Anda di halaman 1dari 6

`ARTIKEL KEPERAWATAN

“OKNUM PERAWAT INI OPERASI PASIEN HINGGA


SARAFNYA PUTUS”

Oleh :

1) Siti Aisyah (1810096)


2) Sonia Refi Sukma Arini (1810098)
3) Syafa Amboina Putri (1810100)
4) Tedi Novan (1810102)
5) Vedia Lutfiana (1810104)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH

SURABAYA
”Oknum Perawat Ini Operasi Pasien Hingga Sarafnya
Putus”
Oleh Gabriel Abdi Susanto pada 13 Sep 2013, 17:30 WIB

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Kabupaten Pamekasan, Jawa


Timur, menyelidiki kasus malapraktik yang diduga dilakukan oleh Bustami
terhadap pasiennya Sudeh (42) hingga menyebabkan yang bersangkutan lumpuh.
Ketua PPNI Pamekasan Cahyono, Kamis, mengatakan, pihaknya perlu melakukan
penyelidikan dengan minta klarifikasi secara langsung kepada yang bersangkutan,
karena hal itu berkaitan dengan kode etik profesi perawat. "Delik etik profesi
perawat ini adalah urusan PPNI sebagai organisasi yang menaungi profesi
keperawatan," kata Cahyono seperti dikutip dari Antara, Jumat (13/9/2013).

Penyelidikan yang akan dilakukan PPNI, katanya, hanya berkaitan dengan


kode etik perawat untuk memastikan apakah yang bersangkutan benar-benar
melanggar kode etik atau tidak. Sedangkan dugaan kasus malapraktik yang
dilakukan pelaku hingga menyebabkan korban lumpuh, menurut Cahyono,
merupakan urusan kepolisian. Ia menjelaskan, sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 17 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Praktik Keperawatan,
sebenarnya seorang perawat diperbolehkan menjalankan praktik keperawatan,
maupun praktik mandiri keperawatan.

Sesuai dengan ketentuan itu, perawat yang diperbolehkan menjalankan


praktik mandiri ialah yang berpendidikan minimal D3 keperawatan, juga
mempunyai surat izin kerja, dan izin praktik perawat, apabila yang bersangkutan
membuka praktik keperawatan di luar tempat kerjanya. "Apabila persyaratan-
persyaratan itu dipenuhi, maka sebenarnya tidak ada persoalan bagi perawat
tersebut untuk membuka praktik," kata Cahyono menjelaskan.
Terkait dengan kasus malapraktik yang dilakukan Bustami, Ketua PPNI
Cahyono menyatakan belum bisa memberikan kesimpulan apapun. Hanya saja ia
memastikan, jika secara etika Bustami memang melanggar ketentuan kode etik,
maka PPNI hanya bisa merekomendasikan kepada instansi berwenang agar izin
praktik perawatnya di luar institusi kerja dicabut. Kasus dugaan malapraktik di
Pamekasan menimpa Suadeh alias Sudeh (42), warga Desa Tebul Timur,
Kecamatan Pegantenan, Pamekasan, oleh oknum perawat Bustami yang selama ini
mengaku sebagai dokter spesialis bedah. Dugaan malapraktik itu terungkap, setelah
keluarga korban melaporkan kepada polisi atas kasus yang menimpa pasien yang
ditangani oknum perawat namun mengaku dokter spesialis bedah itu. Sebelumnya,
pasien berobat ke klinik milik oknum perawat bernama Bustami itu.
Kasus itu, terjadi pada 2012. Saat itu korban bernama Sudeh (42) datang ke
"Klinik Harapan" yang menjadi tempat praktik oknum itu di rumahnya di
Desa/Kecamatan Pakong, Pamekasan. Ketika itu, korban menderita pusing-pusing.
Oleh oknum perawat itu disarankan agar dibedah karena di bagian punggung
korban ada benjolan yang diduga sebagai penyebab dari penyakit yang dideritanya.
"Saat itu kami bilang pada ’si dokter’ tersebut, akan dirujuk ke rumah sakit di
Pamekasan," kata saudara korban, Jumrah. Akan tetapi, kata dia, Bustami justru
minta agar tidak dioperasi di rumah sakit, sebab dirinya juga bisa melakukan
tindakan medis dan dia sendiri merupakan dokter spesialis bedah.
Atas saran Bustami itu, pasien kemudian dioperasi oleh oknum perawat itu di
klinik setempat. Akan tetapi, setelah operasi ternyata kondisi pasien tidak sembuh,
bahkan pandangan mata kian buram, pendengaran terganggu, dan kemudian
lumpuh.

