Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

A. ANATOMI FISIOLOGI
Jantung terletak didalam rongga mediastinum dari rongga dada
(toraks) diantara kedua paru. Selaput yang melapisi jantung disebut
perikardium yang terdiri atas 2 lapisan:
1. Perikardium parietalis, yaitu lapisan luar yang melekat pada tulang
dada dan selaput paru.
2. Perikardium viseralis, yaitu lapisan permukaan dari jantung itu sendiri
yang juga disebut epikardium.

Diantara kedua lapisan tersebut terdapat cairan perikardium sebagai


pelumas yang berfungsi mengurangi gesekan akibat gerak jantung saat
memompa.

1. Struktur jantung

Dinding jantung terdiri dari 3 lapisan:

a. Lapisan luar disebut epikardium atau perikardium.


b. Lapisan tengah merupakan lapisan berotot, disebut miokardium.
c. Lapisan dalam disebut endokardium.
2. Ruang jantung

Jantung terdiri dari 4 ruang, yaitu dua ruang yang berdinding tipis
disebut atrium (serambi), dan 2 ruang yang berdinding tebal disebut
ventrikel (bilik).

a. Atrium
1. Atrium kanan berfungsi sebagai penampungan darah yang
rendah oksigen dari seluruh tubuh. Darah tersebut mengalir
melalui vena kava superior, vena kava inferior, serta sinus
koronarius yang berasal dari jantung sendiri. Dari atrium kanan
kemudian darah di pompakan ke ventrikel kanan.
2. Atrium kiri menerima darah yang kaya akan oksigen dari paru
melalui 4 buah vena pulmonalis. Kemudian darah dialirkan ke
ventrikel kiri.

Antara kedua atrium dipisahkan oleh sekat yang disebut septum


atrium.

b. Ventrikel
1. Ventrikel kanan, menerima darah dari atrium kanan yang
kemudian dipompakan ke paru melalui arteri pulmonalis.
2. Ventrikel kiri, menerima darah dari atrium kiri kemudian
memompakannya ke seluruh tubuh melalui aorta.

Kedua ventrikel dipisahkan oleh sekat yang disebut septum ventrikel.

3. Katup jantung
a. Katup Atrioventrikuler
Merupakan katup yang terletak diantara atrium dan ventrikel.. katup
antara atrium kanan dan ventrikel kanan mempunyai tiga buah
daun katup disebut katup trikuspidalis. Sedangkan katup yang
terletak diantara atrium kiri dan ventrikel kiri mempunyai dua buah
daun katup disebut katup bikuspidalis atau katup mitral.

Katup AV memungkinkan darah mengalir dari masing-masing


atrium ke ventrikel pada waktu diastole ventrikel, serta mencegah
aliran balik ke atrium pada saat sistol ventrikel.

b. Katup Semilunar
Katup pulmonal, terletak antara arteri pulmonalis dan ventrikel
kanan.
Katup aorta, terletak antara ventrikel kiri dan aorta.
Kedua katup semilunar terdiri dari 3 daun katup. Adanya katup
semilunar memungkinkan darah mengalir dari masing-masing
ventrikel ke arteri pulmonalis atau aorta selama sistol ventrikel, dan
mencegah aliran balik ke ventrikel sewaktu diastole ventrikel.
4. Arteri Koroner

Arteri koroner adalah cabang pertama dari sirkulasi sistemik. Sirkulasi


koroner terdiri dari: arteri koroner kanan dan arteri koroner kiri. Arteri
koroner bermuara di sebelah atas daun katup aorta yang disebut
”sinus valsava”.

5. Vena Jantung

Distribusi vena koroner sesungguhnya paralel dengan distribusi arteri


koroner. Sistem vena jantung terdiri dari 3 bagian: vena tebesian, vena
kardiaka anterior, sinus koronaria.

