Anda di halaman 1dari 11

Modul 10

Stratifikasi Sosial
Pelapisan sosial atau stratifikasi sosial adalah pembedaan atau
pengelompokan anggota masyarakat secara bertingkat.

Sering kita jumpai dalam kehidupan kehidupan sehari-hari adanya


perbedaan antar warga yang satu dan yang lainnya. Seorang warga
mendapat penghormatan yang lebih dibandingkan warga lain, meskipun
keduanya saling akrab, namun tetap membedakan keduanya.

Pembedaan tersebut merupakan contoh adanya sistem pelapisan sosial


ditengah kehidupan masyarakat luas.

Berdasarkan pendapat Pitrim Sorokin, sistem berlapis-lapis yang ada di


masyarakat teratur merupakan ciri yang tetap dan umum. Selama ditengah
masyarakat ada sesuatu yang dianggap berharga maka kepemilikan
terhadap hal yang berharga tersebut merupakan bibit yang dapat
menumbuhkan adanya sistem berlapis-lapis dalam masyarakat.

Adapun sesuatu yang dianggap berharga dan dimiliki seseorang dalam


kehidupan masyarakat, baik yang sifatnya materi maupun non materi, akan
menimbulkan bentuk penghargaan yang merupakan nilai tambahan yang
dimiliki seseorang dibandingkan dimiliki oleh orang lain yang tidak
memiliki sesuatu yang dianggap berharga atau bernilai oleh masyarakat
tersebut.

Bentuk penghargaan tersebut dapat berupa kekayaan, keterampilan,


pengetahuan, penghormatan, kekuasaan, dan sebagainya.

Pengertian Stratifikasi Sosial


Pelapisan sosial atau stratifikasi sosial adalah perbedaan masyarakat
dalam kelas-kelas bertingkat/hireakis. Pelapisan sosial dalam masyarakat
tampak dalam bentuk adanya kelas yang memiliki bentuk-bentuk berbeda,
yang ada semenjak dahulu sampai sekarang.

Semakin majunya peradaban yang ditandai dengan meningkatnya ilmu


pengetahuan dan teknologi semakin kompleks pula sistem pelapisan yang
ada dalam masyarakat.
Pelapisan sosial dalam kehidupan sehari-hari memiliki sejumlah ukuran
yang dipergunakan sebagai dasar pembentukan pelapisan sosial, ukuran
tersebut yaitu:

1. Kekayaan, pada umumnya orang kaya memperoleh pelapisan sosial atas


ditengah-tengah masyarakat.

2. Kehormatan, pada masyarakat tradisional, faktor kehormatan menjadi


tolak ukur pelapisan sosial, di mana umumnya orang yang pernah berjasa,
akum tua, termasuk orang yang disegani menduduki pelapisan sosial atas
dalam masyarakat.

3. Kepandaian, di mana orang yang pandai atau ilmuwan ditempatkan sebagai


masyarakat kelompok atas.

4. Kekuasaan, pada umumnya penguasa atau seseorang yang memiliki jabatan


tertentu dengan kewenangan yang lebih banyak atau tinggi, di tengah
masyarakat akan menduduki pelapisan sosial atas.

Proses Terbentuknya Pelapisan Sosial


Ada 2 proses terjadinya pelapisan sosial yaitu secara disengaja dan tidak
disengaja, simak penjelasannya dibawah ini!
1. Secara Tidak Disengaja
Pelapisan sosial dapat terjadi dengan sendirinya, yaitu sesuai dengan
kondisi anggota masyarakat karena aktif dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya dan bernasib baik. Orang-orang semacam ini akan menempati
pelapisan sosial atas. Sebaliknya, bagi anggota masyarakat yang malas dan
nasibnya kurang menguntungkan, mereka biasanya akan menempati
pelapisan sosial bawah. pelapisan sosial di masyarakat dapat terjadi
disebabkan adanya kelas, status sosial, dan kekuasaan.
Pelapisan sosial yang terbentuk dengan sendirinya ditandai dengan ciri-ciri
sebagai berikut:
 Pelapisan sosial terbentuk sejalan dengan perkembangan masyarakat yang
bersangkutan. Perkembangan itu meliputi kehidupan ekonomi, sosial, dan
politik.

 Pelapisan sosial terbentuk di luar kontrol masyarakat yang bersangkutan


misalnya, suatu daerah pertanian diubah menjadi kawasan industri.

 Pelapisan sosial terjadi sesuai dengan kondisi sosial budaya di wilayah


yang bersangkutan. Kenyataan ini terbukti dari beragamnya diferensiasi
sosial antara suatu daerah dengan daerah lainnya.

 Kedudukan seseorang dalam suatu lapisan beserta hak dan kewajiban


berlangsung secara otomatis. Misalnya turunan pembuka desa (wong
baku) dalam masyarakat jawa otomatis mendapat tempat terhormat
daripada turunan pendatang (kuli gondok atau lindung).
2. Secara Disengaja
Pelapisan sosial semacam ini menunjukan pada diferensiasi sosial yang
dibentuk oleh suatu kelompok sosial atau masyarakat dalam rangka
mengejar tujuan tertentu. Apakah tujuan dari pelapisan sosial yang
disengaja?
Bahwa uniknya kepribadian manusia mengandung konsekuensi tidak
teraturnya tindakan dan interaksi sosial. Kalau kondisi ini dibiarkan,
kehidupan bersama akan terganggu. Untuk itulah, maka diperlukan upaya
mempolakan tindakan dan interaksi sosial yang dapat diwujudkan dengan
membentuk pelapisan sosial.
Melalui pelapisan sosial, masing-masing warga kelompok sosial menduduki
lapisan sosialnya masing-masing. Tiap-tiap warga mengetahui apa yang
menjadi hak, kewajiban, dan tanggung jawabnya.
Dalam kehidupan sehari-hari pelapisan sosial yang terbentuk secara
disengaja berlaku dalam badan-badan resmi (organisasi formal) seperti
pemerintahan, militer, pendidikan, perusahaan, dan koperasi.
Unsur-Unsur Stratifikasi Sosial dalam Masyarakat

Dalam suatu masyarakat, stratifikasi sosial terdiri atas dua unsur, yaitu
kedudukan (status) dan peranan (role).

A. Kedudukan (Status)
Status atau kedudukan adalah posisi sosial yang merupakan tempat di
mana seseorang menjalankan kewajibankewajiban dan berbagai aktivitas
lain, yang sekaligus merupakan tempat bagi seseorang untuk menanamkan
harapan-harapan. Dengan kata lain status merupakan posisi sosial
seseorang dalam suatu hierarki.
Ada beberapa kriteria penentuan status seperti dikatakan oleh Talcott
Parsons, yang menyebutkan ada lima criteria yang digunakan untuk
menentukan status atau kedudukan seseorang dalam masyarakat, yaitu
kelahiran, mutu pribadi, prestasi, pemilikan, dan otoritas.
Sementara itu, Ralph Linton mengatakan bahwa dalam kehidupan
masyarakat kita mengenal tiga macam status, yaitu ascribed status,
achieved status, dan assigned status.
Ascribed Status
Ascribed status merupakan status yang diperoleh seseorang tanpa usaha
tertentu. Status sosial ini biasanya diperoleh karena warisan, keturunan,
atau kelahiran. Contohnya seorang anak yang lahir dari lingkungan
bangsawan, tanpa harus berusaha, dengan sendirinya ia sudah memiliki
status sebagai bangsawan.
Achieved Status
Status ini diperoleh karena suatu prestasi tertentu. Atau dengan kata lain
status ini diperoleh seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja. Status
ini tidak diperoleh atas dasar keturunan, akan tetapi tergantung pada
kemampuan masing-masing dalam mengejar serta mencapai tujuan-
tujuannya. Misalnya seseorang dapat menjadi hakim setelah menyelesaikan
kuliah di Fakultas Hukum dan memenuhi persyaratan-persyaratan yang
memerlukan usaha-usaha tertentu.

Assigned Status
Assigned status adalah status yang dimiliki seseorang karena jasa-jasanya
terhadap pihak lain. Karena jasanya tersebut, orang diberi status khusus
oleh orang atau kelompok tersebut. Misalnya gelar-gelar seperti pahlawan
revolusi, peraih kalpataru atau adipura, dan lainnya.
B. Peranan (Role)
Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan atau status. Dalam
kehidupan di masyarakat, peranan diartikan sebagai perilaku yang
diharapkan oleh pihak lain dalam melaksanakan hak dan kewajiban sesuai
dengan status yang dimilikinya. Status dan peranan tidak dapat dipisahkan
karena tidak ada peranan tanpa status, dan tidak ada status tanpa peranan.
Interaksi sosial yang ada di dalam masyarakat merupakan hubungan
antara peranan-peranan individu dalam masyarakat. Ada tiga hal yang
tercakup dalam peranan, yaitu sebagai berikut.
1) Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau
kedudukan seseorang dalam masyarakat.
2) Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan
oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi
3) Peranan merupakan perilaku individu yang penting bagi struktur sosial
masyarakat.

Setiap manusia memiliki status atau kedudukan dan peranan sosial


tertentu sesuai dengan struktur sosial dan pola-pola pergaulan hidup di
masyarakat.
Dalam setiap struktur, ia memiliki kedudukan dan menjalankan
peranannya sesuai dengan kedudukannya tersebut. Kedudukan dan
peranan mencakup tiap-tiap unsur dan struktur sosial.
Jadi, kedudukan menentukan peran, dan peran menentukan perbuatan
(perilaku). Dengan kata lain, kedudukan dan peranan menentukan apa
yang diperbuatnya bagi masyarakat, serta kesempatan-kesempatan apa
yang diberikan masyarakat kepadanya. Semakin banyak kedudukan dan
peranan seseorang, semakin beragam pula interaksinya dengan orang lain.
Interaksi seseorang berada dalam struktur hierarki, sedangkan peranannya
berada dalam setiap unsur-unsur social tadi. Jadi hubungan antara status
dan peranan adalah bahwastatus atau kedudukan merupakan posisi
seseorang dalam struktur hierarki, sedangkan peranan merupakan
perilaku actual dari status.
Macam-macam Pelapisan Sosial
Pelapisan sosial terdiri dari 4 macam yaitu sebagai berikut:
1. Pelapisan Sosial Berdasarkan Kelas Sosial
Dapat dibagi menjadi 3 (tiga) kelas yaitu:
 Kelas atas (upper class)
 Kelas menengah (middle class)
 Kelas bawah (lower class)
2. Pelapisan Sosial Berdasarkan Sifatnya
[1] Pelapisan sosial tertutup (clossed social stratification)

Dalam sistem pelapisan sosial tertutup kemungkinan berpindahnya


seseorang dari lapisan sosial satu ke lapisan sosial sosial yang lain tidaklah
mungkin atau sangat kecil sekali.
Bentuk-bentuk pelapisan sosial tertutup adalah:
(a). Sistem kasta
Menurut Lumberg, kasta adalah suatu kategori yang permanen hierarki
bagi para anggotanya ditunjuk dan ditetapkan status yang permanen dalam
hierarki sosial, serta hubungan-hubungan yang dibatasi sesuai dengan
statsunya.
Ciri-ciri kasta adalah:
 Keanggotaannya diperoleh karena kelahiran.
Keunggulan yang diwariskan berlaku seumur hidup.

 Perkawinan bersifat endogamy, artinya harus dipilih dari orang-orang yang


kastanya sama.

 Hubungan dengan kelompok-kelompok sosial lainnya bersifat terbatas.

 Kesadaran pada keanggotaan pada suatu kasta tertentu, terutama dari


nama kasta, identifikasi anggota pada kastanya, penyesuaian diri yang
ketat pada kasta-kastanya.

 Kasta diikat oleh kedudukan-kedudukan yang secara tradisional telah


ditetapkan.

 Prestise suatu kasta benar-benar dijaga dan diperhatikan.

