Anda di halaman 1dari 47

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem kesehatan merupakan suatu istilah yang mencangkup personal,

lembaga, komoditas, informasi, pembiayaan dan strategi tata pemerintah dalam

memberikan layanan pencegahan dan pengobatan kepada masyarakat. Sistem

kesehatan dibuat dengan tujuan dapat merespon kebutuhan dan harapan yang

dimiliki masyarakat dalam pemenuhan pelayanan kesehatan yang adil dan merata.

Hal ini tertuang dalam UUD 1945, yang menegaskan bahwa “setiap orang berhak

hidup sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”, Pasal 28 H angka (1)

“negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan bagi

seluruh warga negaranya”.1

Sistem kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merupakan

“sebuah kegiatan yang bertujuan dalam mempromosikan, memulihkan, atau

menjaga kesehatan”. Sistem kesehatan yang baik sangat penting dalam mencapai

Millennium Development Goals (MDGs). World Health Organization (WHO)

telah mengidentifikasi 6 komponen yang harus diperlukan dalam menetapkan,

mempertahankan dan memperkuat sistem kesehatan. Negara-negara berkembang

telah banyak menghadapi tantangan dalam membangun sistem kesehatan yang

kuat dan handal. Tantangan yang dihadapi antara lain pembiayaan pelayanan

kesehatan yang tidak memadai, kurangnya koordinasi antar lembaga, serta

kurangnya tenaga kesehatan.2,3


2

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia, dengan jumlah penduduk

lebih dari 240 juta jiwa Indonesia berada di peringkat keempat dunia. Terjadi

pergeseran demografis pada populasi usia kerja yang meningkat relatif terhadap

populasi lainnya. Indonesia juga termasuk status ekonomi yang berpenghasilan

menengah ke bawah. Dari sistem pemerintahan dan politik Indonesia juga

mengalami transisi di Tahun 1998 dari sistem demokrasi otoriter sekarang

menjadi demokrasi reformasi. Perubahan tersebut juga mempengaruhi sistem

kesehatan di Indonesia.4

Prinsip pelayanan kesehatan masyarakat mengutamakan pelayanan promotif

dan preventif. Pelayanan promotif adalah upaya meningkatkan kesehatan

masyarakat agar lebih baik dan pelayanan preventif merupakan upaya dalam

mencegah masyarakat agar terhindar dari suatu penyakit. Krisis ekonomi di

Indonesia berdampak pada pelayanan kesehatan. Maka dari itu pelayanan

kesehatan melakukan sebuah reformasi, reorientasi, dan revitalisasi. Reformasi

kebijakan pembangunan kesehatan telah dilakukan. Reformasi Sistem Kesehatan

Nasional (SKN) telah memberikan suatu perubahan dalam pembangunan

kesehatan di Indonesia. Kebijakan dari SKN ini telah banyak melakukan

perubahan, salah satunya dalam hal perubahan subsistem upaya kesehatan dan

pembiayaan kesehatan.3,5,6

Sistem kesehatan di Indonesia telah mulai dikembangkan sejak tahun 1982

yaitu ketika Departemen Kesehatan RI menyusun dokumen system kesehatan di

Indonesia yang disebut Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Penyusunan dokumen

tersebut didasarkan pada tujuan nasional bangsa Indonesia sesuai dengan


3

Pembukaan UUD 1945 yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh

tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Untuk mencapai

tujuan tersebut, maka dibentuklah program pembangunan nasional secara

menyeluruh dan berkesinambungan. Pembangunan kesehatan adalah bagian dari

pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut merupakan

upaya seluruh potensi bangsa Indonesia, baik masyarakat, swasta maupun

pemerintah.

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang telah menghadapi

beberapa perubahan dan tantangan strategis yang mendasar. Tujuan bangsa

Indonesia tertuang dalam pembukaan UUD 1945 yang diselenggarakan melalui

pembangunan nasional termasuk pembangunan kesehatan. Dalam mendukung

terlaksananya pembangunan kesehatan memerlukan dukungan dari Sistem

Kesehatan Nasional yang kuat. SKN dijadikan sebuah acuan dalam pendekatan

pelayanan kesehatan primer. Hal ini merupakan sebuah pendekatan yang tepat

untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang diformulasikan sebagai visi

Indonesia Sehat.7,8

Sistem Kesehatan Nasional (SKN) merupakan pengelolaan kesehatan yang

diselenggarakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia secara terpadu dan

saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang


4

setinggi-tingginya. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan, maka

pengelolaan kesehatan dilaksanakan melalui subsistem kesehatan yang terbagi ke

dalam beberapa bagian, yaitu upaya kesehatan, penelitian dan pengembangan

kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumber daya manusia kesehatan, sediaan

farmasi, alat kesehatan, dan makanan, manajemen, informasi dan regulasi

kesehatan, pemberdayaan masyarakat.9

Dewasa ini, pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan masih

menghadapi berbagai masalah yang belum sepenuhnya dapat diatasi. Sehingga

diperlukan pemantapan dan percepatan melalui SKN sebagai pengelolaan

kesehatan yang disertai berbagai terobosan penting, antara lain program

pengembangan Desa Siaga, Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas), Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan

Komplikasi (P4K) yang dapat diwujudkan melalui Jampersal.


5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistem Kesehatan Nasional

Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan, diperlukan

dukungan Sistem Kesehatan Nasional yang tangguh. Sistem Kesehatan Nasional

adalah Pengelolaan kesehatan yang diselenggarakan oleh semua komponen

bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin

tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah bentuk dan cara

penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai upaya

bangsa Indonesia dalam satu derap langkah guna menjamin tercapainya tujuan

pembangunan kesehatan dalam kerangka mewujudkan kesejahteraan rakyat

sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar 1945. Pengelolaan

kesehatan adalah proses atau cara mencapai tujuan pembangunan kesehatan

melalui pengelolaan upaya kesehatan, penelitian dan pengembangan kesehatan,

pembiayaan kesehatan, sumber daya manusia kesehatan, sediaan farmasi, alat

kesehatan, dan makanan, manajemen, informasi dan regulasi kesehatan serta

pemberdayaan masyarakat. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang

dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk

meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang

agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai

investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial
6

dan ekonomis. SKN perlu dilaksanakan dalam konteks pembangunan kesehatan

secara keseluruhan dengan mempertimbangkan determinan sosial, antara lain

kondisi kehidupan sehari-hari, tingkat pendidikan, pendapatan keluarga, distribusi

kewenangan, keamanan, sumber daya, kesadaran masyarakat, serta kemampuan

tenaga kesehatan dalam mengatasi masalah-masalah tersebut. SKN disusun

dengan memperhatikan pendekatan revitalisasi pelayanan kesehatan dasar

(primary health care) yang meliputi cakupan pelayanan kesehatan yang adil dan

merata, pemberian pelayanan kesehatan berkualitas yang berpihak kepada

kepentingan dan harapan rakyat, kebijakan kesehatan masyarakat untuk

meningkatkan dan melinduKngi kesehatan masyarakat, kepemimpinan, serta

profesionalisme dalam pembangunan kesehatan.

Tujuan SKN adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua

komponen bangsa, baik Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat

termasuk badan hukum, badan usaha, dan lembaga swasta secara sinergis, berhasil

guna dan berdaya guna, sehingga terwujud derajat kesehatan masyarakat yang

setinggi-tingginya.

Penyusunan SKN ini dimaksudkan untuk menyesuaikan SKN 2009

dengan berbagai perubahan dan tantangan eksternal dan internal, agar dapat

dipergunakan sebagai pedoman dalam pengelolaan kesehatan baik oleh

Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat termasuk badan hukum,

badan usaha, dan lembaga swasta. Tersusunnya SKN ini mempertegas makna

pembangunan kesehatan dalam rangka pemenuhan hak asasi manusia,

memperjelas penyelenggaraan pembangunan kesehatan sesuai dengan visi dan


7

misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan Tahun 2005-2025

(RPJP-K), memantapkan kemitraan dan kepemimpinan yang transformatif,

melaksanakan pemerataan upaya kesehatan yang terjangkau dan bermutu,

meningkatkan investasi kesehatan untuk keberhasilan pembangunan nasional.

SKN ini merupakan dokumen kebijakan pengelolaan kesehatan sebagai acuan

dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

1. Asas Sistem Kesehatan Nasional

Sebagaimana dinyatakan dalam Bab I bahwa Sistem Kesehatan Nasional

(SKN) adalah bentuk dan cara penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Dengan

demikian untuk menjamin efektifitas SKN, maka setiap pelaku pembangunan

kesehatan harus taat pada asas yang menjadi landasan bagi setiap program dan

kegiatan pembangunan kesehatan.

2. Dasar Pembangunan Kesehatan

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Jangka Panjang Pembangunan Nasional (RPJP-N) Tahun 2005-2025,

pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan

yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Dalam Undang-undang tersebut,

dinyatakan bahwa pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan mendasarkan

pada:

a. Perikemanusian

Pembangunan kesehatan harus berlandaskan pada prinsip

perikemanusiaan yang dijiwai, digerakan dan dikendalikan oleh keimanan


8

dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Tenaga kesehatan perlu

berbudi luhur, memegang teguh etika profesi, dan selalu menerapkan

prinsip perikemanusiaan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

b. Pemberdayaan dan Kemandirian

Setiap orang dan masyarakat bersama dengan pemerintah berperan,

berkewajiban, dan bertanggung-jawab untuk memelihara dan

meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga, masyarakat, dan

lingkungannya. Pembangunan kesehatan harus mampu membangkitkan

dan mendorong peran aktif masyarakat. Pembangunan kesehatan

dilaksanakan dengan berlandaskan pada kepercayaan atas kemampuan dan

kekuatan sendiri serta kepribadian bangsa dan semangat solidaritas sosial

serta gotong-royong.

c. Adil dan Merata

Dalam pembangunan kesehatan setiap orang mempunyai hak yang

sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, tanpa

memandang suku, golongan, agama, dan status sosial ekonominya. Setiap

orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Setiap anak berhak atas

kelangsungan hidup, tumbuh dan kembang, serta berhak atas perlindungan

dari kekerasan dan diskriminasi.

d. Pengutamaan dan Manfaat

Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan mengutamakan

kepentingan umum daripada kepentingan perorangan atau golongan.

