Anda di halaman 1dari 14

PENGEMBANGAN PROFESI GURU

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kegiatan Pendalaman Materi Pedagogik
Dosen pengampu : Drs. Zuhad Ahmad, M.Pd

Disusun Oleh:
M.ASEP DIAT SOBARNA, S.S

AYADI, S.Pdi

AISYATON, S.Pd

ISKALENA, S.Pd

ROSDIANA, S.Pd

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA


KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil‘alamin, tiada kata lain yang patut untuk kami ungkapkan selain
ucapan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kekuatan, kesehatan dan
kemampuan kepada kami sehingga tugas makalah ini dapat selesai dengan baik dan tepat
pada waktunya.
Shalawat dan salam semoga selalu dilimpahkan kepada baginda Muhammad SAW,
para sahabat dan seluruh keluarga beliau serta para pengikut beliau hingga akhir zaman.
Selama penyusunan makalah ini, penulis telah mendapat bantuan dari berbagai pihak,
terutama dari bapak Drs. Zuhad, M.Pd selaku dosen pengasuh Mata Kegiatan Pendalaman
Materi Pedagogik.

Serta ucapan terima kasih juga penulis persembahkan kepada semua pihak yang baik
secara langsung ataupun tidak langsung ikut terlibat dalam penyelesaian makalah ini.
Akhirnya, mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekhilafan.kami mohon saran
dan kritik yang sifatnya membangun guna lebih menyempurnakan makalah-makalah kami
selanjutnya.

Jakarta, 26 September
2019
DAFTAR ISI

Hal.

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………. i

KATA PENGANTAR………………………………………………………….. ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah……………………………………………….. 5


B. Rumusan Masalah....…………………………………………………… 5
C. Tujuan Penulisan................................………………………………….. 6

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Pengelolaan SDM Dalam Manajemen

Pendidikan……………………………………….................................. 7
B. Peningkatan Mutu SDM Keguruan Melalui Pengembangan Profesi Di

Indonesia...................................……………………............................. 9
C. Landasan Hukum Pengembangan Profesi Di Indonesia....................... 9
D. Prosedur Pengembangan Profesi Guru.................................................. 10
E. Problematika Pengembangan Profesi Guru.......................................... 12
F. Kegiatan Guru Yang Termasuk Pengembangan Profesi...................... 12
G. Tata Cara Pengajuan Angka Kredit..................................................... 15
H. Tata Cara Penilaian Unsur-Unsur Pengembangan Profesi.................. 15

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.............………………………………………………….... 17
B. Saran...................................………………………………………….... 17

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Para guru di indonesia menyadari bahwa jabatan guru adalah suatu profesi yang terhormat
dan mulia. Guru mengabdikan diri dan berbakti untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan
negara dan juga untuk meningkatkan kualitas manusia indonesia seutuhnya, yaitu beriman,
bertakwa, dan berahlak mulia, serta menguasai ipteks dalam mewujudkan masyarakat yang
berkualitas.

Bahwasanya standar nasional pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional


dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat. selanjutnya pada pasal 1 ayat 2 disebutkan profesional adalah
pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan
kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar
mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Jadi guru profesional adalah
guru yang mempunyai keahlian, ketrampilan, dan kompeten terhadap mata pelajaran yang
diampunya.

Maka dari itu, perlunya seorang pendidik yang profesional untuk membentuk karakter
siswa yang baik mengikuti zaman era globalisasi di masa sekarang dan yang akan datang.

Oleh karena itu, dalam makalah ini akan kami bahas hal mengembangkan profesionalisme
guru agar proses pendidikan yang dilakukan berjalan secara efektif dan menghasilkan anak
didik yang baik.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimanakah Konsep Pengelolaan Sumber Daya Manusia Dalam Manajemen Pendidikan?
b. Bagaimanakah Peningkatan Mutu Sumber Daya Manusia Keguruan Melalui Pengembangan
Profesi?
c. Apa sajakah Landasan Hukum Pengembangan Profesi di Indonesia?
d. Bagaimanakah Prosedur Pengembangan Profesi Guru?
e. Apa sajakah Problematika Pengembangan Profesi Guru?
f. Apa sajakah Kegiatan Guru Yang Termasuk Pengembangan Profesi?
g. Bagaimanahkah Tata Cara Pengajuan Angka Kredit?
h. Bagaimanakah Tata Cara Penilaian Unsur-Unsur Pengembangan Profesi?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui Konsep Pengelolaan Sumber Daya Manusia Dalam Manajemen Pendidikan


2. Mengetahui Peningkatan Mutu Sumber Daya Manusia Keguruan Melalui Pengembangan
Profesi
3. Mengetahui Landasan Hukum Pengembangan Profesi di Indonesia
4. Mengetahui Prosedur Pengembangan Profesi Guru
5. Mengetahui Problematika Pengembangan Profesi Guru
6. Mengetahui Kegiatan Guru Yang Termasuk Pengembangan Profesi
7. Mengetahui Tata Cara Pengajuan Angka Kredit
8. Mengetahui Tata Cara Penilaian Unsur-Unsur Pengembangan Profesi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam Manajemen Pendidikan

Mengawali dialog tentang MSDM ini, Flippo (1996) mengungkapkan arti Manajemen
Sumber Daya Manusia (SDM) dapat sebagai kegiatan perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengendalian atas pengadaan tenaga kerja, pengembangan, kompensasi,
integrasi pemeliharaan dan pemutusan hubungan kerja dengan sumber daya manusia untuk
mencapai sasaran perorangan, organisasi dan masyarakat.. Berdasar pada pemahaman
tersebut, maka dalam konteks pendidikan MSDM dapat dipahami sebagai upaya apapun yang
mengarah pada kegiatan perencanaan, pengadaan, pengembangan, pemeliharaan dan
penggunaan SDM kependidikan dalam upaya mencapai tujuan organisasional
penyelenggaraan pendidikan yang baik secara personal dan sosial setiap elemen yang
mendukung keberhasilan pendidikan.

Ketika sebuah konsep terwujud, pasti terdapat usaha realisasi dan aplikasi secara
praktis, baik dalam upaya mempertahankan atau menghadapi setiap tantangan yang ada.
Artinya, kenapa MSDM pendidikan ini perlu diciptakan. Tidak lain sebagai usaha untuk
memberikan jawaban-jawaban terhadap problem-problem kependidikan yang ada, baik
secara internal dan eksternal atas berbagai kebijakan positif. Secara umum kendala-kendala
yang dihadapi dunia pendidikan Indonesia, antara lain: (a) mutu pendidikan yang masih
rendah dan tingginya angka putus sekolah; (b) belum dimanfaatkannya secara maksimal ilmu
dan teknologi bagi kemajuan pendidikan akibat rendahnya kesadaran dan penguasaan
teknologi para pelaku pendidikan; (c) belum berkembangnya budaya belajar di kalangan
masyarakat; (d) profesionalisme dan tingkat kesejahteraan guru dan tenaga kependidikan
lainnya yang masih belum sesuai dengan tantangan peningkatan mutu; (e) menurunnya status
kesehatan dan gizi sebagian peserta didik sebagai dampak krisis ekonomi yang
mempengaruhi kesiapan mereka untuk belajar; dan (f) terjadinya gejala umum menurunnya
moral, budi pekerti dan rasa toleransi di kalangan peserta didik dan generasi muda.

Dengan kata lain, konsep MSDM pendidikan dirumuskan untuk bisa memberikan
solusi terbaik bagi permasalahan-permasalahan pendidikan yang ada serta berusaha
menciptakan peluang bagi terwujudnya sistem pendidikan ideal dan aplikatif. Peluang-
peluang yang semestinya bisa diciptakan dengan baik, diantaranya: (a) ilmu pengetahuan dan
teknologi yang bisa dikembangkan melalui pendidikan merupakan sumber daya yang tidak
terbatas dan dapat dimanfaatkan secara terus-menerus; (b) teknologi yang berkembang pesat
dapat dimanfaatkan untuk mendukung pembangunan pendidikan; (c) tuntutan masyarakat
akan pendidikan yang semakin merata dan bermutu semakin meingkat dan tercapai; (d) dapat
meningkatkan rata-rata tingkat pendidikan masyarakat dan memberikan peluang untuk
kesejahteraan hidupnya dan sebagainya.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, maka kemudian sangatlah perlu


untuk menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang baik dalam pendidikan, yang
kemudian memiliki kapabilitas dalam merencanakan MSDM dan merumuskan kebijakan-
kebijakan pendidikan berkualitas dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Adapun
perencanaan SDM yang berusaha ditawarkan adalah: (a) Langkah Perencanaan (planning),
menyangkut rencana pengelolaan SDM kependidikan baik dalam jangka pendek maupun
jangka panjang dimana hal tersebut berkaitan erat dengan operasionalisasi organisasi dan
kelancaran kerja sistem pendidikan yang ada; (b) Langkah Pengadaan (procurement),
menyangkut usaha untuk memperoleh jenis dan jumlah SDM yang tepat, yang diperlukan
untuk mencapai sasaran organisasi kependidikan; (c) Langkah Pengembangan (development)
berkaitan erat dengan peningkatan ketrampilan dan kemampuan yang diupayakan melalui
jalur pelatihan maupun pendidikan terhadap SDM yang ada. Juga berbagai bentuk
pengembangan diri untuk para tenaga kependidikan dan peserta didik yang berprestasi; (d)
Langkah Pemeliharaan (maintenance) berkaitan dengan upaya mempertahankan kemauan
dan kemampuan pendidikan dan pembelajaran melalui penerapan beberapa program
berkualitas dan inisatif; dan (e) Langkah Penggunaan (use) menekankan pada pelaksanaan
berbagai tugas dan pekerjaan tenaga kependidikan serta jenjang peningkatan posisi jika
memang diperlukan.1[1]

B. Peningkatan Mutu SDM Keguruan Melalui Pengembangan Profesi


Pengembangan guru dimaksudkan untuk merangsang, memelihara, dan meningkatkan
kualitas staf dalam memecahkan masalah-masalah keorganisasian. Profesi keguruan
mempunyai tugas utama melayani masyarakat dalam dunia pendidikan. Sejalan dengan
dengan hal ini, bahwa profesionalisasi dalam bidang keguruan mengandung arti peningkatan
segala daya dan usaha dalam rangka pencapaian secara optimal layanan yang akan diberikan
kepada masyarakat. Untuk meningkatkan mutu pendidikan saat ini, maka profesionalisasi
guru (pendidik) merupakan suatu keharusan, terlebih lagi apabila kita melihat kondisi objektif
saat ini berkaitan dengan beberapa hal yang ditemui dalam melaksanakan pendidikan yaitu :
1) Perkembangan iptek
2) Persaingan global bagi lulusan pendidikan
3) Otonomi daerah
4) Implementasi Kurikulum Berkarakter (KB)

C. Landasan Hukum Pengembangan Profesi Di Indonesia


Di Indonesia ada beberapa instrument atau landasan hokum pengembangan profesi
keguruan, diantaranya adalah:
1. UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

2. UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

3. PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

4. Permendiknas No. 16 tahun 2007 tentang Standar Kompetensi Guru

5. Permendiknas No. 18 tahun 2007 tentang Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan melalui
Penilaian Portofolio

6. Permendiknas No. 40 tahun 2007 tentang Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan melalui Jalur
Pendidikan