"Kami lalu memeriksakan diri ke rumah sakit Dr Soetomo di Surabaya,


ternyata sarafnya putus akibat operasi yang dilakukan oleh Bustami itu," kata
Jumrah. Bustami merupakan pegawai Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Pamekasan sebagai perawat di unit gawat darurat.

(Abd)

Tag Terkait

 perawat Bustami

 saraf putus

 persatuan perawat nasional indonesia


Analisis Konsep Dasar Keperawatan
“Oknum Perawat Ini Operasi Pasien Hingga Sarafnya Putus”
Kasus ini terjadi pada tahun 2012, saat itu korban bernama Sudeh yang
berumur 42 tahun datang ke “Klinik Harapan” yang menjadi tempat praktik oknum
perawat tersebut di desanya, tepatnya di kecamatan Pakong, Pamekasan.
Awal mula pasien menderita pusing-pusing lalu oknum perawat
menyarankan agar dibedah karena dibagian punggung pasien terdapat benjolan
yang diduga itu adalah penyebab penyakit yang diderita pasien.
Kemudian, keluarga pasien menyarankan agar dirujuk ke rumah sakit.Akan
tetapi, oknum perawat tersebut yang mengaku sebagai dokter spesialis bedah
meminta agar tidak dirujuk ke rumah sakit karena dirinya pun juga bisa melakukan
tindakan medis.
Selang beberapa waktu keluarga menyetujui atas saran yang dikatakan oleh
oknum perawat. Kemudian ia pun melakukan tindakan operasi kepada pasien, lalu
pasca operasi dilakukan kondisi pasien semakin memburuk dan tidak sembuh,
bahkan pandangan mata menjadi buram, pendengaran pasien terganggu dan
kemudian lumpuh.
Karena dampak yang timbul setelah oknum perawat melakukan tindakan,
keadaan pasien tidak semakin membaik, keluarga pasien pun langsung merujuk
pasien ke rumah sakit daerah terdekat. Ternyat setelah dilakukan pemeriksaan di
rumah sakit, dijumpai saraf pasien terputus akibat operasi yang dilakukan oleh
oknum perawat tersebut yang mengaku sebagai dokter spesialis bedah yakni
Bustami.Yang mana Bustami sendiri ternyata adalah perawat di unit gawat darurat
RSUD Pamekasan.
Bahwasannya kode etik yang dilanggar oleh perawat tersebut tidak sesuai
dengan ketentuan SPO yang telah ditetapkan. Karena okum perawat yang mengaku
Jadi, perawat diperbolehkan menjalankan praktik secara mandiri ialah yang
berpendidikan minimal D3 keperawatan, juga mempunyai surat ijin kerja dan ijin
praktik perawat apabila yang bersangkutan membuka praktik keperawatan di luar
tempat kerjanya. Apabila persyaratan tersebut telah dipenuhi maka tidak ada
permasalahan bagi perawat. Akan tetapi Ketua PPNI menyatakan belum bisa
memberikan kesimpulan apapun. Hanya saja ia memastikan, jika secara etika
Bustami melanggar ketentuan kode etik. Maka, PPNI hanya bisa merekomendasi
kepada instansi berwenang agar izin pratik perawat diluar institusi kerja tersebut.
 Kesimpulan
 Kritik: Oknum perawat tersebut tidak perlu mengaku sebagai
dokter spesialis bedah. Karena akan merugikan diri sendiri dan
orang lain yang ditindak.
 Saran: Sebaiknya bila ia ingin mebuka praktik sendiri ia harus
memenuhi persyaratan yang berlaku agar tak melanggar hukum
dan kode etik keperawatan yang ada.
Dan dengan ia memenuhi syarat tersebut ia dapat membuka
praktik dengan baik tanpa harus melanggar ketentuan dan
hukum kode etik keperawatan . karena sesuai dengan ketentuan
membuka praktik sendiri perawat minimal lulus uji kompetensi
D3 keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai