Kelompok 8 (II B) :
Dosen Pembimbing :
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, hanya kepada-Nya kita memuji, memohon pertolongan dan
meminta ampunan. Dan syukur kami tuturkan karena berkat hidayahnya makalah kami yang
berjudul “faktor-faktor yang mempengaruhi migrasi” ini dapat terselesaikan pada waktunya.
Makalah ini disusun sebagai tugas kelompok mata kuliah Dasar-dasar Demografi dan
Kesling. Kami hanya dapat berdoa, kiranya apa yang kami tulis disini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Ucapan terima kasih kepada semu pihak yang telah mendukung dan membantu kami
dalam menyelesaikan makalah ini. Kami sadar bahwa apa yang kami tulis masih sangat jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu kritikan dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca sangat kami
harapkan.
Kelompok 8
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………………………….. 4
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………….. 4
C. Tujuan…………………………………………………………………………………… 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian migrasi……………….…………………...…………………………………. 6
B. Sejarah singkat migrasi di Indonesia …………………………………………………… 6
C. Jenis-jenis migrasi…………………………………………………………………..….. 13
D. Jenis migrasi yang didasarkan pada sifatnya …………………………………..……… 16
E. Perpindahan penduduk yang berlangsung di masyarakat ……………………………… 17
F. Faktor-faktor penyebab terjadinya Migrasi…………………………………………..… 17
G. Faktor-faktor pendorong dan penarik Migrasi…………………………………...……...19
H. Migrasi perawat Indonesia………………………………………………………………21
I. Pola perpindahan (mobilitas) penduduk ………………………………………………..23
J. Dampak imigrasi penduduk…………………………………….………………….…....23
K. Dampak positif dan negatif migrasi serta usaha penanggulangannya…...………………24
A. Kesimpulan……………………………………………………………………………... 27
B. Saran……………………………………………………………………………..………27
Daftar Pustaka……………………………………………………………………………….....28
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Analisis demografi memberi sumbangan yang sangat besar, baik kualitatif maupun
kuantitatif pada kebijakan kependudukan, dinamika kependudukan terjadi karena adanya
dinamika kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas) dan perpindahan penduduk (migrasi)
terhadap perubahan-perubahan dalam jumlah, komposisi dan pertumbuhan penduduk.
Perubahan-perubahan unsure demografi tersebut pada gilirannya mepengaruhi perubahan pada
berbagai bidang pembangunan secara langsung maupun tidak langsung.
Selanjutanya perubahan-perubahan yang terjadi di berbagai bidang pembangunan akan
mempengaruhi dinamika kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk kpeduduk merupakan
kejadian yang mudah dijelaskan dan tampak nyata dalam kehidupan sehari-hari, namun pada
prakteknya sangat sulit untuk mengukur dan menentukan ukuran bagi migrasi itu sendiri.
Hal itu disebabkan karena hubungan antara migrasi dan proses pembnagunan yang terjadi
dalam suatu Negara atau daerah saling terkait. Umumnya migrasi penduduk mengarah pada
wilayah yang subur pembanguna ekonominya, karena faktor ekonomi sangat kental
mempengaruhi orang unt u k p i nd a h. H al i ni di p er t e ga s l a gi ol eh Tom m y Fi rm a n
(1 994 ) , b ah w a m i gr asi sebenarnya merupakan suatu reaksi atas kesempatan ekonomi pada
suatu wilayah. Pola m i gr asi di n e ga r a - n e ga ra ya n g t el ah be r kem b an g bi as an ya
s a n gat r um i t (k om p l ek s) menggambarkan kesempatan ekonomi yang lebih seimbang dan
saling ketergantungan antar wilayah di dalamnya.
Di Indonesia dengan alasan pemerataan penyebaran penduduk dan peningkatan
pembangunan daerah serta peningkatan kualitas hidup penduduk maka migrasi ini
disusun dalam suatu kegiatan yang terprogram dan terencana yang dinamakan
transmigrasi. Jabbar dan Rofiq Ahmad (1993) menguraikan tentang transmigrasi dari
zaman kolonisasi sampai dengan transmigrasi yang berorientasi ekonomi.
B. Rumusan Masalah
4
1. Apakah Pengertian Migrasi?
2. Bagaimana Sejarah Singkat Migrasi di Indonesia?
3. Apa Saja Jenis-jenis Migrasi?
4. Apa saja jenis migrasi yang didasarkan pada sifatnya ?
5. Bagaimana perpindahan penduduk yang berlangsung dimasyarakat ?
6. Faktor-Faktor Apa Sajakah yang Mempengaruhi Terjadinya Migrasi ?
7. Apa saja faktor pendorong dan penarik terjadinya migrasi ?
8. Bagaimana pola perpindahan mobilitas penduduk ?
9. Bagaimana dampak imigrasi penduduk ?
10. Bagaimana dampak positif dan negatif migrasi serta Usaha Penanggulangannya ?
C. Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Migrasi
Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke
tempat lain melewati batas administratif (migrasi internal) atau batas politik/negara (migrasi
internasional). Dengan kata lain, migrasi diartikan sebagai perpindahan yang relatif permanen
dari suatu daerah (negara) ke daerah (negara) lain. Arus migrasi ini berlangsung sebagai
tanggapan terhadap adanya perbedaan pendapatan antara kota dan desa. Namun, pendapatan
yang dimaksud bukanlah pendapatan aktual, melainkan penghasilah yang diharapkan(expected
income). Kerangka Skematik ini merupakan aplikasi dari model dekskripsi Todaro mengenai
migrasi. Premis dasar yang dianut dalam model ini adalah bahwa para migran
mempertimbangkan dan membandingkan pasar-pasar tenaga kerja yang tersedia bagi mereka
disektor pedesaan dan perkotaan, serta memilih salah satunya yang dapat memaksimumkan
keuntungan yang diharapkan. Besar kecilnya keuntungan yang mereka harapkan diukur
berdasarkan besar kecilnya selisih antara pendapatan riil dari pekerjaan dikota dan didesa, angka
tersebut merupakan implementasinya terhadap peluang migran untuk mendapatkan pekerjaan
dikota.
