeri persalinan pada kala 1
Gerakan-gerakan dasar meliputi : gerakan memutar yang dilakukan oleh
telapak tangan, gerakan menekan dan mendorong kedepan dan kebelakang
menggunakan tenaga, menepuk- nepuk, memotong-motong, meremas-remas, dan
gerakan meliuk-liuk. Setiap gerakan gerakan menghasilkan tekanan, arah,
kecepatan, posisi tangan dan gerakan yang berbeda-beda untuk menghasilkan efek
yang di inginkan pada jaringan yang dibawahnya (Henderson, 2006).
Cara Kerja :
Beberapa metode message yang biasa digunakan untuk merangsang saraf
yang berdiameter besar yaitu:
a. Metode Effluerage
Memperlakukan pasien dalam posisi setengah duduk, lalu letakkkan keduan
tangan pada perut dan secara bersamaan digerakkan melingkar kearah pusat
simpisis atau dapat juga menggunakan satu telapak tangan menggunakan gerakan
melingkat atau satu arah.

b. Metode deep back massage


Memperlakukan pasien berbaring miring, kemudian bidan atau keluarga
pasien menekan daerah secrum secara mantap dengan telapak tangan, lepaskan
dan tekan lagi, begitu seterusnya.
c. Metode firm counter pressure
Memperlakukan pasien dalam kondisi duduk kemudian bidan atau keluarga
pasien menekan secrum secara bergantian dengan tangan yang dikepalkan secara
mantap dan beraturan.
d. Abdominal lifting
Memperlakukan pasien dengan cara membaringkan pasien pada posisi
terlentang dengan posisi kepala agak tinggi. Letakkan kedua telapak tangan pada
pinggang belakang pasien, kemudian secara bersamaan lakukan usapan yang
berlawanan kearah puncak perut tanpa menekan kearah dalam, kemudian ulangi
lagi. Begitu seterusnya (Gadysa, 2009).

Metode Massage Effleurage


Ada dua cara dalam melakukan teknik Effleurage, yaitu :
a) Secara perlahan sambil menekan dari area pubis atas sampai umbilikus
dan keluar mengelilingi abdomen bawah sampai area pubis, ditekan dengan
lembut dan ringan dan tanpa tekanan yang kuat, tapi usahakan ujung jari tidak
lepas dari permukaan kulit. Pijatan dapat dilakukan beberapa kali, saat memijat
harus diperhatikan respon ibu apakah tekanan sudah tepat.
b) Pasien dalam posisi atau setengah duduk, lalu letakkan kedua telapak
tangan Pada perut dan secara bersamaan digerakkan melingkar kearah pusat
kesimpisis atau dapat juga menggunakan satu telapak tangan dengan gerakkan
melingkar atau satu arah. Cara ini dapat dilakukan langsung oleh pasien (Gadysa,
2009).
Metode Massage Abdominal Lifting
Metode massage abdominal lifting adalah dengan cara : membaringkan
pasien pada posisi terlentang dengan posisi kepala agak tinggi. Letakkan kedua
telapak tangan pada pinggang belakang pasien, kemudian secara bersamaan
lakukan usapan yang berlawanan kearah puncak perut tanpa menekan kearah
dalam, kemudian ulangi lagi. Begitu seterusnya (Gadysa, 2009).

2. Relaksasi
Relaksasi adalah membebaskan pikiran dan beban dari ketegangan yang
dengan sengaja diupayakakan dan dipraktekkan. Kemampuan untuk relakasasi
secara disengaja dan sadar. Teknik relaksasi dapat dilakukan selama 15 kali.
Tujuan : untuk menurunkan tegangan otot dam menurunkan laju metabolisme.
Relaksasi sadar terhadap seluruh tubuh selama persalinan tampak meningkatkan
keefektifan kontraksi uterus. Ketika dikombinasikan dengan pernapasan, relaksasi
dapat membantu ibu bersalin mengatasi nyeri lebih efektif pada setiap kontraksi
dan istirahat lebih penuh di antara kontraksi (Patree., Walsh. 2007).
Rasa nyeri bersalin tidak selalu berarti ada sesuatu yang salah ( seperti rasa
sakit yang disebabkan oleh cidera atau penyakit). Nyeri adalah bagian yang
normal dari proses melahirkan. Biasanya, itu berarti bayi dalam kandungan
sedang mengikuti waktunya untuk dilahirkan. Mengetahui beberapa metode
mengatasi rasa sakit akan membantu ibu untuk tidak merasa begitu takut. Tak
hanya itu, menggunakan beberapa keterampilan ini selama persalinan akan
membantu ibu merasa lebih kuat (Whalley, Simkin & Keppleer, 2008).
Manfaat Relaksasi :
a. Menyimpan energi dan mengurangi kelelahan
Jika tidak secara sadar merelakskan otot-otot, ibu cenderung membuat otot
selama kontraksi.Ketegangan ini meningkatkan nyeri yang dirasakan,
memboroskan energi, menurunkan pasokan oksigen ke rahim dan bayi, serta
membuat ibu lelah.
b. Mengurangi rasa nyeri
Relaksasi mengurangi ketegangan dan kelelahan yang mengintensifkan
nyeri yang ibu rasakan selama persalinan dan pelahiran. Juga memungkinkan
ketersediaan oksigen dalam jumlah maksimal untuk rahim, yang juga mengurangi
nyeri, karena otot kerja (yang membuat rahim berkontraksi) menjadi sakit jika
kekurangan oksigen.
Selain itu, konsentrasi mental yang terjadi saat ibu secara sadar merelakskan
otot membantu mengalihkan perhatian ibu dari rasa sakit waktu kontraksi dan
karena itu, akan mengurangi kesadaran ibu akan rasa sakit (Whalley, Simkin, &
Keppleer, 2008).