Upaya kesehatan yang bermutu diselenggarakan dengan memanfaatkan


9

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta harus lebih

mengutamakan pendekatan peningkatan kesehatan dan pencegahan

penyakit.

3. Dasar Sistem Kesehatan Nasional

Sesuai dengan UU 17/2007 RPJPN 2005-2025, pembangunan


kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Penyelenggaraan
Pembangunan Kesehatan dan SKN, mendasar pada aspek:
a. Hak Asasi Manusia (HAM)

Sesuai dengan tujuan pembangunan nasional dalam Pembukaan

Undang-undang Dasar 1945, yaitu untuk meningkatkan kecerdasan bangsa

dan kesejahteraan rakyat, maka setiap penyelenggaraan SKN berdasarkan

pada prinsip hak asasi manusia. Undang-undang Dasar 1945 pasal 28 H

ayat 1 antara lain menggariskan bahwa setiap rakyat berhak atas pelayanan

kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang

setinggi-tingginya tanpa membedakan suku, golongan, agama, jenis

kelamin, dan status sosial ekonomi. Setiap anak dan perempuan berhak

atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

b. Sinergisme dan Kemitraan yang Dinamis

Sistem Kesehatan Nasional akan berfungsi baik untuk mencapai

tujuannya apabila terjadi Koordinasi, Integrasi, Sinkronisasi, dan

Sinergisme (KISS), baik antar pelaku, antar subsistem SKN, maupun

dengan sistem serta subsistem lain di luar SKN. Dengan tatanan ini, maka

sistem atau seluruh sektor terkait, seperti pembangunan prasarana,


10

keuangan dan pendidikan perlu berperan bersama dengan sektor kesehatan

untuk mencapai tujuan nasional.

c. Komitmen dan Tata Pemerintahan yang Baik (Good Governance)

Agar SKN berfungsi baik, diperlukan komitmen yang tinggi,

dukungan, dan kerjasama yang baik dari para pelaku untuk menghasilkan

tata penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang baik (good

governance). Pembangunan kesehatan diselenggarakan secara demokratis,

berkepastian hukum, terbuka (transparan), rasional, profesional, serta

bertanggung-jawab dan bertanggung-gugat (akuntabel).

d. Dukungan Regulasi

Dalam menyelenggarakan SKN, diperlukan dukungan regulasi

berupa adanya berbagai peraturan perundangan yang mendukung

penyelenggaraan SKN dan penerapannya (law enforcement).

e. Antisipatif dan Pro Aktif

Setiap pelaku pembangunan kesehatan harus mampu melakukan

antisipasi atas perubahan yang akan terjadi, yang di dasarkan pada

pengalaman masa lalu atau pengalaman yang terjadi di negara lain.

Dengan mengacu pada antisipasi tersebut, pelaku pembangunan kesehatan

perlu lebih proaktif terhadap perubahan lingkungan strategis baik yang

bersifat internal maupun eksternal.

f. Responsif Gender

Dalam penyelenggaraan SKN, setiap penyusunan rencana

kebijakan dan program serta dalam pelaksanaan program kesehatan harus


11

menerapkan kesetaraan dan keadilan gender. Kesetaraan gender dalam

pembangunan kesehatan adalah kesamaan kondisi bagi laki-laki dan

perempuan untuk memperoleh kesempatan dan hak-haknya sebagai

manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan

pembangunan kesehatan serta kesamaan dalam memperoleh manfaat

pembangunan kesehatan. Keadilan gender adalah suatu proses untuk

menjadi adil terhadap laki-laki dan perempuan dalam pembangunan

kesehatan.

g. Kearifan Lokal

Penyelenggaraan SKN di daerah harus memperhatikan dan

menggunakan potensi daerah yang secara positif dapat meningkatkan hasil

guna dan daya guna pembangunan kesehatan, yang dapat diukur secara

kuantitatif dari meningkatnya peran serta masyarakat dan secara kualitatif

dari meningkatnya kualitas hidup jasmani dan rohani. Dengan demikian

kebijakan pembangunan daerah di bidang kesehatan harus sejalan dengan

SKN, walaupun dalam prakteknya, dapat disesuaikan dengan potensi dan

kondisi serta kebutuhan masyarakat di daerah terutama dalam penyediaan

pelayanan kesehatan dasar bagi rakyat.

4. Landasan Sistem Kesehatan Nasional

a. Landasan idiil yaitu Pancasila.

b. Landasan konstitusional, yaitu Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945,


12

· Pasal 28A ”Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak

mempertahankan hidup dan kehidupannya”,

· Pasal 28B ayat (2) ”Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,

tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan

dan diskriminasi.”,

· Pasal 28C ayat (1) ”Setiap orang berhak mengembangkan diri

melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan

memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan

budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan

umat manusia”,

· Pasal 28H ayat (1) ”Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan

batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik

dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”,

· Pasal 28H ayat (3) ”Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang

memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang

bermartabat”,

· Pasal 34 ayat (2) ”Negara mengembangkan sistem jaminan sosial

bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak

mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan”,

· Pasal 34 ayat (3) ”Negara bertanggung jawab atas penyediaan

fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak”.


13

c. Landasan Operasional meliputi Undang-Undang Nomor 36 Tahun

2009 tentang Kesehatan dan ketentuan peraturan perundang-undangan

lainnya yang berkaitan dengan penyelenggaraan SKN dan

pembangunan kesehatan.

5. Dasar Hukum Sistem Kesehatan Nasional

Sistem Kesehatan Nasional terus menerus mengalami perubahan sesuai

dengan dinamika yang terjadi di masyarakat. Seperti yang telah kami jelaskan

pada latar belakang di atas bahwa SKN ditetapkan pertama kali pada tahun 1982.

Lalu pada tahun 2004 terdapat SKN 2004 sebagai pengganti SKN 1982. SKN

2004 ini kemudian diganti dengan SKN 2009 hingga akhirnya SKN 2009 ini

dimutakhirkan menjadi SKN 2012. Penyusunan SKN tersebut mengacu pada

dasar-dasar hukum yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dasar-dasar hukum

tersebut antara lain:

1. SKN 1982

Dasar hukum SKN Tahun 1982 adalah KEPMENKES Nomor

99a/MENKES/SK/III/1982 tentang Berlakunya SKN.

2. SKN 2004

Dasar hukum SKN Tahun 2004 adalah KEPMENKES Nomor

131/MENKES/SK/II/2004 tentang Sistem Kesehatan Nasional

3. SKN 2009
14

Dasar hukum SKN Tahun 2009 adalah KEPMENKES RI Nomor

374/MENKES/SK/V/2009, serta UU 36 tahun 2009 Pasal 167 (4)

tentang Kesehatan;

4. SKN 2012

Dasar hukum SKN Tahun 2012 adalah PERPRES Nomor 72 Tahun

2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional

5. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP-N) 2005-

2025. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan

Tahun 2005-2025 merupakan arah pembangunan kesehatan yang

berkesinambungan.

6. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan ( RPJP-K)

2005-2025

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan Tahun

2005-2025 dan SKN merupakan dokumen kebijakan pembangunan

kesehatan sebagai acuan dalam penyelenggaraan pembangunan

kesehatan.

6. Kedudukan Sistem Kesehatan Nasional

1. Suprasistem SKN
Suprasistem SKN adalah Sistem Penyelenggaraan Negara. SKN
bersama dengan berbagai subsistem lain, diarahkan untuk mencapai Tujuan
Bangsa Indonesia seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945,
yaitu melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social.
15

2. Kedudukan SKN terhadap Sistem Nasional lain


Terwujudnya keadaan sehat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yang
tidak hanya menjadi tanggungjawab sektor kesehatan, melainkan juga
tanggungjawab dari berbagai sektor lain terkait yang terwujud dalam
berbagai bentuk sistem nasional. Dengan demikian, SKN harus berinteraksi
secara harmonis dengan berbagai sistem nasional tersebut, seperti :
a. Sistem Pendidikan Nasional
b. Sistem Perekonomian Nasional
c. Sistem Ketahanan Pangan Nasional
d. Sistem Hankamnas, dan
e. Sistem-sistem nasional lainnya
Dalam keterkaitan dan interaksinya, SKN harus dapat mendorong
kebijakan dan upaya dari berbagai sistem nasional sehingga
berwawasan kesehatan.Dalam arti sistem-sistem nasional tersebut
berkontribusi positif terhadap keberhasilan pembangunan kesehatan.
3. Kedudukan SKN terhadap Penyelenggaraan
Pembangunan Kesehatan di Daerah, SKN merupakan acuan bentuk dan
cara penyelenggaraan pembangunan kesehatan di daerah.
4. Kedudukan SKN terhadap berbagai sistem
kemasyarakatan termasuk swasta, Keberhasilan pembangunan kesehatan
sangat ditentukan olehdukungan sistem nilai dan budaya masyarakat yang
secarabersama terhimpun dalam berbagai sistem kemasyarakatan.SKN
merupakan bagian dari sistem kemasyarakatan yangdipergunakan sebagai
acuan utama dalam mengembangkanperilaku dan lingkungan sehat serta
berperan aktif masyarakatdalam berbagai upaya kesehatan.

