Abstract
Every province in Indonesia is famous for its diverse cultures. one province that has
cultural diversity is Lampung province. Lampung tradisional/custom tapis cloth is one of
the cultural diversity of the Lampung province. However, it is unfortunate along with
technological developments, this has become one of the threats and challenges that must be
faced so that cultural diversity is maintained. One effort to support cultural diversity is to
integrate culture with various other fields of science, one of which is in the field of
mathematics education. Learning in the field of culture-based mathematics is called
Ethnomatematics. One branch of mathematics that can be integrated with Lampung
traditional tapis cloth motifs is Transformation Geometry. Transformation geometry is part
of the science of geometry that talks about transformation (change), both changes in
location and presentation based on images and matrices. And this study aims to develop
mathematical learning approaches, especially geometry transformation material that is
closely related to culture so that it can be a means of preserving the nation's culture.
Keywords: Mathematics; Ethnomathematics Motif of Tapis; Geomtric Transformation.
Abstrak
Setiap provinsi di Indonesia terkenal akan ragam budaya yang beragam. salah satu provinsi
yang memiliki keragaman budaya adalah provinsi Lampung. Kain tapis adat lampung
merupakan salah satu dari keberagaman budaya yang dimiliki oleh provinsi Lampung.
Akan tetapi sangat disayangkan seiring dengan perkembangan teknologi, hal ini menjadi
salah satu ancaman dan tantangan yang harus dihadapi agar keberagaman budaya tetap
terjaga. Salah satu upaya agar keberagaman budaya tetap terjaga yaitu dengan cara
mengintegrasikan budaya dengan berbagai bidang ilmu lainnya, salah satunya yaitu pada
bidang ilmu pendidikan matematika. Pembelajaran pada bidang ilmu matematika berbasis
budaya disebut Etnomatematika. Adapun salah satu cabang ilmu matematika yang dapat
diintegrasikan dengan media motif kain tapis adat Lampung adalah Transformasi Geometri.
Tranformasi geometri merupakan bagian dari ilmu geometri yang membicarakan tentang
transformasi (perubahan), baik perubahan letak maupun penyajian yang didasarkan dengan
gambar dan matrik. Dan Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan pendekatan
pembelajaran matematika khususnya materi transformasi geometri yang berkaitan erat
dengan kebudayaan sehingganya dapat menjadi sarana pelestarian kebudayaan bangsa..
Kata Kunci: Matematika; Etnomatematika; Kain Tapis; Transformasi Geometr
Al-Jabar: Jurnal Pendidikan Matematika
Vol. xx, No. xx, 20xx, Hal xx-xx
PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar didunia yang terkenal akan keberagaman
budaya dan sukunya yakni, lebih dari 300 kelompok etnik atau tepatnya 1.340 suku bangsa
di Indonesia menurut sensus BPS tahun 2010 dalam (Wikipedia, ----). Keberagaman ini membuat
bangsa Indonesia memliki bahasa, adat-istiadat, rumah adat, upacara adat, tarian, lagu, musik,
pakaian adat, hingga kerajinan tradisonal yang beragam.
Namun, dapat disayangkan seiring dengan peningkatan teknologi dan transformasi budaya
ke arah kehidupan modern yang ditandai kemajuan teknologi informasi berbasis internet dan
robotik dengan nama revolusi industri 4.0 menjadi salah satu ancaman dan tantangan yang harus
dihadapi agar keberadaan budaya tetap terjaga. Pendidikan adalah gerbang awal siswa
memperoleh ilmu pengetahuan, sehingganya salah satu cara yang bisa dilakukkan untuk
melestarikan budaya adalah dengan memperkenalkan budaya pada siswa melalui pembelajaran di
sekolah dengan cara mengintegrasikan budaya pada setiap mata pelajaran. Berdasarkan hal
tersebut, diperlukan metode pembelajaran yang dapat mengintegrasikan pembelajaran dengan
budaya, khususnya pada pelajaran matematika. Etnomatematika dapat menjadi salah satu solusi
untuk permasalahan tersebut.
D’Ambrosio (Wahyudin, 2018) mendefinisikan etnomatematika kurang lebih sebagai
berikut: “Matematika yang dipraktekkan di antara kelompok-kelompok budaya yang
teridentifikasi, seperti masyarakat-masyarakat kesukuan nasional, anak-anak dalam kelompok usia
tertentu, kelas-kelas profesional, dan sebagainya. Identitasnya sangat bergantung pada fokus-
fokus minat atau kepentingan, pada motivasi, dan pada kode dan jargon tertentu yang tidak masuk
ke dalam ilmu matematika akademik”. Menurut Abrasodo (Sarwoedi, 2018) Etnomatematika
adalah Matematika dalam suatu budaya. Budaya yang dimaksud adalah kebiasaan-kebiasaan
perilaku manusia dalam lingkungannya, seperti perilaku kelompok masayarakat perkotaan atau
pedesaan, kelompok kerja, kelas profesi, siswa dalam kelompok umur, masayarakat pribumi, dan
kelompok – kelompok tertentu lainnya. Secara singkatnya, etnomatematika dapat dikatakan
sebagai ilmu yang digunakan untuk memahami bagaimana matematika diadaptasi dari lingkup
budaya dengan kata lain etnomatematika merupakan pembelajaran matematika dengan
menggunakan pendekatan terhadap budaya.
Penelitian tentang etnomatematika terus dilakukkan dan dikembangkan untuk melihat
hubungannya dengan konsep-konsep matematika. penelitian yang dilakukan oleh Hartoyo (2012)
yang mengeksplorasi Etnomatematika pada budaya masyarakat dayak terdapat konsep
matematika yakni geometri yang diterapkan oleh masyarakat dayak pada motif-motif anyaman
topi. Penelitian lainnya oleh Arwanto (2017) pada eksplorasi batik Trusmi Cirebon menunjukkan
bahwa di dalam batik Trusmi Cirebon terkandung konsep-konsep geometri, simetris, transformasi
geomteri, serta kekongruenan.
Salah satu provinsi yang memiliki peninggalan budaya yang beragam ialah provinsi
Lampung. Berdasarkan data dari Kemendikbud tahun 2016 tercatat provinsi Lampung
Al-Jabar: Jurnal Pendidikan Matematika
Vol. xx, No. xx, 20xx, Hal xx-xx
mempunyai 7 cagar budaya, 2 museum, dan 138 warisan budaya tak benda. Sehingganya
Etnomatematika banyak ditemukkan di provinsi Lampung diantaranya terdapat pada kain tapis
adat Lampung. Kain tapis adat lampung merupakan salah satu jenis kerajinan tradisional
masyarakat Lampung dalam menyelaraskan kehidupannya baik terhadap lingkungannya maupun
Sang Pencipta Alam Semesta. Kain tapis adalah pakaian wanita suku Lampung yang berbentuk
sarung terbuat dari tenun benang kapas. Kain tapis lampung mempunyai beranekaragam motif
diantarnya lereng-lereng, gunung, bukit, ayat kursi, asmaul husna, al-fatihah, kapal naga, raja
medal, laut silung, laut linau, pucuk rebung, kaca, bintang, mata kibau dan lainnya (Ariani &
Roisah, 2016). Dari berbagai macam motif tersebut, ternyata terdapat motif yang berkaitan erat
dengan materi Transformasi Geomteri yakni motif kain tapis bintang dan motif kain tapis mata
kibau. Berdasarkan uraian di atas, peneliti mengeksplorasi keterkaitan antara motif kain tapis adat
Lampung dengan konsep matematika yakni transformasi geometri. Penelitian ini bertujuan untuk
mengembangkan pendekatan pembelajaran matematika khususnya materi transformasi geometri
dengan pendekatan budaya lokal sehingganya dapat menjadi sarana untuk melestarian budaya
bangsa.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah eksploratif dan studi literatur. Klutar
Singh dalam (Mudjiyanto, 2018) mengklasifikasikan penelitian eksploratif kedalam salah satu
penelitian kuantiatif. Penelitian eksploratif adalah penelitian yang berupaya memaparkan atau
menggambarkan feomena dimana peneliti belum memiliki arah atau peta penjelasan tentang
feomena yang dihadapinya. Penelitian ini juga menggunakan metode studi literatur dengan cara
melakukan analisa terhadap beberapa hasil penelitian sebelumnya, buku referensi, dan data yang
mendukung. Penelitian ini dilakukkan untuk mengatahui koneksi materi transformasi geometri
dengan kebudayaan lokal adat lampung yakni pada kain tapis adat lampung.
1
memiliki bentuk belah ketupat dengan empat sisinya 2 cm dan garis tengah 3cm, sehingga
2
membentuk pola yang simetris (gambar 1). Secara geometri, motif kain tapis mata kibau ini
dibuat berdasarkan pendekatan transformasi geometri diantaranya pencerminan (refleksi),
perputaran (rotasi), dan dilatasi. Adapun bentuk motif kain tapis mata kibau tersebut secara
geometri dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 1. Kain Tapis Mata Kibau Gambar 2. Motif Geometri Kain Tapis Mata Kibau
Berdasarkan gambar tersebut, selanjutnya adalah membentuk belah ketupat yang sama di bawah
sumbu x dengan cara mencerminkan titik A , B , C ,dan D (belah ketupat ABCD) terhadap sumbu x
. Pencerminan titik B(−2,2) terhadap sumbu x dilakukkan dengan cara mengoperasikan titik B
belah ketupat ABCD dengan pusat rotasi di titik O (0,0) dengan sudut rotasinya sebesar 90 °
pusat rotasi di titik O (0,0) dengan sudut rotasinya sebesar 90 ° berlawanan arah jarum jam,
didapat:
cos α −sin α 0 0 −1 0 −4
''
B = [
sin α cos α 4 ][ ] [
=
1 0 4
= ][ ] [ ]
0
Dengan cara yang serupa, diperoleh titik setelah dirotasikan dengan pusat rotasi di titik O (0,0)
dengan sudut rotasinya sebesar 90 ° berlawanan arah jarum jam yaitu
'' ' '
A ( 0,0 ) , B' (−2 ,−2 ) , C (−4 , 0 ) dan D '(−2 , 2). Diperoleh gambar seperti pada gambar 5.
Gambar 4. Hasil Pencerminan Belah Ketupat ABCD Gambar 5. Hasil Pencerminan dan Rotasi Belah Ketupat ABCD
Kemudian, untuk membentuk sisi sebelah kanan motif bintang tersebut, dilakukkan percerminan
belah ketupat A' ' , B' ' , C' ' , dan D ' ' terhadap sumbu y dengan matriks [−10 01]. Pencerminan titik
C ' ' (−4,0) terhadap sumbu y dilakukkan dengan cara mengoperasikan titik B tersebut dengan
Gambar 6. Hasil Akhir Kain Tapis Mata Kibau Gambar 7. Gambar Transformasi Dilatasi Pada Tapis Mata Kibau
Transformasi juga bisa berbentuk pembesaran atau pengecilan yang disebut dilatasi. Pada kain
tapis mata kibau terjadi penerapan dilatasi, konsep dilatasi terlihat pada pergerakan benang
penyayat yang memiliki skala yang berbeda-beda, pola pembentukan benang penyayat ini
dinamakan motif mata kibau, motif mata kibau dalam masyarakat Lampung memiliki makna
bahwa dalam kehidupan sehari-hari harus selalu melihat dan mencontoh perilaku baik, belajarlah
pada pengalaman agar hal buruk tidak terjadi lagi. Adapun bentuk dilatasi secara geometri dapat
dilihat pada gambar 7.
b) Motif Kain Tapis Bintang
Motif Kain Tapis Bintang disusun oleh benang emas yang bertingkat, pola benang emas tersebut
mengikuti motif kain dasar tenun dibawahnya, pengukuran menghasilkan ukuran garis vertikal
1 1 1
6 cm dan horizontal 6 cm serta garis diagonal 5 cm membentuk sebuah bintang yang
2 2 2
simetris (gambar 8). Motif Kain Tapis Bintang berbentuk Geometri Bintang. Secara geometri,
motif kain tapis bintang ini dibuat berdasarkan pendekatan transformasi geometri diantaranya
pencerminan (refleksi) dan perputaran (rotasi). Adapun bentuk motif bintang tersebut secara
geometri dapat dilihat pada gambar 9.
Gambar 8. Motif Kain Tapis Bintang Gambar 9. Motif Geometri Tapis Bintang
Untuk membentuk motif bintang dengan pendekatan materi transformasi geometri dapat dimulai
dari menggambar bangun datar layang-layang seperti terdapat pada Gambar 10. Lakukkan cara
yang serupa untuk menentukan pencerminan (refleksi) dan perputaran (rotasi) yang diterapkan
pada kain tapis mata kibau. Diperoleh gambar seperti pada gambar 11.
Gambar 10. Bangun Datar Pembentuk Bintang Gambar 11. Motif Dasar Kain Tapis Motif Bintang
Untuk membentuk empat belah ketupat yang setiap sisinya melalui titik B , D , B ' , D' , B' ' , D'' , dan
B' '' , D ' ' ' dilakukan proses pencerminan titik A terhadap empat garis bantu seperti terlihat pada
Gambar 12. Selanjutnya menentukan persamaan garis untuk setiap garis bantu tersebut dengan
y− y1 x−x 1
menggunakan rumus persamaan garis yang melalui dua titik : = . Mencari persa-
y 2− y 1 x 2−x 1
maan garis yang melalui titik (−3,0) dan (0,3) dengan rumus tersebut, diperoleh :
y− y1 x−x 1 y−0 x+ 3
= ⟺ = ⟺ 3 y=3 x+ 9 ⟺ y=x +3
y 2− y 1 x 2−x 1 3−0 0+3
Dengan cara serupa, didapat persa-maan garis yang melalui titik (0,3) dan (3,0) adalah y=−x+3;
persa-maan garis yang melalui titik (3,0) dan (0 ,−3) adalah y=x −3; persamaan garis yang
melalui titik (0 ,−3) dan (−3,0) adalah y=−x−3. Aturan pencerminan titik terhadap garis
y=mx+c yakni
2
) m( y−c) 2mx− y ( 1−m2 ) +2 c
( x ' , y ' )= x 1−m +2
(
( 2
m +1
, 2
m +1 )
Pencerminan titik A(0,0) terhadap garis y=x +3 dilakukkan dengan aturan tersebut, diperoleh :
0 ( 1−12) + 2∙ 1 ( 0−3 ) 2∙ 1 ∙0−0 ( 1−12 ) +2 ∙ 3
(
A1= ( x' , y ' ) =
12 +1
,
12 +1 ) = (−3,3 ). Dengan cara serupa, diperoleh
Gambar 12. Empat Garis Bantu untuk Pencerminan Titik A Gambar 13. Hasil Akhir Motif Tapis Bintang
DAFTAR PUSTAKA
Arwanto, A. (2017). Eksplorasi Etnomatematika Batik Trusmi Cirebo untuk mengungkap Nilai
Filosofi dan Konsep Matematis. Phenemenom Jurnal Pendidikan Mipa, 7(1), 40-49
Ariani, Nenny D & Rosiah, Kholis. (2016). Upaya Pemerintah dalam Melindungi Kain Tapis dan
Siger Lampung sebagai Ekspresi Budaya Tradisional. Jurnal Law Reform, 12(1), 73-86
Sarwoedi; Marinka, Desi Okta; Febriani, Peni; Wrine, I Nyoman. (2018). Efektifitas
Etnomatematika dalam Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematika Siswa.
Jurnal Pendidikan Matematika Raflesia, 3(2), 171-176
Mudjiyanto, Bambang. 2018. Tipe Penelitian Eksploratif Komunikasi. Jurnal Studi Komunikasi
dan Media, 22(1),65-74