Cara Kerja:
a. Teknik pernafasan pada kala I awal
Dilakukan dengan cara tiap kali kontraksi dari awal sampai akhir kontraksi
ibu diminta untuk menarik nafas dalam-dalam dan teratur melalui hidung dan
keluarkan lewat mulut. Pada puncak kontraksi bernafaslah dengan ringan dan
pendek-pendek melalui mulut tetapi jangan terlalu lama karena bisa
mengakibatkan ibu kekurangan oksigen.

b. Teknik pernafasan kala I akhir


Kontraksi pada kala I akhir akan terjadi selama satu menit dan bisa terasa
setiap menit. Agar ibu tidak mengejan terlalu awal minta ibu untuk mengatakan
“huh-huh, pyuh”, sambil bernafas pendekpendek lalu bernafaslah panjang. Setelah
itu, bernafaslah perlahan dan teratur. Masa transisi ini merupakan masa yang
paling sulit karena kontraksi akan sangat kuat, tetapi serviks belum membuka
seluruhnya. Pada tahap ini, minta ibu jangan mengejan terlebih dahulu karena
akan menyebabkan serviks oedema
3. Terapi Dingin Atau Panas
Pemberian rasa dingin dan panas secara bergantian merupakan salah satu
cara non-farmakologi dalam menurunkan nyeri persalinan. Efikasi metode ini
ditemukan signifikan dalam menurunkan rasa nyeri pada beberapa studi. Selain
itu, aplikasi panas dan dingin juga ditemukan dapat memperpendek waktu
persalinan. Namun, perlu dicatat bahwa studi yang dilakukan masih memiliki
jumlah sampel yang kecil dan tanpa menggunakan enpoint yang objektif sehingga
masih mungkin terdapat bias.
1. Kompres Dingin
Rasa dingin dapat menyebabkan rasa baal, menstimulasi reseptor saraf
perifer, dan melambatkan transmisi nyeri ke sistem saraf pusat sehingga intensitas
nyeri pada pasien dapat berkurang.
a. Siapkan kantong es dan potogan es
b. Masukkan es ke kadalam kantong es
c. Pasang tutup kantong es
d. Letakkan kantong es didaerah punggung, abdomen bawah, paha dan
perineum
e. Jika es leleh, ganti dengan es yang baru
f. Lakukan secara berulang
2. Kompres Panas
Rasa panas sendiri dapat melambatkan impuls saraf ke otak dengan
menstimulasi reseptor panas pada kulit dan jaringan yang lebih dalam.
a. Siapkan air panas 40 sampai 50 °C
b. Basahi kain pengompres dengan air panas kemudian peras
c. Letakkan kain pada daerah punggung bawah
d. Apabila kain telah kering atau suhu kain relatif dingin, masukkan kembali
kain kompres ke air panas dan letakkan kembali pada punggung bawah
e. Lakukan secara berulang

4. Musik Dan Audioanalgesik


Stimulasi suara, seperti musik atau suara alam, dapat menjadi suatu distraksi
bagi pasien bersalin sehingga dapat menurunkan rasa nyeri. Selain itu, metode ini
juga dilaporkan mungkin.
Manfaat : Dapat menurunkan rasa anxietas pada pasien.
Tujuan : Untuk menurunkan rasa nyeri persalinan pada fase laten.
Cara Kerja : Metode ini dapat dilakukan dengan pemilihan musik yang pasien
pilih sebelum persalinan.
Mekanisme pengalihan nyeri
Dengan terapi musik adalah sebagai berikut :
Terapi musik pada managemen persalinan adalah suatu bentuk kegiatan
yang mempergunakan musik dan lagu/nyanyian secara terpadu dan terarah
didalam membimbing ibu selama menghadapi persalinan untuk mencapai tujuan
relaksasi bagi ibu saat nyeri kontraksi yang dirasakan atau dengan menggunakan
earphone sesuai dengan musik yang disukai ibu seperti lagu rohani, alunan ayat
Al-Qur’an atau musik alam seperti suasana air terjun dengan gemericik air yang
turun, atau dengan musik klasik.

5. Pergerakan Dan Posisi Maternal


Salah satu kunci dalam manajemen nyeri persalinan adalah dengan
membuat pasien merasa nyaman. Pasien sering kali bergerak, berjalan, dan
mengubah posisinya untuk mencapai rasa nyaman saat bersalin. Selain itu, posisi
tertentu juga dapat memberikan keuntungan pada pasien bersalin.
Tujuan : Membuat pasien nyaman, memberikan keuntungan bagi dokter dalam
melaksanakan pemeriksaan dan membantu proses persalinan serta memberikan
tindakan medis seperti episiotomi (tindakan pengguntingan mulut rahim
memperlebar jalan lahir)
Manfaat : Mempercepat persalinan dan membantu memperbaiki masalah
kegawatdaruratan persalinan.
Posisi-posisi, seperti hand-to knee dan squatting sudah dinilai dapat
mempengaruhi diameter pelvis sehingga dapat mempercepat persalinan. Namun
sering kali saat pasien bersalin sudah masuk rumah sakit, pasien akan sangat sulit
bergerak karena sudah dipasang oleh alat-alat monitor medis.
Efikasi metode pergerakan dan posisi maternal pada kala satu dan dua
sudah diteliti pada beberapa studi. Beberapa studi menunjukkan bahwa posisi
duduk dan banyak pergerakan saat persalinan kala I memiliki skor intensitas nyeri
yang lebih rendah dibanding posisi terlentang.
Menurut studi lain, posisi terlentang memberikan intensitas nyeri yang
lebih tinggi pada pasien dibandingkan dengan posisi lainnya. Selain itu, studi
Cochrane juga mengatakan bahwa pasien bersalin yang sering tegak dan banyak
bergerak memiliki waktu persalinan yang lebih cepat dan lebih jarang menjalani
operasi sesar.
Keuntungan juga ditemukan pada persalinan kala II, dimana bantuan pada
persalinan, tindakan epistiotomi, gangguan denyut jantung janin lebih jarang
ditemukan pada pasien dengan posisi persalinan tidak terlentang tanpa anestesi
epidural. Namun, pada pasien persalinan kala II yang menggunakan anestesi
epidural tidak ditemukan adanya perbedaan efek analgesia yang diberikan oleh
pergerakan dan perubahan posisi.
Cara Kerja :
1) Posisi Berbaring (litotomi)
Caranya adalah bunda terlentang dengan kaki menggantung di penopang
khusus untuk orang bersalin. Posisi ini terkesan pasif, karena bunda akan
mengalami kesulitan dalam mengejan. Selain itu, dengan posisi seperti ini
biasanya bunda merasa pegal pada punggung. Posisi ini juga seringkali dapat
meningkatkan tekanan pada perineum yang dapat menimbulkan robek pada jalan
lahir. Namun, posisi ini sangat memudahkan dokter dalam membantu proses
kelahiran dan memberikan perlakuan medis. Biasanya posisi di lakukan juga saat
dokter hendak melakukan tindakan kuret.
2) Posisi setengah duduk (semi sitting)
Posisi yang sering kita temui, yaitu ibu berbaring dengan punggung
bersandar pada bantal, kemudian kaki di tekuk dan paha terbuka.
Posisi ini memudahkan dokter atau bidan dalam membantu proses kelahiran dan
mendapatkan bantuan dari gaya gravitasi bumi. Selain itu jalan lahir yang di
tempuh bayi untuk keluar menjadi lebih pendek dengan suplai oksigen dari bunda
ke janin dapat berjalan dengan optimal.
3) Posisi miring (lateral)
Ibu berbaring menghadap miring dengan salah satu kaki diangkat dan posisi
kaki satunya dalam keadaan lurus. Posisi ini di lakukan apabila posisi kepala bayi
belum tepat di jalan lahir.
Manfaat yang diperoleh adalah bayi mendapat pasokan oksigen melalui plasenta
lancar, karena peredaran darah bunda juga lancar saat posisi miring. Dengan
posisi miring Bunda juga lebih bisa menghemat energi.
Kekurangan dari posisi ini adalah menyulitkan dokter dalam melakukan
pemeriksaan perkembangan proses kelahiran.
4) Posisi jongkok (squatting)
Peran suami sangat dibutuhkan dalam posisi ini, karena posisi ini
membutuhkan sandaran yang kuat di belakang ibu. Cara lain adalah duduk di atas
bangku kecil ( bahasa jawa: dingklik). Selain itu dibutuhkan bantalan atau kursi
khusus yang berguna untuk menahan kepala serta tubuh bayi saat keluar.
Posisi ini di percaya sebagai cara alami dalam proses kelahiran secara
normal. Selain mendapat bantuan gaya gravitasi bumi, ibu masih bisa melakukan
kontrol saat mengejan.
Dalam kondisi kehamilan yang sehat posisi ini sangat memungkinkan untuk
di pilih. Posisi ini secara medis kurang baik karena menyulitkan dokter dan bidan
dalam memantau posisi bukaan jalan lahir dan memberikan tindakan.

