14 Pengertian Pelapisan Sosial
14 Pengertian Pelapisan Sosial
Sedangkan pelapisan sosial dapat diartikan sebagai pembedaan penduduk atau para
warga masyarakat ke dalam kelas secara hierarkis (bertingkat). Perwujudan adanya
kelas-kelas tinggi dan kelas-kelas yang lebih rendah di dalam masyarakat.
Di dalam masyarakat terdapat pelapisan sosial yang akan selalu ditemukan dalam
masyarakat selama di dalam masyarakat tersebut terdapat sesuatu yang dihargai
demikian menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi dalam bukunya
“Setangkai Bunga Sosiologi”, sesuatu yang dihargai itu adalah uang atau benda-
benda yang lain yang bernilai ekonomis, politis, agamis, sosial maupun kultural.
Adanya kelas yang tinggi dan kelas yang rendah itu disebabkan karena di dalam
masyarakat terdapat ketidakseimbangan atau ketimpangan (inequality) dalam
pembagian sesuatu yang dihargai yang kemudian menjadi hak dan kewajiban yang
dipikul dari warga masyarakat ada segolongan orang yang mendapatkan
pembagian lebih besar dan ada pula mendapatkan pembagian lebih kecil,
sedangkan yang mendapatkan lebih besar mendapatkan kedudukan yang lebih
tinggi, yang mendapatkan lebih kecil menduduki pelapisan yang lebih rendah.
Pelapisan mulai ada sejak manusia mengenal adanya kehidupan bersama atau
organisasi sosial.
Pelapisan sosial merupakan hasil dari kebiasaan manusia berhubungan antara satu
dengan yang lain secara teratur dan tersusun biak secara perorangan maupun
kelompok, setiap orang akan mempunyai situasi sosial (yang mendorong untuk
mengambil posisi sosial tertentu. (Drs. Taufik Rahman Dhohir, 2000)
Pelapisan sosial atau stratifikasi sosial (social stratification) adalah pembedaan atau
pengelompokan para anggota masyarakat secara vertikal (bertingkat). Definisi
sistematik antara lain dikemukakan oleh Pitirim A. Sorokinbahwa pelapisan sosial
merupakan pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara
bertingkat (hierarkis). Perwujudannya adalah adanya lapisan-lapisan di dalam
masyarakat, ada lapisan yang tinggi dan ada lapisan-lapisan di bawahnya. Setiap
lapisan tersebut disebut strata sosial. P.J. Boumanmenggunakan istilah tingkatan
atau dalam bahasa belanda disebut stand, yaitu golongan manusia yang ditandai
dengan suatu cara hidup dalam kesadaran akan beberapa hak istimewa tertentu
dan menurut gengsi kemasyarakatan. Istilah stand juga dipakai oleh Max Weber.
Ada beberapa pendapat menurut para ahli mengenai strafukasi sosial diantaranya
menurut Pitirin A. Sorikin bahwa “pelapisan masyarakat adalah perbedaan
penduduk atau masyarakat kedalam kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat”.
Theodorson dkk berpendapat bahwa “pelapisan masyarakat adalah jenjang status
dan peranan yang relative permanen yang terdapat dalam system social didalam hal
perbedaan hak,pengaruh dan kekuasaan”.
Masyarakat yang berstatifikasi sering dilukiskan sebagai suatu kerucut atau piramida,
dimana lapiasan bawah adalah paling lebar dan lapisan ini menyempit keatas.
2) Prof. Dr. Selo Sumardjan dan Soelaiman Soemardi SH. MA. menyatakan bahwa
selama di dalam masyarakat pasti mempunyai sesuatu yang dihargai olehnya dan
setiap masyarakat pasti mempunyai sesuatu yang dihargai.
3) Vilfredo Pareto menyatakan bahwa ada dua kelas yang senantiasa berbeda setiap
waktu yaitu golongan Elite dan golongan Non Elite. Menurut dia pangkal dari pada
perbedaan itu karena ada orang-orang yang memiliki kecakapan, watak, keahlian
dan kapasitas yang berbeda-beda.
4) Gaotano Mosoa dalam “The Ruling Class” menyatakan bahwa di dalam seluruh
masyarakat dari masyarakat yang kurang berkembang, sampai kepada masyarakat
yang paling maju dan penuh kekuasaan dua kelas selalu muncul ialah kelas pertama
(jumlahnya selalu sedikit) dan kelas kedua (jumlahnya lebih banyak).
