SURABAYA ”Oknum Perawat Ini Operasi Pasien Hingga Sarafnya Putus” Oleh Gabriel Abdi Susanto pada 13 Sep 2013, 17:30 WIB
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Kabupaten Pamekasan, Jawa
Timur, menyelidiki kasus malapraktik yang diduga dilakukan oleh Bustami terhadap pasiennya Sudeh (42) hingga menyebabkan yang bersangkutan lumpuh. Ketua PPNI Pamekasan Cahyono, Kamis, mengatakan, pihaknya perlu melakukan penyelidikan dengan minta klarifikasi secara langsung kepada yang bersangkutan, karena hal itu berkaitan dengan kode etik profesi perawat. "Delik etik profesi perawat ini adalah urusan PPNI sebagai organisasi yang menaungi profesi keperawatan," kata Cahyono seperti dikutip dari Antara, Jumat (13/9/2013).
Penyelidikan yang akan dilakukan PPNI, katanya, hanya berkaitan dengan
kode etik perawat untuk memastikan apakah yang bersangkutan benar-benar melanggar kode etik atau tidak. Sedangkan dugaan kasus malapraktik yang dilakukan pelaku hingga menyebabkan korban lumpuh, menurut Cahyono, merupakan urusan kepolisian. Ia menjelaskan, sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 17 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Praktik Keperawatan, sebenarnya seorang perawat diperbolehkan menjalankan praktik keperawatan, maupun praktik mandiri keperawatan.
Sesuai dengan ketentuan itu, perawat yang diperbolehkan menjalankan
praktik mandiri ialah yang berpendidikan minimal D3 keperawatan, juga mempunyai surat izin kerja, dan izin praktik perawat, apabila yang bersangkutan membuka praktik keperawatan di luar tempat kerjanya. "Apabila persyaratan- persyaratan itu dipenuhi, maka sebenarnya tidak ada persoalan bagi perawat tersebut untuk membuka praktik," kata Cahyono menjelaskan. Terkait dengan kasus malapraktik yang dilakukan Bustami, Ketua PPNI Cahyono menyatakan belum bisa memberikan kesimpulan apapun. Hanya saja ia memastikan, jika secara etika Bustami memang melanggar ketentuan kode etik, maka PPNI hanya bisa merekomendasikan kepada instansi berwenang agar izin praktik perawatnya di luar institusi kerja dicabut. Kasus dugaan malapraktik di Pamekasan menimpa Suadeh alias Sudeh (42), warga Desa Tebul Timur, Kecamatan Pegantenan, Pamekasan, oleh oknum perawat Bustami yang selama ini mengaku sebagai dokter spesialis bedah. Dugaan malapraktik itu terungkap, setelah keluarga korban melaporkan kepada polisi atas kasus yang menimpa pasien yang ditangani oknum perawat namun mengaku dokter spesialis bedah itu. Sebelumnya, pasien berobat ke klinik milik oknum perawat bernama Bustami itu. Kasus itu, terjadi pada 2012. Saat itu korban bernama Sudeh (42) datang ke "Klinik Harapan" yang menjadi tempat praktik oknum itu di rumahnya di Desa/Kecamatan Pakong, Pamekasan. Ketika itu, korban menderita pusing-pusing. Oleh oknum perawat itu disarankan agar dibedah karena di bagian punggung korban ada benjolan yang diduga sebagai penyebab dari penyakit yang dideritanya. "Saat itu kami bilang pada ’si dokter’ tersebut, akan dirujuk ke rumah sakit di Pamekasan," kata saudara korban, Jumrah. Akan tetapi, kata dia, Bustami justru minta agar tidak dioperasi di rumah sakit, sebab dirinya juga bisa melakukan tindakan medis dan dia sendiri merupakan dokter spesialis bedah. Atas saran Bustami itu, pasien kemudian dioperasi oleh oknum perawat itu di klinik setempat. Akan tetapi, setelah operasi ternyata kondisi pasien tidak sembuh, bahkan pandangan mata kian buram, pendengaran terganggu, dan kemudian lumpuh.
"Kami lalu memeriksakan diri ke rumah sakit Dr Soetomo di Surabaya,
ternyata sarafnya putus akibat operasi yang dilakukan oleh Bustami itu," kata Jumrah. Bustami merupakan pegawai Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pamekasan sebagai perawat di unit gawat darurat.
(Abd)
Tag Terkait
perawat Bustami
saraf putus
persatuan perawat nasional indonesia
Analisis Konsep Dasar Keperawatan “Oknum Perawat Ini Operasi Pasien Hingga Sarafnya Putus” Kasus ini terjadi pada tahun 2012, saat itu korban bernama Sudeh yang berumur 42 tahun datang ke “Klinik Harapan” yang menjadi tempat praktik oknum perawat tersebut di desanya, tepatnya di kecamatan Pakong, Pamekasan. Awal mula pasien menderita pusing-pusing lalu oknum perawat menyarankan agar dibedah karena dibagian punggung pasien terdapat benjolan yang diduga itu adalah penyebab penyakit yang diderita pasien. Kemudian, keluarga pasien menyarankan agar dirujuk ke rumah sakit.Akan tetapi, oknum perawat tersebut yang mengaku sebagai dokter spesialis bedah meminta agar tidak dirujuk ke rumah sakit karena dirinya pun juga bisa melakukan tindakan medis. Selang beberapa waktu keluarga menyetujui atas saran yang dikatakan oleh oknum perawat. Kemudian ia pun melakukan tindakan operasi kepada pasien, lalu pasca operasi dilakukan kondisi pasien semakin memburuk dan tidak sembuh, bahkan pandangan mata menjadi buram, pendengaran pasien terganggu dan kemudian lumpuh. Karena dampak yang timbul setelah oknum perawat melakukan tindakan, keadaan pasien tidak semakin membaik, keluarga pasien pun langsung merujuk pasien ke rumah sakit daerah terdekat. Ternyat setelah dilakukan pemeriksaan di rumah sakit, dijumpai saraf pasien terputus akibat operasi yang dilakukan oleh oknum perawat tersebut yang mengaku sebagai dokter spesialis bedah yakni Bustami.Yang mana Bustami sendiri ternyata adalah perawat di unit gawat darurat RSUD Pamekasan. Bahwasannya kode etik yang dilanggar oleh perawat tersebut tidak sesuai dengan ketentuan SPO yang telah ditetapkan. Karena okum perawat yang mengaku Jadi, perawat diperbolehkan menjalankan praktik secara mandiri ialah yang berpendidikan minimal D3 keperawatan, juga mempunyai surat ijin kerja dan ijin praktik perawat apabila yang bersangkutan membuka praktik keperawatan di luar tempat kerjanya. Apabila persyaratan tersebut telah dipenuhi maka tidak ada permasalahan bagi perawat. Akan tetapi Ketua PPNI menyatakan belum bisa memberikan kesimpulan apapun. Hanya saja ia memastikan, jika secara etika Bustami melanggar ketentuan kode etik. Maka, PPNI hanya bisa merekomendasi kepada instansi berwenang agar izin pratik perawat diluar institusi kerja tersebut. Kesimpulan Kritik: Oknum perawat tersebut tidak perlu mengaku sebagai dokter spesialis bedah. Karena akan merugikan diri sendiri dan orang lain yang ditindak. Saran: Sebaiknya bila ia ingin mebuka praktik sendiri ia harus memenuhi persyaratan yang berlaku agar tak melanggar hukum dan kode etik keperawatan yang ada. Dan dengan ia memenuhi syarat tersebut ia dapat membuka praktik dengan baik tanpa harus melanggar ketentuan dan hukum kode etik keperawatan . karena sesuai dengan ketentuan membuka praktik sendiri perawat minimal lulus uji kompetensi D3 keperawatan.