Anda di halaman 1dari 26

GANGGUAN TIDUR PADA LANSIA

Oleh : dr. Ratna Istiastuti, SpKJ, M.Kes


DEFINISI

Tidur merupakan penurunan kesadaran


yang fisiologis dan periodik karena
inaktivasi yang reversible dari sistem
siaga manusia pada formatio retikularis
dan hipotalamus. Pada EEG, terjadi
perubahan gelombang alfa menjadi
gelombang yang lebih cepat dan
kemudian kembali ke gelombang
lambat.
Saat awal tidur, napas menjadi kendur dan dangkal,
kemudian saat tidur dalam menjadi dalam dan
teratur. Semua otot kendur dan santai, lidah lunglai
terkulai dan terisap dan terdorong oleh napas
sehingga mengeluarkan suara mendengkur.

Pola tidur normal terjadi kurang dari 30 menit


sudah tertidur (persyaratan tidur sudah terbiasa),
berlangsung 7-8 jam dan terbangun dalam suasana
segar.
Kebutuhan Tidur Normal
• 0 -1 bln Masa Neonatus : 14-18 jam/hari
• 1 bln – 18 bln Masa Bayi : 12-14 jam/hari
• 18 bln – 3 th Masa anak : 11-12 jam/hari
• 3 th-6 th Masa Prasekolah : 11 jam/hari
• 6 th – 12 th Masa Sekolah : 10 jam/hari
• 12 th – 18 th Masa Remaja : 8,5 jam/hari
• 18 thn-40 th Masa Dewasa Muda : 7-8 jam/hari
• 40 thn- 60 th Masa Paruh Baya : 7 jam/hari
• 60 th ke atas Masa Dewasa Tua : 6 jam/hari

Kebutuhan tidur akan berkurang dengan berlanjutnya


usia.
Siklus Tidur Normal

BANGUN

REM

NREM I (5 menit)

NREM II (10-15 menit) NREM II NREM II

NREM III (15-30 menit) NREM III

NREM IV (15-30 menit)


• Polisomnografi adalah alat yang digunakan untuk
merekam semua kejadian saat tidur hingga bangun.
• Polisomnografi mencakup EEG,
electroencephalography, dengan single central
deviation C3 atau C4, elektro-okulogram dan elektro-
miogram/EMG (merekam musculus submentalis di
dagu).
Alat Ukur Gangguan Tidur…

• Polysomnografi :
Pengukuran melalui EEG, EMG, EOG, aliran
udara, saturasi O2,dll
Dan bila tidur mencapai
Pada EEG bila sadar Bila sudah mulai fase lebih dalam maka akan
penuh terdapat mengantuk maka akan terekam gelombang teta
gelombang beta (β) terekam gelombang alfa (θ) dengan frekuensi 4-7
dengan frekuensi 20 – 22 (α) dengan frekuensi 8-13 Hz, tetapi tidak pernah
Hz. Hz. mencapai gelombang δ
dengan frekuensi 1-3 Hz.
FASE TIDUR NORMAL
1. Fase REM (Rapid Eye Movement) – Fase
Stadium 1
– Disebut juga tidur mimpi (dreamy sleep) dan tidur
paradoksal (desinkron)
– Gerakan bola mata cepat, disertai mimpi
2. Fase NREM (Non Rapid Eye Movement)
– Disebut juga tidur orthodox/tidur sinkron
– Pada laki-laki terjadi ereksi penis

Pada kondisi depresi tidur REM lebih awal, pada usia lanjut tidur REM bergeser ke
akhir tidur pada 1-2 jam sebelum bangun tidur esok pagi.
Pada 1 -1,5 jam pertama dimulai fase REM, fase REM terjadi
sebanyak 4-5 kali dalam 7-8 jam tidur, tiap kali selama 15 –
20 menit dan menduduki antara 25 – 30% waktu tidur.

Pada fase NREM I gelombang alfa menghilang dan timbul


gelombang campuran; yang terbanyak adalah gelombang
teta, gerakan bola mata lambat, EMG merendah.

Pada fase NREM II terjadi gelombang K-kompleks dan


gelombang bentuk kumparan (spindle shaped), ini
merupakan gelombang lambat, amplitude tinggi, tidak ada
gerakan bola mata dan EMG rendah.

Pada fase NREM III 20-50% adalah gelombang delta,


amplitudo tinggi, gelombang kumparan menetap, tidak ada
gerak bola mata dan EMG tetap rendah.

Pada fase NREM IV terdapat gelombang frekuensi yang


rendah, amplitudo tinggi lebih banyak, disebut sebagai
stadium gelombang delta lambat/tidur dalam.
ANATOMI DAN NEUROPATOFISIOLOGI
• Pusat tidur (sleep center) di
bagian anterior hipotalamus,
formation reticularis dari
mendula oblongata, thalamus
dan bagian basal lobus
frontalis.
• Pusat bangun/siaga (wake
center, mensiagakan EEG) di
hipothalamus posterior,
formatio reticularis batang
otak (brain stem), otak tengah
(midbrain), subthalamus,
thalamus, bagian basal lobus
frontalis.
• Fase tidur REM terjadi di pons.
NEUROTRANSMITTER TIDUR

Katekolamin : berperan dalam proses bangun.


Bertempat di lokus coeruleus.

Asetilkolin : berperan pada saat memulai tidur.

• Ada 2 macam kelompok neuron kolinergik :


• Nukleus LDT/PPT di formatio reticularis pons berfungsi mencetuskan
fase REM tidur dan keterjagaan melalui aktivitasnya yakni
menginduksi desinkronisasi thalamocortical. Berperan dalam
hilangnya aktivitas otot skeletal saat fase REM
• Neuron kolinergik di basis frontalis : Terletak di nucleus basalis dari
meynert dan menyebar ke seluruh korteks cerebral.
Serotonin : mencetuskan bangun

Dopamin : efeknya cukup kompleks terhadap proses tidur


bangun karena memiliki banyak interaksi dengan system
neurotransmitter yang lainnya di berbagai area di otak.

Histamin : mencetuskan keterjagaan dan kesiagaan serta


menginhibisi baik fase NREM dan REM serta berperan pada
proses kognitif. Dihasilkan oleh neuron di nucleus
tuberomamilaris di posterior dari hypothalamus.
Glutamat : Mencetuskan keterjagaan, merupakan neurotransmitter
eksitatorik di system saraf pusat. Bertanggung jawab terhadap sinkronisasi
aktivitas otak selama fase NREM dan jalur kortikospinal.

GABA : tersebar luas di formation reticularis batang otak, basal ganglia,


hypothalamus dan thalamus. Berlawanan dengan glutamate. GABA
dihasilkan dari VLPO dan meginhibisi nucleus promotor keterjagaan yang
bersifat aminergik.

Galanin : neuropeptide penginhibisi yang dihasilkan oleh VLPO dan


menyebabkan terjadinya tidur.

Glisin : Terbanyak di area pons dan medulla spinalis dan berikatan pada
traktus retikulospinalis dan alfa motor neuron, menyebabkan terjadinya
atonia musculus pada saat terjadinya fase REM
HPA Axis Stress dan Insomnia
INSOMNIA
I
N
S Insomnia meningkat dengan bertambahnya
umur. Antara usia 65-79 tahun sekitar setengah
O populasinya mengalami insomnia. Perlu
ditanyakan apakah insomnia terjadi pada awal
M tidur, tengah malam atau menjelang pagi buta,
N dan setelah terbangun tidak dapat tidur lagi.

I
Insomnia sementara berlangsung 3-4 minggu, setelah itu
A disebut insomnia kronik.
Perubahan Yang Terjadi Pada Gangguan
Tidur

• Mengantuk di
Peningkatan sitokin siang hari,
tidak bisa tidur
proinflamasi IL6 dan / di malam hari ,
Keluhan
atau TNF ( mediator Utama : contoh :
inflamasi). • Sleep apnea,
• Narkolepsi
• Hipersomnia
Insomnia Psikofisiologik
Gangguan perilaku pada pasien yaitu mempunyai
preokupasi tidak dapat tidur malam hari

Dipicu oleh peristiwa emosional yang membuat stress

Namun kebiasaan gangguan tidur itu terjadi jauh setelah


peristiwa terjadi

Pasien semakin sulit tidur karena takut tidak dapat tidur,


dan usaha pasien untuk tidur membuat pasien semakin
tidak dapat tidur

Pasien mudah tertidur pada waktu yang tidak dijadwalkan


(tidak berusaha/di luar situasi rumah)
Hipersomnia

Gangguan tidur ditandai


oleh sulitnya tidur pada jam
yang semestinya, baru
menjelang pagi hari mulai
tertidur, dan berlanjut terus
sampai siang dan hampir
seluruh hari digunakan
untuk tidur.
Narkolepsi

Rasa kantuk yang tidak tertahankan pada siang hari


dengan episode tidur yang tidak dikehendaki, tidur
malam terganggu dan katapleksi (rasa lemas yang
mendadak) atau hilangnya tonus otot, sering
meningkatnya emosi

Diagnosis narkolepsi :
• Somnolensi berlebihan di siang hari
• Katapleksi
• Halusinasi hipnagogik
• Paralisis nocturnal (rasa kelumpuhan otot berkehendak
yang amat tidak enak dirasakan saat awal tidur)
Pola Tidur pada Anxietas dan Depresi

̽Pada kondisi depresi tidur REM lebih awal, pada usia lanjut tidur REM bergeser ke akhir
tidur pada 1-2 jam sebelum bangun tidur esok pagi.
Evaluasi Pasien Usia Lanjut dengan Gangguan
Pola Tidur
Penatalaksanaan Gangguan Tidur pada
Usia Lanjut

Diberikan antidepresan jenis tetrasiklik,


serotonin selective receptor inhibitor
(SSRI), dan mono amino oxisidase
inhibitor (MAOI), misalnya Maprotiline
10 – 25 mg, Fluoxetine 20 mg pada pagi
hari atau Moclobemide dua kali 150
mg, dimulai dengan dosis terkecil.

Anda mungkin juga menyukai