D. Prosedur Pengembangan Profesi Guru

1[1] Baedhowi, “Pengembangan Kompetensi SDM Kependidikan”. Makalah pada Forum Seminar
Nasional “Peningkatan Profesionalisme Pendidik dalam Upaya Mewujudkan Sumberdaya Manusia
Pendidikan yang Unggul dan Mandiri” yang diselenggarakan oleh Ikatan Sarjana Pendidikan
Indonesia (ISPI) Jawa Tengah, tanggal 20 Desember 2008.
Banyak cara yang di yang dilakukan oleh guru untuk menyesuaikan dengan
perubahan, baik itu secara perorangan, kelompok atau dalam satu sistem yang diatur oleh
lembaga. Dibawah ini adalah prosedur pengembangan profesi guru
Prosedur Pengembangan profesi Keterangan
guru
Individual guided staff development Para guru dapat menilai kebutuhan
(Pengembangan guru yang dipadu belajar mereka dan mampu belajar aktif
secara individual) serta mengarahkan diri sendiri.para
guru harus dimotivasi saat menyeleksi
tujuan belajar berdasrk penilaian
personil dari kebutuhan mereka
Observation/Assessment Observasi dan penilaian dari intruksi
(observasi atau penilaian) menyediakan guru dengan data yang
dapat direfleksikan dan dianalisis untuk
tujuan peningkatan belajar sisiwa.
Refleksi oleh guru pada praktiknya
dapat ditingkatkan oleh observasi lainya
Involvement in a Pembeljaran orang dewasa lebih efektif
development/Improvement process ketika mereka perlu untuk mengetahui
(Keterlibatan dalam suatu proses atau perlu memcahkan suatu masalah.
pengembangan/peningkatan) Guru perlu untuk memperoleh
pengetahuan atau keterampilan melalui
keterlibatan pada proses peningkatan
sekolah atau pengembangan kurikulum.
Training (pelatihan) Ada teknik-teknk dan perilaku-perilaku
yang pantas untuk ditiru guru dalam
kelas. Guru-gurru dapat merubah
perilaku mereka dan belajar meniru
perilaku dalam kelas mereka.
Inquiry (Pemeriksaan) Pengembangan profesional adalah studi
kerjasama oleh para guru sendiri untuk
permasalahan dan isu yang timbul dari
usaha untuk membuat praktik mereka
konsisten dengan nilai-nilai bidang
pendidikan.
E. Problematika pengembangan profesi guru
Guru merupakan sesorang yang berperan sangat penting dalam proses pendidikan,
disamping faktor-faktor lain seperti sarana prasarana, biaya, kurikulum, sistem
pengelolaan, dan peserta didik sendiri. Apa yang kita siapkan dalam proses pendidikan
berupa saranaprasarna, biaya dan kurikulum, hanya akan berarti jika diberi arti oleh guru.
Ada beberapa faktor yang berkaitan dengan beratnya tantangan yang dihadapi
oleh proesi keguruan dalam usaha untuk meningkatkan kewibawaanya dimata masyarakat
. Menurut Dedi supriadi, (1999:104-106) ada beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu:
1. Kekurangjelasan tentang definisi profesi keguruan
2. Desakan kebutuhan masyarakat dan sekolah akan guru
3. Sulitnya standar mutu guru dikendalikan dan dijaga
4. PGRI belum banyak aktif melakukan kegiatan-kegiatan yang secara sistematis dan
langsung berkaitan dengan peningkatan profesionalisme guru
5. Perubahan yang terjadi dalam masyarakat melahirkan tuntutan-tuntutan baru
terhadap peran (role expectation) yang seharusnya dimainkan oleh guru.2[2]

F. Kegiatan Guru Yang Termasuk Pengembangan Profesi


Menurut Danim (2011:94) dalam mengembangkan profesi guru dapat dilakukan
melalui berbagai strategi dalm bentuk pendidikan dan pelatihan (diklat) maupun bukan
diklat, antara lain;

1. Pendidikan dan pelatihan

a) In-house training (IHT). Pelatihan dalam bentuk IHT adalah pelatihan yang
dilaksanakan secara internal dikelompok kerja guru, sekolah, atau tempat lain yang
ditetapkan untuk menyelenggarakan pelatihan. Strategi pembinaan melalui IHT dilakukan
berdasarkan pemikiran bahwa sebagian kemampuan dalam meningkatkan kompetensi dan
karier guru tidak harus dilakukan secara eksternal, tetapi dapat dilakukan oleh guru yang
memiliki kompetensi yang belum dimiliki oleh guru lain. Dengan srategi ini diharapkan dapat
menghemat waktu dan biaya.

b) Program magang. Program magang adalah pelatihan yang dilaksanakan didunia kerja atau
industri yang relevan dalam rangka meningkatkan kompetensi profesional guru. Program
magang ini diperuntukan bagi guru dan dapat dilakukan selama periode tertentu, misalnya,

2
magang disekolah tertentu untuk belajara menejemen kelas atau menejemen sekolah efektif.
Program magang dipilih sebagai alternatif pembinaan dengan alasan bahwa keterampilan
tertentu yang memerlukan pengalaman nyata.

c) Kemitraan sekolah. Pelatihan melalui kemiraan sekolah dapat dilaksanakan antara sekolah
yang baik dan kurang baik, antara sekolah negeri dan swasta. Jadi pelaksanaannya dapat
dilakukan di sekolah atau di tempat mitra sekolah. Pembinaan lewat mitra sekolah diperlukan
dengan alasan bahwa beberapa keunikan atau kelebihan yang dimiliki mitra, misalnya,
dibidang menejemen sekolah atau kelas.

d) Belajar jarak jauh. Pelatihan melalui belajar jarak jauh dapat dilaksanakan tanpa
menghadirkan instruktur dan peserta pelatihan dalam satu tempat tertentu, melainkan dengan
sistem pelatihan melalui internet dan sejenisnya. Pembinaan lewat belajar jarak jauh
dilakukan dengan pertimbangan bahwa tidak semua guru terutama di daerah terpencil.

