PENDAHULUAN
A. ANATOMI FISIOLOGI
Jantung terletak didalam rongga mediastinum dari rongga dada
(toraks) diantara kedua paru. Selaput yang melapisi jantung disebut
perikardium yang terdiri atas 2 lapisan:
1. Perikardium parietalis, yaitu lapisan luar yang melekat pada tulang
dada dan selaput paru.
2. Perikardium viseralis, yaitu lapisan permukaan dari jantung itu sendiri
yang juga disebut epikardium.
1. Struktur jantung
Jantung terdiri dari 4 ruang, yaitu dua ruang yang berdinding tipis
disebut atrium (serambi), dan 2 ruang yang berdinding tebal disebut
ventrikel (bilik).
a. Atrium
1. Atrium kanan berfungsi sebagai penampungan darah yang
rendah oksigen dari seluruh tubuh. Darah tersebut mengalir
melalui vena kava superior, vena kava inferior, serta sinus
koronarius yang berasal dari jantung sendiri. Dari atrium kanan
kemudian darah di pompakan ke ventrikel kanan.
2. Atrium kiri menerima darah yang kaya akan oksigen dari paru
melalui 4 buah vena pulmonalis. Kemudian darah dialirkan ke
ventrikel kiri.
b. Ventrikel
1. Ventrikel kanan, menerima darah dari atrium kanan yang
kemudian dipompakan ke paru melalui arteri pulmonalis.
2. Ventrikel kiri, menerima darah dari atrium kiri kemudian
memompakannya ke seluruh tubuh melalui aorta.
3. Katup jantung
a. Katup Atrioventrikuler
Merupakan katup yang terletak diantara atrium dan ventrikel.. katup
antara atrium kanan dan ventrikel kanan mempunyai tiga buah
daun katup disebut katup trikuspidalis. Sedangkan katup yang
terletak diantara atrium kiri dan ventrikel kiri mempunyai dua buah
daun katup disebut katup bikuspidalis atau katup mitral.
b. Katup Semilunar
Katup pulmonal, terletak antara arteri pulmonalis dan ventrikel
kanan.
Katup aorta, terletak antara ventrikel kiri dan aorta.
Kedua katup semilunar terdiri dari 3 daun katup. Adanya katup
semilunar memungkinkan darah mengalir dari masing-masing
ventrikel ke arteri pulmonalis atau aorta selama sistol ventrikel, dan
mencegah aliran balik ke ventrikel sewaktu diastole ventrikel.
4. Arteri Koroner
5. Vena Jantung
6. Pembuluh darah
a. Arteri
b. Arteriola
d. Venula
e. Vena
Vena memiliki dinding yang tipis, tetapi biasanya diameternya lebih
besar daripada arteri, sehingga vena dapat mengangkut darah
dalam volume yang sama tetapi dengan kecepatan yang lebih
rendah dan tidak terlalu dibawah tekanan. Karena tekanan dalam
sistem vena rendah maka memungkinkan vena berkontraksi
sehingga mempunyai kemampuan untuk menyimpan atau
menampung darah sesuai kebutuhan tubuh.
7. Sirkulasi jantung
a. Sirkulasi Sistemik
1) Mengalirkan darah ke berbagai organ tubuh.
2) Memenuhi kebutuhan organ yang berbeda.
3) Memerlukan tekanan permulaan yang besar.
4) Banyak mengalami tahanan.
5) Kolom hidrostatik panjang.
a. Sirkulasi Pulmonal
1) Hanya mengalirkan darah ke paru.
2) Hanya berfungsi untuk paru-paru.
3) Mempunyai tekanan permulaan yang rendah.
4) Hanya sedikit mengalami tahanan.
5) Kolom hidrostatiknya pendek.
b. Sirkulasi Koroner
Efisiensi jantung sebagi pompa tergantung dari nutrisi dan
oksigenasi yang cukup pada otot jantung itu sendiri. Sirkulasi
koroner meliputi seluruh permukaan jantung dan membawa
oksigen untk miokardium melalui cabang-cabang intramiokardial
yang kecil-kecil.
1) Peningkatan aktifitas
2) Jantung berdenyut
3) Rangsang sistem saraf simpatis
8. Mekanisme biofisika jantung
a. Tekanan Darah
Tekanan darah (blood pressure) adalah tenaga yang diupayakan
oleh darah untuk melewati setiap unit atau daerah dari dinding
pembuluh darah. Faktor yang mempengaruhi tekanan darah
adalah: curah jantung, tahanan pembuluh darah perifer, aliran, dan
volume darah.