F. Subsistem SKN

1. Subsistem Upaya Kesehatan


a. Pengertian
Adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya kesehatan
masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perorangan (UKP) secara terpadu
dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya.
b. Tujuan
16

Adalah terselenggaranya upaya kesehatan yang tercapai (accessible),


terjangkau (affordable), dan bermutu (quality) untuk menjamin
terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
c. Unsur-unsur utama
Terdiri dua unsur utama, yaitu upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan
upaya kesehatan perorangan (UKP):
1) UKM adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau
masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah
kesehatan di masyarakat. UKM mencakup upaya-upaya promosi
kesehatan, pemeliharaan kesehatan, pemberantasan penyakit
menular, penyehatan lingkungan, dan penyediaan sanitasi dasar,
perbaikan gizi masyarakat, pengamanan sediaan farmasi dan alat
kesehatan, pengamanan penggunaan zat aditif (bahan tambahan
makanan) dalam makanan dan minuman, pengamanan narkotika,
psikotropika, zat adiktif dan bahan berbahaya, serta penanggulangan
bencana dan bantuan kemanusiaan.
2) UKP adalah setiap kegiatan yg dilakukan oleh pemerintah dan atau
masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perorangan UKP mencakup upaya-upaya
promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan rawat jalan,
pengobatan rawat inap, pembatasan dan pemulihan kecacatan yang
ditujukan terhadap perorangan. Dalam UKP juga termasuk pengobatan
tradisional dan alternatif serta pelayanan kebugaran fisik dan
kosmetika.
d. Prinsip
1) Berkesinambungan dan paripurna
2) Bermutu, aman dan sesuai kebutuhan
3) Adil dan merata
4) Non diskriminatif
5) Terjangkau
6) Teknologi tepat guna
7) Bekerja dalam tim secara cepat dan tepat
17

e. Bentuk pokok
1. Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
a) UKM strata pertama
UKM strata pertama adalah UKM tingkat dasar, yaitu
yang mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan
dasar yang ditujukan kepada masyarakat.
Ujung tombak penyelenggara UKM strata pertama adalah
Puskesmas yang didukung secara lintas sektor dan di dirikan
sekurang-kurangnya satu di setiap kecamatan.
Puskesmasbertanggungjawab atas masalah kesehatan di wilayah
kerjanya.Tiga fungsi utama Puskesmas :
(1) pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan,
(2) pusat pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, dan
(3) pusat pelayanan kesehatan tingkat dasar
Sekurang-kurangnya ada enam jenis pelayanan tingkat
dasar yang harus dilaksanakan oleh Puskesmas, yakni
promosi kesehatan; kesehatan ibu dan anak, dan keluarga
berencana; perbaikan gizi; kesehatan lingkungan;
pemberantasan penyakit menular; dan pengobatan dasar.
Peran aktif masyarakat dan swasta dalam
penyelenggaraan UKM strata pertama diwujudkan melalui
berbagai upaya yang dimulai dari diri sendiri, keluarga
sampai dengan upaya kesehatan bersama yang bersumber
masyarakat (UKBM). Saat ini telah berhasil dikembangkan
berbagai bentuk UKBM, seperti Posyandu, Polindes, Pos
Obat Desa, Pos Upaya Kesehatan Kerja, Dokter Kecil dalam
Usaha Kesehatan Sekolah.
b) UKM strata kedua
UKM strata kedua adalah UKM tingkat lanjutan, yaitu
yang mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan
spesialistik yang ditujukan kepada masyarakat.Penanggungjawab
UKM strata kedua adalah Dinkes Kab/Kota yang didukung secara
lintas sektor.Dinkes Kab/Kota mempunyai dua fungsi utama, yaitu
fungsi manajerial dan fungsi teknis kesehatan.Fungsi manajerial
mencakup perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian, serta
18

pengawasan dan pertanggungjawaban penyelenggaraan


pembangunan kesehatan di Kab/Kota.
Fungsi teknis kesehatan mencakup penyediaan pelayanan
kesehatan masyarakat untuk lanjutan, yakni dalam rangka
melayani kebutuhan rujukan Puskesmas.Untuk dapat
melaksanakan fungsi teknis kesehatan, Dinkes Kab/Kota
dilengkapi dengan berbagai unit pelaksana teknis seperti : unit
pencegahan dan pemberantasan penyakit; promosi kesehatan;
pelayanan kefarmasian; kesehatan lingkungan; perbaikan gizi; dan
kesehatan ibu, anak, dan Keluarga Berencana.
Unit-unit tersebut disamping memberikan pelayanan
langsung juga membantu Puskesmas dalam bentuk pelayanan
rujukan kesehatan masyarakat. Rujukan kesehatan masyarakat
adalah pelimpahan wewenang dan tanggungjawab atas masalah
kesehatan masyarakat yang dilakukan secara timbal balik, baik
vertikal maupun horizontal. Rujukan kesehatan masyarakat
dibedakan atas tiga aspek : rujukan sarana, rujukan teknologi dan
rujukan operasional
c) UKM strata ketiga
UKM strata ketiga adalah UKM tingkat unggulan, yaitu
yang mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan
subspesialistik yang ditujukan kepada
masyarakat.Penanggungjawab UKM strata ketiga adalah Dinkes
Provinsi dan Depkes yang didukung secara lintas sektor.Dinkes
Provinsi dan Depkes mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi
manajerial dan fungsi teknis kesehatan.
Fungsi manajerial mencakup perencanaan, pelaksanaan
dan pengendalian, serta pengawasan dan pertanggungjawaban
penyelenggaraan pembangunan kesehatan di
provinsi/nasional.Fungsi teknis kesehatan mencakup penyediaan
pelayanan kesehatan masyarakat untuk unggulan, yakni dalam
rangka melayani kebutuhan rujukan dari Kab/Kota dan Provinsi.
Dalam melaksanakan fungsi teknis kesehatan,
Dinaskesehatan Provinsi dan Depkes perlu didukung oleh
berbagai pusat unggulan yang dikelola oleh sektor kesehatan dan
19

sektor pembangunan lainnya. Contoh pusat unggulan adalah


Institut Gizi Nasional, Institut Penyakit Infeksi Nasional, dll.Pusat
unggulan ini disamping menyelenggarakan pelayanan langsung
juga membantu Dinkes dalam bentuk pelayanan rujukan
kesehatan.
2. Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)
1) UKP strata pertama
UKP strata pertama adalah UKP tingkat dasar, yaitu yg
mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan dasar
yg ditujukan kepada perorangan.Penyelenggara UKP strata
pertama adalah pemerintah, masyarakat, dan swasta yang
diwujudkan melalui berbagai bentuk pelayanan profesional,
seperti praktik bidan, praktik perawat, dll.
UKP strata pertama oleh pemerintah juga diselenggarakan
oleh Puskesmas.Dengan demikian Puskesmas memiliki dua fungsi
pelayanan, yakni pelayanan kesehatan masyarakat dan pelayanan
kesehatan perorangan.Untuk meningkatkan cakupan, Puskesmas
dilengkapi denngan Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling,
Pondok Bersalin Desa, dan Pos Obat Desa. Pondok Bersalin Desa
dan Pos Obat Desa termasuk sarana kesehatan bersumber
masyarakat.
Pelayanan pengobatan tradisional dan alternatif yang
diselenggarakan secara ilmiah telah terbukti keamanan dan
khasiatnya, serta pelayanan kebugaran fisik dan kosmetika
termasuk UKP strata pertama.
UKP strata pertama didukung oleh berbagai pelayanan
penunjang seperti toko obat dan apotek (dengan kewajiban
menyediakan obat esensial generik), laboratorium klinik, dan
optik.Untuk menjamin dan meningkatkan mutu UKP strata
pertama perlu dilakukan berbagai program kendali mutu, baik
yang bersifat prospektif meliputi lisensi, sertifikasi, dan akreditasi,
maupun yang bersifat konkuren ataupun retrospektif seperti gugus
kendali mutu.
Untuk masa mendatang, apabila sistem jaminan kesehatan
nasional telah berkembang, pemerintah tidak lagi
20

menyelenggarakan UKP strata pertama melalui Puskesmas.


Penyelenggara UKP strata pertama akan diserahkan kepada
masyarakat dan swasta dengan menerapkan konsep dokter
keluarga, kecuali di daerah yang sangat terpencil masih dipadukan
dengan pelayanan Puskesmas
2) UKP strata kedua
UKP strata kedua adalah UKP tingkat lanjutan, yaitu yang
mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan
spesialistik yang ditujukan kepada perorangan.Penyelenggara
UKP strata kedua adalah pemerintah, masyarakat, dan swasta
yang diwujudkan dalam bentuk praktik dokter spesialis, praktik
dokter gigi spesialis, klinik spesialis, balai pengobatan penyakit
paru-paru (BP4), balai kesehatan mata masyarakat (BKMM), balai
kesehatan jiwa masyarakat (BKJM), rumah sakit kelas C dan B
non pendidikan milik pemerintah (termasuk TNI/POLRI dan
BUMN), dan rumah sakit swasta.
Berbagai sarana pelayanan tersebut disamping
memberikan pelayanan langsung juga membantu sarana UKP
strata pertama dalam bentuk pelayanan rujukan medik.Pelayanan
rujukan medik adalah pelimpahan wewenang dan tanggungjawab
atas kasus penyakit yang dilakukan secara timbal balik, baik
secara vertikal maupun horizontal. Rujukan medik terdiri dari tiga
aspek, yaitu : rujukan kasus, rujukan ilmu pengetahuan, serta
rujukan bahan-bahan pemeriksaan laboratorium.
UKP strata kedua juga didukung oleh berbagai pelayanan
penunjang seperti apotek, laboratorium klinik, dan optik.Untuk
meningkatkan mutu perlu dilakukan berbagai bentuk program
kendali mutu penyakit paru-paru (BP4), balai kesehatan mata
masyarakat (BKMM), balai kesehatan jiwa masyarakat (BKJM),
rumah sakit kelas C dan B non pendidikan milik pemerintah
(termasuk TNI/POLRI dan BUMN), dan rumah sakit
swasta.Berbagai sarana pelayanan tersebut disamping
memberikan pelayanan langsung juga membantu sarana UKP
strata pertama dalam bentuk pelayanan rujukan medik.
21

3) UKP strata ketiga


UKP strata ketiga adalah UKP tingkatunggulan, yaitu
yang mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi
kesehatan subspesialistik yang ditujukan kepada perorangan.
Penyelenggara UKP strata ketiga adalah pemerintah,
masyarakat, dan swasta yang diwujudkan dalam bentuk praktik
dokter spesialis konsultan, praktik dokter gigi spesialis
konsultan, klinik spesialis konsultan, rumah sakit kelas B
pendidikan dan kelas A milik pemerintah (termasuk TNI/POLRI
dan BUMN), serta rumah sakit khusus dan rumah sakit swasta.
Berbagai sarana pelayanan tersebut disamping
memberikan pelayanan langsung juga membantu sarana UKP
strata kedua, UKP strata ketiga juga didukung oleh berbagai
pelayanan penunjang seperti apotek, laboratorium klinik,dan
optik.Untuk menghadapi persaingan global, UKP strata ketiga
perlu dilengkapi dengan beberapa pusat pelayanan unggulan
nasional, seperti pusat unggulan jantung nasional, pusat
unggulan kanker nasional, pusat penanggulangan stroke
nasional, dan sebagainya.Untuk meningkatkan mutu perlu
dilakukan berbagai bentuk program kendali mutu.