5) Posisi berlutut
Caranya adalah Bunda bertumpu dengan kedua kaki di tekuk dan terbuka
sehingga memungkinkan bayi keluar dengan bantuan gravitasi bumi.
Sama seperti posisi jongkok, posisi melahirkan dengan berlutut memanfaatkan
gaya gravitasi untuk mempermudah proses kelahiran. Selain itu ibu masih bisa
melakukan kontrol saat mengejan.
6) Posisi merangkak
Caranya, ibu mengambil posisi merangkak dengan kedua lengan di depan
menopang tubuh. Posisi merangkak sangat membantu meringankan rasa sakit di
punggung. Selain itu posisi ini akan mempercepat penurunan kepala bayi ke
dalam panggul.
7) Posisi Berdiri tegak
Dikatakan posisi berdiri tegak bukan berarti Bunda pasif. Bunda bisa
bersandar ke belakang atau ke depan. Walaupun pada nanti kenyataannya saat
melahirkan posisinya bisa menjadi berubah.
Posisi berdiri tegak membuat ibu lebih leluasa bergerak dan mengalihkan
perhatian saat mengalami kontraksi. Selain itu gerakan-gerakan bisa membantu
posisi bayi mendekati jalan lahir.

6. Terapi Hipnoteraphy
Tujuan : Membantu mengubah persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti positif
Manfaat : Mengurangi nyeri dengan mengalihkan perhatian
Cara Kerja : yang terpenting pilih tempat yang tenang, duduk tenang, dengan
posisi yang nyaman, tutup mata, lakukan relaksasi dengan konsentrasi tertuju
kepada tarikan dan hembusan nafas, lalu ucapkan dalam hati skrip ini :

1. ” Setiap kali saya menghembuskan nafas….saya akan memasuki rasa rileks dan
nyaman yang lebih dalam dari sebelumnya ….[lakukan ini sekitar 3 menit]….

2. Saya akan menghitung mundur dari 100 ke 1 bersama hembusan nafas


saya…dan setiap kali saya menghitung…saya akan merasakan kenyamanan yang
lebih dalam dari sebelumnya….”

3. Mata… saya perintahkan kamu menjadi sangat rileks dan sangat nyaman.
Sedemikian nyamannya….sehingga kamu tidak mau membuka walaupun kamu
berkeinginan untuk membuka…bahkan untuk bergerakpun kamu tidak bisa
….[Baca skrip ini berulang-ulang, sampai anda sudah sangat sangat santai]….

4. Lalu coba anda buka mata, bilamana sudah terasa berat atau tidak mau terbuka,
maka lanjutkan dengan skrip berikut ini

5. Wahai kedua belah tangan…saya perintahkan kamu menjadi sangat rileks dan
sangat nyaman. Sedemikian nyamannya….sehingga kamu tidak mau membuka
walaupun kamu berkeinginan untuk membuka. [Baca skrip ini berulang-ulang,
sampai anda merasakan tangan anda sudah sangat sangat santai]……

6. Lalu coba gerakkan tangan, bilamana sudah terasa lemas dan tidak mau
bergerak, maka lanjutkan dengan skrip berikut ini.

7. Saya akan menghitung mundur dari 5 ke 1….dan setiap menghitung saya akan
merasakan santai dan nyaman……lebih nyaman dari sebelumnya…..

8. Lalu lanjutkan dengan sugesti yang ingin anda masikkan ke bawah sadar anda.
Setelah selesai akhiri dengan skrip berikut ini.

9. Setelah anda merasa cukup, maka akhiri dengan terminasi, dengan skrip berikut
ini. Dalam 5 hitungan, saya akan membuka mata, dan bangun dalam kondisi yang
sangat segar sekali….[Mulai lakukan hitungan dan buka mata anda]….

Anda mungkin juga menyukai