Anda di halaman 1dari 20

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengukuran adalah kegiatan membandingkan ukuran suatu benda dengan
suatu standart yang telah disepakati. Mengukur dapat dikatakan sebagai kegiatan
mendefinisikan masalah secara kuantitatif. Pengukuran adalah aspek fundamental
dari berbagai bidang ilmu, terutama fisika. Nilai pengukuran akan berguna jika
dilakukan dalam satuan baku. Satuan baku adalah suatu yang diterima secara
umum dan terdefinisi secara pasti nilainya. Pengukuran awalnya harus
menggunakan ukuran . Ukuran yang relatif tidak memiliki standart yang tepat,
untuk itu para ilmuan berunding untuk membuat satuan standart untuk
pengukuran dal alat-ala tukur lainnya, misalnya mistar, neraca, stopwatch, dan
lain-lain.
Perntingnya besaran dan pengukuran untuk dapat membantu memahami
materi dasar-dasar pengukuran, maka dari itu diperlukan penyusunan laporan
praktikum. Laporan praktikum fisika hasil-hasil dari percobaan yang bertujuan
untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan praktikan dalam menjalankan
praktikum tersebut.
Dasar pentingnya memahami besaran yaitu untuk mencapai suatu tujuan
tertentu dalam melakukan praktikum fisika. Mengamati suatu gejala secara umum
tidak lengkap apabila tidak dilengkapi dengan data dari hasil pengukuran.
Besaran-besaran yang di dapat dari hasil pengukuran, maka besaran tersebut
ditetapkan sebagai satuan

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam praktikum tentang pengukuran dasar
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana cara menentukan nilai skala terkecil dari masing-masing alat ukur?
2. Bagaimana cara menentukan ralat standart deviasi?
3. Bagaimana perbandingan hasil pengukuran satu kali dengan tiga kali?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum tentang pengukuran dasar adalah sebagai
berikut:
1. Dapat menentukan nilai skala terkecil dari masing-masing alat ukur
2. Dapat menentukan ralat standart deviasi
3. Mampu membandingkan hasil pengukuran satu kali dengan tiga kali

1.4 Manfaat
Dengan dilakukannya praktikum kali ini diharapkan agar mahasiswa dapat
dengan mudah menggunakan alat ukur dasar, dapat mengukur benda dengan alat
ukur yang sesuai, serta memberikan pengetahuan apa yang ada pada alat ukur
dasar dan lebih memahami lagi konsep materi praktikum pengukuran dasar kali
ini.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengukuran
Pengukuran adalah kegiatan membandingkan ukuran suatu benda dengan
suatu standart yang telah disepakati. Dalam pengukuran ini terjadi kegiatan
menentukan nilai suatu besaran dengan cara membandingkan besaran tersebut
dengan besaran yang sejejnis sebagai standart atau ukuran baku. Satuan baku
adalah satuan yang diterima secara umum dan terdefinisi secara pasti nilainya.
Seperti satuan dari panjang adalah meter, satuan waktu adalah sekon, satuan dari
massa adalah kilogram, dan lain-lain.
Satuan dan Besaran yang disepakati.
Besaran Nama Satuan Simbol
Panjang Meter M
Waktu Sekon S
Masa Kilogram Kg
Suhu Kelvin K
Kuat Arus Ampere A
Jumlah Zat Mol Mol
Intensitas Cahaya Candela Candela
Tabel 2.1 Besaran Pokok (Yunus, 2010).
Satuan yang ada tidak hanya satuan pokok seperti yang telah tertera pada
tabel 2.1, masih banyak lagi satuan-satuan lainnya, untuk itu jika di dapatkan
sebuah besaran dengan satuan yang lebih sesuai dengan SI(Satuan Internasional),
maka perlu di rubah. Metode ini dilakukan dengan cara mengalikan pengukuran
asli dengan faktor kenvensi. Misalnya 2 menit dan 120 detik adalah interval untuk
2 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 120 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
waktu yang sama 120 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 = 1 dan = 1 (Giancolli, 2014).
2 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

Setiap besaran memiliki alat ukur masing-masing dengan tingkat kesulitan


yang berbeda-beda. Pengukuran panjang dapat digunakan penggaris/mistare,
mikrometer sekrup, jangka sorong, damn lain-lain. Pengukuran massa dapat
digunakan alat neraca, neraca digital, neraca pegas, dan lain-lain. Pengukuran
suhu dapat dilakukan alat termometer,m baik termometer reaksi maupun
termometer alkohol. Pengukuran kuat arus bisa di gunakan Amperemeter.
Pengukuran tegangan listrik bisa di gunakan alat Voltmeter (Mikrajuddin, 2016).
Proses pengukuran tentu saja tidak akan pernah luput dari kesalahan
pengukuran, baik dari alat ukur yang kurang baik maupun dari kesalahan dalam
membaca ukuran yang ditunjukkan oleh alat ukur. Kesalahan pada pengukuran
pada dasarnya dibagi menjadi 2 macam, yaitu kesalahan sistematis dan kesalahan
seimbang. Kesalahan sistematis adalah pengukuran yang sering terjadi secara
konsisten dalam pengulangan pengukuran. Kesalahan seimbang adalah kesalahan
yang terjadi tanpa dapat di prediksi sebelum kesalahan ini menimbulkan
perbedaan magnitude besaran yang diukur baik karena sistem pengukuran
maupun kondisi pengukuran (Mikrajuddin, 2016).

2.2 Ralat Langsung


Ralat langsung adalah ralat yang diperoleh dari pengukuran secara
langsung. Ketidakpastian hasil ukur dari ralat langsung dapat diperoleh dengan
dua cara yaitu ketidakpastian nilai skala terkecil (nst) dilakukan dengan sekali
pengukuran. Ralat langsung yang kedua yaitu ketidakpastian standart deviasi.
Ralat ditentukan ½ dari nst alat ukur masing-masing. Setiap alat ukur memiliki
nilai skala tgerkecil yang merupakan keterbatasannya. Sebagai cvontoh pada
mikrmeter yang memiliki nst 0,01 mm. Sedangkan standart deviasi merupakan
suatu batas toleransi terhadap suatu pengukuran. Metode standart deviasi
dilakukan secara berulang-ulang, dengan cara mencari rata-rata hasil ukur dalam
teknik statistik. Mencari ralat menggunakan standart deviasi dilakukan dengan
√∑(𝑥𝑖 −𝑥)2
menggunakan rumus , dengan demikian dapat diperoleh nilai dari stndart
𝑛−1

deviasinya (Djonoputro, 1984).

2.3 Ralat Tidak Langsung


Ralat tidak langsung dalam proses pengukuran suatu benda. Penggunaan ralat
tidak langsung data diperoleh dari rumus:

a Menggunakan ralat nst


𝜕𝐹 𝜕𝐹 𝜕𝐹
∆𝐹 = │ ││∆𝑥1 │ + │ ││∆𝑥2 │ + ⋯ + │ ││∆𝑥𝑛 │
𝜕𝑥1 𝜕𝑥2 𝜕𝑥𝑛
b Menggunakan ralat deviasi satndart

𝜕𝐹 2 𝜕𝐹 2 𝜕𝐹 2
∆𝐹 = √( 2
) (∆𝑥1 ) + ( 2
) (∆𝑥2 ) + ⋯ + ( ) (∆𝑥𝑛 )2
𝜕𝑥1 𝜕𝑥2 𝜕𝑥𝑛

c Menggunakan ralat gabungan yaitu ∆𝑥 adalah ½ nst. ∆𝑦 adalah ralat deviasi


standart

𝜕𝐹 2 𝜕𝐹 2
∆𝐹 = √( ) (∆𝑥) (0,68) + ( ) (∆𝑦)2
2 2
𝜕𝑥 𝜕𝑦

(Djonoputro, 1984).
Salah satu contoh pengukuran tidsak langsung yaitu menentukan massa jenis
𝑚
(P) benda. Massa jenis dapat di rumuskan sebagai berikut 𝑃 = , dengan
𝑣

keterangan m adalah massa benda dan v adalah volume benda. Ralat dari massa
jenis (∆𝑃) dengan massa (m) dan volume (v) yang hanya di ukur dengan sekali
pengukuran, yaitu:
𝜕𝑃 𝜕𝑃
∆𝑃 = ( ) (∆𝑚) + ( ) (∆𝑣)
𝜕𝑚 𝜕𝑣
∆𝑃 = 𝑣 −1 (∆𝑚) + (−𝑚𝑣 −2 )(∆𝑣)
Keterangan:
1 1
∆𝑚 = 2 𝑛𝑠𝑡 dan ∆𝑣 = 2 𝑛𝑠𝑡

