Anda di halaman 1dari 3

Ketika Cintaku Bertepuk Sebelah Tangan

Aku adalah seorang gadis kelahiran tahun 2002, tepat pada tahun ini aku berumur 17 tahun. Aku
dikenal sebagai gadis yang sangat pemalu dan pendiam. Karena aku tak berani mengungkapkan kepada
siapapun mengenai isi hatiku. Aku merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Namun kakakku telah
meninggalkan kami terlebih dahulu untuk selama-lamanya. Ayah dan ibuku adalah seorang petani.
Mereka bekerja sangat keras agar bisa menyekolahkan kami bertiga. Melihat perjuangan mereka,
semakin menggugah niatku untuk sekolah yang setinggi-tingginya agar bisa membuat mereka bangga.
Saat ini aku tengah bersekolah di SMA Negeri 2 Mengwi yang merupakan salah satu sekolah
termegah di Kecamatan Mengwi. Jarak antara rumah dan sekolahku tidaklah terlalu jauh maka tak heran
jika orang yang paling pertama datang ke kelas adalah aku. Sehingga julukan siswa teladan melekat
pada diriku. Di kelas XII MIPA 8 aku memangku jabatan sebagai wakil ketua kelas agar nantinya bisa
melatih jiwa kepemimpinanku di kemudian hari. Di sini aku mempunyai banyak teman, namun ada 2
orang yang menjadi teman terdekatku yaitu Yuni dan Wahyuni. Merekalah yang selalu mendengar
keluh kesah tentang hidupku.
Banyak yang berkata masa SMA merupakan masa dimana remaja akan mulai merasakan yang
namanya sebuah cinta. Dan akupun mengalami hal itu. Ini terjadi pada 13 Juli 2018, tepatnya pada hari
pertama sekolah setelah liburan semester telah habis. Di balkon dekat kelas aku berjumpa dengan
dirinya yang pada saat itu tengah membaca buku. Mataku seakan terpana melihat gayanya membaca.
Pertanyaan dalam diriku pun mulai muncul, “siapakah dia?, kenapa aku tak pernah melihat dia
sebelumnya disini?”. Lalu aku bertanya dengan penuh keheranan kepada Wahuni.
“Siapakah dia yang sedang membaca buku di balkon dekat kelas itu wah?”, tanyaku.
“Dia merupakan siswa baru di kelas kita Wida, namanya Indra. Aku dengar dia pindahan dari
salah satu SMA di Denpasar.” Jawab Wahyuni.
Setelah ku tahu namanya, aku semakin tertarik untuk mengenalnya lebih jauh lagi. Aku pun
ragu-ragu saat ingin berkenalan dengan dirinya. Tapi kuberanikan saja diriku untuk berkenalan
dengannya. Obrolan kami berlangsung tidak lebih dari 5 menit. Ternyata dia orangnya sangat ramah
sehingga membuatku semakin jatuh hati kepadanya. Ditambah senyumannya yang semanis gula,
membuat hati ini terasa luluh ketika melihatnya.
Tepat sebulan setelah perkenalan itu, aku dan dirinya menjadi teman yang sangat akrab. Bahkan
teman-teman di kelas sering berkata bahwa aku dan dia adalah pasangan yang serasi. Karena sering
bercengkrama dan sering bercanda berdua di kelas. Karena pengaruh perkataan teman-teman di kelas
inilah yang semakin membuatku yakin bahwa dia hadir untuk diriku. Sehingga rasa untuk ingin
memilikinya selalu bergejolak di dalam hati ini.
Hampir setiap malam aku dan dia berdiskusi mengenai tugas yang diberikan oleh guru tadi siang
di sekolah. Dia ternyata anak yang cukup pintar, sehingga semakin membuatku nyaman untuk lebih
lama mengobrol dengannya. Pada suatu hari, ketika aku dan dirinya pergi ke kantin bersama teman-
teman kelas yang lain. Pada saat itu tak sengaja kakiku tersandung sesuatu sehingga membuat diriku
kesulitan untuk berjalan. Namun dengan sigap dia membantuku untuk berjalan, lalu kupegang
tangannya dengan erat.
Di Bulan Desember 2018, kelasku berencana membuat acara makan bersama. Tanpa sengaja
aku dan Indra ditunjuk sebagai seksi transportasi. Ini merupakan salah satu kesempatan yang tidak
boleh kulewatkan begitu saja. Duduk berboncengan diatas motor dengan dirinya membuat jantungku
berdetak sangat kencang, karena pertama kalinya keluar berdua bersama dirinya. Di atas motor kami
sedikit bercanda gurau, sehingga Indra sepertinya agak tidak fokus menaiki motornya. Salah satu
kebiasaan dirinya yang membuat diriku merasa sangat tersipu malu adalah ketika ia dengan sengaja
mencubit pipiku. Kutulis semua yang kurasakan terhadap dirinya pada sebuah buku diary kecil yang
kutaruh di dalam tasku dan kubawa kemanapun aku pergi.
Hingga pada suatu ketika, tepatnya pada bulan Januari 2019. Salah satu temanku yang jahil tak
sengaja menemukan buku diaryku yang jatuh tergeletak di bawah tempat dudukku. Yang lebih
membuatku sangat kesal adalah ketika ia dengan sengaja membaca semua isi diary itu dengan suara
yang cukup keras. Sehingga teman-teman yang lain di kelas termasuk Indra mendengarnya dengan jelas
isi dari buku diaryku. Teman-teman yang lain pun meneriakiku dan Indra. Akupun melihat ekspresi
Indra yang menatap diriku dengan tatapan yang penuh keheranan. Suara teriakkan dari teman-temanku
itupun seketika diam saat guru fisikaku datang ke kelas membawa penggaris yang panjang dan besar.
Saat bel pulang sekolah berbunyi dan semua teman-teman di kelas sudah mulai meninggalkan
kelas. Pada saat itu juga langsung kuhampiri Indra dan ingin mengajaknya berbicara hanya empat mata.
Indra pun menyanggupi permintaanku dan bersedia berbicara hanya empat mata.
“Apa kau sungguh mencintaiku?” Tanya Indra
Seketika jantungku berdegup sangat kencang, karena takut untuk mengatakan yang sebenarnya
kepada dirinya. Lalu, kuberusaha untuk mengendalikan gejolak yang ada pada diriku dengan bersikap
sedikit rileks.
“Iya itu benar, aku mulai tertarik pada dirimu pada saat pertama kita berjumpa di balkon depan
kelas. Awalnya aku kira ini hanya sekedar rasa suka, namun perlahan menjadi rasa cinta.” Jawabku.
Tiba-tiba ekspresi wajah Indra menjadi datar setelah mendengar jawabanku. Akupun mulai
takut akan kehilangan sosok dirinya yang dulu.
“Sudah kuduga, tetapi ada satu hal yang perlu kau tahu. Bahwa selama ini aku hanya
menganggap dirimu hanya sebagai teman. Semua perhatian, candaan ataupun keusilan yang sering ku
lakukan itu tak lebih perhatian dari seorang teman. Maaf, saat ini aku tidak bisa membalas rasa seperti
yang kau rasakan saat ini. Karena telah ada seseorang yang telah mengisi hatiku.”
Setelah mendengar perkataan Indra aku terdiam sejenak. Seketika hatiku terasa sakit dan sangat
kecewa setelah mendengar pernyataan itu.
“Maafkan aku, mulai saat ini aku tidak akan mengungkit-ngungkit mengenai hal ini lagi. Aku
tidak mau merusak hubungan pertemanan yang telah terjalin diantara kita.”
Air mataku rasanya ingin menetes pada saat itu juga, namun harus kutahan agar aku tidak
terlihat sebagai wanita yang lemah di hadapan Indra.
“Kau tak perlu minta maaf, hal ini wajar terjadi di umur kita saat ini. Terkadang cinta itu muncul
tidak mengenal siapa dan kapan. Yang perlu kau tahu bahwa cinta itu tidak harus memiliki, kau boleh
mencintaiku tanpa harus memilikiku. Biarkan saja hubungan pertemanan terjalin diantara kita.” Tegas
Indra dengan penuh senyuman.
“Baiklah.” Jawabku dengan lirih.
Kemudian kami meninggalkan ruangan kelas bersama-sama menuju parkiran motor. Saat
menuju parkiran motor langkah kakiku terasa sangat berat mengingat semua obrolan kami yang sangat
singkat tadi. Sepanjang perjalanan pulang menuju ke rumah kubiarkan air mata membasuhi pipiku.
Dari pengalaman tersebut aku sadar bahwa cinta tidak harus memiliki. Aku bisa mencintai
jiwanya tapi tidak bisa memiliki raganya. Jika memang aku mencintai dia dengan sepenuh hati, maka
aku akan harus ikhlas ketika dia lebih memilih yang lain selain aku. Tuhan selalu punya rencana terbaik
untuk setiap makhluknya. Tuhan selalu punya cerita indah untuk setiap hambanya yang percaya akan
cinta kasihNya. Sejatinya, cinta paling indah adalah cinta Tuhan untukku dan cintaku untuk Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai