Anda di halaman 1dari 9

Ekotonia: Jurnal Penelitian Biologi, Botani, Zoologi dan Mikrobiologi ISSN: 2443-2393

Volume 03 Nomor 1 Juni 2018

PENGARUH PERBEDAAN JENIS MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN


SETEK Hoya coronaria BERBUNGA KUNING DARI KAWASAN HUTAN KERANGAS
AIR ANYIR, BANGKA

Bella Febryskhia Putri1*, Yulian Fakhrurrozi1, Sri Rahayu2

1
Jurusan Biologi, Universitas Bangka Belitung, Bangka, Indonesia
*
Corresponding author: bella_febryskhiaputri@yahoo.co.id
2
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Bogor, Indonesia

ABSTRACT

The research to study the influence of the growing media on the growth of Hoya coronaria yellow flowered from Air
Anyir heath forest, Bangka was carried out to know the best growing media. It is a first step to cultivate H. coronaria
from the wild of the area. This research was done on September 2015 until January 2016 at trial house on Gabek II,
Pangkalpinang. Growing media chemical analysis was done at Biology and MIPA laboratorium, Faculty of Agriculture,
Fishery and Biology, Bangka Belitung University. This research used completely randomized factorial pattern using a
single factor with 7 levels. The experiment was used seven different growing media podsol, red yellow podsolic (ultisol),
moss, coco peat, podsol + ultisol, podsol + coco peat and podsol + moss. This research applied 3 replications with 3 Hoya
cutting each of replication. Observed parameters were the establishment of cuttings (life cutting persentation), cutting
growth persentation, shoot length, shoot diameter, roots total number, root length, leaves total numberand leaf wide. The
result showed all growth parameters did not significantly different by the influence of different growing media. The best
root growth is on PPMK (podsol+ultisol), while the best shoot growth and the best leaves growth are on the moss.

Keywords: Cutting, growing media, Hoya coronaria, moss

PENDAHULUAN
Hoya merupakan tumbuhan epifit merambat angin, hal ini sesuai dengan morfologi biji yang kecil
yang terdapat di daerah tropis (Rahayu, 2010). dan ringan serta berambut (Hoffman, 2002; Rahayu,
Kelompok tumbuhan ini memiliki bunga yang unik 2010). Biji Hoya dapat tumbuh jauh dari induknya
dan indah sehingga berpotensi untuk dikembangkan sesuai dengan arah dan kecepatan angin pada saat biji
sebagai tanaman hias bernilai ekonomi tinggi tersebut lepas dari buahnya (Rahayu, 2010). Namun
(Rahayu, 2006). Salah satu jenis Hoya yang dapat demikian, perbanyakan melalui biji membutuhkan
dimanfaatkan sebagai tanaman hias adalah Hoya waktu lebih lama dan rawan gagal pada saat
coronaria. Berdasarkan hasil survei pendahuluan kecambah. Perbanyakan Hoya secara vegetatif
selain dikembangkan sebagai tanaman hias, H. dilakukan melalui setek. Keuntungan perbanyakan
coronaria juga dimanfaatkan sebagai tanaman obat dengan setek adalah mampu menghasilkan tanaman
tradisional oleh masyarakat. serupa dengan induknya dalam waktu yang relatif
H. coronaria umumnya ditemukan di hutan singkat dan sederhana (Hartmann & Kester, 1983
dengan tanah yang miskin hara. Salah satu habitat H. diacu dalam Pasetriyani, 2013). Perbanyakan dengan
coronaria ditemukan di kawasan hutan kerangas Air setek membutuhkan media tanam sebagai tempat
Anyir, Bangka. Hutan kerangas (heath forest) tumbuh dan berakar.
merupakan salah satu tipe hutan penting di Indonesia Media tanam merupakan tempat hidup bagi
yang tumbuh di atas tanah podsol, miskin hara dan tanaman. Secara umum, media tanam harus dapat
pH rendah (masam) (Whitmore, 1984 dalam Onrizal menyangga perakaran tanaman agar bisa berdiri tegak
et al., 2005). IUCN (The International Union fot the dan tidak mudah roboh diterpa angin atau gangguan
Conservation of Nature) dalam Rahayu, 2010) lainnya serta dapat menunjang pertumbuhan tanaman
mengkatagorikan bahwa hutan kerangas merupakan (Wiryanta, 2007). Beberapa media yang dapat
salah satu hutan yang rawan. Ancaman terbesar digunakan sebagai alternatif media tanam untuk
keberadaan H. coronaria di kawasan Hutan Kerangas memperbanyak H. coronaria adalah yang
Air Anyir yaitu kebakaran dan berdasarkan Perda menyerupai kondisi di habitat aslinya, seperti tanah
Kabupaten Bangka No.1 tahun 2013 adanya podsol, moss, serbuk kelapa dan podsolik merah
pengalihan alih fungsi lahan menjadi kawasan kuning. Beberapa media ini digunakan karena
perindustrian. Oleh karena itu diperlukan upaya mempunyai kemampuan mengikat air dan
konservasi dan budidaya tanaman H. coronaria ini mengandung zat hara organik yang diperlukan untuk
dengan cara perbanyakan secara generatif dan pertumbuhan tanaman. Selain itu, secara ekonomis
vegetatif. media-media ini lebih mudah didapat dan lebih
Perbanyakan tanaman Hoya secara generatif murah. Menurut Iswanto, 2002 dalam Andalasari et
terjadi melalui pemencaran biji dengan bantuan al., 2014, media tanam yang baik harus memenuhi

20
© 2018-Program Studi Biologi, Universitas Bangka Belitung
Putri, B.F., Fakhrurrozi, Y dan Rahayu, S. (2018). Pengaruh Perbedaan Jenis Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Setek Hoya coronaria Berbunga Kuning dari
Kawasan Hutan Kerangas Air Anyir, Bangka. Ekotonia: Jurnal Penelitian Biologi, Botani, Zoologi dan Mikrobiologi. 03(1):20-28.

kriteria antara lain; tidak mudah lapuk, tidak mudah tinggi 130 cm. Pembuatan tempat percobaan
menjadi sumber penyakit, aerasi baik, mampu dilakukan sebelum setek yang akan digunakan
mengikat air dan unsur hara dengan baik, mudah dipindahkan kedalam gelas plastik transparan.
didapat dan harga relatif murah. Tempat percobaan ini diletakkan dibawah naungan.
Penelitian mengenai pertumbuhan vegetatif H.
coronaria pada berbagai media belum pernah 3. Persiapan Media Tanam
dilakukan. Tujuan dari penelitian ini yaitu Media podsol, podsolik merah kuning, moss,
mengetahui media terbaik untuk pertumbuhan H. serbuk kelapa, podsol + serbuk kelapa,
coronaria secara konservasi maupun ekonomis podsol+podsolik merah kuning serta podsol dan moss
sebagai langkah awal untuk membudidayakan masing-masing dimasukkan kedalam gelas plastik
tanaman H. coronaria ini. sebanyak 2/3 gelas. Gelas plastik tersebut
sebelumnya dilubangi dengan paku pada bagian
METODE PENELITIAN bawah. Hal ini bertujuan untuk respirasi akar
sehingga tidak menyebabkan pembusukan akar
Pengambilan sampel tumbuhan H. coronaria
(Hardjadinata, 2010).
dan beberapa sampel media seperti moss dan tanah
podsol dilakukan di hutan kerangas Desa Air Anyir
4. Pengambilan dan penanaman Setek
Kabupaten Bangka, sampel media tanah podsolik
Setek yang dilakukan yaitu setek batang. Kriteria
merah kuning dilakukan di kawasan kampus
bagian batang yang diambil yaitu bagian tengah
Universitas Bangka Belitung sedangkan pengamatan
(bagian batang tidak terlalu muda dan tidak terlalu
pertumbuhan H. coronaria dilakukan dirumah
tua) (Hardjadinata, 2010). Setek tanaman dengan
percobaan yang telah disiapkan di Gabek II
ukuran 2 ruas daun (mata setek) ditanam dengan
Pangkalpinang. Kegiatan penelitian ini dimulai pada
kedalaman ⅓-½ dari bagian setek batang agar tidak
September 2015-Januari 2016.
terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah.
Analisis mengenai media tanam (tanah podsol,
podsolik merah kuning, moss, dan serbuk kelapa)
5. Pemeliharaan Setek
dilakukan di Laboratorium Biologi dan MIPA,
Pemeliharaan setek yaitu dengan melakukan
Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi
penyiraman dan pembersihan gulma. Penyiraman
Universitas Bangka Belitung.
dilakukan 2 kali sehari pada pagi dan sore hari,
namun pada saat hujan penyiraman bisa dikurangi
Alat dan Bahan
atau tidak dilakukan sama sekali. Hal ini untuk
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menghindari terjadinya pembusukan akar dan batang
alat tulis, baki, cawan aluminium, cawan porselin,
(Hardjadinata 2010). Pengendalian gulma dilakukan
furnace, gelas plastik transparan berdiameter 9 cm,
secara manual yaitu dengan mencabuti gulma yang
gunting setek, jangka sorong, kamera, karung, lux
tumbuh di sekitar sampel uji.
meter, oven, paku, pH meter, penjepit cawan,
penggaris, sarung tangan, termohigrometer dan
6. Pengamatan dan pengukuran:
timbangan analitik. Bahan yang digunakan adalah
kertas gravimetri, kertas label, podsolik merah 1. Pengamatan dan pengukuran pertumbuhan
kuning, tanah podsol, moss, serbuk kelapa, dan setek tanaman H. coronaria
batang tumbuhan H. coronaria berbunga kuning. Parameter pengamatan dan pengukuran yang
diamati dalam pertumbuhan H. coronaria yaitu:
a. Persentase setek hidup (Sujinah,2013).
Prosedur Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Pengamatan dilakukan diakhir pengamatan
Lengkap (RAL) dengan teknik pengamatan secara dengan menghitung jumlah setek yang hidup setiap
langsung yang terdiri dari 1 faktor dengan 7 taraf perlakuannya.
perlakuan. Penelitian ini diulang sebanyak 3 kali
dengan 3 setek tanaman setiap ulangannya, sehingga ( )
unit percobaannya adalah 3x7x3 = 63 unit.
Pengamatan dilakukan hingga tanaman berumur 7 b. Pertumbuhan Tunas
minggu. Langkah-langkah penelitian sebagai berikut: Pengamatan dilakukan dengan mengamati
1. Persiapan awal tinggi tunas, diameter tunas, jumlah ruas tunas dan
Persiapan awal dapat dilakukan dengan menghitung persentase tumbuh tunas. Diameter tunas
mempersiapkan media seperti serbuk serabut kelapa baru diukur setelah ukuran batang (tunas) mencapai 6
yang dijemur terlebih dahulu kemudian dipotong cm (Bayu, 2013). Pengukuran tinggi tunas dilakukan
kecil-kecil, mencampurkan media podsol dengan setiap satu minggu sekali dan diameter tunas
serbuk kelapa (2:1) dan media podsol dengan dilakukan diawal dan diakhir pengamatan. Tinggi
podsolik merah kuning (2:1). tunas diukur dari bagian pangkal sampai bagian
ujung atau pucuk sedangkan diameter tunas yang
2. Persiapan Tempat Percobaan diukur yaitu bagian pangkal dan ujung tunas.
Tempat percobaan dibuat dari rangka kayu
dengan ukuran panjang 90 cm, lebar 60 cm, dan

21
© 2018-Program Studi Biologi, Universitas Bangka Belitung
Putri, B.F., Fakhrurrozi, Y dan Rahayu, S. (2018). Pengaruh Perbedaan Jenis Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Setek Hoya coronaria Berbunga Kuning dari
Kawasan Hutan Kerangas Air Anyir, Bangka. Ekotonia: Jurnal Penelitian Biologi, Botani, Zoologi dan Mikrobiologi. 03(1):20-28.

( ) b. Kadar air media


Kadar air media dianalisis menggunakan oven
(Tan, 2005; Kurnia et al., 2006). Metode ini
c.Tinggi Batang (cm) dilakukan dengan cara mengambil cuplikan media
Tinggi batang diukur dari bagian pangkal yang sebanyak 10 gram. Media tersebut kemudian
berada dibagian permukaan media sampai bagian dimasukkan kedalam oven dengan suhu 105 oC
ujung atau pucuk. Pengukuran tinggi batang ini selama 24 jam. Setelah pengovenan, media tersebut
dilakukan diawal dan diakhir pengamatan. dimasukkan ke dalam desikator untuk didinginkan.
Pengukuran persentase kadar air media yaitu berat
d.Diameter Batang media basah dikurangi dengan berat media kering
Diameter batang yang diukur yaitu bagian oven kemudian dibagi dengan berat media kering
pangkal dan ujung batang. Pengukuran terhadap oven (Tan, 2005; Kurnia et al., 2006).
diameter batang dilakukan diawal dan diakhir
pengamatan. Hal ini dilakukan karena pertambahan c. Kandungan organik dan anorganik media
terhadap diameter batang relatif kecil (Bayu, 2013). Kandungan organik dan anorganik media
ditentukan dengan cara mengambil cuplikan media
e.Pertumbuhan Daun (dari penentuan kadar air media) sebanyak 5 gram.
Pertumbuhan daun diukur dengan menghitung Cuplikan media tersebut dimasukkan kedalam
berapa jumlah daun yang telah tumbuh, dan luas porselen kering dan diabukan dalam furnace pada
daun. Metode yang digunakan untuk mengukur luas suhu 450oC selama 1-4 jam hingga media menjadi
daun adalah metode gravimetri. Perhitungan luas putih (Herzegovina, 2015). Kandungan organik
daun dilakukan pada minggu pertama (setelah daun media dihitung sebagai persentase dari berat kering
muncul) dan akhir penelitian. Daun yang akan media dikurang berat abu media dibagi dengan berat
dihitung luasnya digambar di atas kertas lalu pola kering media sedangkan kandungan anorganik media
kertas digunting sesuai dengan ukuran daun tersebut dihitung sebagai persentase dari berat abu media
(Sandra, 2008). Pengukuran luas daun yaitu berat dibagi dengan berat kering media.
pola kertas dibagi berat pola kertas 100 cm2 kemudian
dikali luas kertas 100 cm2.
3. Pengukuran Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang diukur yaitu suhu,
f.Pertumbuhan Akar
kelembapan udara dan intensitas cahaya. Parameter
Pengamatan terhadap akar yang dilihat yaitu
ini diukur menggunakan termohigrometer dan lux
panjang dan jumlah akar. Pengamatan terhadap akar
meter. Pengukuran terhadap faktor lingkungan ini
dilakukan diakhir penelitian dengan membongkar
diukur setiap hari.
media dalam gelas transparan kemudian akar di cuci
dengan air bersih. Hal ini untuk memudahkan
Analisis Data
menghitung jumlah akar dan panjang akar.
Data hasil pengamatan yang telah diperoleh
dianalisis menggunakan Analisis Ragam (ANOVA)
2. Pengukuran Karakteristik Media dan uji lanjut DMRT dengan taraf kepercayaan 95%.
Sifat kimia media yang diukur yaitu meliputi pH Analisis ini menggunakan SPSS statistics 21 dan
tanah, kadar air, kadar abu dan kandungan organik Microsoft excel sebagai pengecekan dan
serta anorganik. Pengukuran ini dilakukan sebanyak mempermudah dalam perhitungan.
3 kali ulangan.
a. pH media HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran pH media menggunakan pH meter.
Metode yang dilakukan yaitu pertama media diambil Analisis media tanam yang dilakukan adalah
sebanyak 10 gram, ditambahkan 10 ml air suling menghitung kandungan organik dan anorganik media,
(akuadest), dikocok selama 30 menit dan setelah itu kadar air serta pH media. Hasil yang didapat
didiamkan selama 5 menit, kemudian ukur dengan menunjukkan bahwa kandungan unsur hara, kadar air
pH meter (Poerwowidodo, 1991). serta pH pada setiap media ini berbeda-beda seperti
pada (Tabel 1).

Tabel 1. Hasil analisis sidik ragam pengaruh media terhadap sifat kimia
Sifat kimia media F Hitung % KK
pH 65,38 ** 2,79
Kadar organik 564,99 ** 5,72
Kadar anorganik 564,96 ** 0,15
Kadar air 41,96 ** 16,53
Ket. **: berpengaruh sangat nyata

22
© 2018-Program Studi Biologi, Universitas Bangka Belitung
Putri, B.F., Fakhrurrozi, Y dan Rahayu, S. (2018). Pengaruh Perbedaan Jenis Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Setek Hoya coronaria Berbunga Kuning dari
Kawasan Hutan Kerangas Air Anyir, Bangka. Ekotonia: Jurnal Penelitian Biologi, Botani, Zoologi dan Mikrobiologi. 03(1):20-28.

Adanya pengaruh yang nyata pada suatu mengetahui perlakuan terbaik dari pengaruh jenis
perlakuan maka diperlukan uji selanjutnya yaitu uji media tanam terhadap sifat kimia tanah yang diamati
DMRT (Duncan’s multiple range test). Hal ini untuk (Tabel 2).

Tabel 2. Uji lanjut DMRT pengaruh media terhadap sifat kimia media yang diamati
Media pH KO KAO Kadar Air
M 5,04 b 5,12 a 94,88 c 20,10 a
P 4,02 d 1,17 c 98,83 a 01,06 b
PMK 4,70 a 1,18 c 98,82 a 16,28 a
PPMK 4,28 c 1,27 c 98,73 a 16,25 a
PSK 3,54 e 1,26 c 98,74 a 04,56 b
SK 4,92 ab 4,85 b 95,15 b 17,15 a
Ket. Nilai rataan pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata
menurut uji DMRT pada taraf 5%. M (moss); P (podsol); PMK (podsolik merah kuning); PPMK
(podsol+podsolik merah kuning); PSK (podsol+serbuk kelapa); SK (serbuk kelapa); KO (kandungan organik);
KAO (kandungan anorganik).