e) Pelatihan berjenjang dan khusus. Pelatihan jenis ini dilaksanakan di lembaga-lembaga


pelatihan yang diberi wewenang, dimana program disusun secara berjenjang mulai dari
jenjang dasar, menengah, lanjut, dan tinggi. Jenjang pelatihan disusun berdasarkan tingkat
kesulitan dan jenis kompetensi. Pelatihan khusus (spesialisasi) disediakan berdasarkan
kebutuhan khusus atau disebabkan adanya perkembangan baru dalam keilmuan tertentu.

f) Kursus singkat di perguruan tinggi atau lembaga pendidikan lainnya. kursus singkat
dimaksud untuk melatih meningkatkan kemampuan guru dalam beberapa kemampuan
melakukan penelitian tindakan kelas, menyusun karya ilmiah, merencanakan, melaksanakan,
dan mengevaluasi pembelajaran.

g) Pembinaan internal oleh sekolah. Pembinaan internal ini dilaksanakan oleh kepala sekolah
dan guru-guru yang memiliki kewenangan membina, melalui rapat dinas, rotasi tugas
mengajar, pemberian tugas-tugas internal tambahan, dan diskusi dengan teman sejawat.

h) Pendidikan lanjut. Pembinaan profesi guru melalui pendidikan lanjut juga merupakan
alternatif bagi peningkatan kualifikasi dan kompetensi guru. Pengikutsertaan guru dalam
pendidikan lanjut ini dapat dilaksanakan dengan memberikan tugas belajar baik dalam
maupun luar negeri bagi guru yang berprestasi. Pelaksanaan pendidikan lanjut ini akan
menghasilkan guru-guru pembina yang dapat membantu guru-guru lain dalam upaya
pengembangan profesi.

2. Non-pendidikan dan pelatihan


1. Diskusi masalah pendidikan. Diskusi ini diselenggarakan secara berkala dengan topik
diskusi sesuai dengan masalah yang dialami di sekolah.

2. Seminar. Pengikutsertaan guru dalam kegiatan seminar dan pembinaan publikasi ilmiah juga
dapat menjadi model pembinaan berkelanjutanbagi peningkatan keprofesian guru. Kegiatan
ini memberikan peluang kepada guru untuk berinteraksi secara ilmiah dengan kolega
seprofesinya berkaitan dengan hal-hal terkini dalam hal upaya peningkatan kualitas
pendidikan.

3. Workshop. Kegiatan ini dilakukan untuk menghasilkan produk yang bermanfaat bagi
pembelajaran, peningkatan kompetensi maupun pengembangan karirnya. Workshop dapat
dilakukan misalnya dalam kegiatan menyusun KTSP, analisis kurikulum, pengembangan
silabus, penulisan rencana pembelajaran.

4. Penelitian. Penelitian dapat dilakukan guru dalam bentuk penelitian tindakan kelas,
penelitian eksperimen, ataupun jenis lain dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran

5. Penulisan buku/bahan ajar. Bahan ajar yang ditulis oleh guru dapat berbentuk diktat, buku
pelajaran, ataupun buku dalam bidang pendidikan.

6. Pembuatan media pembelajaran. Media pembelajaran yang dibuat oleh guru dapat
berbentuk alat peraga, alat praktikum sederhana, maupun bahan ajar elektronik atau
pembelajaran.

7. Pembuatan karya teknologi/karya seni. Karya teknologi/seni yang dibuat guru dapat berupa
karya yang bermanfaat untuk masyarakat atau kegiatan pendidikan serta karya seni yang
memiliki nilai estetika yang diakui oleh masyarakat.3[3]

G. Tata Cara Pengajuan Angka Kredit


Dalam mengajukan angka kredit dalam pengembangan profesi dapat dilakukan
prosedur sebagai berikut :
1. adanya peran critical friend, kritik dan saran dari teman sejawat yang satu profesi agar
mendapat masukan mengenai penulisan KTI.
2. mintakan saran pada guru bahasa Indonesia untuk mengetahui pengunaan bahasa maupun
sistimatika penulisan KTI yang benar
3. sertakan surat pengesahan dari Kepala Sekolah serta petugas perpustakaan jika penulisan

3[3] Dian Mahsunah, dkk., Kebijakan Pengembangan Profesi Guru (Jakarta: Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan, 2012), hlm, 19-20.
sudah selesai
4. sertakan surat pengantar Kepala Sekolah dan dikirim ke Tim penilai Angka Kredit
pengembangan profesi tingkat pusat yang sekretariatnya di LPMP.
5. untuk lebih lengkap, sertakan pula pengesahan dari Kepala Dinas pendidikan Tingkat
Kab/kota

H. Tata Cara Penilaian Unsur-Unsur Pengembangan Profesi


Hasil karya berupa karya tulis yang berupa hasil penelitian, tinjauan ilmiah,
pembuatan alat peraga, teknologi, karya seni penilaianya dalam bentuk paparan /deskripsi
sesuai kaidah penulisan karya ilmiah dengan langkah penilaian sebagai berikut :
1. Penilaian tidak mengenal nilai jenjang dalam setiap unsur dengan kata lain hanya
mengenal diterima atau ditolak, contohnya setiap karya tulis mempunyai bobot nilai 4, maka
penilaian jika diterima bernilai maksimal 4 jika ditolah mendapat nilai 0, tidak ada nilai 1 , 2 ,
3.
2. Urutan penilaian di mulai dari judul, sistimatika penulisan, latar belakang penulisan kajian
teori , cara pengolahan, kesimpulan rekomendasi, daftar pustaka, dengan menggunakan
sistem gugur, jika seorang guru menulis karya ilmiah tetapi judulnya tidak menggambarkan
latar belakang pendidikan serta kajiannya terlalu luas maka langsung digugurkan dengan nilai
0 tanpa dilihat unsur yang lainnya, begitu pula seterusnya.
Adapun yang termasuk karya tulis ilmiah terdiri dari :
a. KTI hasil penelitian, pengkajian, survei dan evaluasi,
b.karya tulis/makalah berupa tinjauan atau ulasan ilmiah gagasan sendiri,
c. Tulisan ilmiah popular
d. prasaran berupa tinjauan wawasan atau ulasan ilmiah yang disampaikan pada pertemuan
ilmiah
e. buku pelajaran atau modul
f. diktat pelajaran
g.menerjermahkan karya ilmiah
dari ketujuh kategori inilah guru bisa memilih sehingga tidak usah memaksakan diri membuat
KTI yang tidak dikuasainya.4[4]

4
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengembangan profesi guru merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan,
mengingat guru sangat berperan dalam dunia pendidikan. Beberapa upaya yang dilakukan
pemerintah untuk mengembangkan profesionalisme guru baik selama pendidikan prajabatan
maupun selama jabatan yakni melakukan penyetaraan guru, penataran atau pelatihan,
penegakan kode etik profesi, peningkatan kualifikasi, sertifikasi guru, peningkatan
kompetensi guru, pengembangan karir guru, penghargaan dan perlindungan guru,
perencanaan kebutuhan guru, tunjangan guru, serta penghargaan bagi guru yang berprestasi.

B. Saran
Meskipun pemerintah telah melakukan upaya-upaya untuk mengembangkan
profesionalisme guru, jika secara individu guru tersebut tidak meningkatkan kompetensinya
sebagai guru yang professional, maka dunia pendidikan kita akan tetap tertinggal.
DAFTAR PUSTAKA
Baedhowi. Pengembangan Kompetensi SDM Kependidikan. Makalah pada Forum Seminar
Nasional “Peningkatan Profesionalisme Pendidik dalam Upaya Mewujudkan Sumberdaya
Manusia Pendidikan yang Unggul dan Mandiri” yang diselenggarakan oleh Ikatan Sarjana
Pendidikan Indonesia (ISPI) Jawa Tengah, tanggal 20 Desember 2008.

Mahsunah, Dian dkk. Kebijakan Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Kementrian


Pendidikan dan Kebudayaan, 2012.

Sugiono, “makalah pengembangan profesi keguruan” http:/www.google.com/sugiono-


motivasi.blogspot.com, 2013/11, artikel diakses pada tanggal 1 November 2014.

Tatang Sunendar,“Pengembangan
ProfesiGuru”,http://farichinfarich.blogspot.com/2012/10/oleh-tatang-sunendar-
m.html,halaman diakses pada tanggal 1 november 2014.

Anda mungkin juga menyukai