5) Karl Mark menjelaskan terdapat dua macam di dalam setiap masyarakat yaitu kelas
yang memiliki tanah dan alat-alat produksi lainnya dan kelas yang tidak
mempunyainya dan hanya memiliki tenaga untuk disumbangkan di dalam proses
produksi.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan jika masyarakat terbagi menjadi lapisan-lapisan
social, yaitu :
ukuran kekayaan
ukuran kekuasaan
ukuran kehormatan
ukuran ilmu pengetahuan
Masyarakat terdiri dari berbagai latar belakang dan pelapisan sosial yang berbeda-
beda. Pelapisan sosial merupakan pemilah-milah kelompok sosial berdasarkan status,
strata dan kemampuan individu tersebut yang terjadisecara alami didalam
masyarakat. Terjadinya pelapisa sosial berdasarkan adanya cara pandang masyarakat
yang berbeda-beda dengan dilatarbelakangi oleh status sosial, strata sosial dan
kemampuan ekonomi yang berbeda-beda. Adapun perbedaan sistem pelapisan
dalam masyarakat;
Kesamaan derajat terjadi karena adanya perbedaan kemampuan yang terjadi dalam
bermasyarakat. Oleh sebabitu munculah lapisan-lapisan yang dapat menyatukan hal
yang awalnya berbeda kemudian menjadi satu, hal tersebut tercantum dalam
Undang-Undang 1945 tentang hak asasi manusia.
Sebagai warga negara Indonesia, tidak dipungkiri adanaya kesamaan derajat antar
rakyaknya, hal itu sudah tercantum jelas dalam UUD 1945 dalam pasal ..
1. Pasal 27
ayat 1, berisi mengenai kewajiban dasar dan hak asasi yang dimiliki warga
negara yaitu menjunjung tinggi hukum dan pemenrintahan
ayat 2, berisi mengenai hak setiap warga negara atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan
3. Pasal 29 ayat 2, kebebasan memeluk agama bagi penduduk yang dijamin oleh
negara
Tipe masyarakat dan sifat kebudayaan sangat menentukan watak elite. Dalam
masyarakat industri watak elitenya berbeda sama sekali dengan elite di dalam
masyarakat primitif. Di dalam suatu lapisan masyarakat tentu ada sekelompok kecil
yang mempunyai posisi kunci ataumereka yang memiliki pengaruh yang besar
dalam mengambil berbagai kebijaksanaan. mereka itu mungkin para pejabat tugas,
ulama, guru, petani kaya, pedagang kaya, pensiunan dan lainnya lagi.Para pemuka
pendapat (opinion leader) inilah pada umumnya memegang strategi kunci dan
memiliki status tersendiri yang akhirnya merupakan elite masyarakatnya.
Dalam suatu kehidupan sosial yang teratur, baik dalam konteks luas maupun yang
lebih sempit, dalam kelompok heterogen maupun homogen selalu ada
kecenderungan untuk menyisihkan satu golongan tersendiri sebagai satu golongan
yang penting, memiliki kekuasaan dan mendapatkan kedudukan yang terkemuka
jika dibandingkan dengan massa. Penentuan golongan minoritas ini
Dalam cara pemakaiannya yang lebih umum elite dimaksudkan : “ posisi di dalam
masyarakat di puncak struktur struktur sosial yang terpenting, yaitu posisi tinggi di
dalam ekonomi, pemerintahan, aparat kemiliteran, politik, agama, pengajaran, dan
pekerjaan-pekerjaan dinas.” Tipe masyarakat dan sifat kebudayaan sangat
menentukan watak elite. Dalam masyarakat industri watak elitnya berbeda sama
sekali dengan elite di dalam masyarakat primitive.
Kedua kecenderungan ini melahirkan dua macam elite yaitu elite internal dan elite
eksternal, elite internal menyangkut integrasi moral serta solidaritas sosial yang
berhubungan dengan perasaan tertentu pada saat tertentu, sopan santun dan
keadaan jiwa. Sedangkan elite eksternal adalah meliputi pencapaian tujuan dan
adaptasi berhubungan dengan problem-problema yang memperlihatkan sifat yang
keras masyarakat lain atau mas depan yang tak tentu.
Ukuran kekayaan
Kekayaan dapat dijadikan ukuran penempatan anggota masyarakat ke dalam
lapisan-lapisan sosial yang ada, barang siapa memiliki kekayaan paling banyak mana
ia akan termasuk lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial, demikian pula
sebaliknya, pa tidak mempunyai kekayaan akan digolongkan ke dalam lapisan yang
rendah. Kekayaan tersebut dapat dilihat antara lain pada bentuk tempat tinggal,
benda-benda tersier yang dimilikinya, cara berpakaiannya, maupun kebiasaannya
dalam berbelanja.
Proses ini berjalan sesuai dengan pertumbuhan masyarakat itu sendiri. Adapun
orang – orang yang ingin menduduki lapisan tertentu dibentuk bukan berdasarkan
atas kesengajaan yang disusun sebelumnya oleh masyarakat itu, tetapi berjalan
sacara alamiah dengan sendirinya ( seperti takdir atau nasib ).Pengakuan-pengakuan
terhadap kekuasaan dan wewenang tumbuh dengan sendirinya.
Sistem pelapisan ini memiliki tujuan khusus karena dibuat dengan unsur
kesengajaan. Biasanya ditujukan untuk mengejar tujuan bersama. Di dalam sistem ini
ditentukan secara jelas dan tegas adanya wewenang dan kekuasaan yang diberikan
kepada seseorang.
Terbentuknya stratifikasi sosial atau pelapisan sosial setidaknya didasari oleh empat
hal. Keempat hal tersebut merupakan sesuatu yang dihargai ditengah masyarakat,
sehingga siapa yang memilikinya dalam nilai atau jumlah lebih, secara otomatis kelas
sosialnyapun akan naik. Sebaliknya jika keempat hal tersebut tidak dimiliki atau
jumlahnya sedikit, maka kelas sosial yang diperolehnyapun semakin rendah.
Kekayaan (capital)
Di mata manusia, seorang yang memiliki kekayaan yang melimpah akan memiliki
kedudukan yang tinggi. Semakin banyak harta yang dimiliki, semakin tinggi pula
kelas sosialnya di tengah masyarakat. Maka tak heran, jika manusia selalu saja
berlomba-lomba untuk merauk harta sebanyak-banyaknya. Bahkan dalam sebuah
hadits dikatakan bahwa ketika manusia mendapatkan satu lembah yang penuh
emas, ia pasti menginginkan untuk mendapatkan lebah emas berikutnya.
Kekuasaan (power)
Selain harta benda, kekuasaan memiliki andil yang luar biasa dalam menentukan
stratifikasi sosial. Orang yang memiliki kekuasaan dan kewenangan dianggap
penting dan dihormati oleh orang disekitarnya.
Kehormatan (privilege)
Seseorang dapat menempati posisi tinggi dalam lapisan sosial masyarakat bila ia
sangat dihormati atau disegani. Dalam sistem kasta misalnya, para brhmana yang
merupakan pendeta bagai agama hindu memiliki kedudukan yang sangat dihormati
oleh masyarakatnya.
Seorang yang memiliki pengetahuan yang luas juga memiliki kedudukan yang tinggi
di masyarakat. Seorang guru, dosen, ustadz atau semisalnya sangat dibutuhkan dan
didengar perkataannya oleh masyarakat.
Adapun point pokok pembahasan yang akan dijabarkan seputar stratifikasi sosial
yakni apa itu yang dimaksud dengan stratifikasi sosial, pengertian stratifikasi social,
arti stratifikasi sosial, makna stratifikasi sosial, konsep stratifikasi sosial, dasar
pembentukan stratifikasi sosial, sifat stratifikasi sosial dan contoh stratifikasi sosial
yang tentu saja mudah untuk difahami.
Golongan lapisan atas adalah mereka yang termasuk dalam kategori mempunyai
kekayaan yang paling banyak. Adapun kekayaan yang dimiliki berupa bentuk dan
mobil atau rumah, mobil pribadi, cara berpakaian, cara berbelanja hingga cara
bergaya saat ditempat makan.
3. Ukuran kekuasaan
Ukuran kekuasaan banyak dijumpai pada masyarakat tradisional. Bagi mereka yang
memiliki wewenang terbesar maka akan menempati golongan lapisan atas. Perlu
diketahui bahwa didalam masyarakat tradisional, orang memiliki jabatan yang tinggi
bahkan orang pernah memiliki kekuasaan penuh dalam masyarakat yang
bersangkutan maka dialah yang dapat dikatakan sebagai orang yang berkuasa.
4. Ukuran kehormatan
Orang yang disegani dan dihormati dalam suatu masyarakat, tentu ia akan
menempati golongan tua atau lapisan tertinggi. Ukuran kehormatan terlepas dari
ukuran kekayan serta ukuran kekuasaan.
2. Stratifikasi terbuka
System stratifikasi social dikatakan terbuka jika setiap anggota warga masyarakatnya
mempunyai peluang dalam berpindah status (mobilitas social). Pada umumnya
system stratifikasi terbuka ini memberi pengaruh yang lebih besar kepada setiap
anggota nya untuk dijadikan landasan pembangunan masyarakat.
3. Stratifikasi campuran
Stratifikasi Sosial Tertutup merupakan stratifikasi sosial yang setiap anggotanya tidak
akan berpindah dari kelompok tertentu karena satu – satunya penentu
pengelompokkan dalam sistem stratifikasi sosial tertutup adalah melalui kelahiran.
Contohnya adalah pada masyarakat yang masih menggunakan ras sebagai dasar
pelapisan sosial.
Stratifikasi sosial campuran merupakan kombinasi dari stratifikasi sosial terbukan dan
tertutup. Contohnya adalah orang asli bali memiliki kedudukan yang tinggi di bali
(stratifikasi tertutup), tetapi ketika ia pindah ke daerah lain kedudukannya bisa
berubah sesuai dengan usaha dan kemampuannya (stratifikasi terbuka).
Unsur-Unsur Pelapisan Sosial
Unsur Status
Status adalah posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Berdasarkan cara
memperolehnya, status dapat dibagi menjadi :
Unsur Peran
Peran adalah perilaku sesungguhnya dari seseorang yang memiliki tanggung jawab.
Menurut Soerjono Soekanto, peran mengandung tiga hal :
Perilaku individu
Kekayaan
Kekayaan materi dapat dijadikan tolak ukur penempatan seorang individu dalam
lapisan sosial yang ada. Orang yang lebih kaya akan menduduki peringkat yang
lebih tinggi. Kekayaan seseorang dapat dinilai dari tempat tinggal, cara berpakaian,
materi, kebiasannya dalam berbelanja, kemampuannya dalam bersedekah dan gaya
hidupnya.
Kekuasaan dan Wewenang umumnya tidak lepas dari faktor kekayaan di atas. Orang
yang lebih kaya cenderung lebih berkuasa, atau sebaliknya, kekuasaan yang tinggi
dapat membuat seseorang menjadi lebih kaya. Jadi kekuasaan dan kekayaan
seringkali berhubungan satu sama lain.
Kehormatan
Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan merupakan salah satu dasar stratifikasi sosial dalam bidang
tertentu. Orang dengan ilmu pengetahuan yang lebih luas akan menduduki
tingkatan stratifikasi yang lebih tinggi dalam bidang yang berkaitan. Ilmu
pengetahuan yang dikuasi berbeda – beda pada setiap bidang. Ilmu pengetahuan
yang dimiliki seseorang cenderung berkaitan dengan profesinya, contohnya seorang
dokter akan lebih paham tentang kesehatan dibandingkan seorang insinyur. Untuk
menandakan tingkat keilmuan seseorang biasanya diberikan gelar – gelar tertentu,
contohnya seorang dokter akan memiliki gelar dr. Setelah menyelesaikan pendidikan
kedokterannya.
Sesuai dengan namanya, pelapisan sosial ini terbentuk secara alamiah (dengan
sendirinya). Pembentukannya terjadi besamaan dengan dinamika kehidupan
masyarakat tanpa disadari. Contohnya adalah kepandaian seorang siswa dalam
suatu sekolah, secara tidak sadar siswa tersebut menduduki tingkatan stratifikasi
sosial yang tinggi.
Stratifikasi sosial buatan adalah jenis pelapisan sosial yang dibentuk secara sengaja
dan penuh kesadaran. Tujuan pembentukannya biasanya untuk mencapai
kepentingan tertentu yang berkaitan dengan pembagian kekuasaan dan tugas.
Misalnya pembentukan partai politik, TNI, dan Sistem pemerintahan.
Elit, kelompok yang sangat berhasil dalam bidangnya, dikenal secara luas dan sangat
dihargai dalam suatu kelompok masyarakat.
Profesional, kelompok yang memiliki gelar di dunia pendidikan dan berhasil dalam
bidang yang digeluti.
Semi Profesional, Seperti pegawai kantor, teknisi berpendidikan menengah, dan
mereka yang memiliki kemampuan tetapi tidak berhasil mencapai gelar.
Tenaga Terampil, Orang orang yang memiliki kemampuan mekanik yang baik,
contohnya adalah penjahit, buruh pabrik dan tukang pangkas rambut.
Tenaga Semi Terampil, kelompok dengan pekerjaan pabrik atau perusahaan yang
tidak memerlukan keahlian khusus, contohnya pelayan restoran.
Tenaga Tidak Terlatih atau tidak terdidik, misalnya pekerja seperti pembantu rumah
tangga, penyapu jalan, tukang kebun.
Elit Desa, contohnya seperti lurah, pegawai, guru, tokoh politik, tokoh agama, dll.
Massa, contohnya seperti petani menengah, buruh tani, pedagang kecil, dll.
Stratifikasi sosial dalam bidang politik berhubungan erat dengan kekuasaan yang
dimiliki oleh anggota masyarakat. Ada pihak yang menjadi penguasa dan ada pihak
lain yang dikuasi. Bentuk kekuasan pada suatu masyarakat dapat berbeda-beda
dengan polanya masing masing. Bentuk dan sistem kekuasaan biasanya akan
seseuai dengan adat istiadat, perilaku dan kebiasaaan yang berlaku dalam
lingkuangan tersebut.
Sistem stratifikasi sosial yang memberikan keuntungan kepada kelompok yang lebih
tinggi cenderung akan menimbulkan konflik. Beberapa konflik yang dapat terjadi
antara lain adalah :