Proses pertumbuhan setek H. coronaria kelembaban udara dan intensitas cahaya. Pengukuran
dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Faktor dilakukan pada pagi dan sore hari (Tabel 3).
lingkungan yang diukur adalah suhu udara,

Tabel 3. Rata-rata pengukuran faktor lingkungan selama 7 minggu


Waktu Suhu (C) Kelembaban (%) Intensitas cahaya (lux)
pagi 28,52 82,67 3672,5
sore 28,83 82,42 2888,6

Hasil pengamatan selama 7 minggu yang diameter tunas, luas daun tunas, jumlah daun tunas,
dilanjutkan dengan analisis sidik ragam menunjukkan panjang akar, jumlah akar, persentase stek hidup, dan
bahwa pengaruh jenis media tanam terhadap persentase tumbuh tunas, maka dapat dikemukakan
pertumbuhan H. coronaria tidak berpengaruh nyata hasilnya seperti pada (Tabel 4 dan Tabel 5).
terhadap faktor pertumbuhan yaitu tinggi tunas,

Tabel 4. Hasil analisis sidik ragam pengaruh media terhadap parameter pertumbuhan.
Parameter F Hitung % KK
PSH (Persentase Setek Hidup) 0,72 tn 19,03
PA (Panjang Akar) 1,42 tn 37,46
JA (Jumlah Akar) 1,66 tn 29,31
PTT (Persentase Tumbuh Tunas) 1,97 tn 34,43
TT (Tinggi Tunas) 2,61 tn 47,78
DT (Diameter Tunas) 1,90 tn 27,84
J.DAT (Jumlah Daun Tunas) 2,45 tn 97,61
L.DAT (Luas Daun Tunas) 1,34 tn 104,10
JRT (Jumlah Ruas Tunas) 1,75 tn 32,28
Ket. tn: berpengaruh tidak nyata; *: berpengaruh nyata

Analisis media tanam menunjukkan bahwa moss dan serbuk kelapa


Hasil analisis sidik ragam pengaruh perbedaan memiliki kandungan organik dan kadar air yang
jenis media tanam terhadap kandungan kimia tinggi serta kandungan anorganik yang rendah
berpengaruh sangat nyata terhadap pH, kadar air, dibandingkan media lainnya (Table 2). Hal ini sesuai
kandungan organik serta kandungan anorganik pada dengan pernyataan Mulyadi et al., (2006) bahwa
media (Tabel 1). Hasil analisis yang didapat moss dan serbuk kelapa memiliki kemampuan

23
© 2018-Program Studi Biologi, Universitas Bangka Belitung
Putri, B.F., Fakhrurrozi, Y dan Rahayu, S. (2018). Pengaruh Perbedaan Jenis Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Setek Hoya coronaria Berbunga Kuning dari
Kawasan Hutan Kerangas Air Anyir, Bangka. Ekotonia: Jurnal Penelitian Biologi, Botani, Zoologi dan Mikrobiologi. 03(1):20-28.

menyimpan air yang sangat besar, memiliki kandungan nitrogen sebesar 2-3% yang baik untuk
kecenderungan mampu untuk mempertahankan mendukung pertumbuhan tanaman. Menurut
kelembaban dan mengandung zat hara organik yang Ruskandi & Odis Setiawan (2003) serbuk kelapa
diperlukan untuk pertumbuhan. Menurut Prameswari mengandung unsur hara kalium yang tinggi, nitrogen
et al., (2014) moss memiliki kandungan nitrogen dan fosfor yang dapat mendukung pertumbuhan
yang tinggi dan sedikit fosfor. Wiryanta (2007), tanaman. pH yang didapat pada moss dan serbuk
menambahkan bahwa didalam moss terdapat kelapa yaitu sebesar 5,04 dan 4,92 (Tabel 2).

Tabel 5. Tabulasi rata-rata hasil penelitian dari pengaruh perbedaan jenis media tanam terhadap pertumbuhan H.
coronaria selama 7 minggu

Pertumbuhan Akar Pertumbuhan Tunas Pertumbuhan Daun


Media PSH PA JA PTT TT DT J.DAT L.DAT JRT
(%) (cm) (%) (cm) (cm) (cm)
M 100,00 9,60 16,11 19,05 16,78 0,34 7 2,61 1,17
P 88,89 7,48 16,67 14,27 7,24 0,21 9 0,51 1,86
PM 88,89 8,32 17,11 12,69 6,98 0,30 3 2,24 1,78
PMK 100,00 11,56 18,67 15,87 7,71 0,22 1 0,38 1,30
PPMK 100,00 12,50 24,00 14,29 9,02 0,22 2 1,05 1,10
PSK 100,00 9,64 21,56 14,29 9,42 0,21 1 1,69 1,78
SK 77,78 5,54 11,89 6,35 5,70 0,20 - - 1,75
Ket. M (moss); P (podsol); PM (podsol+moss); PMK (podsolik merah kuning); PPMK (podsol+podsolik merah
kuning); PSK (podsol+serbuk kelapa); SK (serbuk kelapa). TT: tinggi tunas; DT: diameter tunas; L.DAT: luas
daun tunas; PA: panjang akar; JA: jumlah akar; PSH: persentase setek hidup; PTT: persentase tumbuh tunas;
J.DAT: jumlah daun tunas; JRT: jumlah ruas tunas.