2. Subsistem Pembiayaan kesehatan


a. Pengertian
Adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya penggalian,
pengalokasian, dan pembelanjaan sumberdaya keuangan secara terpadu
dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya.
b. Tujuan
Tersedianya pembiayaan kesehatan dengan jumlah yang
mencukupi, teralokasi secara adil dan termanfaatkan secara berhasil
guna dan berdaya guna, untuk menjamin terselenggaranya
pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya.
22

c. Unsur – unsur Utama


Subsistem pembiayaan kesehatan terdiri dari tiga unsur utama, yakni
pengendalian dana, alokasi dana, dan pembelanjaan.
1. Penggalian dana adalah kegiatan menghimpun dana yang
diperlukan untuk penyelenggaraan upaya kesehatan dan atau
pemeliharaan kesehatan
2. Alokasi dana adalah penetapan peruntukan pemakaian dana yang
telah berhasil dihimpun, baik yang bersumber dari pemerintah,
masyarakat, maupun swasta
3. Pembelanjaan adalah pemakaian dana yang telah dialokasikan
dalam anggaran pendapatan dan belanja sesuai dengan
peruntukannya dan atau dilakukan melalui jaminan pemeliharaan
kesehatan wajib atau sukarela
d. Prinsip
1. Jumlah dana untuk kesehatan harus cukup tersedia dan dikelola secara
berdaya guna, adil, dan berkelanjutan yang didukung oleh transparansi dan
akuntabilitas
2. Dana pemerintah diarahkan untuk pembiayaan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perorangan bagi masyarakat rentan dan
keluarga miskin
3. Dana masyarakat diarahkan untuk pembiayaan upaya kesehatan
perorangan yang terorganisir, adil, berhasil guna dan berdaya guna melalui
jaminan pemeliharaan kesehatan baik berdasarkan prinsip solidaritas sosial
yang wajib maupun sukarela, yang dilaksanakan secara bertahap
4. Pemberdayaan masyarakat dalam pembiayaan kesehatan diupayakan
melalui penghimpunan secara aktif dana sosial untuk kesehatan (misal :
dana sehat) atau memanfaatkan dana masyarakat yang telah terhimpun
(misal : dana sosial keagamaan) untuk kepentingan kesehatan.
e. Bentuk Pokok
1. Penggalian dana
a) Pengendalian dana untuk UKM
1. Sumber dana untuk UKM terutama berasal dari pemerintah baik pusat maupun
daerah, melalui pajak umum, pajak khusus, bantuan dan pinjaman, serta berbagai
sumber lainnya
23

2. Sumber dana lain untuk upaya kesehatan masyarakat adalah swasta serta
masyarakat.
3. Sumber dari swasta dihimpun dengan menerapkan prinsip public private
partnership yang didukung dengan pemberian insentif, misalnya keringanan pajak
untuk setiap dana yang disumbangkan
4. Sumber dana dari masyarakat dihimpun secara aktif oleh masyarakat sendiri guna
membiayai upaya kesmas, misalnya dalam bentuk dana sehat, atau dilakukan
secara pasif, yakni menambahkan aspek kesehatan dalam rencana pengeluaran
dari dana yang sudah terkumpul di masyarakat, misalnya dana sosial keagamaan
b) Penggalian dana untuk UKP
Sumber dana untuk UKP berasal dari masing-masing individu dalam satu
kesatuan keluarga. Bagi masyarakat rentan dan keluarga miskin, sumber dananya
berasal dari pemerintah melalui mekanisme jaminan pemeliharaan kesehatan
wajib.
2. Pengalokasian Dana
a) Alokasi dana dari pemerintah
Alokasi dana yang berasal dari pemerintah untuk UKM dan UKP dilakukan
melalui penyusunan anggaran pendapatan dan belanja, baik pusat maupun daerah,
sekurangkurangnya 5% dari PDB atau 15% dari total anggaran pendapatan dan
belanja setiap tahunnya.
b) Alokasi dana dari masyarakat
1. Alokasi dana yang berasal dari masyarakat untuk UKM dilaksanakan berdasarkan
asas gotong royong sesuai dengan kemampuan.
2. Sedangkan untuk UKP dilakukan melalui kepesertaan dalam program jaminan
pemeliharaan kesehatan wajib dan atau sukarela.

c) Pembelanjaan :
1. UKM : Pembiayaan kesehatan dari pemerintah dan public private partnership.
2. UKM dan UKP : Pembiayaan dari Dana Sehat dan Dana Sosial.
3. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Wajib : Pembelanjaan untuk pemeliharaan
kesmas rentan dan gakin. Untuk keluarga mampu melalui Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan Wajib dan atau sukarela.
4. Dimasa mendatang : biaya kesehatan dari pemerintah secara bertahap digunakan
seluruhnya untuk pembiayaan UKM dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
masyarakat rentan dan gakin.
24

3. Subsistem SDM Kesehatan


a. Pengertian
Adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya perencanaan, pendidikan
dan pelatihan, serta pendayagunaan tenaga kesehatan secara terpadu dan saling
mendukung, guna menjamin tercapainya derajat kesahatan masyarakat yang
setinggi-tingginya.Tenaga kesehatan adalah semua orang yang bekerja secara aktif
dan profesional di bidang kesehatan, baik yang memiliki pendidikan formal
kesehatan maupun tidak, yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan
dalam melakukan upaya kesehatan.
b. Tujuan
Tersedianya tenaga kesehatan yang bermutu secara mencukupi, terdistribusi
secara adil, serta termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna, untuk
menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
c. Unsur – unsur Utama
1. Perencanaan tenaga kesehatan : upaya penetapan jenis, jumlah, dan
kualifikasi tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan pembangunan
kesehatan
2. Pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan : upaya pengadaan tenaga
kesehatan sesuai dengan jenis, jumlah, dan kualifikasi yang telah
direncanakan serta peningkatan kemampuan sesuai dengan kebutuhan
pembangunan kesehatan
3. Pendayagunaan tenaga kesehatan : upaya pemerataan, pemanfaatan,
pembinaan, dan pengawasan tenaga kesehatan
d. Prinsip
1. Pengadaan tenaga kesehatan : jumlah, jenis dan kualifikasi tenaga
kesehatan disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan kesehatan serta dinamika
pasar di dalam dan luar negeri
2. Pendayagunaan tenaga kesehatan memperhatikan asas pemerataan pelayanan
kesehatan serta kesejahteraan dan keadilan bagi tenaga kesehatan
3. Pembinaan tenaga kesehatan diarahkan pada penguasaan ilmu dan teknologi serta
pembentukan moral dan akhlak sesuai dengan ajaran agama dan etika profesi yang
diselenggarakan secara berkelanjutan
25

4. Pengembangan karir dilaksanakan secara objektif, transparan, berdasarkan prestasi


kerja, dan disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan kesehatan secara nasional
e. Bentuk Pokok
1. Perencanaan tenaga Kesehatan
a) Kebutuhan baik jenis, jumlah maupun kualifikasi tenaga kesehatan dirumuskan
dan ditetapkan oleh pemerintah pusat berdasarkan masukan dari Majlis Tenaga
Kes yang dibentuk di pusat dan propinsi
b) Majlis Tenaga Kesehatan : badan otonomi yang dibentuk oleh Mentri Kesehatan
di pusat serta oleh Gubernur di propinsi dengan susunan keanggotaan tanda
tangan wakil berbagai pihak terkait, termasuk wakil konsumen dan tokoh
masyarakat
2. Pendidikan dan pelatihan tenaga kes
a) Standar pendidikan vokasi, sarjana dan profesi tingkat Pertama ditetapkan
oleh asosiasi institusi pendidikan tenaga kesehatan yang bersangkutan.
Dan diselenggarakan oleh institusi pendidikan tenaga kesehatan yang telah
diakreditasi oleh asosiasi yang bersangkutan.
b) Standar pendidikan profesi tingkat Lanjutan ditetapkan oleh kolegium
profesi yang bersangkutan dan diselenggarakan oleh institusi pendidikan
dan institusi pelayanan kesehatan yang telah diakreditasi oleh kolegium
yang bersangkutan
c) Standar pelatihan tenaga kesehatan ditetapkan oleh organisasi profesi yang
bersangkutan
d) Pendirian institusi pendidikan dan pembukaan program pendidikan harus
memperhatikan keseimbangan antara kebutuhan dan produksi tenaga
kesehatan yang bersangkutan.
e) Pendirian institusi pendidikan dan pembukaan program pendidikan untuk
tenaga kesehatan yang dibutuhkan oleh pembangunan kesehatan, tetapi
belum diminati oleh swasta, menjadi tanggungjawab pemerintah.
3. Pendayagunaan tenaga kes
a) Penempatan tenaga kesehatan di sarana pelayanan kesehatan milik
pemerintah dilakukan dengang sistem kontrak kerja, yang diselenggarakan
atas dasar kesepakatan secara suka rela antara kedua belah pihak
b) Penempatan PNS sesuai dengan kebutuhan, diselenggarakan dalam rangka
mengisi formasi peg. pusat dan peg. daerah, serta formasi tenaga
kesehatan strategis, yaitu peg. Pusat yang dipekerjakan daerah.
26