Ralat massa jenis (∆𝑃) dengan massa (m) dan volume (v) dengan 3 kali
pengukuran, yaitu:

𝜕𝑃 2 𝜕𝑃 2
∆𝑃 = √( ) (∆𝑚)2 + ( ) (∆𝑣)2
𝜕𝑚 𝜕𝑣

∆𝑃 = √(𝑣 −1 )2 (∆𝑚)2 + (−𝑚𝑣 −2 )2 (∆𝑣)2


Keterangan:
∑(𝑚1 −𝑚)2 ∑(𝑣1 −𝑣)2
∆𝑚 = √ dan ∆𝑣 = √
𝑛(𝑛−1) 𝑛(𝑛−1)

Ralat massa jenis (∆𝑃) dengan massa (m) yang di ukur sebanyak 1 kali dan
volume (v) sebanyak 3 kali, yaitu:
𝜕𝑃 2 𝜕𝑃 2

∆𝑃 = ( ) (∆𝑚) + ( ) (∆𝑣)2
2
𝜕𝑚 𝜕𝑣

∆𝑃 = √(𝑣 −1 )2 (∆𝑚)2 + (−𝑚𝑣 −2 )2 (∆𝑣)2


Keterangan:
1 ∑(𝑣1 −𝑣)2
∆𝑚 = 2 𝑛𝑠𝑡 dan ∆𝑣 = √ 𝑛(𝑛−1)

Selain mengukur massa jenis, pengukuran tidak langsung lainnya yaitu


kecepatan. Kecepatan dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
𝑠
𝑣 = 𝑡 atau 𝑣 = 𝑠𝑡 −1

Keterangan:
𝑠 = jarak yang ditempuh
𝑡 = waktu yang dibutuhkan
𝑣 = kecepatan
Mengukur ralat kecepatan benda jika s dan t hanya diluar dengan 1 kali
pengukuran, yaitu:
𝜕𝑣 𝜕𝑣
∆𝑣 = ( ) (∆𝑠) + ( ) (∆𝑡)
𝜕𝑠 𝜕𝑡
∆𝑣 = 𝑡 −1 (∆𝑠) + (−𝑠𝑡 −2 )(∆𝑡)
Keterangan:
1 1
∆𝑠 = 2 𝑛𝑠𝑡 dan ∆𝑡 = 2 𝑛𝑠𝑡

Mengukur ralat kecepatan benda jika s dan t diukur sebanyak 3 kali


pengukuran, yaitu:

𝜕𝑣 2 𝜕𝑣 2
∆𝑣 = √( ) (∆𝑠)2 + ( ) (∆𝑡)2
𝜕𝑠 𝜕𝑡

∆𝑣 = √(𝑡 −1 )2 (∆𝑠)2 + (−𝑠𝑡 −2 )2 (∆𝑡)2


Keterangan:
∑(𝑠 −𝑠)2
1 1 ∑(𝑡 −𝑡)2
∆𝑠 = √ 𝑛(𝑛−1) dan ∆𝑡 = √ 𝑛(𝑛−1)

Mengukur ralat kecepatan benda jika s dilakukan 1 kali dan t diukur sebanyak
3 kali pengukuran, yaitu:
𝜕𝑣 2 𝜕𝑣 2
∆𝑣 = √( ) (∆𝑠) + ( ) (∆𝑡)2
2
𝜕𝑠 𝜕𝑡

∆𝑣 = √(𝑡 −1 )2 (∆𝑠)2 + (−𝑠𝑡 −2 )2 (∆𝑡)2


Keterangan:
1 ∑(𝑡 −𝑡)2
1
∆𝑠 = 2 𝑛𝑠𝑡 dan ∆𝑡 = √ 𝑛(𝑛−1)

(Arkundato, 2007).
BAB 3. METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai
berikut:
1. Jangka sorong, digunakan untuk mengukur panjang diameter luar, panjang
diameter dalam, panjang suatu benda, dan juga kedalaman benda
2. Mikrometer sekrup, digunakan untuk mengukur panjang diameter benda, dan
panjang sebuah benda
3. Amperemeter, digunakan untuk mengukur kuat arus listrik
4. Mistar, digunakan untuk mengukur panjang suatu benda
5. Voltmeter, digunakan untuk mengukur tegangan listrik
6. Neraca, digunakan untuk mengukur massa suatu benda
7. Stopwatch, digunakan untuk menghitung waktu
8. Termometer, digunakan untuk mengukur suhu

3.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Bola besi kecil, digunakan sebagai bahan pengukuran diameter luar pada
mikrometer sekrup
2. Cincin, digunakan sebagai bahan pengukuran diameter luar dan diameter dalam
pada jangka sorong
3. Balok besi, digunakan untuk pengukuran lebar, panjang, tinggi dan massa
4. Baterai, digunakan sebagai bahan pengukur tegangan, kuat arus pada
amperemeter dan voltmeter
3.2 Desain Percobaan
Adapun desain percobaan yang digunakan pada praktikum pengukuran
dasar ini adalah :
1. Jangka sorong

Gambar 3.1 Jangka Sorong


(Sumber : Petunjuk Praktikum Fisika Dasar, 2016)

2. Mikrometer Sekrup

Gambar 3.2 Mikrometer Sekrup


(Sumber : Petunjuk Praktikum Fisika Dasar, 2016)
3. Mistar

Gambar 3.3 Mistar


(Sumber : Petunjuk Praktikum Fisika Dasar, 2016)

4. Amperemeter dan Voltmeter

Gambar 3.4 Amperemeter dan Voltmeter


(Sumber : Petunjuk Praktikum Fisika Dasar, 2016)
5. Neraca

Gambar 3.5 Neraca


(Sumber : Petunjuk Praktikum Fisika Dasar, 2016)

6. Stopwatch

Gambar 3.6 Stopwatch


(Sumber : Petunjuk Praktikum Fisika Dasar, 2016)
7. Termometer

Gambar 3.4 Amperemeter dan Voltmeter


(Sumber : Petunjuk Praktikum Fisika Dasar, 2016)

3.3 Langkah Kerja


Adapun langkah kerja yang dilakukan dalam praktikum pengukuran dasar
adalah sebagai berikut.
3.3.1 Menentukan Nilai Skala Terkecil (nst) dan kesalahan titik nol
1. Jangka sorong diambil dan ditentukan nstnya
2. Mikrometer sekrup diambil dan ditentukan nstnya
3. Mistar diambil dan ditentukan nstnya
4. Amperemeter diambil dan ditentukan nstnya
5. Voltmeter diambil dan ditentukan nstnya
6. Neraca diambil dan ditentukan nstnya
7. Stopwatch diambil dan ditentukan nstnya
8. Termometer diambil dan ditentukan nstnya

3.3.2 Pengukuran langsung dengan menggunakan nst


1. Jangka sorong, diukur diameter luar cincin menggunakan jangka sorong (1
kali)
2. Ukur diameter luar bola besi menggunakan mikrometer (1 kali)
3. Amperemeter dan voltmeter dihubungkan dengan rangkaian tertutup dan
dihitung arus dan tegangannya
4. Neraca diberi beban dan dicatat skalanya
5. Dihitung lebar dan tinggi balok menggunakan mistar
6. Dihitung dengan stopwatch durasi berjalan sejauh 2 meter

3.3.3 Pengukuran langsung dengan menggunakan standart deviasi


Catatan: semua langkah percobaan dilakukan 3 kali
1. Diukur diameter luar dan dalam cincin menggunakan jangka sorong
2. Diukur diameter luar bola besi menggunakan mikrometer sekrup
3. Dihubungkan amperemeter dan voltmeter dengan rangkaian tertutup dan
dihitung arus listrik dan tegangannya
4. Dihitung berat dari suatu benda di neraca
5. Dihitung lebar dan tinggi balok menggunakan mistar
6. Dihitung durasi berjalan sejauh 2 meter dengan stopwatch

3.3.4 Pengukuran tidak langsung dengan menggunakan nst


1. Diukur panjang, lebar dan tinggi (pada pecobaan 5, lalu timbang massa balok)
2. Dihitung waktu berjalan sejauh 2, 2.5, dan 3 meter menggunakan stopwatch

3.3.5 Pengukuran tidak langsung dengan menggunakan nst dan standart deviasi
1. Diukur panjang, lebar, dan tinggi balok menggunakan standart deviasi lalu
hitung massanya menggunakan nst
2. Dihitung durasi waktu berjalan 2, 2.5, dan 3 meter dengan menggunakan nst
dan perhitungan waktu menggunakan standart deviasi

3.4 Metode Analisis


Adapun metode analisis yang digunakan pada praktikum pengukuran dasar
ini adalah :
a. Cara penulisan hasil ukur yang benar
Apabila hasil ukur dinyatakan dengan 𝑥̅ maka ralatnya dinyatakan dengan ∆𝑥,
maka cara penulisan yang benar adalah :
𝑥 = (𝑥̅ ± ∆𝑥)𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛
Atau
𝑥 = (𝑥̅ )𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 ± ∆𝑥%
∆𝑥
Dengan ∆𝑥% = [ 𝑥 ] × 100%

b. Cara penulisan dan mendapatkan ralat


∆𝑥
 Ralat relatif/ ralat nisbi (𝐼) = [ 𝑥 ] × 100%

Σ(𝑥−𝑥̅ )2
 Ralat mutlak ∆𝑥 = √ 𝑛(𝑛−1)

 Keseksamaan (𝐾) = 100% − 𝐼


 Ralat asal nilai terkecil
𝛿𝑍 𝛿𝑍
|∆𝑍| = |( )| |∆𝑋| + |( )| |∆𝑌|
𝛿𝑋 𝛿𝑌

 Massa jenis(𝜌)
𝑚 𝑚
𝜌= = 𝑝×𝑙×𝑡
𝑣
𝛿𝜌 𝛿𝜌 𝛿𝜌 𝛿𝜌
|∆𝜌| = |( )| (∆𝑚) + |(𝛿𝑝)| (∆𝑝) + |( 𝛿𝑙 )| (∆𝑙) + |( 𝛿𝑡 )| (∆𝑡)
𝛿𝑚
−𝑚 −𝑚 −𝑚
= (𝑝𝑙𝑡)−1 + 𝑙𝑡𝑝2 ∆𝑝 + 𝑝𝑡𝑙2 ∆𝑙 + 𝑝𝑙𝑡 2 ∆𝑡
1 −𝑚 −𝑚 −𝑚
= 𝑝𝑙𝑡 ∆𝑚 + 𝑙𝑡𝑝2 ∆𝑝 + 𝑝𝑡𝑙2 ∆𝑙 + 𝑝𝑙𝑡 2 ∆𝑡

 Kecepatan (𝑣)
𝑠
𝑣=𝑡
𝛿𝑣 𝛿𝑣
|∆𝑣| = |( )| |∆𝑠| + |( )| |∆𝑡|
𝛿𝑠 𝛿𝑡
𝛿 𝑠⁄𝑡 𝛿 𝑠⁄𝑡
= |( )| |∆𝑠| + |( )| |∆𝑡|
𝛿𝑠 𝛿𝑡
1 −𝑠
= ( 𝑡 ) |∆𝑠| + ( 𝑡 2 ) |∆𝑡|

 Ralat asal standar deviasi

𝛿𝑍 2 𝛿𝑍 2
|∆𝑍| = √( ) (∆𝑋)2 + ( ) (∆𝑌)2
𝛿𝑋 𝛿𝑌

 Massa jenis (𝜌)


𝑚 𝑚
𝜌= = 𝑝×𝑙×𝑡 |∆𝜌| =
𝑣

2 2 2 2
√|( 𝛿𝜌 )| |∆𝑚|2 + |(𝛿𝜌)| |∆𝑝|2 + |(𝛿𝜌)| |∆𝑙|2 + |(𝛿𝜌)| |∆𝑡|2
𝛿𝑚 𝛿𝑝 𝛿𝑙 𝛿𝑡
=

2 2 2 2
𝛿 𝑚⁄𝑝𝑙𝑡 𝛿 𝑚⁄𝑝𝑙𝑡 𝛿 𝑚⁄𝑝𝑙𝑡 𝛿 𝑚⁄𝑝𝑙𝑡
√|( )| |∆𝑚|2 |( )| |∆𝑝|2 |( )| |∆𝑙|2 |( )| |∆𝑡|2
𝛿𝑚 𝛿𝑝 𝛿𝑙 𝛿𝑡

1 2 −𝑚 2 −𝑚 2 −𝑚 2
= √(𝑝𝑙𝑡) |∆𝑚|2 + (𝑙𝑡𝑝2 ) |∆𝑝|2 + (𝑝𝑡𝑝2 ) |∆𝑙|2 (𝑝𝑙𝑡 2 ) |∆𝑡|2

 Kecepatan (𝑣)
𝑠
𝑣=𝑡

𝛿𝑣 2 𝛿𝑣 2
|∆𝑣| = √|( )| |∆𝑠|2 + |( )| |∆𝑡|2
𝛿𝑠 𝛿𝑡

2 2
𝛿(𝑠 ⁄ 2 ) 𝛿(𝑠 ⁄ 2 )
𝑡 𝑡
= √|( )| |∆𝑠|2 + |( )| |∆𝑡|2
𝛿𝑠2 𝛿𝑡 2

1 𝛿𝑠2
= √(𝛿𝑡 2 ) |∆𝑠|2 + (𝛿𝑡 2 ) |∆𝑡|2
−𝑠
= × ∆𝑡
𝑡2

 Ralat asal gabungan


𝛿𝑍 2 𝛿𝑍 2
∆𝑍 = √(𝛿𝑋) (0,68∆𝑥)2 + (𝛿𝑌) (∆𝑌)2

 Massa jenis (𝜌)


𝑚 𝑚
𝜌= = 𝑝×𝑙×𝑡
𝑣

m diukur dengan nst, volume benda diukur dengan standar deviasi


𝛿𝜌 2 𝛿𝜌 2
∆𝜌 = √(𝛿𝑚) (0,68∆𝑚)2 + (𝛿𝑣 ) (∆𝑣)2

= √(𝑣 −1 )2 (0,68∆𝑚)2 + (−𝑚𝑣 2 )2 (∆𝑣)2


 Kecepatan (𝑣)
𝑠
𝑣=𝑡

s diukur dengan nst, t diukur dengan standar deviasi


𝛿𝜌𝑣 2 𝛿𝜌 2
∆𝑣 = √( 𝛿𝑠 ) (0,68∆𝑠)2 + ( 𝛿𝑡 ) (∆𝑡)2

1 2 −𝑠 2
= √(𝑣) (0,68∆𝑠)2 + ( 𝑡 2 ) (∆𝑡)2
BAB 4. PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Berdasarkan prektikum pengukuran dasar yang telah dilakukan, diperoleh
data-data sebagai berikut:
4.1.1 Menentukan Nilai Skala Terkecil (nst) dan kesalahan titik nol
No Nama Alat Kesalahan Titik Nol Nilai Skala Terkecil (nst)
1 Jangka sorong - 0,05 mm
2 Mikrometer - 0,01 mm
3 Amperemeter - 0,5 mA
4 Voltmeter - 0,2 V
5 Termometer - 1℃
6 Neraca pegas - 0,5 g
7 Stopwatch - 0,01 s
8 Mistar - 0,1 cm
9 Neraca - 0,1 g

4.1.2 Pengukuran langsung menggunakan nilai skala terkecil


No Alat ukur Besaran x ∆𝑥 I (%) K (%) AP
1 Jangka Diameter 1,89 cm 0,025 0,132 99,88 3,88
sorong luar mm
Diameter 1,61 cm 0,025 0,155 99,84 3,81
dalam mm
2 Mikromet Diameter 4,71 cm 0,005 0,011 99,98 4,96
er bola mm
3 Voltmeter Tegangan 3V 0,1 V 3,3 96,7 2,48
baterai
4 Neraca Massa 125 g 0,025 g 0,02 99,98 4,69
balok
5 Mistar Panjang 4 cm 0,5 mm 1,25 98,75 2,90
Lebar 1,5 cm 0,5 mm 3,3 96,7 2,48
Tinggi 2,6 cm 0,5 mm 1,9 98,1 2,72
6 Stopwatch Berjalan 2,63 cm 0,005 s 0,2 99,8 3,72
2m
4.1.3 Pengukuran langsung menggunakan standart deviasi
No Alat ukurBesaran x ∆𝑥 I (%) K (%) AP
1 Jangka Diameter 18,7 mm 0,37 mm 2 98 2,69
sorong luar
Diameter 16,63 0,36 mm 2,2 97,8 2,66
dalam mm
2 Mikrometer Diameter 6,24 mm 0,82 mm 13 87 1,88
bola
3 Voltmeter Tegangan 3V 0 0 0 0
baterai
4 Neraca Massa 124,9 g 0,058 g 0,046 99,95 4,33
balok
5 Mistar Panjang 3,97 cm 0,33 cm 0,84 99,16 3,07
Lebar 1,5 cm 0 0 0 0
Tinggi 2,53 cm 0,33 cm 1,32 98,68 2,88
6 Stopwatch Berjalan 2,84 s 0,19 s 6,8 93,2 2,17
2m

4.2 Pembahasan
Pengukuran yang dilakukan tidak selamanya bernilai akurat, terdapat ralat
langsung dan ralat tidak langsung dalam pengukuran. Ralat tidak langsung yaitu
hasil ukuran yang diperoleh dari pengukuran tidak langsung. Ralat langsung yaitu
ralat yang diperoleh dari ketidakpastian nilai skala terkecil (nst) dan standart
deviasi. Mengetahui nilai skala terkecil pada alat ukur, berarti dapat mengetahui
ketelitian dari alat ukur tersebut. Cara menentukan nst dari alat ukur dengan
mengurangi skala terbesar dengan skala terkecil lalu dibagi banyaknya garis
dalam rentang skala tersebut. Metode ini berbeda untuk penentuan nst pada
amperemeter dan voltmeter, karena pada amperemeter dan voltmeter terdapat
batas maksimal, sehingga hasil pengukurannya bisa lebih akurat.
Pada standart deviasi perlakuannya dilakukan sebanyak n kali. Cara
menentukan standart deviasi adalah dengan dijumlahkan terlebih dahulu data yang
telah dilakukan percobaan, kemudian dibagi dengan banyaknya pengukuran yang
dilakukan. Ralat standart deviasi biasanya dilambangkan dengan ∆𝑥 dimana x
adalah besaran yang di ukur.
Hasil dari pengukuran sekali dan pengukuran tiga kali yang dilakukan ada
yang berbeda dan ada yang sama. Hal ini dikarenakan tingkat ketelitian dari
pengukuran yang berbeda-beda. Terkadang tidak semua besaran dapat di ukur
secara langsung. Pengukuran ralat tidak langsung menggunakan rumus yang
berbeda dengan pengukuran langsung, seperti yang telah ditulis pada analisis data.
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh berdasarkan rumusan masalah dalam
praktikum pengukuran dasar adalah sebagai berikut:
1. Menentukan dan mengetahui ketelitian dari alat ukur, dapat diketahui pula
nilai skala terkecilnya (nst)
2. Ralat digunakan untuk menyatakan dari alat ukur, ralat dibagi menjadi dua
yaitu ralat deviasi dan ralat nst
3. Pengukuran yang dilakukan sekali dengan yang dilakukan tiga kali diperoleh
hasil yang berbeda. Ini dikarenakan adanya ketelitian dalam pengukuran yang
berbeda-beda

5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada praktikan yaitu praktikan harus berhati-hati
dalam menggunakan alat ukur, harus cermat, teliti saat mengukur dlam mencari
nilai ralat suatu benda. Terutama pada alat ukur voltmeter, karena apabila dalam
pemakaiannya tidak sesuai prosedur, maka alat tersebut akan rusak. Praktikan
harus mengetahui penggunaan masing-masing dari alat ukur, untuk meminimalisir
kesalahan dalam pengukuran.
DAFTAR PUSTAKA

Arkundato, dkk. 2007. Alat Ukur dan Metode Pengukuran. Jakarta : Universitas
Terbuka.
Djonoputro, B. D. 1984. Teori Ketidakpastian. Bandung : Institut Teknologi
Bandung.
Giancolli, DC. 2014. Fisika. Jakarta : Airlangga.
Mikrajuddin. 2016. Fisika Dasar I. Bandung : Institut Teknologi Bandung.
Tim Penyusun.2016.Petunjuk Praktikum Fisika Dasar.Jember : Universitas
Jember
Yunus, Ahmad. 2010. Buku Pintar Belajar Fisika untuk Siswa SMA/MA
Berdasarkan Kurikulum. Surabaya : MGMP Fisika.

Anda mungkin juga menyukai