Hasil analisis yang didapat menunjukkan bahwa juga pengukuran suhu udara, kelembaban udara dan
kandungan organik pada media podsol, PMK, intensitas cahaya. Hasil penelitian menunjukkan
PPMK, dan PSK rendah dan kandungan bahwa suhu udara rata-rata pada pagi hari 28,52oC
anorganiknya tinggi serta kadar airnya rendah (table dan sore hari 28,83oC, kelembaban udara pagi hari
2). Hal ini disebabkan karena pH pada media-media 82,67% dan sore hari 82,42% serta intensitas cahaya
ini rendah (masam) (Tabel 2). Menurut Munawar pagi hari 3672,5 dan sore hari 2888,6 (Tabel 3).
(2011), pH berpengaruh terhadap ketersediaan unsur- Keadaan lingkungan ini sesuai untuk pertumbuhan
unsur hara (mudah tidaknya ion-ion unsur hara setek.
diserap oleh tanaman). Pada media dengan pH yang Suhu yang mendukung dalam pertumbuhan
rendah (masam) kandungan bahan organiknya setek adalah berkisar 25-30oC. Menurut Hidayati dan
cenderung rendah dan kandungan anorganiknya Saefudin (2002), suhu udara berpengaruh pada
tinggi (Novizan 2005). Kadar air rendah pada media- pertumbuhan, perkembangan dan hasil tanaman serta
media ini disebabkan karena kemampuan menyimpan masa hidup suatu tanaman. Kelembaban udara yang
dan menyerap air pada media-media ini rendah. tinggi diperlukan untuk pada penyetekan untuk
Podsolik merah kuning memiliki kemampuan pertumbuhan mata tunas dan pembentukan akar.
menyimpan air yang cukup kuat karena memiliki Menurut Rahardiyanti (2005), kelembaban udara
porositas yang kecil tetapi memiliki kemampuan tempat pembibitan setek yang optimal berkisar antara
menyerap air yang rendah (Utomo, 2008). Podsol 80-90%. Intensitas cahaya yang tinggi dapat
memiliki kemampuan menyerap air besar tetapi mengurangi tingkat keberhasilan penyetekan,
kemampuan menyimpan air rendah, mempunyai sehingga meletakkan tempat pembibitan di bawah
bobot yang lumayan berat sehingga memudahkan naungan dapat mengatasi masalah intensitas cahaya
tegaknya setek batang (Mega et al., 2010). matahari (Rahardiyanti 2005). Zainal et al. (1994
dalam Bayu 2013), menyebutkan bahwa iklim mikro
Keadaan faktor lingkungan yang optimal untuk pertumbuhan perakaran dan
Pertumbuhan dan perkembangan setek tidak pertumbuhan setek yaitu kelembaban udara lebih dari
hanya dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara 80%, suhu udara lebih kurang 28C, dan intensitas
(makro/mikro) secara cukup, tapi juga faktor cahaya lebih kurang 75%.
lingkungan seperti suhu, kelembaban dan intensitas
cahaya (Putri, 2006). Dalam penelitian ini dilakukan

24
© 2018-Program Studi Biologi, Universitas Bangka Belitung
Putri, B.F., Fakhrurrozi, Y dan Rahayu, S. (2018). Pengaruh Perbedaan Jenis Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Setek Hoya coronaria Berbunga Kuning dari
Kawasan Hutan Kerangas Air Anyir, Bangka. Ekotonia: Jurnal Penelitian Biologi, Botani, Zoologi dan Mikrobiologi. 03(1):20-28.

Persentase Setek Hidup fotosintesis dapat berlangsung sehingga setek mampu


Setek hidup dicirikan dengan masih segarnya menghasilkan karbohidrat sebagai persediaan
setek sampai akhir pengamatan. Batang setek tidak makanannya.
menjadi lembek, tumbuh akar dan tidak mengalami
kebusukan, sehingga tidak menunjukkan gejala
kekeringan. Batang setek yang mengalami kebusukan
menjadi lembek disebabkan oleh terlalu banyak air 120

Persentase setek
yang terdapat pada media sehingga menyebabkan 100
80
kebusukan akar (Rahardiyanti, 2005).

hidup
(%)
60
Berdasarkan hasil pengamatan, total jumlah 40
setek tanaman H.coronaria pada semua media yang 20
hidup adalah 93,65% dengan persentase setek hidup 0
pada masing-masing media adalah P= 88,89%, PM= M P PM PMK PPMK PSK SK

88,89%, SK= 77,78%, M= 100%, PPMK= 100%, Perlakuan media


PMK= 100% dan PSK= 100%. Hasil analisis sidik
ragam perbedaan jenis media tanam terhadap Gambar 1. Rata-rata persentase setek hidup pada
persentase setek hidup H. coronaria berpengaruh masing-masing perlakuan selama 7 minggu
tidak nyata (Tabel 4). Hal ini diduga disebabkan
karena H. coronaria dapat hidup pada semua media Berdasarkan hasil pengamatan terlihat bahwa
yang dapat mendukung pertumbuhan akarnya. persentase setek H. coronaria terendah terdapat pada
(Hartmann & Kester, 1978 dalam Rahardiyanti, media serbuk kelapa, hal ini disebabkan karena media
2005) mengemukakan bahwa pembentukan akar terlalu banyak mengandung air sehingga
dipengaruhi oleh media tanam. Media tanam menyebabkan kebusukan akar dan menyebabkan
merupakan faktor luar yang paling berpengaruh batang setek menjadi lembek. Media ini banyak
terhadap keberhasilan perakaran. Hal ini terlihat pada mengandung air diakibatkan karena suhu udara yang
hasil persentase setek hidup pada masing-masing rendah dan kelembaban udara yang tinggi (Tabel 3)
media dimana keadaan ini berkaitan dengan daya dimana media ini memiliki kemampuan menyerap air
aerasi dan drainase dari masing-masing media, guna sangat tinggi sesuai untuk daerah panas dan
menjaga kelembaban di sekitar media untuk kemampuan mengikat air yang sangat tinggi sehingga
menunjang pertumbuhan akar. Menurut Mulyadi et menyebabkan media menjadi terlalu lembab.
al., (2006) moss memiliki kemampuan menyimpan
air yang sangat besar, memiliki kecenderungan Pertumbuhan Akar (Panjang dan Jumlah Akar)
mampu untuk mempertahankan kelembaban dan Akar merupakan organ vegetatif yang sangat
mengandung zat hara organik yang diperlukan untuk penting untuk mendukung pertumbuhan tanaman
pertumbuhan. Serbuk kelapa memiliki kemampuan dalam memperoleh makanan, sehingga sangat
menyimpan air dan memiliki daya aerasi dan drainase berpengaruh terhadap keberhasilan setek. Menurut
yang baik sesuai untuk daerah panas (Mulyadi et al. (Irwan 2015), akar berfungsi sebagai jangkar yang
2006). Podsolik merah kuning memiliki kemampuan membantu tanaman untuk berdiri kokoh diatas tanah,
menyimpan air yang cukup kuat karena memiliki sebagai alat absorbsi atau penyerapan unsur hara dari
porositas yang kecil tetapi memiliki kemampuan dalam tanah dan sebagai tempat menyimpan
menyerap air yang rendah (Utomo 2008). Podsol cadangan makanan.
memiliki kemampuan menyerap air besar tetapi Berdasarkan hasil pengamatan, total jumlah
kemampuan menyimpan air rendah, mempunyai setek tanaman H.coronaria pada semua media yang
bobot yang lumayan berat sehingga memudahkan berakar adalah 93,65%. Hasil analisis sidik ragam
tegaknya setek batang (Mega et al., 2010). Menurut perbedaan jenis media tanam terhadap panjang dan
Indranata (1989), aerasi tanah yang tidak baik dapat jumlah akar berpengaruh tidak nyata (Tabel 4). Hal
menghambat perkembangan akar dan proses ini diduga disebabkan karena H. coronaria dapat
penyerapan air oleh akar dapat berkurang akibat hidup pada semua media yang dapat mendukung
berkurangnya persediaan oksigen. pertumbuhan akarnya.
Pertumbuhan akar ini juga dipengaruhi oleh
setek yang digunakan adalah setek berdaun empat, 14
Panjang akar