c) Penempatan tenaga kesehatan di sarana pelayanan kesehatan milik swasta


di dalam negeri, diselenggarakan oleh sarana pelayanan kesehatan milik
swasta yang bersangkutan melalui koordinasi dengan pemerintah
d) Penempatan tenaga kesehatan di sarana pelayanan kesehatan di luar
negeri, diselenggarakan oleh suatu lembaga yangg dibentuk khusus
dengan tugas mengkoordinasikan pendayagunaan tenaga kesehatan ke luar
negeri
e) Pendayagunaan tenaga kes WNI lulusan luar negeri, didahului degan
program adaptasi yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan yang
telah diakreditasi oleh organisasi profesi yang bersangkutan
f) Pendayagunaan tenaga kesehatan asing dilakukan setelah tenaga kes asing
tersebut memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh organisasi profesi
yang bersangkutan
g) Pembinaan dan pengawasan praktik profesi dilakukan melalui sertifikasi,
registrasi, uji kompetensi, dan pemberian lisensi Sertifikasi : institusi
pendidikan Registrasi : komite regsitrasi tenaga kesehatan Uji kompetensi
: masing-masing organisasi profesi Pemberian lisensi : pemerintah
h) Dalam pembinaan dan pengawasan tenaga kesehatan diberlakukan
peraturan perundang-undangan, hukum tidak tertulis, etika profesi
i) Pendayagunaan tenaga masyarakat di bidang kes dilakukan secara serasi
dan terpadu oleh pemerintah dan masyarakat. Pemberian kewenangan
dalam teknis kesehatan kepada tenaga masyarakat dilakukan dilakukan
sesuai keperluan dan kompetensinya
.
4. Subsistem Sediaan Farmasi,Alat Kesehatan dan Makanan (Obat dan
Perbekalan Kesehatan)
a. Pengertian
Adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya yang menjamin
ketersediaan, pemerataan, serta mutu obat dan perbekalan kesehatan secara
terpadu dan saling mendukung dalam rangka tercapainya derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya.Perbekalan kesehatan adalah semua bahan selain obat dan
peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.
b. Tujuan
Tersedianya obat dan perbekalan kesehatan yang aman, bermutu dan
bermanfaat, serta terjangkau oleh masyarakat untuk menjamin terselenggaranya
27

pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-


tingginya.
c. Unsur – unsur Utama
1. Jaminan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan
2. Jaminan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan
3. Jaminan mutu obat dan perbekalan kesehatan Ketiga unsur di atas saling
bersinergi dan ditunjang dengan teknologi, tenaga pengelola serta
penatalaksanaan
d. Prinsip Obat dan Perbekalan Kesehatan
1. Merupakan kebutuhan dasar manusia yang berfungsi sosial
2. Sebagai barang publik harus dijamin ketersediaan dan keterjangkauannya
3. Tidak dipromosikan secara berlebihan dan menyesatkan
4. Penyediaan diselenggarakan melalui optimalisasi industri nasional
5. Pengadaan dan pelayanan obat di RS disesuaikan dengan standar formularium
obat rumah sakit, sedangkan di sarana kesehatan lain mengacu kepada DOEN
6. Pelayanan diselenggarakan secara rasional dengan memperhatikan aspek mutu,
manfaat, harga, kemudahan diakses, serta keamanan bagi masyarakat dan
lingkungan
7. Pengembangan dan peningkatan obat tradisional
8. Pengamanan diselenggarakan mulai dari tahap produksi, distribusi, dan
pemanfaatan yang mencakup mutu, manfaat, keamanan dan keterjangkauan
9. Kebijaksanaan obat nasional ditetapkan oleh pemerintah bersama pihak terkait
lainnya.
e. Bentuk Pokok
1. Jaminan Ketersediaan obat dan perbekalan kes
a. Perencanaan kebutuhan secara nasional diselenggarakan oleh pemerintah bersama
pihak terkait
b. Perencanaan obat merujuk pada DOEN yang ditetapkan oleh pemerintah
bekerjasama dengan organisasi profesi dan pihak terkait lainnya
c. Penyediaan diutamakan melalui optimalisasi industri nasional
d. Penyediaan yang dibutuhkan oleh pembangunan kesehatan secara ekonomis
belum diminati swasta menjadi tanggungjawab pemerintah
e. Pengadaan dan produksi bahan baku obat difasilitasi oleh pemerintah
f. Pengadaan dan pelayanan obat di RS didasarkan pada formularium yang
ditetapkan oleh KFT RS
28

2. Jaminan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan


a. Pendistribusian obat diselenggarakan melalui PBF
b. Pelayanan obat dengan resep dokter kepada masyarakat diselenggarakan
melalui apotek, sedangkan obat bebas melalui apotek, toko obat, dan tempat-
tempat layak lainnya dengan memperhatikan fungsi sosial
c. Dalam keadaan tertentu, dimana tidak terdapat pelayanan apotek, dokter dapat
memberikan pelayanan obat secara langsung kepada masyarakat.
d. Pelayanan obat di apotek harus diikuti dengan penyuluhan yang
penyelenggaraannya menjadi tanggungjawab apoteker
e. Pendistribusian, pelayanan, pemanfaatan perbekalan kesehatan harus
memperhatikan fungsi sosial
3. Jaminan mutu obat dan perbekalan kesehatan
a. Pengawasan mutu produk obat dan perbekalan kesehatan dlm peredaran dilakukan
oleh industri yang bersangkutan, pemerintah, organisasi profesi, dan masyarakat
b. Pengawasan distribusi, pengawasan promosi, pemanfaatan obat dan perbekalan
kesehatan dan pengamatan efek samping obat dilakukan oleh pemerintah,
kalangan pengusaha, organisasi profesi , dan masyarakat
c. Pengendalian harga dilakukan oleh pemerintah bersama pihak terkait
d. Pengawasan produksi, dan penggunaan narkotika, psikotropika, zat adiktif dan
bahan berbahaya lainnya dilakukan oleh pemerintah secara lintas sektoral,
organisasi profesi,dan masyarakat
e. Pengawasan produksi, distribusi dan pemanfaatan obat tradisional dilakukan oleh
pmerintah secara lintas sektoral, organisasi profesi, dan masyarakat

5. Subsistem Manajemen & Informasi Kesehatan


a. Pengertian
Adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya administrasi kesehatan
yang ditopang oleh pengelolaan data dan informasi, pengembangan dan penerapan
IPTEK, serta pengaturan hukum kesehatan secara terpadu dan saling mendukung,
guna menjamin tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
b. Tujuan
Terselenggaranya fungsi-fungsi administrasi kesehatan yang berhasil guna
dan berdaya guna, didukung oleh sistem informasi, IPTEK dan hukum kesehatan,
untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
29

c. Unsur-unsur Utama
Terdiri dari empat unsur utama, yakni administrasi kesehatan,informasi
kesehatan, ilmu pengetahuan dan teknologi, hukumkesehatan.
1. Administasi kesehatan adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian serta pengawasan dan pertanggungjawaban penyelenggaraan
pembangunan kesehatan
2. Informasi kesehatan adalah hasil pengumpulan dan pengolahan data yang
merupakan masukan bagi pengambilan keputusan di bidang kesehatan
3. IPTEK adalah hasil penelitian dan pengembangan yang merupakan
masukan bagi pengambilan keputusan di bidang kesehatan
4. Hukum kesehatan adalah peraturan perundangundangan kesehatan yang
dipakai sebagai acuan bagi penyelenggaraan pembangunan kesehatan
d. Prinsip
1. Administrasi kesehatan
a) Diselenggarakan dengan berpedoman pada asas dan kebijakan desentralisasi,
dekonsentrasi, dan tugas pembantuan dalam satu NKRI
b) Diselenggarakan dengan dukungan kejelasan hubungan administrasi dengan
berbagai sektor pembangunan lain serta antar unit kesehatan di berbagai jenjang
administrasi pemerintahan
c) Diselenggarakan melalui kesatuan koordinasi yang jelas dengan berbagai sektor
pembangunan lain serta antar unit antar kesehatan dalam satu jenjang administrasi
pemerintahan
d) Diselenggarakan dengan mengupayakan kejelasan pembagian kewenangan, tugas
dan tanggung jawab antar unit kesehatan dalam satu jenjang yang sama dan di
berbagai jenjang administrasi pemerintahan
2. Informasi kesehatan
a) Mencakup seluruh data yang terkait dengan kesehatan, baik yang berasal dari
sektor kesehatan ataupun dari berbagai sektor pembangunan lain
b) Mendukung proses pengambilan keputusan di berbagai jenjang administrasi
kesehatan
c) Disediakan sesuai dengan kebutuhan informasi untuk pengambilan keputusan
d) Informasi kesehatan yang disediakan harus akurat dan disajikan secara cepat dan
tepat waktu, dengan mendayagunakan teknologi informasi dan komunikasi
30

e) Pengelolaan informasi kesehatan harus dapat memadukan pengumpulan data


melalui cara-cara rutin (pencatatan dan pelaporan) dan cara-ara non rutin ( survai,
dll)
f) Akses terhadap informasi kesehatan harus memperhatikan aspek kerahasiaan yang
berlaku di bidang kesehatan dan kedokteran
3. IPTEK kesehatan
Pengembangan dan pemanfaatan IPTEK kesehatan adalah untuk kepentingan
masyarakat yang sebesar-besarnya dan tidak boleh bertentangan dengan etika,
moral, dan nilai agama.
4. Hukum kesehatan
a) Pengembangan hukum kesehatan diarahkan untuk terwujudnya sistem hukum
kesehatan yang mencakup pengembangan substansi hukum, pengembangan kultur
dan budaya hukum, serta pengembangan aparatur hukum kesehatan
b) Tujuan pengembangan untuk menjamin terwujudnya kepastian hukum, keadilan
hukum, dan manfaat hukum
c) Pengembangan dan penerapan hukum kesehatan harus menjunjung tinggi etika,
moral dan nilai agama
e. Buntuk pokok
1. Administrasi Kesehatan
a) Penanggungjawab administrasi kesehatan menurut jenjang administrasi
pemerintahan Pusat : Depkes
Provinsi : Dinkes Provinsi
Kab/Kota : Dinkes Kab/Kota
b) Depkes berhubungan secara teknis fungsional dengan Dinkes Provinsi dan Dinkes
Kab/Kota dan sebaliknya
c) Fungsi Depkes : mengembangkan kebijakan nasional dalam bidang kesehatan,
pembinaan, dan bantuan teknis serta pengendalian pelaksanaan pembangunan
kesehatan
d) Dinkes Provinsi melaksanakan kewenangan desentralisasi dan tugas dekonsentrasi
bidang kesehatan dengan fungsi perumusan kebijakan teknis bidang kesehatan,
pemberian perizinan dan pelaksanaan pelayanan kesehatan, serta pembinaan dan
bantuan teknis terhadap Dinkes Kab/Kota
e) Dinkes Kab/Kota melaksanakan kewenangan desentralisasi di bidang kesehatan,
dengan fungsi
31