 Kasta yang lebih rendah merupakan bagian dari kasta yang lebih tinggi
sehingga dapat dikendalikan secara terus-menerus.
(b). Sistem kelas sosial
Kelas ini berdasar pada status sosial yang diperoleh melalui suatu usaha
tertentu, menurut Karl Marx, kelas sosial adalah kelas yang mempunyai
hubungan sebab akibat dengan alat-alat produksi.
(c). Sistem feodal
Sistem feodal memiliki karakteristik selalu ditandai oleh suatu prinsip
dasar yaitu pembedaan status seseorang terhadap orang lain. Posisi
seseorang dalam masyarakat diberikan dan tidak mungkin berpindah dari
satu tingkat ke tingkat lain yang lebih tinggi.
(d). Sistem apartheid
Apartheid menggambarkan pemisahan rasial yang nyata antara penduduk
kulit putih, yang merupakan kaum minoritas tapi memimpin dengan
penduduk nonkulit putih yang merupakan mayoritas.
Sebagai contoh masyarakat yang menganut kasta adalah masyarakat Hindu
Bali yang terdiri atas:
 Kasta Brahmana merupakan kasta pendeta, yang dipandang sebagai
lapisan tertinggi.
 Kasta Ksatria merupakan kasta bangsawan dan tentara yang dipandang
sebagai lapisan yang kedua.
 Kasta Waisya merupakan kasta pedagang yang dipandang sebagai lapisan
menengah (ketiga).
 Kasta Sudra merupakan kasta orang-orang biasa atau rakyat jelata.

[2]. Pelapisan sosial terbuka (opened social stratification)


Masyarakat yang menganut sistem pelapisan sosial terbuka akan
memudahkan seseorang berganti pelapisan sosial yang semula dibawah
menjadi diatas. Contohnya seseorang yang semula miskin karena
ketekunan, keuletan bekerja, dan cerdas mampu menduduki jabatan yang
tinggi, sehingga secara otomatis merubah pelapisan sosial yang semula
dibawah menjadi diatas.
3. Pelapisan Sosial Berdasarkan Kekuasaan
Faktor politik sebagai dasar dalam penyusunan pelapisan sosial
membedakan warga masyarakat berdasarkan sejauh mana kekuasaan dan
kewenangan yang dimiliki sehingga didalam masyarakat dikenal adanya:
 Kelompok berkuasa.
 Kelompok kekuasaan menengah.
 Kelompok tidak berkuasa.
4. Pengaruh Industrialisasi terhadap Pelapisan Sosial Masyarakat Indonesia
Struktur pelapisan sosial pada masyarakat industri terdiri dari 3 (tiga)
jenjang lapisan sosial yang didasarkan pada ukuran-ukuran berikut.
 Tingkat pendidikan industrialisasi mengubah struktur pendidikan anggota
masyarakat, karena semakin terbukanya peluang tingkat pendidikan yang
lebih tinggi.

 Tingkat prestise atau kehormatan sosial yang berkaitan dengan pekerjaan.


Pembagian pekerjaan disesuaikan dengan tingkat keahlian atau
profesionalitas sehingga menghasilkan kelompok pekerja kasar (blue
collar) dan kelompok pekerja halus (white collar).

 Tingkat pendapatan ekonomi menghasilkan kelas-kelas sosial baru yang


menciptakan struktur kelas dalam masyarakat berdasarkan pendapatan
ekonomi sehingga terbentuk kelas atas, kelas menengah, dan kelas bawah
ditinjau dari pendapatan atau penghasilan.

Pengaruh Stratifikasi Sosial


Pengaruh Stratifikasi sosial dalam perkembangan masyarakat di antaranya:
 Adanya penempatan manusia sesuai dengan kedudukan dan peranannya
sehingga di masyarakat dikenal dengan adanya jenjang yang menunjukkan
strata tinggi rendahnya peranan dan status sosial seseorang.

 Memacu seseorang untuk melakukan upaya memaksimalkan mungkin agar


mampu meraih jenjang sosial lebih tinggi.

 Munculnya kesenjangan sosial antara masyarakat lapisan atas dan


masyarakat lapisan bawah.

Beberapa teori tentang pelapisan sosial


Bentuk konkrit daripada pelapisan masyarakat ada beberapa macam. Ada
yang membagi pelapisan masyarakat seperti :
Sementara itu ada pula sering kita dengar : Kelas Atas (Upper Class), Kelas
Menengah (Middle Class), Kelas Menengah Ke Bawah (Lower Middle Class)
dan Kelas Bawah (Lower Class).

