Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah yang Maha Kuasa karena telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
mengenai “Konsep-konsep Dasar Teori Himpunan” sebagai tugas mata kuliah Topologi.
Shalawat serta salam tidak lupa pula disampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad yang
telah membawa umat menuju jalan kebahagiaan dan keberkahan di dunia dan di akhirat.

Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada :

a. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd selaku dosen mata kuliah Topologi atas
bimbingan yang diberikan dalam pengerjaan tugas makalah ini;
b. Orang tua kami yang telah memberikan dorongan moral dan material;
c. Rekan-rekan semua yang telah memberikan bantuan dan dukungan; serta
d. Semua pihak yang telah memberikan bantuan.

Penulis menyadari dalam makalah ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari
segi isi maupun dari segi metodologi dan bahasanya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembacanya
umumnya.

Bandar Lampung , 05 September 2019

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................. 1

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 4
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................. 4
1.4 Manfaat Penulisan ................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Operasi-operasi Himpunan .................................................................. 5


2.2 Himpunan Bagian (subset), Superset ................................................ 11
2.3 Himpunan Kosong ............................................................................. 15
2.4 Himpunan Universal (semesta) ......................................................... 15
2.5 Produk dari Himpunan-himpunan ..................................................... 15

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ........................................................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 19

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hukum telah mencakup segala aspek kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk
sosial kini tidak luput dari banyaknya aturan yang memang wajib ditaati. Tujuannya agar
manusia dapat hidup tertib, nyaman, aman, dan tenteram. Selain itu, adanya aturan atau
hukum juga dapat dijadikan batasan dari berbagai perilaku manusia. Tentunya apabila
dalam suatu kehidupan tidak ada hukum yang berlaku, kehidupan tersebut akan menjadi
kacau karena manusia akan berbuat semuanya sesuai dengan kehendak pribadi. Namun
sebagai kaidah dalam kehidupan berbangsa dan bernergara, masih banyak terdapat
praktik-praktik pelanggaran hukum yang tak jarang justru dilakukan oleh para aparat yang
dianggap penegak hukum (Rudi Prasteyo, 2018).
Adalah sifat alami makhluk hidup (termasuk manusia) di mana yang kuat atau mayoritas
cendrung melanggar hak pihak yang lemah atau minoritas. Kalimat “siapa yang kuat, dia
yang menang dan berkuasa” bukan hanya diterapkan oleh binatang di rimba belantara
namun sudah sejak dahulu manusia pun menganut prinsip yang sama. Golongan
mayoritas seringkali menyalahgunakan kekuasaannya, melakukan berbagai hal yang lepas
dari koridor aturan (Fia Yuna, ----).
Pelanggaran dan ketidakadilan tidak boleh dibiarkan terus berlasung. Maka, antara
lain untuk memberikan perlindungan kepada pihak yang lemah inilah, akhirnya
memunculkan konsep rule of law yang dimaksudkan untuk membatasi kekuasaan
penguasa negara agar tidak menyalahgunakan kekuasaan untuk menindas kaum tak
berdaya. Sehingga dapat dikatakan bahwa dalam suatu negara hukum, semua orang harus
tunduk kepada hukum secara sama, yakni tunduk kepada hukum yang adil (Fia Yuna, ----
). Indonesia adalah Negara yang menerapkan Rule of Law terlihat bahwa Fungsi Rule of
Law termuat dalam pasal-pasal UUD 1945. Dinamika Pelaksanaan Rule of Law di
Indonesia melalui lembaga penegak hukum, asas (kebenaran yg menjadi pokok dasar
berpikir, bertindak, dsb). Namun, dalam pelaksanannya rule of law sendiri di negeri ini,
mengalami berbagai kasus pelanggaran.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian Rule of Law dan Latar Belakang Rule of Law?
2. Bagaimana Fungsi dan Dinamika Pelaksanaan Rule of Law?
3. Bagaimana Kajian Kasus untuk Konstitusi dan Rule of Law?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui Pengertian Rule of Law dan Latar Belakang Rule of Law
2. Untuk memahami Fungsi dan Dinamika Pelaksanaan Rule of Law
3. Untuk mengetahui Kajian Kasus untuk Konstitusi dan Rule of Law

1.4 Manfaat Penulisan


1. Dapat mengetahui Pengertian Rule of Law dan Latar Belakang Rule of Law
2. Dapat memahami Fungsi dan Dinamika Pelaksanaan Rule of Law
3. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang Kajian Kasus untuk Konstitusi
dan Rule of Law di Indonesia
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Operasi-operasi Himpunan


1) Operasi penjumlahan pada Himpunan
a) Definisi :
Operasi penjumlahan pada himpunan A dan B:
A + B = { x | x A, x B, x  A  B}
penjumlahan himpunan A dan B adalah sebuah himpunan yang anggota-anggotanya
termasuk ke dalam himpunan itu masing-masing tapi bukan anggota himpunan A  B
(irisannya).
b) Sifat-sifat Operasi Penjumlahan pada Himpunan
Operasi penjumlahan pada bilangan tertentu memiliki sifat-sifat khusus, seperti
komutatif dan assosiatif. Penjumlahan pada himpunan pun memilki sifat-sifat tersebut.
Berikut akan disajikan beberapa sifat operasi penjumlahan pada himpunan yaitu sifat
ketertutupan, komutatif, assosiatif, dan identitas.
1) Sifat ketertutupan ( closured )
Definisi:
Misalkan H = { A, B, C, . . .} = { himpunan} Untuk setiap A dan B anggota
H maka A + B anggota H
Bukti:
Menurut definisi: A + B = { x | x A atau x  B dan x  A  B, x  S},
perhatikan bahwa hasil di ruas kanan membentuk himpunan, ini berarti
bahwa A + B  H. Jadi terbukti bahwa untuk setiap A dan B anggota H maka
A + B anggota H.
2) Sifat Komutatif
Jika terdapat dua himpunan A dan B maka A + B = B + A
Bukti:
Misalkan ambil sembarang x A + B, maka x A atau x B ( x  A 
B ) dan x bukan anggota A irisan B ( x  A  B). Karena x  A  B,
maka x  B atau x A ( x B  A) dan x bukan anggota irisan A dan
B (x  A  B). ini berarti bahwa A + B = B + A.

3) Sifat Asosiatif
Jika terdapat tiga himpunan A, B dan C maka
(A + B) + C = A + (B + C) = (A + C)+ B
4) Sifat Identitas Operasi Penjumlahan
Definisi:
Jika A adalah himpunan tidak kosong, sehingga A + I = I + A = A maka
I disebut sebagai identitas dari operasi penjumlahan pada himpunan.
Dalam hal ini identitas operasi penjumlahan pada himpunan adalah
himpunan kosong. Bukti:
Pertama akan ditunjukkan bahwa A + I = I + A
Ambil sembarang x A + I
Maka x A atau x  I, x A  I atau
x  I atau x  A dan x I  A
sehingga dapat ditulis x  I atau x  A dan x I  A
artinya A + I = I + A
Kedua akan ditunjukkan bahwa A + I = A
Ambil sembarang x A + I
Maka x A atau x  I, x A  I atau
Karena I himpunan kosong maka
AI=A
AI={}
Sehingga A + I = A
Karena A + I = I + A dan A + I = A maka A + I = I + A = A
2) Operasi Pengurangan pada Himpunan
a) Definisi :
Misalkan terdapat dua himpunan A dan himpunan B. selisih antara dua himpunan A
dan B adalah himpunan yang semua anggotanya merupakan anggota A tetapi bukan
anggota B. selisih dua himpunan A dan B ditulis A – B atau A/B. dan dibaca selisih
A dan B atau A dikurangi B.
Secara formal ditulis dalam notasi pembentuk himpunan :
A – B = { x | x A dan x B}.
Jika E adalah sebuah himpunan semesta maka E – A adalah himpunan yang semua
anggotanya tidak ada di A. Himpunan E – A disebut disebut komplemen A.
b) Sifat-sifat operasi pengurangan pada himpunan
1) Sifat ketertutupan
Definisi:
Misalkan H = { A, B, C, . . .} = { himpunan} Untuk setiap A dan B
anggota H maka A - B anggota H
Bukti:
Menurut definisi: A - B = { x | x A dan x  A  B, x  S}, perhatikan
bahwa hasil di ruas kanan membentuk himpunan, ini berarti bahwa A -
B  H. jadi terbukti bahwa untuk setiap A dan B anggota H maka A - B
anggota H
Contoh-contoh di atas telah menunjukkan bahwa pengurangan pada dua
buah himpunan menghasilkan himpunan.
Untuk kasus dimana himpunan A sama dengan himpunan B maka hasil
pengurangannya adalah himpunan kosong yang secara formal ditulis
dalam notasi pembentuk himpunan A – B = { }  A = B
Bukti:
Ambil sembarang x A, karena A = B maka x B. Oleh karena setiap
anggota A merupakan anggota B maka A = A  B. sehingga A - B = { }
9

3) Operasi Perkalian pada Himpunan


A X B = { (x , y) | x  A , y  B}
Definisi : dua himpunan akan menghasilkan sebuah himpunan yang anggota-
anggotanya adalah pasangan terurut. Seperti telah kita ketahui bahwa pada
sebuah pasangan terurut hasilnya akan berbeda jika tempatnya ditukarkan.
Unsur pertama dari suatu pasangan terurut adalah anggota himpunan pertama
yang dikalikan, sedangkan unsur kedua merupakan anggota dari himpunan
kedua. Oleh karena itu perkalian himpunan A X B tidak akan sama dengan B X
A.
4) Operasi Komplemen pada Himpunan
Definisi komplemen suatu himpunan:
Ac= { x | x S, x A }
Definisi di atas kita baca komplemen dari himpunan A adalah suatu himpunan
yang anggotanya adalah anggota himpunan semesta tapi bukan anggota
A.Simbol komplemen yang lain adalah ~A atau A’ keduanya dibaca
komplemen dari himpunan A.

2.2 Himpunan Bagian (Subset), Superset

Diberikan himpunan A dan B. Jika setiap anggota A merupakan anggota B maka


dikatakan A merupakan himpunan bagian (subset) dari B atau dikatakan B
memuat A dan dilambangkan dengan A  B.
Jadi A  B jika dan hanya jika
x  A x B
Jika ada anggota dari A yang bukan merupakan anggota B maka A bukan
himpunan bagian dari B, dilambangkan dengan A  B.
Contoh:
- A = {1,3,5} dan B = {0,1,2,3,4,5,6}. Maka A  B,
10

- C = {a,b,c,1,2} dan B = {0,1,2,3,4,5,6}. Maka C  B, karena ada anggota dari C


yang bukan merupakan anggota B, yaitu a. (Pengertian “ada” berarti terdapat
satu anggota C yang bukan merupakan anggota B, sudah cukup)
- Suatu himpunan pasti merupakan subset dirinya sendiri. Jadi H  H.
Bukti:
Ambil sebarang h  H, maka jelas h  H. Jadi H  H.
- Himpunan kosong () merupakan himpunan bagian (lihat definisi di atas), selalu
selalu bernilai benar jika diambil A =  dan untuk sebarang himpunan B. Hal ini
disebabkan syarat cukupnya selalu tidak terpenuhi. Sama saja dengan kita
mengatakan “jika bulan bisa ngomong, maka dia tak akan bohong”. Kalimat ini
selalu bernilai benar karena syarat cukupnya yaitu “bulan bisa ngomong” selalu
tidak terpenuhi.
Lebih lanjut mengenai hal ini akan dibicarakan dalam pembahasan mengenai
LOGIKA.

2.3 Kajian Kasus untuk Konstitusi dan Rule of Law


1. Kasus Ratna Serumpaet
Kasus hoak yang di lakukan oleh Ratna Serumpaet adalah salah
satu contoh kasus pelanggaran konstitusi. Ratna serumpaet yang
merupakan ketua presidium Gerakan Selamatkan Indonesis (GSI)
Nasional. Ratna membuat hoak dengan mengatakan bahwa dirinya
dianiaya, pernyataan ini di buat oleh Ratna lewat media sosila facebook.
Kemudian kabar penganiayaan Ratna ini mendapat respon dari salah satu
politikus partai Gerindra, Rachel Maryam yang dalam cuitan akun
twiternya membenarkan kabar penganiayaan terhadap Ratna. Tak hanya
Rchel, kabar penganiayaan tersebut juga di benarkan oleh juru bicara Tim
Prabowo Sandi Dahnil Anzar Simanjunta, konfirmasi berikutnya juga
datang dari Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon. Tak berhenti di
situ, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto turut memberikan
kabar tentang dikeroyoknya Ratna (Dias Prasongko, 2018).
11

Setelah ramai pemberitaan tersebut, hoak tersebut kemudian


ditanggapi oleh pihak kepolisian. Kepolisian melakukan penyalidikan
setelah menerima tiga laporan mengenai dugaan hoaks tersebut. Hasil
penyelidikan kepolisian menu njukan bahwa pernyaan Ratna tidaklah
benar, Kepolisian mengatakn bahwa sudah jelas ini atakah hoaks dan
merupakan kasus pelanggaran kostitusi. Setelah kepolisisan menggelar
konferensi pers menjelaskan persoalan itu, beberapa jam kemudian Ratna
Serumpaet juga ikut menggelar konferensi pers, disana Ratna mengaku
bahka kabar itu tidak benar, sehari setelah itu, kepolisisan melakukan
penangkapan kepada Ratna Serumpaet, ia ditangkap di Bandara
Internasional Soekarno Hatta. Kepolisian bakal menjerat Ratna dengan
pasal 14 dan 15 Undang-Undang Nomer 1 Tahun 1946 tentang peraturan
hukum pidana, selain itu Ratna juga bakal dikenai Undang-Undang
Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ET) Pasal 28 juncto pasal 45,
“ancaman hukuman maksimal 10 tahun penjara” (Dias Prasongko, 2018).
2. Kasus Penghinaan Bendera Merah Putih
Dalam aksi demo di depan Mabes Polri, Jakarta ada peserta aksi
yang membawa bendera merah putih dengan lambang tertentu. Dalam UU
Nomor 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa dan Lambang Negara serta
Lagu Kebangsaan, diatur soal larangan terhadap berdera. Salah satunya,
dilarang mencetak, menyulam, dan menulis huruf, angka, gambar, atau
tanda lain dan memasang lencana atau benda apapun pada Bendera
Negara. Dalam padal 68 juga disebutkan bagi setiap orang yang mencoret,
menulisi menggambari dan merusak lambang negara bisa dipidana
maksimal 5 tahun penjara. Nah, berdasarkan landasan tersebut jelas
perbuatan peserta demo tersebut telah melanggar konstitusi yang berlaku
dan merupakan kasus pelanggaran konsitusi yang harus di tindak lanjuti
(Ambarani Nadia, 2017).

3. Kasus Korupsi Setia Novanto


12

Kasus korupsi yang dilakukan oleh Setya Novanto jelas sekali


merupakan kasus pelanggaran konstitusi. Korupsi merupakan suatu
tindakan yang melanggar kontitusi karena berkaitan dengan
penyalahgunaan kedudukan dan wewenanng yang menimbulkan kerugian
untuk negara dan warga negara indonesia. Kasus korupsi Setya Novanto
menyangkut masalah dana membuatan E-KTP senilai 5,9 triliun dan disini
Setya Novanto diduga menyebabkan kerugian sebesar 2,3 triliun.menindak
lanjuti kasus tesebut KPK telah melakukan pemanggilan kedapa Setya
Novanto dan akibat dari kasus ini Setya disangka telah melanggar pasal 2
ayat 1 subsider padal 3 undang-undang nomer 31 tahun 1999 sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomer 20 Tahun 2001 juncto pasal
55 ayat 1 ke-1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan divonis
hukuman 15 tahun penjara (Dewi Nurita, 2017).
4. Kasus Suap Rudi Rubiandini
Kasus suap yang melibatkan kelapa SKK Migas Non Aktif, Rudi
Rubiandini telah melanggar kopnstitusi. KPK menetapkan Rudi
Rubiandinni Kepala SKK Migas, Simon Tanjaya, pemilik Kernell Oil dan
Deviardi, pelatih golf sebagai tersangka. Rudi dan Deviardi diduga telah
menerima uang dari Simon debesar US 400.000.. Pemberian uang diduga
terkait dengan kegiatan-kegiatan yangyang menjadi lingkup kewenangan
SKK Migas. KPK menjerat Rudi dan Deviardi dengan pasal 12 huruf a
dan b atau pasal 5 ayat 2 atau pasal 11 undang-undang n0 31 Tahun
1999tentang pemberantasan tindak pidana korupsi Jo pasal 55 ayat 1
kesatu KUHP dan di vonis hukuman 7 tahun penjara (Dian Maharani,
2014).
13

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Rule of law sangat diperlukan untuk Negara seperti Indonesia karena akan
mewujudkan keadilan. Tetapi harus mengacu pada orang yang ada di
dalamnya yaitu orang-orang yang jujur tidak memihak dan hanya memikirkan
keadilan tidak terkotori hal yang buruk. Ada tidaknya rule of law pada suatu
negara ditentukan oleh “kenyataan”, apakah rakyat menikmati keadilan, dalam
arti perlakuan adil, baik sesama warga Negara maupun pemerintah.

Friedman (1959) membedakan rule of law menjadi dua yaitu: Pertama,


pengertian secara formal (in the formal sence) diartikan sebagai kekuasaan
umum yang terorganisasi (organized public power), misalnya nrgara. Kedua,
secara hakiki/materiil (ideological sense), lebih menekankan pada cara
penegakannya karena menyangkut ukuran hukum yang baik dan buruk (just
and unjust law).

Prinsip-prinsip rule of law secara formal tertera dalam pembukaan UUD


1945. Penjabaran prinsip-prinsip rule of law secara formal termuat
didalam pasal-pasal UUD 1945. Agar kita dapat menikmati keadilan maka
seluruh aspek Negara harus bersih, jujur, mentaati undang-undang, juga
bertanggung jawab, dan menjalankan UUD 1945 dengan baik.
14

DAFTAR PUSTAKA
Hartono, Sunaryati, ----. Apakah the rule of law itu?. Bandung: Alumni,1986.

Kusnardi, Moch. dan Hannaily Ibrahim, 1976. Pengantar Hukum


Tata Negara Indonesia, Jakarta: Pusat Studi HTN FH Ul, 1976.

Latif, Abdul. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan (rule of law). Makalah.di


https://www.slideshare.net/mobile/latifisgood/m-akalah-rule-of-law
Maharani, Dian. 2014. Kasus Suap Rudi Rubianto. Di :
https://nasional.kompas.com/read/2014/04/29/1343545/Rudi.Rubiandin
i.Divonis.7.Tahun.Penjara. (di akses 28 April)

Mukhidin. 2014. Hukum Progresif Sebagai Solusi Hukum yang


Mensejahterakan Rakyat .Jurnal Pembaharuan Hukum. 1(3): 263.

Nadia, Ambarani. 2017. Kasus Penghinaan Bendera Merah Putih. Di :


https://nasional.kompas.com/read/2017/01/19/17090721/kasus.penghinaan
.bendera.merah.putih.polisi.akan.libatkan.para.ahli. (di akses 28 April)

Nurita, Dewi. 2017. Kasus Setya Novanto. Di :


https://nasional.tempo.co/read/1041781/begini-kronologi-kasus-setya-
novanto. (di akses 28 April)

Prasetyo, Rudi. 2018. Hak dan Kewajiban Ingkar terhadap Jabatan Notaris
dalam Proses Penyelesaian Perkara Pidana. Tesis di
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/7246/RUDI%20PRAS
ETYO%20_16921027_TESIS.pdf?sequence=1

Prasetyo, Teguh. 2010. Rule of Law dalam dimensi Negara Hukum di Indonesia.
Jurnal Ilmu Hukum Refleksi Hukum. 2(2):132-135.

Prasongko, Dias. 2018. Kronologi Kasusu Hoax Ratna Sarumpae. Di :


https://nasional.tempo.co/read/1133129/begini-kronologi-kasus-hoax-
ratna-sarumpaet. (di akses 28 April)

Yuna, Fia. 2019. Rule Of Law. Makalah. Di


https://www.academia.edu/9420297/Makalah_PKN_Rule_Of_Law.
15

Anda mungkin juga menyukai