Oleh
Nabila Dina Nosya (1813021027)
Nadia Angelina Br Ginting (1813021051)
Windi Astrid Melinda (1813021058)
Beigis Biantari (1853021003)
Dosen pengampu:
Dr. Haninda Bharata, M.Pd
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi
kekuatan, kesempatan, dan kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah dari mata kuliah Geometri Aksiomatis dengan judul “Geometri sebagai
Sistem Deduktif” dengan tepat waktu.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk makalah
ini. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah menyukseskan makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman
I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................... 2
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Geometri berasal dari kata Latin “Geometria”. Kata geo memiliki arti
tanah dan metria memiliki arti pengukuran. Berdasarkan sejarah, Geometri
tumbuh jauh sebelum Masehi karena keperluan pengukuran tanah di sekitar
kawasan sungai Nil setelah terjadi banjir. Dalam bahasa Indonesia Geometri
dapat diartikan sebagai Ilmu Ukur. Geometri juga didefinisikan sebagai cabang
matematika yang mempelajari titik, garis, dan bidang serta benda-benda ruang
beserta sifat-sifatnya, ukuran-ukurannya dan hubungan satu sama lain (Moeharti
Hadiwidjojo, 1986: 1.2).
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu geometri?
2. Apa itu pola pikir deduktif dalam matematika?
3. Bagaimana geometri sebagai sistem deduktif?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian geometri
2. Untuk mengetahui pola pikir deduktif dalam matematika
3. Untuk mengetahui geometri sebagai sistem deduktif
3
II. PEMBAHASAN
Perintis geometri adalah orang Babilonia purba. Tanah antara sungai Trigis
dan Eufrat tempat tinggal orang Babilonia, semula berupa rawa. Kanal-kanal
dibangun untuk mengeringkan rawa itu dan untuk menampung luapan air sungai.
Untuk maksud pembangunan kanal, mereka perlu meneliti tanah. Dalam
melakukan penelitian itu, orang Babilonia menciptakan aturan-aturan untuk
mencari luas tanah. Aturan-aturan ini tidak terperinci benar, tetapi pengetahuan
yang mereka peroleh cukup untuk pembangunan kanal.
Orang Yunani menamakan pengukur tanah bangsa Mesir zaman dahulu para
geometer atau pengukur tanah. Geometri berasal dari bahasa Yunani “ge” artinya
tanah dan “metria” artinya ukuran. Pengukur tanah menemukan banyak fakta
tentang segitiga, bujur-sangkar, empat persegi panjang, dan bahkan lingkaran.
Fakta ini menjadi ilmu yang oleh orang Yunani disebut “geometri” atau “ilmu
tentang ukuran tanah”. Geometri dewasa ini lebih luas daripada tahap awalnya,
tetapi ilmu ini masih menyangkut ukuran, bentuk, dan kedudukan benda-benda.
Orang Yunani membuat kemajuan penting dalam bidang geometri. Mereka tidak
hanya mengoreksi aturan-aturan orang Mesir yang salah, tetapi juga mempelajari
berbagai bentuk geometri agar dapat menyusun hubungan-hubungannya.
sebagai sebuah fakta dalam matematika. Pengertian pangkal amat diperlukan agar
tidak terjadi ”berputar-putar dalam dalam pendefinisian”.
Pernyataan Bukan Pangkal, disebut juga dengan teorema, dalil, rumus, atau
sifat. Kebenaran sebuah teorema atau sebuah sifat, haruslah dibuktikan. Salah satu
ciri matematika adalah matematika dijiwai dengan kebenaran konsisten yaitu
kebenaran yang didahului oleh kebenaran-kebenaran sebelumnya. Dengan ciri ini,
maka bukti deduktif dalam matematika harus urut. Misalnya, untuk membuktikan
Teorema 3, tidak boleh menggunakan Teorema 4 atau 5. Teorema 3 harus
dibuktikan dengan menggunakan teorema-teorema atau aksioma-aksioma, atau
definisi sebelumnya. Untuk membuktikan Teorema 3 ini, maka kebenaran
Teorema 1 dan 2 harus sudah terbukti. Selain teorema, dalam pernyatan bukan
pangkal ini juga dikenal dengan istilah Lema (lemma), dan Teorema Akibat
(corollary).
Geometri berasal dari kata Latin “Geometria”. Kata geo memiliki arti tanah
dan metria memiliki arti pengukuran. Geometri menurut sejarahnya tumbuh pada
zaman sebelum Masehi karena keperluan pengukuran tanah setiap kali sesudah
sungai Nil di Mesir banjir. Dalam Bahasa Indonesia Geometri diterjemahkan
sebagai ilmu Ukur. Geometri dapat didefinisikan sebagai cabang Matematika
yang mempelajari titik, garis, bidang dan benda-benda ruang serta sifat-sifat-nya,
ukuran-ukurannya dan hubungannya satu sama lainnya. Jadi, Geometri dapat
dipandang sebagai suatu studi yang mempelajari tentang ruang phisik.
6
Kita telah mengetahui apa yang disebut garis, segitiga, jajaran genjang,
persegi panjang, bujur sangkar, belah ketupat, trapesium, kubus, bola, kerucut,
prisma dan sebagainya. Bangun-bangun atau benda-benda itu perlu didefinisikan
dan untuk mendefinisikan sesuatu diperlukan pengertian-pengertian sebelumnya.
Jadi, tidak mungkin semuanya didefinisikan. Untuk menghindari lingkaran dari
definisi perlu adanya pengertian-pengertian pangkal atau unsur-unsur yang tidak
didefinisikan. Contohnya, titik adalah perpotongan dua garis. Garis adalah
penghubung dua titik.
Suatu definisi harus dapat dinyatakan dalam bentuk kalimat yang memuat
“bila dan hanya bila” atau dapat dibalik. Misalnya : Suatu segitiga sama sisi
adalah suatu segitiga yang ketiga sisinya sama. Ini harus berarti : Jika suatu
segitiga sama sisi, maka ketiga sisinya sama. Jika suatu segitiga sisinya sama,
maka segitiga itu sama sisi.
Geometri dapat dipandang sebagai suatu sistem deduktif. Dalam suatu sistem
deduktif harus ada pengertian-pengertian pangkal, yaitu unsur-unsur dan relasi-
relasi yang tidak didefinisikan. Masih diperlukan pula definisi-definisi dari unsur-
unsur lain dengan menggunakan pengertian pangkal tersebut. Definisi
memungkinkan kita memberi nama pada unsur-unsur sehubungan dengan
pengertian pangkal itu. Selain itu harus ada relasirelasi atau pernyataan yang dapat
diterima tanpa bukti yang dinamakan sebagai asumsi atau aksioma atau postulat.
Relasi-relasi lainnya yang dapat dibuktikan dengan menggunakan definisi atau
postulatpostulat itu dinamakan dalil atau teorema.
Dalam Geometri harus hanya ada satu presentasi yang memenuhi satu
himpunan postulat itu atau jika ada dua, tentu keduanya harus isomorphic.
Dikatakan himpunan postulat itu harus “categorical”. Dalam Geometri kita akan
memperhatikan kesimpulan-kesimpulan dan akibat-akibat dari himpunan postulat
itu dan tidak memperhatikan artinya dalam ruang hidup kita.
8
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Salah satu karakteristik matematika adalah bersifat deduktif. Dalam
pembelajaran matematika, pola pikir deduktif itu penting dan merupakan salah
satu tujuan yang bersifat formal, yang memberi tekanan pada penataan nalar
(Hasibuan, 2013). Sejalan dengan hal tersebut, Suyitno (2010) menyatakan
matematika adalah berpola pikir deduktif. Artinya, pola pikir matematika
berangkat dari hal yang umum, menuju ke hal-hal yang khusus.
DAFTAR PUSTAKA