dimana daun sangat berpengaruh dalam pembentukan 12


10
akar karena daun memiliki kemampuan untuk
(cm)

8
6
berfotosintesis sehingga tanaman mampu 4
menghasilkan karbohidrat sebagai persediaan 2
0
makanannya dan menunjang pertumbuhan akar. Hal M P PM PMK PPMK PSK SK
ini diperkuat oleh pernyataan Rochiman dan Harjadi Perlakuan media
(1973), adanya pertumbuhan daun akan
mempengaruhi kondisi pertumbuhan akar karena
daun dapat menghasilkan auksin yang mendukung Gambar 2. Rata-rata panjang akar pada masing-
pertumbuhan akar. Melalui daun ini pula proses masing perlakuan selama 7 minggu

25
© 2018-Program Studi Biologi, Universitas Bangka Belitung
Putri, B.F., Fakhrurrozi, Y dan Rahayu, S. (2018). Pengaruh Perbedaan Jenis Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Setek Hoya coronaria Berbunga Kuning dari
Kawasan Hutan Kerangas Air Anyir, Bangka. Ekotonia: Jurnal Penelitian Biologi, Botani, Zoologi dan Mikrobiologi. 03(1):20-28.

25

Persentase tumbuh
30 20
25 15
Jumlah akar

tunas
10

(%)
20
15 5
10 0
M P PM PMK PPMK PSK SK
5
0 Perlakuan media
M P PM PMK PPMK PSK SK
Perlakuan media
Gambar 4. Rata-rata persentase tumbuh tunas pada
Gambar 3. Rata-rata jumlah akar pada masing- masing-masing perlakuan selama 7 minggu
masing perlakuan selama 7 minggu 20

Tinggi tunas
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa 15

(cm)
pertumbuhan panjang dan jumlah akar tertinggi 10
terdapat pada media PPMK, hal ini diduga
5
disebabkan karena porositas media PPMK ini
mendukung perakaran tanaman. PMK umumnya 0
M P PM PMK PPMK PSK SK
memiliki kemampuan menyimpan air yang cukup
Perlakuan media
kuat tetapi kemampuan menyerap airnya rendah
dikarenakan porositasnya yang kecil, tetapi adanya
penambahan pasir membantu menambah porositas Gambar 5. Rata-rata tinggi tunas pada masing-
tanah. Rahardiyanti (2015), mengatakan bahwa pasir masing perlakuan selama 7 minggu
dalam tanah memungkinkan adanya ruang pori yang
mendukung perakaran/pertumbuhan akar. Pasir 0.40
Diameter tunas

tersebut akan membuat tekstur menjadi kasar dan 0.30


jumlah ruang pori makronya menjadi lebih besar. 0.20
(cm)

Menurut Soepardi (1983), ruang pori makro akan 0.10


membuat sirkulasi udara dan sirkulasi air didalam 0.00
tanah menjadi lancar. Dugaan lain disebabkan karena M P PM PMK PPMK PSK SK
jumlah daun utama yang masih hidup pada media Perlakuan media
PPMK ini cukup tinggi dibandingkan dengan media
lainnya, dimana keberhasilan inisiasi akar juga
dipengaruhi oleh daun. Hal ini diperkuat oleh Hayati Gambar 6. Rata-rata diameter tunas pada masing-
(2015), kehadiran daun sangat penting terhadap masing perlakuan selama 7 minggu
proses inisiasi akar, karena akar juga sebagai tempat
penghasil auksin yang akan ditranslokasikan ke dasar Berdasarkan hasil analisis sidik ragam
potongan setek dan diperlukan untuk diferensiasi sel. perbedaan jenis media tanam terhadap pertumbuhan
Rochiman dan Harjadi (1973), menambahkan daun tunas berpengaruh tidak nyata (Tabel 4). Hasil
dapat menghasilkan auksin yang mendukung pengamatan menunjukkan pertumbuhan tunas
pertumbuhan akar. Melalui daun ini pula proses tertinggi terdapat pada media moss. Hal ini diduga
fotosintesis dapat berlangsung sehingga setek mampu karena media moss memiliki kandungan organik
menghasilkan karbohidrat sebagai persediaan tertinggi dibandingkan media lain (Tabel 2) sehingga
makanannnya. bermanfaat untuk menunjang pertumbuhan tunas.
Berdasarkan hasil pengamatan terlihat bahwa Pernyataan ini diperkuat oleh (Prameswari et al.,
pertumbuhan akar H. coronaria terendah terdapat 2014) yang mengatakan bahwa moss mengandung
pada media serbuk kelapa, hal ini karena media unsur hara nitrogen yang tinggi dan sedikit fosfor
terlalu banyak mengandung air sehingga dimana unsur hara nitrogen berfungsi untuk
menyebabkan kebusukan akar. meningkatkan pertumbuhan vegetatif, mempercepat
Pertumbuhan Tunas (Persentase Tumbuh Tunas, pembungaan dan mempengaruhi pembentukan batang
Tinggi dan Diameter Tunas) yaitu berperan dalam pembentukan tunas dan
Tunas merupakan faktor penentu terbaik pada perkembangan batang (Herdiana et al., 2008).
suatu perlakuan. Tunas yang tumbuh baik dapat Wiryanta (2007), moss mengandung nitrogen 2-3%
dilihat dari terbentuknya batang dan daun. Gardner et dan sangat baik untuk perkembangan akar. Edmonn
al. (1997), menyatakan bahwa peranan tunas pada et al., (1983) dalam Hayati et al. (2012), menyatakan
setek cukup besar, karena tunas akan melakukan bahwa ketersediaan nitrogen sangat menentukan
proses asimilasi dan hasil asimilasi tersebut dapat dalam proses pertumbuhan tunas dan akar pada setek.
mempercepat akar. Pertumbuhan tunas sangat penting bagi
keberlangsungan hidup setek, hal ini karena tunas
mampu mendorong terjadinya perakaran pada setek.