6
para pedagang yang memiliki latar belakang Islam baik dari Gujarat, India maupun Cina telah
menimbulkan pertentangan dengan tuan-tuan budak sebagai penguasa sebelumnya yang berlatar
belakang Hindu dan Budha. Semakin berkembangnya perdagangan dan masuknya Islam ke
Nusantara menandai peralihan ke zaman Feodalisme, ditandai dengan berkembangnya pertanian
dan lahirnya kaum tani.
Kedatangan kolonialisme asing khususnya Belanda telah membawa beberapa perubahan
dalam sendi feodalisme, namun tidak menghancurkannya secara keseluruhan, tetapi justru
menjadikannya basis atau dasar susunan ekonomi kolonial. Kolonialisme bekerjasama dengan
kekuatan feodal lokal menjalankan penindasan yang paling keji dan vulgar terhadap rakyat
Indonesia, dan pada masa tersebut kebijakan dan praktek migrasi benar-benar sepenuhnya
melayani kepentingan ekonomi politik penguasa kolonial. Berakhirnya kolonialisme langsung
pada tahun 1945 tidak menjadikan Indonesia sebagai negeri yang sama sekali bebas dari
kolonialisme. Hasil-hasil perjuangan rakyat pada periode revolusi kemerdekaan 1945 – 1950
telah dirampas kembali dengan ditandatanganinya KMB dan meletakkan Indonesia kembali
dalam dominasi asing khususnya Amerika Serikat (AS). Naiknya Soeharto sebagai presiden
melalui kudeta berdarah 1965 dengan didukung AS, semakin memperkuat dominasi asing di
Indonesia. Selama 30 tahun lebih masa kekuasaan Soeharto, praktek migrasi semakin
berkembang luas. Transmigrasi dan migrasi ke luar negeri telah dijadikan paket kebijakan
andalan untuk mobilisasi (pengerahan) tenaga kerja murah dan sumber pendapatan negara non
migas serta bertujuan mengurangi frustasi di kalangan penguasa yang semakin terbukti tidak
memiliki kemampuan memecahkan masalah pengangguran.
1. Pra Kolonial
Sejarah Indonesia sebelum masuknya kolonialisme asing terutama Eropa, adalah sejarah
migrasi yang memiliki karakter atau sifat utama berupa perang dan penaklukan satu suku bangsa
atau bangsa terhadap suku bangsa atau bangsa lainnya. Pada periode yang kita kenal sebagai
zaman pra sejarah, maka dapat diketemukan bahwa wilayah yang saat ini kita sebut sebagai
Indonesia, telah menjadi tujuan migrasi suku bangsa yang berasal dari wilayah lain. 2000 atau
3000 sebelum Masehi, suku bangsa Mohn Kmer dari daratan Tiongkok bermigrasi di Indonesia
karena terdesaknya posisi mereka akibat berkecamuknya perang antar suku. Kedatangan mereka
dalam rangka mendapatkan wilayah baru, dan hal tersebut berarti mereka harus menaklukan
7
suku bangsa lain yang telah berdiam lebih dulu di Indonesia. Karena mereka memiliki tingkat
kebudayaan yang lebih tinggi berupa alat kerja dan perkakas produksi serta perang yang lebih
maju, maka upaya penaklukan berjalan dengan lancar. Selain menguasai wilayah baru, mereka
juga menjadikan suku bangsa yang dikalahkannya sebagai budak.
Pada perkembangannya, bangsa-bangsa lain yang lebih maju peradabannya, datang ke
Indonesia, mula-mula sebagai tempat persinggahan dalam perjalanan dagang mereka, dan
kemudian berkembang menjadi upaya yang lebih terorganisasi untuk penguasaan wilayah, hasil
bumi maupun jalur perdagangan. Seperti misalnya kedatangan suku bangsa Dravida dari daratan
India -yang sedang mengalami puncak kejayaan masa perbudakan di negeri asalnya- , berhasil
mendirikan kekuasaan di beberapa tempat seperti Sumatra dan Kalimantan. Mereka
memperkenalkan pengorganisasian kekuasaan dan politik secara lebih terpusat dalam bentuk
berdirinya kerajaan kerajaan Hindu dan Budha. Berdirinya kerajaan-kerajaan tersebut juga
menandai zaman keemasan dari masa kepemilikan budak di Nusantara yang puncaknya terjadi
pada periode kekuasaan kerajaan Majapahit. Seiring dengan perkembangan perdagangan, maka
juga terjadi emigrasi dari para saudagar dan pedagang dari daratan Arab yang kemudian
mendirikan kerajaan-kerajaan Islam baru di daerah pesisir pantai untuk melakukan penguasaan
atas bandar-bandar perdagangan. Berdirinya kerajaan Islam telah mendesak kerajaan-kerajaan
Hindu dan Budha ke daerah pedalaman, dan mulai memperkenalkan sistem bercocok tanam atau
pertanian yang lebih maju dari sebelumnya berupa pembangunan irigasi dan perbaikan teknik
pertanian, menandai mulai berkembangnya zaman feudalisme. Pendatang dari Cina juga banyak
berdatangan terutama dengan maksud mengembangkan perdagangan seperti misalnya ekspedisi
kapal dagang Cina di bawah pimpinan Laksamana Ceng Hong yang mendarat di Semarang. Pada
masa ini juga sudah berlangsung migrasi orang-orang Jawa ke semenanjung Malaya yang
singgah di Malaysia dan Singapura untuk bekerja sementara waktu guna mengumpulkan uang
agar bisa melanjutkan perjalanan ke Mekah dalam rangka ziarah agama. Demikian juga orang-
orang di pulau Sangir Talaud yang bermigrasi ke Mindano (Pilipina Selatan) karena letaknya
yang sangat dekat secara geografis.