6. Pembuluh darah

Keseluruhan sistem peredaran (sistem kardiovaskuler) terdiri dari


arteri, arteriola, kapiler, venula dan vena.

a. Arteri

Arteri berfungsi untuk transportasi darah dengan tekanan yang


tinggi ke seluruh jaringan tubuh. Dinding arteri kuat dan elastis
(lentur), kelenturannya membantu mempertahankan tekanan darah
diantara denyut jantung. Dinding arteri banyak mengandung
jaringan elastis yang dapat teregang saat sistol dan mengadakan
rekoil saat diastol.

b. Arteriola

Merupakan cabang paling ujung dari sistem arteri, berfungsi


sebagai katup pengontrol untuk mengatur pengaliran darah ke
kapiler. Arteriol mempunyai dinding yang kuat sehingga mampu
kontriksi atau dilatasi beberapa kali ukuran normal, sehingga dapat
mengatur aliran darah ke kapiler. Otot arteriol dipersarafi oleh
serabut saraf kolinergik yang berfungsi vasodilatasi. Arteriol
merupakan penentu utama resistensi/tahanan aliran darah,
perubahan pada diameternya menyebabkan perubahan besar
pada resistensi.
c. Kapiler

Merupakan pembuluh darah yang halus dan berdinding sangat


tipis, yang berfungsi sebagai jembatan diantara arteri (membawa
darah dari jantung) dan vena (membawa darah kembali ke jantung).
Kapiler memungkinkan oksigen dan zat makanan berpindah dari
darah ke dalam jaringan dan memungkinkan hasil metabolisme
berpindah dari jaringan ke dalam darah.

d. Venula

Dari kapiler darah mengalir ke dalam venula lalu bergabung dengan


venul-venul lain ke dalam vena, yang akan membawa darah
kembali ke jantung.

e. Vena
Vena memiliki dinding yang tipis, tetapi biasanya diameternya lebih
besar daripada arteri, sehingga vena dapat mengangkut darah
dalam volume yang sama tetapi dengan kecepatan yang lebih
rendah dan tidak terlalu dibawah tekanan. Karena tekanan dalam
sistem vena rendah maka memungkinkan vena berkontraksi
sehingga mempunyai kemampuan untuk menyimpan atau
menampung darah sesuai kebutuhan tubuh.
7. Sirkulasi jantung

Lingkaran sirkulasi jantung dapat dibagi menjadi dua bagian besar


yaitu sirkulasi sistemik dan sirkulasi pulmonal. Namun demikian
terdapat juga sirkulasi koroner yang juga berperan sangat penting bagi
sirkulasi jantung.

a. Sirkulasi Sistemik
1) Mengalirkan darah ke berbagai organ tubuh.
2) Memenuhi kebutuhan organ yang berbeda.
3) Memerlukan tekanan permulaan yang besar.
4) Banyak mengalami tahanan.
5) Kolom hidrostatik panjang.
a. Sirkulasi Pulmonal
1) Hanya mengalirkan darah ke paru.
2) Hanya berfungsi untuk paru-paru.
3) Mempunyai tekanan permulaan yang rendah.
4) Hanya sedikit mengalami tahanan.
5) Kolom hidrostatiknya pendek.
b. Sirkulasi Koroner
Efisiensi jantung sebagi pompa tergantung dari nutrisi dan
oksigenasi yang cukup pada otot jantung itu sendiri. Sirkulasi
koroner meliputi seluruh permukaan jantung dan membawa
oksigen untk miokardium melalui cabang-cabang intramiokardial
yang kecil-kecil.

Aliran darah koroner meningkat pada:

1) Peningkatan aktifitas
2) Jantung berdenyut
3) Rangsang sistem saraf simpatis
8. Mekanisme biofisika jantung
a. Tekanan Darah
Tekanan darah (blood pressure) adalah tenaga yang diupayakan
oleh darah untuk melewati setiap unit atau daerah dari dinding
pembuluh darah. Faktor yang mempengaruhi tekanan darah
adalah: curah jantung, tahanan pembuluh darah perifer, aliran, dan
volume darah.
Bila seseorang mangatakan tekanan darahnya adalah 100 mmHg
maka tenaga yang dikeluarkan oleh darah dapat mendorong
merkuri pada tabung setinggi 50 mm.
b. Aliran Darah
Aliran darah pada orang dewasa saat istirahat adalah 5 L/menit,
ayang disebut sebagai curah jantung (cardiac output). Aliran darah
melalui pembuluh darah dipengaruhi oleh dua faktor:
1) Perbedaan Tekanan (DP: P1-P2), merupakan penyebab
terdorongnya darah melalui pembuluh.
2) Hambatan terhadap aliran darah sepanjang pembuluh, disebut
juga sebagai ”vascular resistance” atau tahanan pembuluh.