26
© 2018-Program Studi Biologi, Universitas Bangka Belitung
Putri, B.F., Fakhrurrozi, Y dan Rahayu, S. (2018). Pengaruh Perbedaan Jenis Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Setek Hoya coronaria Berbunga Kuning dari
Kawasan Hutan Kerangas Air Anyir, Bangka. Ekotonia: Jurnal Penelitian Biologi, Botani, Zoologi dan Mikrobiologi. 03(1):20-28.

Tunas berperan sebagai sumber auksin terutama bila pertumbuhan dan perkembangan daun adalah
tunas tersebut mulai tumbuh (Hartmann & Kester, nitrogen. Jumlah nitrogen yang tinggi umumnya
1978 dalam Rahardiyanti, 2005). menghasilkan daun yang lebih besar.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pada
Pertumbuhan Daun (Jumlah dan Luas Daun media podsol memiliki jumlah daun dan jumlah ruas
Tunas) tertinggi (gambar 8 dan 9) dibandingkan media lain,
Tumbuh tidaknya daun berperan penting untuk hal ini diduga karena podsol mengalami stress hara
pertumbuhan tanaman karena daun dapat melakukan dimana salah satu cara H. coronaria untuk
proses fotosintesis sehingga cadangan makanan pun mempertahankan diri dengan mempersingkat
tersedia cukup. hidupnya dengan cara memperbanyak ruas dan setiap
10
ruas itu ada daun untuk pembentukan tunas.
Berdasarkan hasil yang didapat, terlihat bahwa
Jumlah daun tunas

8
pertumbuhan daun H. coronaria terendah terdapat
6
pada media serbuk kelapa, hal ini diduga karena
4 media mengalami stress air atau terlalu banyak
2 mengandung air sehingga menghambat pertumbuhan
0 dan menyebabkan kebusukan akar.
M P PM PMK PPMK PSK SK
Perlakuan media
KESIMPULAN
Gambar 7. Rata-rata luas daun tunas pada masing- Kesimpulan
masing perlakuan selama 7 minggu Perlakuan media berpengaruh tidak nyata
terhadap semua parameter pertumbuhan yang diamati
3.0 yaitu persentase setek hidup, pertumbuhan akar,
Luas daun tunas

2.5 pertumbuhan tunas dan pertumbuhan daun.


2.0
1.5 Pertumbuhan akar terbaik terdapat pada media
(cm)

1.0 PPMK, pertumbuhan tunas dan pertumbuhan daun


0.5
0.0 terbaik terdapat pada media moss. Pertumbuhan
M P PM PMK PPMK PSK SK tanaman H. coronaria terbaik secara keseluruhan
Perlakuan media terdapat pada media moss.

Saran
Gambar 8. Rata-rata Jumlah daun tunas pada Penggunaan media terbaik untuk konservasi
masing-masing perlakuan selama 7 minggu tanaman H. coronaria ini adalah menggunakan media
2.0 moss tetapi secara ekonomis untuk membudidayakan
Jumlah ruas tunas

1.5 tanaman H. coronaria ini dapat menggunakan media


1.0 PPMK dan PMK, karena selain lebih murah media
0.5
ini lebih mudah diperoleh.
0.0
M P PM PMK PPMK PSK SK
DAFTAR PUSTAKA
Perlakuan media
Andalasari T.D., Yafisham dan Nuraini. 2014.
Respon Pertumbuhan Anggrek Dendrobium
Gambar 9. Rata-rata Jumlah ruas tunas pada masing- terhadap Jenis Media Tanam dan Pupuk Daun. J
masing perlakuan selama 7 minggu Pertanian. 14(1):76-82.
Bayu H.H. 2013. Pengaruh Panjang Setek dan
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam Pemberian Rootone-F terhadap Pertumbuhan
perbedaan jenis media tanam terhadap pertumbuhan Setek Tanaman Buah Naga Merah (Hylocereus
daun (luas daun dan jumlah daun tunas) berpengaruh costaricenes). [Skripsi]. Universitas Bangka
tidak nyata (Tabel 4). Berdasarkan hasil pengamatan Belitung, Bangka.
terlihat bahwa luas daun tertinggi terdapat pada Gardner F.P., Pearce, R.B., and Mitchell R.L. 1997.
media moss, hal ini diduga karena moss mengandung Physiology of Crop Plant. Terjemahan Herwatu
unsur hara nitrogen yang tinggi. (Prameswari et al., Susilo dan Subiyanto Fisiologi Tanaman
2014) mengatakan bahwa unsur hara nitrogen Budidaya. Universitas Indonesia Press: Jakarta.
berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan Hardjadinata S. 2010. Budi Daya Buah Naga Super
vegetatif, Hayati et al., (2012) menambahkan bahwa Red Secara Organik. Penebar Swadaya: Depok.
nitrogen mempengaruhi pembentukan batang dan Hayati E., Sabaruddin dan Rahmawati. 2012.
berperan pada fase vegetatif tanaman yaitu berperan Pengaruh Jumlah Mata Tunas dan Komposisi
dalam pembentukan tunas dan perkembangan batang. Media Tanam terhadap Pertumbuhan Setek
Lakitan (1966 dalam Tarigan, 2010) menyatakan Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcus L.).
bahwa unsur hara yang paling berpengaruh terhadap Agrista. 16(3):1-16.

27
© 2018-Program Studi Biologi, Universitas Bangka Belitung
Putri, B.F., Fakhrurrozi, Y dan Rahayu, S. (2018). Pengaruh Perbedaan Jenis Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Setek Hoya coronaria Berbunga Kuning dari
Kawasan Hutan Kerangas Air Anyir, Bangka. Ekotonia: Jurnal Penelitian Biologi, Botani, Zoologi dan Mikrobiologi. 03(1):20-28.

Herzegovina E.S. 2015. Kajian Ekologi Hoya Pasetriyani. 2013. Pengaruh Macam Media Tanam
coronaria Blume. di Kawasan Hutan kerangas air dan Zat Pengatur Tumbuh Growtone terhadap
Anyir, Kabupaten Bangka. [Skripsi]. Universitas Pertumbuhan Stek Batang Tanaman Jarak Pagar
Bangka Belitung, Bangka. (Jatropa curcas Linn ). J Pertanian. 4 (1): 34-57.
Hidayati N dan Saefudin. 2002. Pertumbuhan dan Poerwowidodo. 1991. Ganesa Tanah: Proses Ganesa
produktivitas kumis kucing (Orthosiphon dan Morfologi (Jilid II). Rajawali press: Jakarta.
aristatus) pada mikroklimat yang berbeda dan Prameswari Z.K, Trisnawati dan Waluyo. 2014.
perlakuan pupuk organik cair. Prosiding Pengaruh Macam Media dan Zat pengatur
Simposium Nasional II Tumbuhan Obat dan Tumbuh terhadap Keberhasilan Cangkok Sawo
Aromatik. APINMAP. 8-10 Agustus 2001. Bogor. (Manilkara zapota (L.) Van Royen) pada Musim
Indranata H.K. 1989. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Penghujan. Vegetalika. 3(4):107-118.
Bina Aksara: Jakarta. Putri D.M.S. 2006. Pengaruh Jenis Media terhadap
Irwan. 2015. Manfaat dan Fungsi Akar. Pertumbuhan Begonia imperialis dan Begonia
http;//www.irwantoshut.blogspot.com/2015/02/M ‘Bethlehem Star’. Biodiversitas.7(2): 168-170.
anfaat-dan-Fungsi-Akar.html. Diakses 15 Rahardiyanti R. 2005. Kajian Pertumbuhan Stek
Februari 2016. Btang Sangitan 9 Sambucus javanica Reinw.) di
Kurnia U., Agus F., Adimihardja A. dan Dariah A. persemaian dan Lapangan. [Skripsi]. Departemen
2006. Sifat Fisik Tanah dan Metode Aanalisisnya. Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
Agro Inovasif: Departemen Pertanian. Fakultas Kehutanan IPB: Bogor.
MacKinnon J., Phillips K., dan Balen B.V. 2000. Rahayu S. 2006. Keanekaragaman Jenis Hoya
Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan (Asclepiadaceae) di Hutan Lindung Bukit
Kalimantan (Termasuk Sabah, Serawak dan Batikap, Kalimantan Tengah. Biodiversitas. 7(2):
Brunei Darussalam). Puslitbang Biologi-LIPI: 139-142.
Bogor. Rahayu S. 2010. Sebaran dan Keragaman Genetik
Mega I.M, Dibia, Ratna A. dan Kusmiyarti. 2010. Populasi Hoya multiflora Blume (Asclepiadaceae)
Klasifikasi Tanah dan Kesesuaian Lahan. di Taman Nasional Gunung Gede Pangrao dan
Program Studi Agroeteknologi Fakultas Pertanian Sukamantri Taman Nasional Gunung Malimun
Universitas Udayana: Denpasar. Salak. [Thesis]. IPB: Bogor.
Mulyadi M., Saepul Y., Abdurahman D. dan Wibowo Rochiman K, Harjadi. 1983. Pembiakan Vegetatif.
H. 2006. Pengaruh Pemberian Konsentrasi Pupuk Departemen Agronomi Fakultas Pertanian IPB:
Dan Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Bogor.
Vegetatif Fase Seedling Anggrek Phalaenopsis. Ruskandi dan Odih S. 2003. Kadar Hara Makro
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa: Serang. Berbagai Jenis Limbah Tanaman Sela pada Pola
Munawar A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanam Kelapa. Prosiding Temu Teknis
Tanaman. IPB: Bogor. Fungsional. Badan Peneliti dan Pengembangan
Novizan. 2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Pertanian: Sukabumi.
Agromedia pustaka: Jakarta. Sandra. 2008. Pertumbuhan Bibit Soft Cutting Jarak
Onrizal, Kusmana C., Saharjo B.H., Handayani I.P. Pagar pada Panjang Setek yang Berbeda dengan
dan Kato T. 2005. Komposisi Jenis dan Struktur Pemberian IBA dan NAA.[Skripsi]. Universitas
Hutan Kerangas Bekas Kebakaran di Taman Bangka Belitung: Bangka.
Nasional Danau Sentarum, Kalimantan Barat. Soepardi G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan
Biodiversitas. 6(4):263-265. Tanah Fakultas Pertanian IPB: Bogor.

28
© 2018-Program Studi Biologi, Universitas Bangka Belitung

Anda mungkin juga menyukai