f) perumusan kebijakan teknis kesehatan, pemberian perizinan dan pelaksanaan


pelayanan kesehatan, serta pembinaan terhadap UPTD kesehatan
g) Perencanaan nasional diselenggarakan dengan menetapkan kebijakan dan program
pembangunan kesehatan nasional yang menjadi acuan perencanaan daerah
h) Pelaksanaan dan pengendalian pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan
mengacu pada pedoman dan standar nasional
i) Perencanaan serta pelaksanaan dan pengendalian pembangunan kesehatan di
daerah didasarkan atas kewenangan wajib dan standar pelayanan minimal bidang
kesehatan
j) Pengawasan dan pertanggungjawaban pembangunan kesehatan dilaksanakan
dengan mengacu pd pedoman, standar, dan indikator nasional
k) Dinkes Kab/Kota wajib membuat dan mengirimkan laporan pelaksanaan dan hasil
pembangunan kesehatan kepada Depkes dan Dinkes Provinsi
l) Dinkes Provinsi wajib membuat dan mengirimkan laporan pelaksanaan dan hasil
pembangunan kesehatan kepada Depkes
m) Untuk keberhasilan pembangunan kesehatan dengan prinsip desentralisasi dan
otonomi daerah, pemerintah pusat melakukan asistensi, advokasi, dan fasilitasi
n) Dalam keadaan tertentu untuk kepentingan nasional, misalnya penanggulangan
wabah dan bencana, pelaksanaan dan pengendalian, serta pengawasan dan
pertanggungjawaban program pembangunan kesehatan diselenggarakan langsung
oleh pemerintah pusat
2. Informasi kesehatan
a. Sistem informasi kesehatan nasional dikembangkan dengan memadukan sistem
informasi kesehatan daerah dan sistem informasi lain yang terkait
b. Sumber data sistem informasi kesehatan adalah dari sarana kesehatan melalui
pencatatan dan pelaporan yang teratur dan berjenjang serta dari masyarakat yang
diperoleh dari survai, survailans, dan sensus
c. Data pokok sistem informasi kesehatan mencakup derajat kesehatan, upaya
kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan, pemberdayan masyarakat di bidang
kesehatan, serta manajemen kesehatan
d. Pengolahan dan analisis data serta pengemasan informasi iselenggarakan secara
berjenjang, terpadu, multidisipliner, dan komprehensif
e. Penyajian data dan informasi dilakukan secara multimedia guna diketahui
masyarakat luas untuk pengambilan keputusan di bidang kesehatan
32

3. IPTEK Kesehatan
a. Dihasilkan dari penelitian dan pengembangan kesehatan yang diselenggarakan
oleh pusat-pusat penelitian dan pengembangan milik masyarakat, swasta dan
pemerintah
b. Pemanfaatan IPTEK kesehatan didahului oleh penapisan yang diselengarakan
oleh lembaga khusus yang berwenang
c. Untuk kepentingan nasional dan global, dibentuk pusatpusat penelitian dan
pengembangan unggulan
d. Penyebarluasan dalam rangka pemanfaatan hasil-hasil penelitian dan
pengembangan kesehatan dilakukan melalui pembentukan jaringan informasi dan
dokumentasi IPTEK kesehatan

4. Hukum Kesehatan
a. Dikembangkan secara nasional dan dipakai sebagai acuan dalam mengembangkan
peraturan perundangundagan kesehatan daerah
b. Ruang lingkup hukum kesehatan mencakup penyusunan peraturan perundang-
undangan,
c. pelayanan advokasi hukum, dan peningkatan kesadaran hukum di kalangan
masyarakat
d. Penyelenggaraan hukum kesehatan didukung oleh pembentukan dan
pengembangan jaringan informasi dan dokumentasi hukum kesehatan, serta
pengembangan satuan unit di organisasi hukum kesehatan di Depkes.

6. Subsistem Pemberdayaan Masyarakat


a. Pengertian
Adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya perorangan, kelompok, dan
masyarakat umum di bidang kesehatan secara terpadu dan saling mendukung guna
menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
b. Tujuan
Terselenggaranya upaya pelayanan, advokasi, dan pengawasan sosial oleh
perorangan, kelompok, dan masyarakat di bidang kesehatan secara berhasil guna
dan berdaya guna, untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan
guna meningkatkan derajat kesehatan.
c. Unsur – unsur utama
33

Terdiri dari tiga unsur utama, yakni pemberdayaan perorangan,


pemberdayaan kelompok, dan pembeerdayaan masyarakat umum.
1. Pemberdayaan perorangan adalah upaya meningkatkan peran,fungsi, dan
kemampuan perorangan dalam membuat keputusanuntuk memelihara
kesehatan.Target minimal yang diharapkan adalah untuk diri sendiri
yaknimempraktikkan PHBS yang diteladani oleh keluarga dan
masyarakatsekitar.Target maksimal adalah berperan aktif sebagai kader
kesehatandalam menggerakkan masyarakat untuk berperilaku hidup bersihdan
sehat.
2. Pemberdayaan kelompok adalah upaya meningkatkan peran, fungsi, dan
kemampuan kelompok-kelompok di masyarakat, termasuk swasta sehingga di
satu pihak dapat mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi kelompok dan di
dipihak lain dapat aktif dalam upaya meningkatkan derajat kesmas. kegiatan yang
dilakukan dapat berupa program pengabdian (to serve), memperjuangkan
kepentingan masyarakat di bidang kesehatan (to advocate), atau melakukan
pengawasan sosial terhadap pembangunan kesehatan (to watch)
3. Pemberdayaan masyarakat umum adalah upaya meningkatkan peran, fungsi,
dan kemampuan masyarakat, termasuk swasta sedemikian rupa sehingga di satu
pihak dapat mengatasi masalah kesehatan yang ada di masyarakat dan di pihak
lain dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara keseluruhan.
Kegiatan yang dilakukan dapat berupa program pengabdian, memperjuangkan
kepentingan masyarakat di bidang kesehatan, atau melakukan pengawasan sosial
terhadap pembangunan kesehatan.
d. Prinsip
1. Berbasis pada tata nilai perorangan, keluarga, masyarakat, sesuai dengan sosial
budaya, kebutuhan, dan potensi setempat
2. Dilakukan dengan meningkatkan akses untuk memperoleh informasi dan
kesempatan untuk mengemukakan pendapat, keterlibatan dalam proses
pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembangunan
kesehatan
3. Dilakukan melalui pendekatan edukatif untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan serta kepedulian dan peran aktif dalam berbagai upaya
kesehatan
34

4. Dilakukan dengan menerapkan prinsip kemitraan yang didasari semangat


kebersamaan dan gotong royong serta terorganisasikan dalam berbagai
kelompok/kelembagaan masyarakat
5. Pemerintah bersikap terbuka, bertanggungjawab, dan bertanggun gugat dan
tanggap terhadap aspirasi masyarakat, serta berperan sebagai pendorong,
pendamping, fasilitator, dan pemberi bantuan (asistensi) dalam penyelenggaraan
upaya kesehatan yang berbasis masyarakat
e. Bentuk Pokok
1. Pemberdayaan perorangan
a) Dilakukan atas prakarsa peorangan/kelompok yang ada di masyarakat
termasuk swasta dan pemerintah
b) Ditujukan kepada tokoh masyarakat, adat, agama, politik, swasta dan
populer
c) Dilakukan melalui pembentukan pribadi-pribadi dg PHBS serta
pembentukan kader-kader kesehatan

2. Pemberdayaan kelompok
a) Dilakukan atas prakarsa perorangan/kelompok yang ada di masyarakat
b) Terutama ditujukan kepada kelompok/kelembagaan yang ada di masyarakat
(RT/RW, kel/banjar/nagari, dll)
c) Dilakukan melalui pembentukan kelompok peduli kesehatan dan atau
peningkatan kepedulian kelompok/lembaga masyarakat terhadap kesehatan
3. Pemberdayaan masyarakat umum
a. Dilakukan atas prakarsa perorangan/kelompok yang ada di masyarakat termasuk
swasta
b. Ditujukan kepada seluruh masyarakat dalam suatu wilayah
c. Dilakukan melalui pembentukan wadah perwakilan masyarakat yang peduli
kesehatan (Badan Penyantun Puskesmas, Konsil/Komite Kesehatan Kab/Kota,
dll).

G. Penyelenggaraan SKN

1. Pelaku SKN
Pelaku penyelenggaraan pembangunan kesehatan sesuai SKN adalah :
1. Masyarakat
2. Pemerintah
35

3. Badan legislatif
4. Badan yudikatif
2. PROSES PENYELENGGARAAN
1) Menerapkan pendekatan kesisteman yaitu cara berpikir dan bertindak yang
logis, sistematis, komprhensif, dan holistik dalam menyelenggarakan
pembangunan kesehatan, antara lain:
a. Masukan : subsistem pembiayaan kesehatan, subsistem SDM kesehatan, dan
subsistem obat dan perbekalan kesehatan
b. Proses : subsistem upaya kesehatan, subsistem pemberdayaan masyarakat,
subsistem manajemen kesehatan
c. Keluaran : terselenggaranya pembangunan kesehatan yang berhasil guna, berdaya
guna, bermutu, merata, dan berkeadilan
d. Lingkungan : berbagai keadaan yang menyangkut ideologi, politik, ekonomi,
sosial, budaya, pertahanan dan keamnaan baik nasional, regional, maupun global
yang berdampak terhadap pembangunan kesehatan
2) Penyelenggaraan SKN memerlukan keterkaitan antarunsur-unsur SKN, yaitu :
a. Subsistem pembiayaan kesehatan diselenggarakan guna menghasilkan
ketersediaan pembiayaan kesehatan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi
secara adil, dan termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna, sehingga
upaya kesehatan masyarakat maupun perorangan dapat diselenggarakan secara
merata, tercapai, terjangkau, dan bermutu bagi seluruh masyarakat. Tersedianya
pembiayaan yang memadai juga akan menunjang terselenggaranya subsistem
SDM kesehatan, subsistem obat dan perbekalan kesehatan, subsistem
pemberdayaan masyarakat, subsistem manajemen kesehatan
b. Subsistem SDM kesehatan diselenggarakan guna menghasilkan tenaga kesehatan
yang bermutu dalam jumlah yang mencukupi, terdistribusi secara adil, serta
termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna, sehingga upaya kesehatan
dapat diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan seluruh lapisan masyarakat.
Tersedianya tenaga kesehatan yang mencukupi dan berkualitas juga akan
menunjang terselenggaranya subsistem pembiayaan kesehatan, subsistem obat dan
perbekalan kesehatan, subsistem pemberdayaan masyarakat, subsistem
manajemen kesehatan
c. Subsistem obat dan perbekalan kesehatan diselenggarakan guna menghasilkan
ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan yang mencukupi, aman, bermutu, dan
36

bermanfaat serta terjangkau oleh masyarakat, sehingga upaya kesehatan dapat


diselenggarakan dengan berhasil guna dan berdaya guna
d. Subsistem pemberdayaan masyarakat diselenggarakan guna menghasilkan
individu, kelompok, dan masyarakat umum yang mampu berperan aktif dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan.
e. Subsistem manajemen kesehatan diselenggarakan guna menghasilkan fungsi-
fungsi administrasi kesehatan, informasi kesehatan, IPTEK kesehatan, dan hukum
kesehatan yang memadai dan mampu menunjang penyelenggaraan upaya
kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna.
3) Penyelenggaraan SKN memerlukan penerapan prinsip koordinasi, integrasi,
sinkronisasi, dan sinergism, baik antar pelaku, antar subsistem SKN, maupun
dengan sistem serta subsistem lain di luar SKN
4) Penyelenggaraan SKN memerlukan komitmen yang tinggi dan dukungan serta
kerjasama yang baik dari para pelaku SKN yang ditunjang oleh tata
penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang baik (good governance)
5) Penyelenggaraan SKN memerlukan adanya kepastian hukum dalam bentuk
penetapan berbagai peraturan perundang-undangan yang sesuai
6) Dilakukan melalui sikklus perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian, serta
pengawasan dan pertanggungjawaban secara sistematis, berjenjang dan
berkelanjutan

B. Perkembangan Sistem Kesehatan Nasional

Pertama kali disusun pada tahun 1982 yangdisebut “Sistem Kesehatan

Nasional 1982 (disyahkan dengan KEPMENKES No.99a/Men.Kes/SK/III/1982).

SKN adalah suatu tatanan yang mencerminkanupaya bangsa indonesia

meningkatkan kemampuanmencapai derajat kesehatan optimal (SKN 1982)

Sesuai dengan tuntutan reformasidisempurnakan pada tahun 2004 disebut

Sistem Kesehatan Nasional 2004)(disyahkan dengan KEPMENKES RI

No.131/Men.Kes/SK/II/2004). SKN adalah suatu tatanan yang

menghimpunberbagai upaya bangsa Indonesia secara terpadudan saling


37

mendukung guna menjamin tercapainyaderajat kesehatan masyarakat yang

setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan umumseperti dimaksud

dalam Pembukaan UUD 1945(SKN, 2004)

Subsistem Upaya (Pelayanan) Kesehatan tahun 2004 diartikan sebagai

tatanan yg menghimpun berbagaiupaya (pelayanan) kesehatan masyarakat(UKM)

dan upaya (pelayanan) kesehatanperorangan (UKP) secara terpadu dansaling

mendukung guna menjamintercapainya derajat kesehatan yg setinggi-tingginya

(SKN, 2004)

Sistem Kesehatan Nasional (SKN) 2009 sebagai penyempurnaan dari

SKN sebelumnya merupakan bentuk dan cara penyelenggaraan pembangunan

kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah bersama seluruh elemen bangsa dalam

rangka untuk meningkatkan tercapainya pembangunan kesehatan dalam

mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Sistim Kesehatan

Nasional (SKN) 2009 yang disempurnakan ini diharapkan mampu menjawab dan

merespon berbagai tantangan pembangunan kesehatan di masa kini maupun di

masa yang akan datang. Adanya SKN yang disempurnakan tersebut menjadi

sangat penting kedudukannya mengingat penyelenggaraan pembangunan

kesehatan pada saat ini semakin kompleks sejalan dengan kompleksitas

perkembangan demokrasi, desentralisasi, dan globalisasi serta tantangan lainnya

yang juga semakin berat, cepat berubah dan, sering tidak menentu.

B. Pelaku Penyelenggara Sistem Kesehatan Nasional

Pelaku penyelenggaraan pembangunan kesehatan adalah:


38

1. Individu, keluarga, dan masyarakat yang meliputi tokoh masyarakat,

lembaga swadaya masyarakat, media massa, organisasi profesi, akademisi,

praktisi, serta masyarakat luas termasuk swasta, yang berperan dalam

advokasi, pengawasan sosial, dan penyelenggaraan berbagai pelayanan

kesehatan sesuai dengan bidang keahlian dan kemampuan masing-masing;

2. Pemerintah, baik Pemerintah maupun Pemerintah Daerah berperan sebagai

penanggungjawab, penggerak, pelaksana, dan pembina pembangunan

kesehatan dalam lingkup wilayah kerja dan kewenangan masing-masing.

Untuk Pemerintah, peranan tersebut ditambah dengan menetapkan

kebijakan, standar, prosedur, dan kriteria yang digunakan sebagai acuan

dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan di daerah;

3. Badan Legislatif, baik di pusat maupun di daerah, yang berperan

melakukan persetujuan anggaran dan pengawasan terhadap

penyelenggaraan pembangunan kesehatan, melalui penyusunan produk-

produk hukum dan mekanisme kemitraan antara eksekutif dan legislatif;

4. Badan Yudikatif, termasuk kepolisian, kejaksaan dan kehakiman berperan

menegakan pelaksanaan hukum dan peraturan perundang-undangan yang

berlaku di bidang kesehatan;

5. Sektor swasta yang memiliki atau mengembangkan industri kesehatan

seperti industri farmasi, alat-alat kesehatan, jamu, makanan sehat, asuransi

kesehatan, dan industri pada umumnya. Industri pada umumnya berperan

besar dalam memungut iuran dari para pekerja dan menambah iuran yang

menjadi kewajibannya;
39

6. Lembaga pendidikan, baik pada tingkat sekolah dasar sampai tingkat

perguruan tinggi, baik milik publik maupun swasta. Sebagian besar

masalah kesehatan berhubungan dengan perilaku dan pemahaman.

Pendidikan memegang kunci untuk menyadarkan masyarakat akan

berbagai risiko kesehatan dan peran masyarakat dalam meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat.

C. JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

Salah satu indikator pelayanan kesehatan adalah lamanya waktu tunggu.

Lama waktu tunggu ini dihitung dari saat mendaftar sampai mendapatkan

pelayanan medis. Hasil SUSENAS 2016 memperlihatkan bahwa waktu tunggu

diatas 30 – 60 menit diakui oleh 37,05% pasien rawat jalan, sedangkan pasien

rawat inap lebih besar yaitu 45,43%. Pengeluaran out of pocket juga didapat rata-

rata untuk rawat jalan baik yaitu Rp.97.487,07. Sedangkan untuk rawat inap

cukup besar yaitu mencapai Rp 2.735.803,72.7,10

Selain masalah penyakit menular dan akses pelayanan kesehatan, sistem

jaminan kesehatan juga menjadi perhatian serius. Dengan mengusung sistem

gotong royong BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) Kesehatan

menyatakan total biaya jaminan kesehatan dari tahun 2014 s.d 2016 terus

meningkat. Tahun 2014 dengan biaya total 42 Triliun rupiah untuk peserta 133,4

juta penduduk. Tahun 2016 mencakup pelayanan untuk 171,9 juta penduduk

dengan biaya 69 triliun rupiah.11

Pembiayaan kesehatan yang kuat, stabil dan berkesinambungan sangat

berpengaruh dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan guna mencapai tujuan


40

penting pembangunan kesehatan di suatu negara yakni pemerataan dalam

pelayanan kesehatan dan akses (equitable access to health care) serta pelayanan

yang berkualitas (assured quality). Reformasi kebijakan sistem kesehatan di suatu

negara sangat berdampak positif pada kebijakan pembiayaan kesehatan dalam

menjamin terselenggaranya kecukupan (adequacy), pemerataan (equity), efisiensi

(efficiency) dan efektifitas (effectiveness) dari pembiayaan kesehatan itu sendiri.5

Sistem kesehatan suatu negara sangat dipengaruhi oleh kebijakan-

kebijakan kesehatan yang ditetapkan oleh penentu kebijakan baik pemerintah atau

swasta. Kebijakan kesehatan itu sendiri dipengaruhi oleh segitiga kebijakan yakni

konteks (faktor ekonomi, sosial budaya, politik), konten/isi, proses pengambilan

kebijakan dan aktor yang berperan (policy elites) (Buse, Kent, et all, 2005). SKN

Indonesia memiliki 3 landasan meliputi landasan idiil yaitu Pancasila, landasan

konstitusional yaitu UUD Negara RI khususnya pasal 28 dan 34, dan landasan

operasional yaitu UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Peraturan

Presiden Republik Indonesia, 2012).

World Health Report 2000 yang berjudul Health System : Improving

Performance menetapkan tujuan normative sistem pelayanan kesehatan, yakni :12

a. Peningkatan status kesehatan (goodness of health)

b. Peningkatan mutu pelayanan kesehatan (responsiveness)

c. Peningkatan keadilan dalam pembiayaan kesehatan (fairness of health

financing)

Universal Coverage (cakupan semesta) merupakan suatu sistem kesehatan

yang bertujuan untuk masyarakat dalam mendapatkan akses pelayanan kesehatan


41

yang bermutu sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta dengan biaya yang

terjakau oleh masyarakat, antara lain pelayanan kesehatan promotif, preventif,

kuratif dan rehabilitative. Cakupan semesta terbagi atas dua elemen yakni akses

pelayanan kesehatan yang adil dan bermutu dan perlindungan risiko finansial

(WHO, 2005). Sedangkan cakupan semesta terkait sistem pembiayaan terbagi atas

3 kategori, yakni pembayaran tunggal (single payer), pembayaran ganda (two-tier,

dual health care system), dan sistem mandat asuransi.2,12,13

Salah satu dampak positif dari jaminan kesehatan semesta berupa

peningkatan utilisasi pelayanan, namun diduga mengakibatkan moral hazard dan

penurunan motivasi di sisi para penyedia layanan. Masalah utama yang ditemui

biasanya adalah sustainability dari sistem berobat gratis karena kurang

diperhitungkannya kebutuhan anggaran dan lemahnya mekanisme pengendalian

biaya. Kebijakan berobat gratis bahkan dianggap hanya suatu kebijakan yang

bersifat politis untuk memenuhi ‘janji pemilu’ yang justru merugikan sistem

kesehatan.14

Tujuan perencanaan dan pengaturan pembiayaan kesehatan yang memadai

dapat membantu memobisasikan sumber pembiayan kesahatan, mengalokasi

dengan rasional serta dapat digunakan secara efektif dan efisien. Pembiayaan

kesehatan mempunyai kebijakan dengan mengutamakan pemerataan serta

berfokus pada masyarakat yang tidak mampu (equitable and pro poor health

policy) yang dapat membantu mencapai akses kesehatan yang universal

(Setyawan Budi, 2018). Sistem kesehatan di Indonesia didukung dengan

pembiayaan pemerintah yang bersumber dari pemerintah pusat maun pemerintah


42

daerah. Anggaran dari pemerintah pusat disalurkan melalui DAU, DAK, DAK

non fisik, serta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Sedangkan anggaran dari

pemerintahan daerah dalam bentuk dukungan program pusat maupun untuk

pembiayaan program inovasi daerah sendiri. Pengelola sistem pembiayaan di

Indonesia yakni kementerian kesehatan sebagai regulator, monitor dan

mengevaluasi pelaksanaan sistem kesehatan. Sedangkan badan pengumpul dan

penyalur premi melalui kapitasi dan INA CBG’S adalah BPJS.15

Permasalah yang timbul dari pembiayaan kesehatan antara lain kurangnya

dana serta adanya peningkatan dana. Kurangnya dana terjadi karena terdapatnya

inefisiensi dalam pengelolaan pembiayaan dan alokasi dana yang salah.

Sedangkan yang dimaksud peningkatan biaya yaitu adanya trend peningkatan

teknologi kedokteran sebagai penegak diagnosis (evidence bases) yang

menyebabkan konsekuensi biaya, serta tren suppy induce demand yang banyak

marak sekarang ini. Selain itu, dominasi pembiayaan dengan mekanisme fee for

service, dan masih kurangnya dalam mengalokasikan sumber-sumber dan

pelayanan itu sendiri (poor management of sesources and services) (Depkes,

2009).16,17

Sistem Kesehatan di Indonesia untuk sekarang sudah menuju ke arah yang

lebih baik, meskipun masih banyak terdapat banyak macam kendala. Hal ini dapat

dilihat dari terdapatnya peningkatan status kesehatan masyarakat. Akan tetapi,

meskipun terjadi peningkatan status kesehatan masyarakat, namun masih

diperlukan upaya percepatan pencapaian indikator kesehatan dalam rangka


43

mengejar ketertinggalan dari negara lain, sehingga SKN masih perlu terus

dilakukan evaluasi dan perbaikan.

Akses pelayanan kesehatan yang adil menggunakan prinsip keadilan

vertikal. Prinsip keadilan vertikal menegaskan, kontribusi warga dalam

pembiayaan kesehatan ditentukan berdasarkan kemampuan membayar (ability to

pay), bukan berdasarkan kondisi kesehatan/ kesakitan seorang. Dengan keadilan

vertikal, orang berpendapatan lebih rendah membayar biaya yang lebih rendah

daripada orang berpendapatan lebih tinggi untuk pelayanan kesehatan dengan

kualitas yang sama. Dengan kata lain, biaya tidak boleh menjadi hambatan untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan (needed care, necessary care)

.13
44

BAB III

PENUTUP

 Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah bentuk dan cara

penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai

upaya bangsa Indonesia dalam satu derap langkah guna menjamin

tercapainya tujuan pembangunan kesehatan dalam kerangka mewujudkan

kesejahteraan rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar

1945. Sistem Kesehatan Nasional terus menerus mengalami perubahan

sesuai dengan dinamika yang terjadi di masyarakat. Seperti yang telah

kami jelaskan pada latar belakang di atas bahwa SKN ditetapkan pertama

kali pada tahun 1982. Lalu pada tahun 2004 terdapat SKN 2004 sebagai

pengganti SKN 1982. SKN 2004 ini kemudian diganti dengan SKN 2009

hingga akhirnya SKN 2009 ini dimutakhirkan menjadi SKN 2012.

Penyusunan SKN tersebut mengacu pada dasar-dasar hukum yang telah

ditetapkan oleh pemerintah.

 Sistem Kesehatan Nasional (SKN) 2009 sebagai penyempurnaan dari

SKN sebelumnya merupakan bentuk dan cara penyelenggaraan

pembangunan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah bersama seluruh

elemen bangsa dalam rangka untuk meningkatkan tercapainya

pembangunan kesehatan dalam mewujudkan derajat kesehatan yang

setinggi-tingginya. Sistim Kesehatan Nasional (SKN) 2009 yang

disempurnakan ini diharapkan mampu menjawab dan merespon berbagai

tantangan pembangunan kesehatan di masa kini maupun di masa yang


45

akan datang. Adanya SKN yang disempurnakan tersebut menjadi sangat

penting kedudukannya mengingat penyelenggaraan pembangunan

kesehatan pada saat ini semakin kompleks sejalan dengan kompleksitas

perkembangan demokrasi, desentralisasi, dan globalisasi serta tantangan

lainnya yang juga semakin berat, cepat berubah dan, sering tidak menentu.
46

DAFTAR PUSTAKA

1. Sarwo YB. Asuransi Kesehatan Sosial Sebagai Model Pembiayaan Kesehatan

Menuju Jaminan Semesta (Universal Coveragr. Fakultas Hukum Unika

Soegijapranata. MMH Jilid 41 No 2.2010

2. WHO. Achieving universal health coverage: Developing the health financing

syste. Technical brief for policy-makers. World Health Organization,

Department of Health Systems Financing. Health Financing Policy. No 1.

2005.

3. Gotama Indra, pardede Donald. Reformasi Jaminan Sosial Kesehatan

(Pembiayaan Kesehatan dan Isu-isu Jaminan Kesehatan). Pusat Pembiayaan

dan Jaminan Kesehatan Depkes RI. Jakarta 2010

4. Mahendratama, Yodi, et all. The Republic of Indonesia Health System

Review. Health Systems in Transition Vol.7 No.1. World Health

Organization.2017.

5. Setyawan Budi. Health Financing Systems. Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Malang.Vol 2 No. 4.2018.

6. Juanita. Peran Asuransi Kesehatan dalam Brenchmarking Rumah Sakit dalam

Menghadapi Krisis Ekonomi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Jurusan

Administrasi dan Kebijakan Kesehatan. Universitas Sumatera Utara. 2012.

7. Putri RN. Perbandingan Sistem Kesehatan di Negara Berkembang dan Negara

Maju. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi. Vol 19 No 1. 2019.

8. Adisasmito Wiku. Sistem Kesehatan Edisi Kedua. Raja Grafindo Persada.

2009.
47

9. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72. Sistem Kesehatan

Nasional. Kementrian Kesehatan RI. 2012.

10. Badan Pusat Statistik. Statistik Kesehatan 2016 (Hasil Survei Sosial Ekonomi

Nasional Modul Kesehatan Dan Perumahan 2016). BPS Jakarta. 2016.

11. Idris, Fachmi Prof. Strengthening Indonesia’s Health System through the

National Health Security. Sriwijaya University International Conference on

Public Health (SICPH):Public Health Responses to Health Systems

Strengthening. Palembang. 2017.

12.Siswanto. Trade-off Analysis in Indonesian Health Services System Report.


Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemkes RI. Jurnal

Manajemen Pelayanan Kesehatan. Vol 13 No 2. 2010.

13. Murti Bhisma. Asuransi Kesehatan Berpola Jaminan Pemeliharaan

Kesehatan Masyarakat di Era Desentralisasi Menuju Cakupan Semesta.

Institute of Health Economic and Policy Studies (IHEPS). Universitas Sebelas

Maret. 2011.

14. Dewi, Shita. Sistem Pembiayaan dan Kebijakan Pengendalian Biaya. Jurnal

Kebijakan Kesehatan Indonesia UGM, Vol. 02, No. 2. 2013.

15. Dewi Shita. Pemanfaatan Pembiayaan dalam Sistem Kesehatan di Indonesia.

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia. Vol 06 No 03. 2017.

16. Trisnantoro L. Trend Pembiayaan Kesehatan di Berbagai Negara. Modul

Magister Manajemen RS UGM. Yogyakarta. 2014.

17. Departemen Kesehatan RI. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta. 2009.

Anda mungkin juga menyukai