Dari catatan sejarah yang sangat ringkas tersebut, maka kita dapat menemukan beberapa
ciri dari gerakan migrasi awal yang berlangsung di masa-masa tersebut. Pertama, wilayah
Nusantara menjadi tujuan migrasi besar-besaran dari berbagai suku bangsa lain di luar wilayah
nusantara. Sekalipun pada saat itu belum dikenal batas-batas negara, tetapi sudah terdapat
8
migrasi yang bersifat internasional mengingat suku-suku bangsa pendatang berasal dari daerah
yang sangat jauh letaknya. Kedua, motif atau alasan terjadinya migrasi pertama-tama adalah
ekonomi (pencarian wilayah baru untuk tinggal dan hidup, penguasaan sumber-sumber ekonomi
dan jalur perdagangan) dan realisasi hal tersebut menuntut adanya kekuasaan politik dan
penyebaran kebudayaan pendukung. Ketiga, proses migrasi tersebut ditandai dengan
berlangsungnya perang dan penaklukan, cara-cara yang paling vulgar dalam sejarah umat
manusia. Keempat, migrasi juga telah mendorong perkembangan sistem yang lebih maju dari
masa sebelumnya seperti pengenalan organisasi kekuasaan yang menjadi cikal bakal negara
(state) dan juga sistem pertanian.
2. Periode Kolonial
Pada masa kolonialisme, proses migrasi yang berlangsung sepenuhnya di kontrol oleh
kebijakan dan kekuasaan kolonial. Sebagai contoh, pada masa awal kolonialisme, VOC banyak
mendatangkan orang-orang dari Cina untuk menjadi pembantu perdagangan maupun mengelola
pertanian di Batavia dan gelombang kedatangan mereka telah membentuk perkampungan Cina di
Batavia. Pada perkembangan berikutnya, jumlah orang Cina yang bermigrasi ke Indonesia
mengalami peningkatan pesat ketika dibukanya perkebunan-perkebunan asing baik di Jawa
maupun Sumatra Timur pada akhir tahun 1900 an di mana sebagian besar dari mereka dijadikan
buruh perkebunan. Demikian juga pada abad 18 dan 19, kolonialisme Belanda melakukan ekspor
manusia dari Manggarai NTT ke negara-negara Eropa sebagai budak.
Pada masa iru, orang Jawa menjadi sasaran utama dari kebijakan migrasi kolonialisme
Belanda. Setelah berakhirnya perang Jawa (1825-1830), pemerintah kolonial Belanda
berkepentingan untuk membuka sumber-sumber ekonomi di luar Jawa, termasuk dalam rangka
mengembangkan kekuasaannya secara lebih besar di pulau-pulau besar seperti Sumatera, Jawa,
Kalimantan untuk mengantisipasi persaingan dengan negara-negara kolonial lainnya. Atas dasar
itulah, maka orang Jawa banyak dikirim ke luar Jawa untuk diperkerjakan di tempat-tempat yang
kaya dengan sumber alam. Pada kurun waktu yang hampir sama, orang Jawa dan Sumatra juga
semakin banyak yang migrasi ke Semenanjung Malaya (sekarang Malaysia dan Singapura)
mengingat kolonialisme Inggris yang berkuasa memang sengaja membuka selebar-lebarnya arus
migrasi dari Sumatra dan Jawa, pertama-tama untuk mengatasi masalah kekurangan tenaga kerja
sebagai akibat masih sedkitnya populasi manusia di kedua negara tersebut.
9
Bahkan pada akhir abad ke 19, dengan dibukanya perkebunan-perkebunan baru di
Sumatra Timur, pemerintah kolonial Belanda mengirim ribuan orang Jawa ke Sumatra untuk
diperkerjakan sebagai buruh di perkebunan seperti perkebunan tembakau maupun juga pabrik
gula. Ekspor orang Jawa ternyata tidak hanya ke Sumatra Timur tetapi juga ke Suriname,
Kaledonia Baru dan juga Vietnam. Pemerintah kolonial Belanda menutupi praktek ekspor
manusia ini dengan bungkus program Politik Etis atau Balas Budi yang mereka sebarluaskan
akan meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia. Perluasan perkebunan yang sangat cepat, dan
berdirinya pabrik pengolahan hasil perkebunan, telah menyebabkan meningkatnya kebutuhan
tenaga kerja. Jumlah buruh perkebunan dari Jawa ternyata belum mencukupi sehingga
pemerintah kolonial Belanda pada saat yang bersamaan juga mendatangkan tenaga kerja dari
Cina. Kehidupan buruh perkebunan sangatlah berat dan menderita disebabkan oleh rendahnya
upah dan buruknya kondisi kerja. Bahkan seringkali mereka tidak dibayar karena uang gaji
mereka dirampas oleh para mandor, dan kekurangan bahan makanan dan pakaian menjadi
pemandangan umum yang dapat dilihat di perkebunan-perkebunan masa itu. Para buruh yang
tidak tahan atas beratnya penderitaan banyak yang melarikan diri, namun kemudian mereka akan
mendapatkan siksaan yang berat ketika berhasil ditemukan atau ditangkap. Hal ini menjadi legal
karena pemerintah kolonial Belanda menerbitkan Koelie Ordonantie yang memberikan hak
secara legal kepada para pemilik perkebunan untuk memberikan hukuman kepada para buruhnya
yang membangkang atau melawan. Perempuan Jawa dan Cina pada waktu itu juga banyak yang
diperdagangkan, dipaksa menjadi pelacur di wilayah perkebunan dan ada yang menjadi wanita
simpanan para mandor dan pegawai perkebunan yang berkebangsaan Belanda. Pemerintah
kolonial juga menggunakan migrasi sebagai jalan keluar untuk menyalurkan keresahan sosial
sebagai akibat dari penghisapan ekonomi dan tekanan penduduk di banyak daerah pedesaan di
Jawa dengan cara memindahkan mereka ke pulau-pulau luar Jawa.
Catatan penting pada masa kolonial bahwa migrasi yang berlangsung pada waktu itu
sepenuhnya didominasi oleh kebijakan kolonial yang diabdikan untuk kepentingan negeri
kolonial. Terutama dalam hal pengerahan atau mobilisasi tenaga kerja murah ke tempat-tempat
di mana sumber keuntungan kolonial berada, dan pada saat yang bersamaan telah membawa
jutaan manusia dari berbagai asal usul etnis dan bangsa ke dalam situasi penderitaan yang sangat
berat.
10
3. Pasca Kolonial - Sekarang
Sekalipun Indonesia telah menjadi sebuah negeri merdeka dan berdiri sendiri semenjak
17 Agustus 1945, namun keadaan ekonomi, politik dan kebudayaan tidak mengalami perubahan
secara mendasar. Pada kenyataannya, ekonomi Indonesia masih tetap di bawah dominasi
ekonomi kolonial sekalipun tidak secara langsung. Imperialisme (kapitalisme monopoli asing)
khususnya Amerika Serikat masih menjadi pihak yang mendominasi Indonesia dalam berbagai
aspek khususnya ekonomi. Pada masa Soeharto, Indonesia menjadi sasaran empuk imperialisme
asing (AS, Inggris, Jepang) sehingga posisinya tidak lebih sebagai penyedia bahan mentah
karena kekayaan alamnya, sumber buruh murah sekaligus pasar yang menggiurkan mengingat
penduduknya yang melimpah.
Dampaknya, ekonomi Indonesia tidak berkembang ke arah yang lebih maju dan tidak
memiliki dasar-dasar untuk memberikan jaminan bagi kesejahteraan rakyatnya. Karena
pembangunan Indonesia sangat tergantung pada modal asing baik berupa bantuan maupun
hutang, dan pada saat yang bersamaan sumber kekayaan alam dikuasai perusahaan asing, maka
tidak pernah ada upaya untuk membangun industri nasional yang kuat. Negara-negara industri
maju tidak pernah mengijinkan tumbuhnya industri yang kuat di Indonesia. Hal itu akan
membuat mereka memiliki pesaing dari dalam negeri dan barang-barang produksi mereka tidak
akan laku karena Indonesia bisa memproduksi sendiri. Akibatnya kemudian adalah sedikitnya
jumlah pabrik yang didirikan dan ini membuat ketidaksanggupan sektor industri membuka
lapangan pekerjaan dan menyerap angkatan kerja yang sangat melimpah. Inilah yang membuat
mengapa tingkat pengangguran di Indonesia selalu berada di angka yang sangat tinggi. Demikian
pula pembangunan pabrik-pabrik hanya terpusat di beberapa kota besar seperti Jakarta, Bandung,
Semarang, Surabaya, Medan dan Makasar sehingga mengakibatkan munculnya pola migrasi
pertama yang sering dikenal dengan urbanisasi. Laju urbanisasi bertambah parah ketika
pengangguran di pedesaan menggelembung dan menjadi tidak terkendali. Namun karena
meningkatnya laju urbanisasi tidak disertai dengan kemampuan kota menyerap tenaga kerja
maka pengangguran semakin tidak terpecahkan.
Sementara pengusaha-pengusaha besar dalam negeri maupun juga asing semakin aktif
dan agresif untuk membuka usaha ekonomi di luar Jawa yang kaya dengan sumber alam dan
memiliki jutaan hektar tanah yang masih belum produktif. Maka banyak perusahaan besar
tersebut dengan bantuan negara membuka perkebunan-perkebunan besar di luar Jawa terutama
11
untuk ditanami tanaman komoditi ekspor seperti Sawit, Karet, Kakao dan sebagainya.
Perkembangan tersebut seperti juga yang terjadi di masa kolonial, telah meningkatkan kebutuhan
akan tenaga kerja. Hal inilah yang telah mendorong pemerintah atas persekongkolan dengan para
pengusaha, meluncurkan program transmigrasi dengan alasan kepadatan penduduk, tetapi
sebenarnya adalah upaya memobilisasi tenaga kerja murah dari Jawa untuk membuka hutan di
luar jawa agar dapat digunakan sebagai perkebunan oleh para pengusaha. Dan kemudian
dibungkus dan ditutup-tutupi dengan skema atau pola kemitraan antara pengusaha dan petani
seperti pola Inti dan Plasma.
Keterbelakangan ekonomi juga terjadi di pedesaan yang merupakan tempat di mana
mayoritas rakyat Indonesia berada. Pengangguran juga meluas di pedesaan sebagai akibat
sempitnya lapangan pekerjaan. Di desa yang menumpukkan ekonominya pada pertanian,
mayoritas kaum tani adalah kaum tani yang tidak bertanah. Kalaupun ada yang memiliki tanah,
maka dalam jumlah yang sangat terbatas sehingga hasilnya tidak mencukupi kebutuhan hidup
keluarganya. Keadaan ini terjadi karena tanah-tanah yang ada di desa rata-rata dikuasai oleh tuan
tanah besar, tani kaya dan orang kaya desa lainnya. Sehingga sedikit sekali kaum tani yang dapat
memanfaatkan tanah bagi kehidupan mereka. Inilah yang menyebabkan kenapa kemiskinan
begitu luas di pedesaan. Program land reform yang sangat penting bagi kaum tani sampai
sekarang belum pernah dijalankan. Kemiskinan di pedesaan inilah yang menjadi salah satu sebab
utama mengapa banyak penduduk desa terutama yang berusia muda melakukan migrasi baik ke
kota-kota besar bahkan migrasi internasional ke negeri-negeri lain sebagai buruh migran.