Bila seseorang mangatakan tekanan darahnya adalah 100 mmHg
maka tenaga yang dikeluarkan oleh darah dapat mendorong
merkuri pada tabung setinggi 50 mm.
b. Aliran Darah
Aliran darah pada orang dewasa saat istirahat adalah 5 L/menit,
ayang disebut sebagai curah jantung (cardiac output). Aliran darah
melalui pembuluh darah dipengaruhi oleh dua faktor:
1) Perbedaan Tekanan (DP: P1-P2), merupakan penyebab
terdorongnya darah melalui pembuluh.
2) Hambatan terhadap aliran darah sepanjang pembuluh, disebut
juga sebagai ”vascular resistance” atau tahanan pembuluh.
c. Resistensi
Resistensi/tahanan adalah hambatan terhadap aliran darah
terhadap suatu pembuluh yang tidak dapat diukur secara langsung.
Resistensi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu: diameter pembuluh
darah (terutama arteriol) dan viskositas (kekentalan) darah.
Peningkatan diameter pembuluh darah (vasodilatasi) akan
menurunkan tahanan, sedangkan penurunan diameter pembuluh
darah (vasokontriksi) dapat meningkatkan resistensi. Viskositas
sebagaian besar dipengaruhi oleh kadar hematokrit (ht), yaiu
prosentase volume darah yang ditempati oleh sel darah merah.
Semakin tinggi viskositas darah, maka semakin meningkat pula
resistensi pembuluh darah.
9. Siklus jantung
Setiap siklus jantung terdiri dari urutan peristiwa listrik dan mekanik
yang saling terkait. Rangsang listrik dihasilkan dari beda potensial ion
antar sel yang selanjutnya akan merangsang otot untuk berkontraksi
dan relaksasi. Kelistrikan jantung merupakan hasil dari aktivitas ion-
ion yang melewati membran sel jantung. Aktivitas ion tersebut disebut
sebagai potensial aksi. Mekanisme potensial aksi terdiri dari fase
depolarisasi dan repolarisasi:
a. Depolarisasi
Merupakan rangsang listrik yang menimbulkan kontraksi otot.
Respon mekanik dari fase depolarisasi otot jantung adalah adanya
sistolik.
b. Repolarisasi
Merupakan fase istirahat/relaksasi otot, respon mekanik
depolarisasi otot jantung adalah diastolik.
10. Fase Siklus Jantung
a. Mid Diastole. Merupakan fase pengisian lambat ventrikel dimana
atrium dan ventrikel dalam keadaan istirahat. Darah mengalir
secara pasif dari atrium ke ventrikel melalui katup atrioventrikuler,
pada saat ini katup semilunaris tertutup dan terdengar sebagai
bunyi jantung kedua.
b. Diastole Lanjut. Gelombang depolarisasi menyebar melalui atrium
berhenti pada nodus atrioventrikuler (nodus AV). Otot atrium
berkontraksi memberikan 20%-30% pada isi ventrikel.
c. Sistole Awal. Depolarisasi menyebar dari sinus AV menuju
miokardium ventrikel. Ventrikel berkontraksi menyebabkan tekanan
dalam ventrikel lebih tinggi dari tekanan atrium sehingga
menyebabkan katup atrioventrikuler menutup yang terdengar
sebagai bunyi jantung satu. Dalam keadaan ini tekanan dalam aorta
dan arteri pulmo tetap lebih besar, sehingga katup semilunar tetap
tertutup. Kontraksi ventrikel ini disebut sebagai kontraksi
isovolumetrik.
d. Sistole Lanjut. Tekanan ventrikel meningkat melebihi tekanan
pembuluh darah sehingga menyebabkan katup semilunaris
membuka. Setelah katup semilunar terbuka, terjadi ejeksi isi
ventrikel kedalam sirkulasi pulmoner dan sistemik.
e. Diastole Awal. Gelombang repolarisasi menyebar ke ventrikel
sehingga ventrikel menjadi relaksasi. Tekanan ventrikel turun
melebihi tekanan atrium sehingga katum AV membuka. Dengan
terbukanya katup AV maka ventrikel akan terisi dengan cepat, 70%-
80% pengisian ventrikel terjadi dalam fase ini
11. Faktor penentu kerja jantung
A. PENGERTIAN
Penyakit arteri perifer (PAP) adalah gangguan suplai darah ke
arteri perifer meliputi arteri karotis, arteri renalis, arteri mesenterika dan
bawah dan ekstremitas atas. PAP yang paling banyak adalah penyakit
Lokasi yang terkena terutama pada aorta abdominal dan arteri iliaka
(30% dari pasien yang simptomatik), arteri femoralis dan poplitea (80-
intima. Pembuluh darah distal lebih sering terkena pada pasien usia
B. PENYEBAB
Sama halnya dengan penyakit jantung koroner dan stroke, penyakit
arteri perifer disebabkan oleh penumpukan lemak di dinding pembuluh
darah. Pada penyakit arteri perifer, penumpukan ini terjadi di pembuluh
darah arteri yang memasok darah ke tungkai.
Timbunan lemak dapat membuat arteri menyempit, sehingga aliran
darah ke tungkai menjadi tersumbat. Proses ini disebut juga aterosklerosis,
dan bisa terjadi di bagian tubuh mana pun. Meskipun jarang terjadi, penyakit
arteri perifer juga dapat disebabkan oleh peradangan pada pembuluh darah
arteri dan cedera pada tungkai.
21
Faktor Risiko Penyakit Arteri Perifer
Secara alami, arteri memang akan mengeras dan menyempit
seiring bertambahnya usia (terutama setelah usia 50 tahun), namun
proses ini dapat terjadi lebih cepat pada orang dengan kondisi berikut:
- Obesitas
- Diabetes
- Kebiasaan merokok
- Hipertensi
- Kolesterol tinggi
- Penyakit dengan kadar homosistein tinggi (hyperhomocysteinemia)
- Memiliki anggota keluarga yang menderita penyakit arteri perifer,
penyakit jantung koroner, atau stroke.
23
Gambar 3. Patofisiologi PAP
juga terganggu sehingga, PAP terkait dengan menurunnya fungsi fisik dan
kualitas hidup. PAP pada kaki memiliki range presentasi klinis yang
orang yang nyeri saat istirahat (rest pain) dan tissue loss yang mengalami
24
Tanda dan gejalanya antara lain adalah :
D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Beberapa tes yang dapat diandalkan untuk mendiagnosis penyakit
arteri perifer adalah:
1. Pemeriksaan fisik. Dokter Anda mungkin menemukan tanda PAD
selama pemeriksaan fisik, seperti yang lemah atau tidak ada denyut
nadi di bawah area penyempitan arteri Anda, deru suara (bruits)
melalui arteri Anda yang dapat didengar dengan stetoskop, bagian
luka didaerah penyembuhan yang mana aliran darah dibatasi, dan
penurunan tekanan darah pada ekstremitas yang terpengaruh.
2. Pergelangan kaki-brakialis indeks (ABI). Ini adalah tes umum yang
digunakan untuk mendiagnosa PAD. Membandingkan tekanan
darah di pergelangan kaki Anda dengan tekanan darah di lengan
Anda. Untuk mendapatkan tekanan darah, dokter menggunakan
manset tekanan darah biasa dan perangkat khusus ultrasound
untuk mengevaluasi tekanan dan aliran darah. Anda dapat berjalan
di treadmill dan memiliki tes yang diambil sebelum dan segera
25
setelah berolahraga untuk menangkap keparahan peneympitan
arteri selama berjalan.
3. USG. Khusus teknik USG , seperti USG Doppler, pencitraan dapat
membantu dokter Anda mengevaluasi aliran darah melalui
pembuluh darah dan arteri yang tersumbat atau mengidentifikasi
penyempitan.
4. Angiografi. Dengan menyuntikkan pewarna (kontras bahan) ke
dalam pembuluh darah, tes ini memungkinkan dokter untuk melihat
aliran darah melalui arteri Anda seperti yang terjadi. Tes ini mampu
melacak aliran bahan kontras dengan menggunakan teknik
pencitraan, seperti pencitraan X-ray atau prosedur yang disebut
angiografi resonansi magnetik (MRA) atau computerized
tomography angiography (CTA). Kateter Angiografi adalah
prosedur yang lebih invasif yang mengarahkan kateter melalui
arteri di pangkal paha ke daerah yang terkena dan menyuntikkan
pewarna tersebut. Meskipun invasif, jenis angiografi
memungkinkan simultan diagnosa dan pengobatan, menemukan
bagian pembuluh darah yang menyempit dan kemudian
membukanya dengan prosedur angioplasti atau pemberian obat-
obatan untuk meningkatkan aliran darah.
5. Tes darah. Sampel darah dapat digunakan untuk mengukur
trigliserida dan kolesterol Anda dan untuk memeriksa diabetes.
E. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pengobatan penyakit arteri perifer bertujuan untuk mengatasi gejala,
agar pasien dapat kembali beraktivitas seperti sebelumnya. Pengobatan
juga dilakukan untuk menghambat perburukan aterosklerosis, agar pasien
terhindar dari serangan jantung dan stroke.
Pasien akan dianjurkan untuk berhenti merokok, melakukan olahraga
rutin 30 menit sehari (5 hari dalam seminggu), dan menjaga berat badan
ideal. Langkah-langkah tersebut akan dikombinasikan dengan:
26
1. Obat-obatan
Untuk menangani penyakit arteri perifer, pasien bisa hanya
memerlukan 1-2 jenis obat di bawah ini, atau harus mengonsumsi
semua obat berikut:
a. Obat untuk kolesterol, misalnya simvastatin. Obat ini
berfungsi menurunkan kolesterol.
b. Obat untuk hipertensi, misalnya obat jenis ACE inhibitor. Obat
ini diberikan untuk menurunkan tekanan darah.
c. Obat untuk diabetes, misalnya metformin. Obat ini diberikan
untuk menurunkan kadar gula darah.
d. Obat pengencer darah, misalnya aspirin atau clopidogrel.
Obat ini berfungsi untuk mencegah penumpukan gumpalan
darah di pembuluh arteri yang menyempit.
e. Obat untuk melebarkan pembuluh darah, misalnya cilostazol
atau pentoxifylline. Obat ini mengembalikan aliran darah
kembali lancar.
2. Operasi
Jika obat-obatan tidak efektif dan nyeri sudah sangat parah,
operasi akan dilakukan untuk memulihkan peredaran darah di kaki.
Jenis operasi yang dapat dilakukan adalah:
1. Angioplasti
Angioplasti dilakukan dengan memasukkan balon kecil
bersama kateter, untuk melebarkan arteri yang menyempit.
2. Operasi bypass pembuluh darah
Operasi bypass pembuluh darah dilakukan dengan
mengambil pembuluh darah dari bagian tubuh lain, untuk
menjadi jalan alternatif bagi pembuluh darah yang tersumbat.
3. Terapi trombolitik
Terapi trombolitik merupakan prosedur penyuntikkan obat
pelarut gumpalan darah, langsung ke arteri yang menyempit.
27
F. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Penatalaksanaan faktor resiko dilakukan dengan cara pengobatan
secara non-farmakologis
1. Pengaturan diet
a. Rendah garam. Diet rendah garam dapat menurunkan tekanan
darah pada klien dengan pengurangan konsumsi garam dapat
mengurangi sistem stimulasi sistem rennin angiotensin sehingga
sangat berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah asupan
natrium yang di anjurkan 50-100 mmol atau setara dengan 3-6
gram garam perhari.
b. Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah tetapi
mekanismenya belum jelas. Pemberian kalium secara intravena
dapat menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya dimediasi oleh
oksidinitrat pada dinding vascular.
c. Diet kaya buah dan sayur.
d. Diet rendah kolestrol sebagai pencegah terjadinya jantung
koroner
2. Penurunan berat badan Mengatasi obesitas, pada sebagian orang,
dengan menurunkan berat badan mengurangi tekanan darah,
kemungkinan dengan mengurangi beban kerja jantungdan volume
sekuncup.
3. Olahraga. Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang,
bersepeda bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah dan
memperbaiki keadaan jantung. Olahraga isotonik juga dapat
meningkatkan fungsi endotel, vasodilatasi perifer, dan mengurangi
katekolamin plasma. Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3-
4 kali dalam satu minggu sangat dianjurkan untuk menurunkan
tekanan darah. Olahraga meningkatkan kadar HDL, yang dapat
mengurangi terbentuknya arterosklerosis akibat hipertensi.
28
4. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat
Berhenti merokok dan tidak mengonsumsi alcohol, penting untuk
mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok
diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat
meningkatkan kerja jantung. Penatalaksanaan medis yang di tera
G. KOMPLIKASI
Penyakit arteri perifer yang disebabkan oleh penumpukan plak di
pembuluh darah (aterosklerosis), Anda juga memiliki risiko terkena:
1. Iskemia kritis ekstremitas. Karena kurangangnya asupan darah
dan dapat menimbulkan infeksi. Kondisi ini dimulai dengan luka
terbuka yang tidak sembuh, cedera atau infeksi kaki. Kritis
ekstremitas iskemia terjadi di saat seperti cedera atau infeksi
berlanjut dan dapat menyebabkan kematian jaringan (gangrene),
kadang-kadang memerlukan amputasi pada ekstremitas
terpengaruh.
2. Stroke dan serangan jantung. Aterosklerosis menyebabkan tanda
dan gejala dari penyakit arteri perifer yang cukup parah pada kaki
Anda. Timbunan lemak juga tercipta dalam arteri yang memasok
hati dan otak.
H. PENCEGAHAN
Cara terbaik untuk mencegah panyakit gangguan pembuluh darah
perifer adalah untuk mempertahankan gaya hidup sehat. Artinya:
1. Berhenti Merokok (jika seorang perokok).
2. Jika memiliki diabetes, jaga gula darah anda dalam kontrol yang
baik.
3. Berolahraga secara teratur. Selama 30 menit setidaknya tiga kali
seminggu (setelah mendapatkan persetujuan dari dokter).
4. Menurunkan kolesterol dan tingkat tekanan darah.
5. Makan makanan yang rendah lemak jenuh.
29
6. Mempertahankan berat badan yang sehat.
30
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
No Register : 0001
Ruang : Ruby
Tanggal MRS/Jam : 19 September 2019, jam 09.00
Tanggal Pengkajian/Jam : 19 September 2019, jam 11.05 wita
I IDENTITAS
a Biodata Umum
Nama : Tn L
Alamat : Jl Mulawarman No 20, Balikpapan
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Umur : 60 thn
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Salesman
31
II. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri pada kedua tungkai, tungkai terasa kebas,
kram dan terasa berat, ada luka di mata kaki sebelah kiri yang terasa
nyeri
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan bahwa tungkainya terasa nyeri, kebas dan krams
dan terasa agak berat, Nyeri yang dirasakan akan bertambah buruk
ketika penderita beraktivitas (misalnya berjalan atau naik tangga),
nyeri pada luka di mata kaki sebelah kiri
c. Riwayat Penyakit Terdahulu
Pasien mengatakan pada hari kamis, 17 september 2019 yang lalu
tungkainya terasa kram dan kebas dan sedikit nyeri tetapi tidak
separah ini dan tidak dibawa ke rumah sakit hanya diolesi minyak kayu
putih saja.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit orang tua memiliki penyakit jantung dan diabetes,
makanan dirumah adalah makanan dari catering sehingga sulit untuk
memilih makanan, makan makanan yang hanya disediakan oleh
catering, pasien tidak memiliki alergi terhadap suatu makanan
e. Sanitasi Lingkungan
Pasien mengatakan bahwa mereka tinggal di perumahan, lingkungan
bersih
32
- Di RS :
Makan bubur tanpa serat, hanya setengah porsi, minum ± 100 cc,
pasien merasa sudah kenyang dan tidak selera untuk makan
karena mual dan adanya rasa nyeri menelan
b. Pola Eliminasi
- Dirumah :
BAK 4-5 kali/hari, ±1200cc, urin berwarna kuning jernih, berbau
khas, BAB 1 kali/hari (pagi), ±400 gr,konsistensi feses lunak,
berwarna kuning kecoklatan
- Di RS
BAK 1 – 2 kali/hari, BAB belum ada sejak masuk (tgl 19 september
2019), Kembung (+), Flatus (-)
c. Pola Aktivitas
- Dirumah :
Pasien adalah pensiunan karyawan swasta, kegiatan sehari-
harinya adalah menjaga cucu dirumah, Jarang berolahraga,
pasien mempunyai kebiasaan merokok sejak SMA
- Di RS :
DI RS Tidak dapat beraktivitas banyak hanya berbaring ditempat
tidur, aktivitas hanya ketoilet saja, badan terasa lelah, ekstremitas
lemah dan nyeri pada kedua tungkai dan nyeri pada luka pada
bagian mata kaki sebelah kiri, tampak kemerahan pada luka
d. Pola Istirahat dan Tidur
- Dirumah
Pasien mengatakan istirahat dan tidur 6-7 jam/hari (jam 22.000 –
05.00 wita), pada siang hari terkadang tidur siang, pasien tidak
ada gangguan tidur
- Di RS
Pasien tampak cemas dan gelisah serta sulit untuk tidur
33
e. Pola Personal Hygiene
- Dirumah
Pasien mandi 2 kali/hari menggunakan sabun (pagi dan Sore),
Keramas 3-4 kali/minggu, ganti baju 1 – 2 kali sehari,
- Di RS
Pasien belum mandi sama sekali, hanya diseka oleh keluarganya,
ganti baju 1 kali sehari, saat melakukan aktivitas jarang mencuci
tangan hanya menggunakan tisu basah karena takut infusnya
bengkak dan menjadi sakit
34
V. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum
Kurang sehat, tampak cemas dan gelisah, terkadang meringis
menahan nyeri pada kedua tungkai
b. Kesadaran Composmentis
c. Tanda-tanda vital :
- TD: 160/110 mmHg - Saturasi : 80%
- S : 38,20C - BB di RS : 85 kg
- N : 104 x/mnt - BB sebelum MRS : 89 kg
- R : 24 x mnt - TB : 165 cm
d. Kepala
- Rambut: Pendek, lusuh, berminyak, permukaan kulit kepala tidak
terdapat benjolan dan lesi, tidak rontok
- Mata : tampak cekung, tampak kehitaman pada area lingkar mata,
sklera putih, pupil isokor, fungsi penglihatan mulai berkurang,
konjungtiva pucat
- Hidung: fungsi penciuman baik, tidak ada polip, simetris, sedikit
kotor
- Mulut : Mukosa bibir kering, bibir pucat, tidak ada perdarahan
pada gusi, tonsil merah muda, suara serak, gigi sedikit berkaries
- Leher : terdapat nyeri telan, simetris, tidak ada pembesaran
tiroid
- Telinga : telinga luar dan dalam agak sedikit kotor, tidak ada
gangguan pendengaran
e. Thorax
- Inspeksi : bentuk dada simetris, ekspansi dada simetris
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan
- Perkusi : suara resonan
- Auskultasi : dalam batas normal
35
f. Abdomen
- Inspeksi : perut tampak kembung, warna kulit pucat, turgor kulit
menurun, simetris, tidak ada bekas luka
- Auskultasi : bising usus baik
- Palpasi : nyeri tekan pada hypogastrium
g. Ekstremitas
- Atas : Tangan kanan terpasang infus, akral dingin, jumlah
jari lengkap, tidak ada kelumpuhan
- Bawah : nyeri ektremitas, tungkai sedikit edema, luka pada
bagian mata kaki sebelah kiri, kemerahan (+)
h. Integumen : warna kulit pucat, turgor kulit menurun,
Hasil Laboratorium
Tgl. 19 September 2019
- Hb : 10,9 g/dl (Nilai Normal L: 14,0 – 16,0 g/dl)
- Leukosit : 11.0 x 103/L (Nilai Normal 4,5 – 10,0 x 103/L)
- PLT : 290 x 10-9/L (Nilai Normal
- HCT : 0,82 % (Nilai Normal L: 40-54%, P: 37 –
47%)
Fungsi Ginjal
- BUN : 12 mg/dl
- Creating : 0,9 mg/dl)
Elektrolit
- Na : 130 mEq/L (Nilai Normal 135 -145 mEq/L)
- Kalium : 3,4 mEq/L (Nilai Normal 3,5 – 5,5 mEq/L)
- Cl : 9,5 mEq/L (Nilai Normal 9,8 – 10,7 mEq/L)
36
Glukosa
Gula darah acak : 160 mg/dl
Profil Lipid
- Kolesterol : 250 mg/dl (Nilai Normal < 200 mg/dl)
- Trigliseride : 280 mg/dl (Nilai Normal < 200 mg/dl)
- HDL : 28 mg/dl (Nilai Normal > 30 mg/dl)
- LDL : 168 mg/dl (Nilai Normal < 130 mg/dl)
Photo Thorax
Dalam batas normal
VII. TERAPI
a. Infus RL 20 tetes/menit
b. Simvastatin 40 mg 1 x 1 tablet
c. Captopril 12,5 mg 2 x 1 tablet
d. Metformin 500 mg 2 x 1 tablet
37
VIII. ANALISA DATA
Nama Pasien : Tn. L
No. Reg :
Tgl Lahir : 25 April 1970
Ruang : Ruby
Tgl Masuk : 19 September 2019
Diagnosa :
38
DO: pasien tampak kesakitan
saat beraktivitas khususnya
pada saat berjalan, Tungkai
edema (+), luka pada bagian
mata kaki sebelah kiri, warna
kulit tampak pucat, akral
dingin
TD: 160/110 mmHg
S : 38,20C
N: 104 x/mnt
R : 24 x mnt
3 DS: Pasien mengatakan nyeri Kerusakan Risiko infeksi
luka pada bagian mata kaki integritas kulit
sebelah kiri dan jaringan
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Nama : Tn. L No. Reg. :
Umur : 60 th Ruang : Ruby
Tanggal : 19 September 2019 Diagnosa :Gangguan
Pembuluh Darah Perifer
39
IX. DIAGNOSA KEPERAWATAN
40
X. INTERVENSI KEPERAWATAN
Rencana Tindakan
Hari/Tgl Diagnosa Keperawatan Tujuan Keperawatan Nama /TTD
No Tindakan
Kamis, Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan Observasi :
19/09/19
berhubungan dengan tindakan keperawatan - Identifikasi lokasi, karakteristik,
Nyeri pada kedua tungkai selama 1 x 24 jam, durasi, frekuensi dan intensitas
dibuktikan dengan pasien maka nyeri pada nyeri
terlihat meringis menahan tungkai berkurang, - Identifikasi skala nyeri
sakit pada kedua tungkai, dengan kriteria hasil : - Identifikasi faktor yang
mata cekung, dan terdapat - Keluhan nyeri memperberat dan memperingan
kantung mata pada kedua meringis menurun nyeri
mata (5)
- Gelisah menurun (5) Terapeutik
- Kesulitan tidur - Atur posisi fisiologis
menurun (5) - Fasilitasi istirahat dan tidur
- Frekuensi nadi - Kontrol lingkunganyang
membaik (5) memperberat rasa nyeri
(lingkungan tenang dan batasi
pengunjung)
41
Edukasi
- Jelaskan penyeba, periode dan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Ajarkan teknik nnonfarmakologis
untuk mrngurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik
Kamis, Perfusi perifer tidak efektif Setelah dilakukan Observasi
19/09/19
berhubungan dengan tindakan keperawatan - Periksa sirkulasi perifer ( mis. Nadi,
Penurunan aliran arteri selama 1 x 24 jam, edema, pengisian kapiler, warna
dibuktikan dengan : pasien maka perfusi perifer dan suhu, ankhe brachial index)
tampak kesakitan saat meningkat, dengan - Identifikasi faktor risiko gangguan
beraktivitas khususnya kriteria hasil : sirkulasi
pada saat berjalan, - Edeme perifer - Monitor panas, kemerahan, nyeri
Tungkai edema (+), luka menurun (5) atau bengkak pada ekstremitas
pada bagian mata kaki - Nyeri ekstremitas
sebelah kiri, warna kulit menurun (5)
42
tampak pucat, akral dingin - Warna kulit pucat Terapeutik
menurun (5) - Hindari penekanan pada area yang
- Penyembuhan luka cidera
meningkat (5) - Lakukan hidrasi
Edukasi
- Anjurkan berhenti merokok
- Anjurkan olahraga yang teratur
- Jelaskan penyebab dan faktor
resiko penyakit
Kamis, Risiko infeksi dibuktikan Setelah dilakukan Observasi
19/09/19
dengan Kerusakan tindakan keperawatan - Monitor tanda dan gejala infeksi
integritas kulit dan jaringan selama 1 x 24 jam, Terapeutik
maka integritas kulit - Batasi jumlah prngunjung
dan jaringan meningkat - Berikan perawatan kulit pada area
dengan kriteria hasil : edema
- Kerusakan jaringan - Cuci tangan sebelum dan setelah
menurun (5) kontak dengan pasien dan
- Nyeri menurun (5) lingkungan pasien
43
- Kemerahan Edukasi
menurun (5) - Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara cuci tangan dengan
benar
- Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan
cairan
44
XI. IMPLEMENTASI
Sesuai dengan inetrvensi dan kondisi pasien
45
DAFTAR PUSTAKA
46