Para pendapat sarjana memiliki tekanan yang berbeda-beda di dalam


menyampaikan teori-teori tentang pelapisan masyarakat. seperti:
a) Aristoteles membagi masyarakat berdasarkan golongan ekonominya
sehingga ada yang kaya, menengah, dan melarat.
b) Prof. Dr.Selo Sumardjan dan Soelaiman Soemardi SH.MA menyatakan
bahwa selama didalam masyarakat ada sesuatu yang dihargai olehnya dan
setiap masyarakat pasti mempunyai sesuatu yang dihargainya makan
barang itu akan menjadi bibit yang dapat menumbuhkan adanya sistem
berlapis-lapis dalam masyarakat.
c) Vilfredo Pareto menyatakan bahwa ada 2 kelas yang senantiasa berbeda
setiap waktu, yaitu golongan elite dan golongan non elite.
d) Gaotano Mosoa, sarjana Italia. menyatakan bahwa di dalam seluruh
masyarakat dari masyarakat yang sangat kurang berkembang, sampai
kepada masyarakat yang paling maju dan penuh kekuasaan dua kelas
selalu muncul ialah kelas yang pemerintah dan kelas yang diperintah.
e) Karl Marx, menjelaskan secara tidak langsung tentang pelapisan
masyarakat menggunakan istilah kelas menurut dia, pada pokoknya ada 2
macam di dalam setiap masyarakat yaitu kelas yang memiliki tanah dan
alat-alat produksi lainnya dan kelas yang tidak mempunyai dan hanya
memiliki tenaga untuk disumbangkan di dalam proses produksi.

Secara luas, kriteria umum penentuan seseorang dalam stratifikasi sosial


adalah sebagai berikut.

 Kekayaan dalam berbagai bentuk yang diketahui oleh masyarakat diukur


dalam kuantitas atau dinyatakan secara kualitatif.

 Daya guna fungsional perorangan dalam hal pekerjaan.

 Keturunan yang menunjukkan reputasi keluarga, lamanya tinggal atau


berdiam di suatu tempat, latar belakang rasial atau etnis, dan kebangsaan.
 Agama yang menunjukkan tingkat kesalehan seseorang dalam menjalankan
ajaran agamanya.

 Ciri-ciri biologis, termasuk umur dan jenis kelamin.


Ukuran-ukuran diatas tidaklah bersifat limitatif (terbatas),tetapi masih ada
ukuran-ukuran lain yang dapat dipergunakan. Akan tetapi, ukuran-ukuran
diatas yang menonjol sebagai dasar timbulnya pelapisan sosial dalam
masyarakat.
Jadi kriteria pelapisan sosial pada hakikatnya tergantung pada sistem nilai
yang dianut oleh anggota-anggota masyarakat yang bersangkutan.

Fungsi Pelapisan Sosial


Dalam hidup bermasyarakat, secara tidak langsung setiap anggota
masyarakat digolongkan ke dalam beberapa lapisan berdasarkan kriteria
tertentu, seperti harta, kepemilikan tanah, pendidikan, dan lain-lain.
Apakah fungsi dilakukannya penggolongan atau stratifikasi tersebut?
Dalam kenyataannya, stratifikasi sosial mempunyai fungsi sebagai berikut.

A. Stratifikasi sosial menyusun alat bagi masyarakat dalam mencapai


beberapa tugas utama.
Hal ini dilaksanakan dengan mendistribusikan prestise maupun privelese
(hak yang dimiliki seseorang karena kedudukannya dalam sebuah strata).
Setiap strata ditandai dengan pangkat atau simbol-simbol yang nyata yang
menunjukkan rangking, peranan khusus, dan standar tingkah laku dalam
kehidupan.
Semuanya diorganisir untuk melaksanakan tugasnya masing-masing.
Penghargaan masyarakat terhadap orang-orang yang menduduki dan
melaksanakan tugasnya dapat dipandang sebagai insentif yang dapat
menarik mereka untuk melaksanakan tugasnya dengan baik.
B. Stratifikasi sosial menyusun, mengatur, serta mengawasi saling hubungan
di antara anggota masyarakat.
Peranan, norma, dan standar tingkah laku dilibatkan dan diperhatikan
dalam setiap hubungan di antara strata yang ada di dalam masyarakat.
Stratifikasi sosial cenderung mengatur partisipasi individu dalam
kehidupan secara menyeluruh dalam suatu masyarakat. Ia memberi
kesempatan untuk memenuhi dan mengisi tempat-tempat tertentu, dan
pada pihak lain ia juga dapat membatasi ruang gerak masyarakat.
Tetapi terlepas dari tinggi rendahnya strata yang dimiliki seseorang,
stratifikasi berfungsi untuk mengatur partisipasinya di tempat-tempat
tertentu dari kehidupan social bersama.
C. Stratifikasi sosial memiliki kontribusi sebagai pemersatu dengan
mengoordinasikan serta mengharmonisasikan unitunit yang ada dalam
struktur sosial itu.
Dengan demikian, ia berperan dalam memengaruhi fungsi dari berbagai
unit dalam strata sosial yang ada.

D. Stratifikasi sosial mengategorikan manusia dalam stratum yang berbeda,


sehingga dapat menyederhanakan dunia manusia dalam konteks saling
berhubungan di antara mereka.
Dalam kelompok primer, fungsi ini kurang begitu penting karena para
anggota saling mengenal secara dekat. Namun demikian, ia menjadi sangat
penting bagi kelompok sekunder.
Hal ini disebabkan para anggota tidak saling mengenal, sehingga sulit
untuk menetapkan aturan tingkah laku mana yang akan digunakan dalam
berhubungan dengan orang lain. Dengan adanya stratifikasi, kesulitan ini
relatif dapat dia
Dampak dari pelapisan sosial
Adanya pelapisan sosial dapat pula mengakibatkan atau mempengaruhi
tindakan-tindakan warga masyarakat dalam interaksi sosialnya. Pola
tindakan individu-individu masyarakat sebagai konsekwensi dari adanya
perbedaan status dan peran sosial akan muncul dengan sendirinya.
A. Dampak positif
Pelapisan sosial merupakan hal yang tidak dapat diabaikan. Pelapisan
sosial memberikan dampak positif jika dilakukan untuk mencapai tujuan
bersama, dengan adanya pelapisan sosial mayarakat dalam satu organisasi
dituntut untuk dapat menjalankan kewajiban dan mendapatkan hak
mereka. Dengan system pelapisan sosial ini, maka akan terjalin kerja sama
yang bersifat mutualisme.
B. Dampak negative
Pelapisan sosial bagi sebagian kalangan merupakan dampak negative.
Terjadinya kesenjangan sosial antar kalangan dalam masyarakat
merupakan bukti kongkrit bahwa pelapisan sosial memberikan dampak
buruk. Ideology seperti inilah yang membuat terjadinya banyak keributan
dan permasalahan yang berasal dari sikap kesenjangan sosial.

Kalangan kelas atas yang memandang rendah kalangan bawah semakin


memperparah situasi, masyarakat bawah yang tidak menerima dirinya
berada di bawah merasa cemburu kepada orang lain yang berada di atas.
Akibatnya, terjadilah tindakan-tindakan kriminal. Sikap saling tidak
menghargai orang lain seperti itu dapat menimbulkan perpecahan dalam
masyarakat.

Kesimpulan
Pelapisan sosial adalah perbedaan dalam masyarakat yang masuk ke dalam
susunan bertingkat. Secara umum pelapisan sosial dibagi atas tiga bagian
yaitu kelas atas, kelas menengah, dan kelas bawah.
Faktor-faktor yang membentuk Pelapisan Sosial (Stratifikasi Sosial) adalah
kekayaan, kekuasaan atau kewenangan, kehormatan, dan ilmu
pengetahuan.
Pelapisan sosial dapat terbentuk secara sengaja dan tidak
disengaja. Pelapisan sosial terbentuk sejalan dengan perkembangan
masyarakat yang bersangkutan. Perkembangan itu meliputi kehidupan
ekonomi, sosial, dan politik.

Pelapisan sosial dapat memberikan dampak positif dan negatif. Untuk itu
dibutuhkan sikap saling menghormati dan menghargai antar setiap
individu tanpa melihat darimana dan bagaimana kelas sosial individu
tersebut berada.

Anda mungkin juga menyukai