Pada masa pemerintahan Soeharto, laju migrasi internasional meningkat pesat. Artinya,
semakin banyak orang terutama perempuan dan berasal dari keluarga tani miskin di desa yang
menjadi buruh migran di negeri lain seperti Malaysia, Arab Saudi, Kuwait, Singapura, Taiwan,
Hongkong, Jepang, Korea dan sebagainya. Pada prakteknya, para buruh migran mengalami
penderitaan dan penindasan semenjak direkrut oleh calo, penyalur atau agen, saat berada di
penampungan, selama bekerja di luar negeri dan sesampainya kembali di Indonesia. Masih
berlakunya ekonomi kolonial di Indonesia telah membuat angkatan kerja yang ada memiliki
tingkat pendidikan dan kecakapan yang sangat rendah. Dengan keadaan seperti itu, maka bisa
dipastikan bahwa sebagian besar buruh migran Indonesia hanya mengisi jenis pekerjaan dengan
tingkat ketrampilan rendah dan upah yang sangat murah seperti misalnya pembantu rumah
tangga. Pemerintah yang telah menjadi frustasi karena tidak mampu memecahkan masalah
12
pengangguran lantas menjadikan ekspor manusia sebagai andalan. Pemerintah beranggapan
bahwa buruh migran menjadi salah satu pemecahan masalah penyediaan lapangan pekerjaan dan
pada saat yang sama peningkatan pendapatan negara. Sesungguhnya mengapa pemerintah sangat
bersemangat menggalakkan ekspor buruh migran, salah satunya karena merupakan ladang emas
bagi para aparatusnya yang korup.
Sebagai akibat berlakunya ekonomi kolonial, maka terjadi perkembangan ekonomi yang
tidak merata : antara desa dengan kota, antar daerah dalam satu propinsi, antar propinsi, antara
pulau Jawa dengan luar Pulau Jawa. Di daerah-daerah yang ekonominya lebih terbelakang
terdapat surplus (jumlah berlebih) tenaga kerja yang lebih besar dan tingkat pengangguran yang
lebih tinggi. Hal ini mendorong penduduk untuk melakukan migrasi guna mencari pekerjaan
termasuk dengan bekerja di luar negeri, baik secara resmi maupun tidak resmi. NTT, NTB, dan
Kalbar menjadi contoh konkret dari keadaan tersebut, di mana dengan tingkat perkembangan
ekonomi yang sangat lambat, ketiga propinsi tersebut menjadi penyumbang besar bagi buruh
migran yang bekerja di luar negeri.
Dengan demikian menjadi jelas bahwa paska kolonial sekalipun, tidak terdapat apa yang
disebut sebagai migrasi sukarela (voluntary migration). Penduduk melakukan migrasi
internasional karena mereka adalah angkatan kerja yang terlantar sehingga tidak memiliki
kesempatan terlibat dalam proses produksi. Pengangguran dan kemiskinan yang merupakan ciri
utama dari negeri yang didominasi oleh ekonomi kolonial dan sisa-sisa feudalisme yang meluas
di pedesaan, merupakan sebab-sebab utama dari terjadinya migrasi.
C. Jenis-jenis Migrasi
1. Migrasi Nasional : Urbanisasi, Trasmigrasi, Ruralisasi
Migrasi Nasional atau Internal, yaitu perpindahan penduduk di dalam satu negara.
Migrasi nasional /internal terdiri atas beberapa jenis, yaitu sebagai berikut :
Transmigrasi
Transmigrasi (Latin: trans - seberang, migrare - pindah) adalah suatu program yang
dibuat oleh pemerintah Indonesia untuk memindahkan penduduk dari suatu daerah yang padat
penduduk (kota) ke daerah lain (desa) di dalam wilayah Indonesia. Penduduk yang melakukan
transmigrasi disebut transmigran.
13
Migrasi Nasional adalah perpindahan penduduk di dalam satu negara. Migrasi ini terdiri
atas beberapa jenis, yaitu:
a. Urbanisasi
Adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota dengan tujuan menetap.Faktor yang
menyebabkan terjadinya urbanisasi yaitu: ingin mencari pekerjaan, karena di kota lebih banyak
lapangan kerja dan upahnya tinggi, ingin mencari pengalaman di kota, ingin melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan sebagainya.
b. Transmigrasi
Adalah perpindahan penduduk dari pulau yang padat penduduk ke pulau yang jarang
penduduknya di dalam wilayah Indonesia. Transmigrasi pertama kali dilakukan di Indonesia
pada tahun 1905 oleh pemerintah Belanda yang dikenal dengan nama kolonisasi.
c. Ruralisasi
Adalah perpindahan penduduk dari kota ke desa dengan tujuan menetap.
Ruralisasi merupakan kebalikan dari urbanisasi.
14
Transmigrasi tidak lagi merupakan program pemindahan penduduk, melainkan upaya
untuk pengembangan wilayah. Metodenya tidak lagi bersifat sentralistik dan top down dari
Jakarta, melainkan berdasarkan Kerjasama Antar Daerah pengirim transmigran dengan daerah
tujuan transmigrasi. Penduduk setempat semakin diberi kesempatan besar untuk menjadi
transmigran penduduk setempat (TPS), proporsinya hingga mencapai 50:50 dengan transmigran
Penduduk Asal (TPA).
Dasar hukum yang digunakan untuk program ini adalah Undang-Undang Republik
Indonesia]] Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian (sebelumnya UU Nomor 3 Tahun
1972)dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Transmigrasi (Sebelumnya PP Nomor 42 Tahun 1973), ditambah
beberapa Keppres dan Inpres pendukung. Syarat untuk menjadi Transmigran :
1) Warga Negara Indonesia adalah setiap warga negara yang berdomisili di wilayah Negara
Republik Indonesia.
2) Berkeluarga dibuktikan dengan Surat Nikah dan Kartu Keluarga.
3) Memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang masih berlaku.
4) Berusia antara 18 sampai dengan 50 tahun sesuai dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP),
kecuali diatur lain dalam perjanjian kerjasama antar daerah.
5) Belum pernah bertransmigrasi yang dibuktikan dengan Surat Keterangan dari Kepala
Desa/Lurah dimana pendaftar berdomisili.
6) Berbadan sehat yang dibuktikan dengan Surat Keterangan Dokter.
7) Memiliki keterampilan sesuai kebutuhan untuk mengembangkan potensi sumber daya
yang tersedia di lokasi tujuan sebagaimana diatur dalam perjanjian kerjasama antar
daerah.
8) Menandatangani Surat Pernyataan kesanggupan melaksanakan kewajiban sebagai
transmigran.
9) Lulus seleksi yang dibuktikan dengan Surat Keterangan Lulus dari Tim yang diberikan
wewenang untuk melaksanakan seleksi.
15
2. Migrasi International : Imigrasi, Emigrasi, Remigrasi
Migrasi Internasional, yaitu perpindahan penduduk dari suatu negara ke negara lainnya.
Migrasi internasional dapat dibedakan atas tiga macam yaitu :
a. Emigrasi
Tindakan meninggalkan negara asal seseorang atau wilayah untuk menetap di negara
lain. Ini adalah sama seperti imigrasi tapi dari perspektif negara asal. Gerakan manusia sebelum
pembentukan batas-batas politik atau dalam satu negara, disebut migrasi. Ada banyak alasan
mengapa orang mungkin memilih untuk beremigrasi. Beberapa adalah untuk alasan agama,
kebebasan politik atau ekonomi atau melarikan diri. Lainnya memiliki alasan pribadi seperti
pernikahan. Beberapa orang yang tinggal di negara-negara kaya dengan iklim dingin memilih
untuk pindah ke iklim hangat ketika mereka pensiun. Orang yang melakukan emigrasi disebut
emigran.
b. Imigrasi
Perpindahan orang dari suatu negara-bangsa (nation-state) ke negara lain, di mana ia
bukan merupakan warga negara. Imigrasi merujuk pada perpindahan untuk menetap permanen
yang dilakukan oleh imigran, sedangkan turis dan pendatang untuk jangka waktu pendek tidak
dianggap imigran. Walaupun demikian, migrasi pekerja musiman (umumnya untuk periode
kurang dari satu tahun) sering dianggap sebagai bentuk imigrasi. PBB memperkirakan ada
sekitar 190 juta imigran internasional pada tahun 2005, sekitar 3% dari populasi dunia. Sisanya
tinggal di negara kelahiran mereka atau negara penerusnya.
c. Remigrasi
Yaitu perpindahan penduduk kembali ke negara asal.
1. Migrasi sirkuler atau migrasi musiman adalah migrasi yang terjadi jika seseorang
berpindah tempat tetapi tidak bermaksud untuk menetap di tempat tujuan migrasi.
2. Migrasi ulang-alik adalah orang berpindah setiap hari meninggalkan tempat tinggalnya
pergi ke tempat lain untuk bekerja atau berdagang.
16
Jenis−jenis migrasi lainnya :
1. Evakuasi, yaitu perpindahan penduduk karena gangguan bencana alam atau keamanan.
2. Weekend, yaitu perginya orang-orang kota untuk mencari tempat berudara sejuk.
3. Forensen, yaitu orang-orang yang tinggal di desa tetapi bekerja di kota, sehinggasetiap
hari menglaju (pergi dan pulang).
4. Turisme, yaitu orang-orangyang bepergian ke luar untuk mengunjungi tempat-tempat
pariwisata di daerah/Negara yang dituju.
5. Reuralisasi, yaitu kembalinya pelaku urbanisasi ke daerah pedesaan.
6. Repatriasi, adalah kembalinya suatu warga negara dari negara asing yang pernah menjadi
tempat tinggal menuju tanah asal kewarganegaraannya.
1. Perpindahan vertikal, yaitu pindahnya status manusia dari kelas rendah ke kelas
menengah, dari pangkat yang rendah ke pangkat yang lebih tinggi, atau sebaliknya.
2. Perpindahan horizontal, yaitu perpindahan secara ruang atau secara geografis dari suatu
tempat ke tempat yang lain. Peristiwa inilah yang sering disebut dengan migrasi,
meskipun tidak setiap gerak horizontal disebut migrasi.
17
2. Taraf ekonomi yang rendah di negara sendiri.
Bagi negara Malaysia khususnya, kemakmuran ekonomi seringkali dijadikan alasan
untuk menjelaskan mengapa negara ini menarik perhatian ramai rakyat Indonesia dan
Bangladesh malah termasuk juga negara-negara yang mengalami taraf ekonomi yang gawat.
3. Faktor sosiobudaya
Sebenarnya faktor sosiobudaya juga memainkan peranan utama menyebabkan pendatang
Indonesia semakin bertambah dari hari ke hari ke negara kita. Bahkan boleh dikatakan faktor
sosiobudaya ini memainkan peranan yang sama pentingnya dengan faktor ekonomi, mennjadi
daya tarikan kepada pendatang Indonesia ini.
18
G. Faktor Pendorong dan Penarik Migrasi
Pada dasarnya ada dua pengelompokan faktor-faktor yang menyebabkan seseorang
melakukan migrasi, yaitu faktor pendorong (push factor) dan faktor penarik (pull factor).
1. Faktor-faktor pendorong (push factor) antara lain adalah:
Menurut Everett S Lee ada 4 faktor yang menyebabkan orang-orang mengambil keputusan
untuk ber-migrasi:
1. Faktor-faktor yang terdapat di daerah asal yang disebut faktor pendorongseperti adanya
bencana alam, panen yang gagal, lapangan kerja terbatas,keamanan terganggu, kurangnya
sarana pendidikan.
19
2. Faktor-faktor yang terdapat di tempat tujuan yang disebut faktor penarik seperti
tersedianya lapangan kerja, upah tinggi, tersedia sarana pendidikan,kesehatan dan
hiburan.
3. Faktor yang terletak di antara daerah asal dan daerah tujuan yang disebut penghalang.
Yang termasuk faktor ini misalnya jarak, jenis alat transport
dan biaya transport. Jarak yang tidak jauh dan mudahnya transportasi mendorong
mobilitas penduduk.
4. Faktor yang terdapat pada diri seseorang disebut faktor individu. Faktor inisangat
mempengaruhi keinginan seseorang untuk melakukan
perpindahanatau tidak. Contoh faktor individu ini antara lain umur, jenis kelamin,status
menikah dan tingkat pendidikan.
Lima aspek yang secara langsung memiliki implikasi penting dalam proses pembangunan
ekonomi :
20
Kelima aspek ini dalam proses pembangunan, baik nasional maupun internasional
menjadi dasar alternatif dalam perumusan arah kebijakan pembangunan yang
mempertimbangkan posisi migran. Hal ini mengingat bahwa suatu proses pembangunan
merupakan suatu proses improvisasi kualitas seluruh sumber daya yang ada yang ditujukan untuk
peningkatan standar hidup manusia. Migrasi antar negara ini merupakan suatu bentuk
manifestasi dari kebebasan melakukan pilihan ekonomi sebagai konsekuensi leburnya sistem
ekonomi lokal ke dalam sistem yang lebih global. Dengan leburnya sistem ekonomi telah
menciptakan bentuk-bentuk hubungan yang baru yang lebih moderat dan terbuka.
Tantangan yang dihadapi masyarakat dunia semakin besar dengan terjadinya shortage of nurses,
yaitu keterbatasan jumlah perawat terutama bagi negara maju. Sejak tahun 1970 migrasi internasional
meningkat dua kali lipat jumlahnya.Pada 2004 sebanyak 192 juta orang bermigrasi. Diramalkan pada
tahun 2020, dua ratus tiga puluh juta penduduk dunia adalah migran termasuk 1.5 juta
tenaga kesehatan professional, terutama perawat yang merupakan 80% dari tenaga kesehatan global. Di
Indonesia 60% dari tenaga kesehatan adalah perawat. Kondisi kerja yang buruk, resiko kerja yang tinggi
dengan beban kerja yang berat namun gaji dan insentif yang rendah serta sistem jenjang karir yang belum
tertata merupakan beberapa push factors yang mendorong tenaga kesehatan Indonesia, terutama perawat
untuk bermigrasi dan bekerja di negara lain yang menawarkan tingkat kesejahteraan yang lebih baik dan
kesempatan mendapatkan kompetensi lebih tinggisebagai pull factors dari Negara maju.
GATS telah disepakati sejak 1994,sehingga migrasi tenaga kesehatan professional, khususnya
perawat Indonesia ke berbagai Negara menjadi suatu peluang besar bagi Perawat Indonesia.ICN dan
PPNI menegaskan bahwa menjadi hak tiap individu perawat untuk bekerja di negara manapun dan
dihargai sama berdasarkan kompetensiyang dimiliki, memperoleh perlindungan hukum dan pengakuan
yang setara dengan yang berlaku di negara lain. Penempatan perawat bekerja di negara lain, merupakan
solusi jangka pendek dan menengah, dan Pemerintah bertanggung jawab untuk penataan sistem SDM
Kesehatan jangka panjang.
Menuju Perawat masa depan di era globalisasi menuntut adanya self governance dan self
regulated atas profesi. Tanpa kemandirian profesi, maka akan sulit untuk memberikan yang terbaik bagi
masyarakat Indonesia dan masyarakat dunia. Globalisasi sangat berhubungan dengan kompetensi dan
pengakuan yang dikuatkan secara hukum atas kompetensi yang dimiliki oleh perawat di tingkat nasional
dan global. Perawat Indonesia bisa menjadi tamu di negara kita sendiri, sementara perawat asing akan
melenggang masuk ke Indonesia, apabila Undang Undang Keperawatan tidak segera diimplementasikan.
21
Perawat Indonesia yang bekerja di Luar Negeri tentu saja yang sudah memenuhi kualifikasi yang
ditetapkan oleh negara yang dituju seperti Belanda, Kuwait, Qatar, USA, Jepang. Berarti mereka
memiliki kompetensi yang mampu bersaing dengan negara lain. Terbayangkah apa yang akan terjadi 10
tahun atau 20 tahun ke depan, apabila Pemerintah dan pihak lain yang berkepentingan dengan pelayanan
keperawatan tetap berperan di negara ini..., Indonesia akan mengalami brain drain..., perawat terbaik kita
akan ke luar dari Indonesia. Akankah kita biarkan kondisi yang dialami oleh Philippines juga terjadi di
Indonesia. Lalu apa yang membuat perawat Indonesia mengurungkan atau menunda niatnya untuk
bekerja ke luar negeri. Jawabannya sangat sederhana... buat perawat Indonesia betah bekerja di
Indonesia.
Hasil penelitian Yani Hamid dkk (2014), terhadap perawat Indonesia yang bekerja di Belanda,
Kuwait dan Jepang, karena berharap memperoleh kompetensi yang lebih tinggi, kesejahteraan yang lebih
baik dan seimbang dengan yang mereka lakukan berdasarkan kompetensi, dan bekerja di lingkungan
dengan suasana kerja antar profesi dan tim kerja yang kondusif dan nyaman. Penelitian ini juga
melaporkan faktor yang mendorong perawat memilih bekerja ke luar negeri adalah: 1) merasa tidak
dihargai sebagai profesi dan tenaga professional oleh profesi lain; 2) lingkup kerja tidak jelas dan banyak
melakukan tugas limpah dari profesi kesehatan lain; 3) dukungan politis yang lemah; 4) terbatasnya
perlindungan kerja dan prospek pengembangan; 5) beban kerja yang berat; 6) keterbatasan fasilitas kerja
dan penunjang; 7) terbatasnya peluang untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan lanjutan, dan; 8) Gaji
yang sangat rendah dan status kepegawaian yang tidak jelas.
Jadi, jangan mencerca perawat ketika mereka demo menuntut haknya, sambil mengatakan bahwa,
"keperawatan itukan profesi tidak boleh demo." Sementara ketika perawat menuntut hak jasa profesi dari
rumah sakit, dikomentar bahwa "perawat kan karyawan bukan profesi, jadi jangan menuntut jasa profesi."
22
I.Pola perpindahan (Mobilitas) penduduk
1. Pola perpindahan harian, yaitu perpindahan penduduk setiap hari dari desa ke kota untuk
mencari makan. Setiap hari melakukan perjalanan pergi pulang/nglaju (pergi pada pagi
hari dan pulang pada sore hari).
2. Pola perpindahan musiman, yaitu perpindahan tempat tinggal penduduk yang dilakukan
pada musim-musim tertentu. Contoh : perpindahan penduduk dari kaki pegunungan
Himalaya, bila musim dingin turun ke daerah lembah, sedangkan saat musim panas
mereka akan kembali ke daerah semula.
3. Pola perpindahan menetap, yaitu perpindahan penduduk dari satu tempat ke tempat lain
dengan tujuan menetap sekurang-kurangnya enam bulan lamanya.
4. Pola perpindahan tidak menetap, yaitu perpindahan penduduk Dallam jangka waktu
pendek, tidak begitu teratur waktunya, dan hanya berdasarkan kebutuhan, contoh :
salesman atau pedagang keliling yang melakukan promosi produk dari suatu perusahaan.
23
Dampak positif dari imigrasi yaitu dapat membantu memenuhi kekurangan tenaga ahli,
dapat menambah rasa solidaritas antarbangsa, adanya pengenalan ilmu dan teknologi dapat
mempercepat alih teknologi.
Dampak negatif dari imigrasi yaitu masuknya budaya asing yang tidak sesuai dengan
kepribadian bangsa, imigran yang masuk adakalanya di antara mereka memiliki tujuan yang
kurang baik seperti pengedar narkoba, bertujuan politik, dan lain-lain.
24
b) Meningkatnya kesejahteraan keluarga di desa, karena mendapat kiriman dari yang pergi,
terutama dari yang sudah hidup layak.
c) “Seimbangnya” lapangan pekerjaan di desa dengan angkatan kerja yang tersisa, karena
banyak orang yang meninggalkan desa.
25
3. Melaksanakan pembangunan regional melalui pembangunan kota-kota satelit di sekitar
kota tujuan utama, seperti Tangerang, Bekasi, Depok, dan Bogor yang merupakan kota
satelit Jakarta.
4. Melaksanakan program pembangunan pedesaan dengan mengembangkan potensi desa
sehingga penduduk desa tidak perlu lagi meniggalkan desanya untuk mencari
pekerjaan.
5. Mengadakan “politik kota tertutup”, yaitu larangan keras bagi penduduk yang tidak
ber-KTP dan tidak mempunyai penghasilan tetap untuk menetap di kota yang dituju.
6. Menggalakkan kegiatan industry kecil/industri rumah tangga di desa.
7. Meningkatkan produktivitas pertanian dengan cara intensifikasi (sapta usaha tani) dan
diversifikasi pertanian.
26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Migrasi merupakan suatu dinamika yang menarik untuk terus dikaji dengan berbagai
pendekatan yang terus dikembangkan untuk memperoleh data yang lebih akurat mengenai
jumlah determinan migrasi yang terus meningkat. Pada umumnya migrasi di kembangkan di
Indonesia karena factor ekonomi. Jumlah penduduk yang semakin meningkat di kota-kota besar
yang tidak di iringi dengan tersedianya lapangan pekerjaan yang memadai membuat pemerintah
harus membuat sutu program yang terencana dan terstruktur dengan baik, seperti transmigrasi
untuk memperkecil kesenjangan ekonomi dan meratakan jumlah penduduk ke semua wilayah
yang produktif sehingga masyarakat bisa melanjutkan hidup dengan baik dan berkecukupan.
B. Saran
Migrasi terjadi karena adanya ledakan penduduk yang cepat dan terus menerus sehingga
membuat pemerintah harus mengambil kebijakan. Olehnya itu warga Negara sebaiknya menekan
jumlah produktivitas anak. Jika program ini harus teerus menerus berlangsung, ada baiknya juga
agar pemerintah lebih meningkatkan lagi perencaaan yang baik bagi berlangsungnya program
pemerataan penduduk ini agar transmigran bisa ditempatkan pada wilayah yang layak dan
potensial.
27
DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/33674236/7/Faktor-Faktor-yang-Mempengaruhi-Migrasi
http://rakangeografi.blogspot.com/2008/12/nota-25-faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html
28