Beda tekanan antara dua ujung pembuluh darah menyebabkan


darah mengalir dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan
rendah, sedangkan resistensi / tahanan menghambat aliran darah.

c. Resistensi
Resistensi/tahanan adalah hambatan terhadap aliran darah
terhadap suatu pembuluh yang tidak dapat diukur secara langsung.
Resistensi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu: diameter pembuluh
darah (terutama arteriol) dan viskositas (kekentalan) darah.
Peningkatan diameter pembuluh darah (vasodilatasi) akan
menurunkan tahanan, sedangkan penurunan diameter pembuluh
darah (vasokontriksi) dapat meningkatkan resistensi. Viskositas
sebagaian besar dipengaruhi oleh kadar hematokrit (ht), yaiu
prosentase volume darah yang ditempati oleh sel darah merah.
Semakin tinggi viskositas darah, maka semakin meningkat pula
resistensi pembuluh darah.
9. Siklus jantung

Setiap siklus jantung terdiri dari urutan peristiwa listrik dan mekanik
yang saling terkait. Rangsang listrik dihasilkan dari beda potensial ion
antar sel yang selanjutnya akan merangsang otot untuk berkontraksi
dan relaksasi. Kelistrikan jantung merupakan hasil dari aktivitas ion-
ion yang melewati membran sel jantung. Aktivitas ion tersebut disebut
sebagai potensial aksi. Mekanisme potensial aksi terdiri dari fase
depolarisasi dan repolarisasi:

a. Depolarisasi
Merupakan rangsang listrik yang menimbulkan kontraksi otot.
Respon mekanik dari fase depolarisasi otot jantung adalah adanya
sistolik.
b. Repolarisasi
Merupakan fase istirahat/relaksasi otot, respon mekanik
depolarisasi otot jantung adalah diastolik.
10. Fase Siklus Jantung
a. Mid Diastole. Merupakan fase pengisian lambat ventrikel dimana
atrium dan ventrikel dalam keadaan istirahat. Darah mengalir
secara pasif dari atrium ke ventrikel melalui katup atrioventrikuler,
pada saat ini katup semilunaris tertutup dan terdengar sebagai
bunyi jantung kedua.
b. Diastole Lanjut. Gelombang depolarisasi menyebar melalui atrium
berhenti pada nodus atrioventrikuler (nodus AV). Otot atrium
berkontraksi memberikan 20%-30% pada isi ventrikel.
c. Sistole Awal. Depolarisasi menyebar dari sinus AV menuju
miokardium ventrikel. Ventrikel berkontraksi menyebabkan tekanan
dalam ventrikel lebih tinggi dari tekanan atrium sehingga
menyebabkan katup atrioventrikuler menutup yang terdengar
sebagai bunyi jantung satu. Dalam keadaan ini tekanan dalam aorta
dan arteri pulmo tetap lebih besar, sehingga katup semilunar tetap
tertutup. Kontraksi ventrikel ini disebut sebagai kontraksi
isovolumetrik.
d. Sistole Lanjut. Tekanan ventrikel meningkat melebihi tekanan
pembuluh darah sehingga menyebabkan katup semilunaris
membuka. Setelah katup semilunar terbuka, terjadi ejeksi isi
ventrikel kedalam sirkulasi pulmoner dan sistemik.
e. Diastole Awal. Gelombang repolarisasi menyebar ke ventrikel
sehingga ventrikel menjadi relaksasi. Tekanan ventrikel turun
melebihi tekanan atrium sehingga katum AV membuka. Dengan
terbukanya katup AV maka ventrikel akan terisi dengan cepat, 70%-
80% pengisian ventrikel terjadi dalam fase ini
11. Faktor penentu kerja jantung

Jantung sebagai pompa fungsinya dipengaruhi oleh 4 faktor utama


yang saling terkait dalam menentukan isi sekuncup (stroke volume)
dan curah jantung (cardiac output) yaitu:

a. Beban awal (pre load)


b. Kontraktilitas
c. Beban akhir (after load)
d. rekuensi jantung
1) Curah Jantung
Curah jantung merupakan faktor utama yang harus
diperhitungkan dalam sirkulasi, karena curah jantung
mempunyai peranan penting dalam transportasi darah yang
memasok berbagai nutrisi. Curah jantung adalah jumlah darah
yang dipompakan oleh ventrikel selama satu menit. Nilai normal
pada orang dewasa adalah 5 L/mnt.
2) Isi Sekuncup (curah sekuncup)
Isi sekuncup merupakan jumlah darah yang dipompakan keluar
dari masing-masing venrikel setiap jantung berdenyut. Isi
sekuncup tergantung dari tiga variabel: beban awal,
kontraktilitas, dan beban akhir.
3) Beban Awal
Beban awal adalah derajat peregangan serabut miokardium
pada akhir pengisian ventrikel. Hal ini sesuai dengan Hukum
Starling: peregangan serabut miokardium selama diastole
melalui peningkatan volume akhir diastole akan meningkatkan
kekuatan kontraksi pada saat sistolik. Sebagai contoh karet yang
diregangkan maksimal akan menambah kekuatan jepretan saat
dilepaskan.
Dengan kata lain beban awal adalah kemampuan ventrikel
meregang maksimal saat diastolik sebelum berkontraksi/sistolik.

Faktor penentu beban awal:

- Insufisiensi mitral menurunkan beban awal


- Stensosis mitral menurunkan beban awal
- Volume sirkualsi, peningkatan volume sirkulasi meningkatkan
beban awal. Sedangkan penurunan volume sirkulasi
menurunkan beban awal.
- Obat-obatan, obat vasokonstriktor meningkatkan beban awal.
Sedangkan obat-obat vasodilator menurunkan beban awal.
4) Beban Akhir
Beban akhir adalah besarnya tegangan dinding ventrikel untuk
dapat memompakan darah saat sistolik. Beban akhir
menggambarkan besarnya tahanan yang menghambat
pengosongan ventrikel. Beban akhir juga dapat diartikan sebagai
suatu beban pada ventrikel kiri untuk membuka katup semilunar
aorta, dan mendorong darah selama kontrakis/sistolik.
Beban akhir dipengaruhi:
- Stenosis aorta meningkatkan beban akhir
- Vasokontriksi perifer meningkatkan beban akhir
- Hipertensi meningkatkan beban akhir
- Polisitemia meningkatkan beban akhir
- Obat-oabatan, vasodilator menurunkan beban akhir,
sedangkan vasokonstriktor meningkatkan beban akhir.

Peningkatan secara drastis beban akhir akan meningkatkan


kerja ventrikel, menambah kebutuhan oksigen dan dapat
berakibat kegagalan ventrikel.
5) Kontraktilitas
Kontraktilitas merupakan kemampuan otot-otot jantung untuk
menguncup dan mengembang. Peningkatan kontraktilitas
merupakan hasil dari interaksi protein otot aktin-miosin yang
diaktifkan oleh kalsium. Peningkatan kontraktilitas otot jantung
memperbesar curah sekuncup dengan cara menambah
kemampuan ventrikel untuk mengosongkan isinya selama
sistolik.
12. Regulasi tekanan darah
Sistem Saraf
Sistem saraf mengontrol tekanan darah dengan mempengaruhi
tahanan pembuluh darah perifer. Dua mekanisme yang dilakukan
adalah mempengaruhi distribusi darah dan mempengaruhi diameter
pembuluh darah. Umumnya kontrol sistem saraf terhadap tekanan
darah melibatkan: baroreseptor dan serabut2 aferennya, pusat
vasomotor dimedula oblongata serta serabut2 vasomotor dan otot
polos pembuluh darah. Kemoreseptor dan pusat kontrol tertinggi
diotak juga mempengaruhi mekanisme kontrol saraf.
a. Pusat Vasomotor mempengaruhi diameter pembuluh darah dengan
mengeluarkan epinefrin sebagai vasokonstriktor kuat, dan
asetilkolin sebagai vasodilator.
b. Baroresptor, berlokasi pada sinus karotikus dan arkus aorta.
Baroresptor dipengaruhi oleh perubahan tekanan darah pembuluh
arteri.
c. Kemoresptor, berlokasi pada badan karotis dan arkus aorta.
Kemoreseptor dipengaruhi oleh kandungan O2, CO2, atau PH
darah.
BAB II
KONSEP PENYAKIT

A. PENGERTIAN
Penyakit arteri perifer (PAP) adalah gangguan suplai darah ke

ekstremitas atas atau bawah karena obstruksi. Mayoritas obstruksi

disebabkan oleh aterosklerosis, namun dapat juga disebabkan oleh

trombosis emboli, vaskulitis, atau displasia fibromuskuler. Penyakit

arteri perifer meliputi arteri karotis, arteri renalis, arteri mesenterika dan

semua percabangan setelah melewati aortailiaka, termasuk ekstremitas

bawah dan ekstremitas atas. PAP yang paling banyak adalah penyakit

arteri pada ekstremitas bawah.

Lokasi yang terkena terutama pada aorta abdominal dan arteri iliaka

(30% dari pasien yang simptomatik), arteri femoralis dan poplitea (80-

90%), termasuk arteri tibialis dan peroneal (40-50%). Proses

aterosklerosis lebih sering terjadi pada percabangan arteri, tempat yang

turbulensinya meningkat, memudahkan terjadinya kerusakan tunika

intima. Pembuluh darah distal lebih sering terkena pada pasien usia

lanjut dan diabetes melitus.

Pada PAP terdapat juga penyakit-penyakit kardiovaskular yang

mengiringi. Data dari Reduction of Atherothrombosis for Continued

Health (REACH) tahun 2010 menunjukan saling tumpang tindih antara

penyakit- penyakit kardiovaskuler seperti penyakit arteri perifer,

penyakit kardiovaskuler, dan penyakit jantung koroner.


PAD, CAD, CVD 10%

PAD & CVD 14%

PAD, alone 37%

PAD & CAD 39%

Gambar 1. Coexistent penyakit aterosklerotik pada PAP

Etiologi PAP bisa berasal dari non aterosklerotik dan aterosklerotik.


Penyebab non aterosklerotik seperti trauma, vasculitis, dan emboli, namun
aterosklerotik lebih banyak menunjukkan PAP dan menyebabkan dampak
epidemiologi yang besar. PAP khususnya penyakit arteri ekstremitas
bawah memiliki berbagai gambaran klinis berdasarkan kriteria Fontaine dan
Rutherford, meskipun sebagian besar pasien tidak mengalami gejala
apapun

B. PENYEBAB
Sama halnya dengan penyakit jantung koroner dan stroke, penyakit
arteri perifer disebabkan oleh penumpukan lemak di dinding pembuluh
darah. Pada penyakit arteri perifer, penumpukan ini terjadi di pembuluh
darah arteri yang memasok darah ke tungkai.
Timbunan lemak dapat membuat arteri menyempit, sehingga aliran
darah ke tungkai menjadi tersumbat. Proses ini disebut juga aterosklerosis,
dan bisa terjadi di bagian tubuh mana pun. Meskipun jarang terjadi, penyakit
arteri perifer juga dapat disebabkan oleh peradangan pada pembuluh darah
arteri dan cedera pada tungkai.

21
Faktor Risiko Penyakit Arteri Perifer
Secara alami, arteri memang akan mengeras dan menyempit
seiring bertambahnya usia (terutama setelah usia 50 tahun), namun
proses ini dapat terjadi lebih cepat pada orang dengan kondisi berikut:
- Obesitas
- Diabetes
- Kebiasaan merokok
- Hipertensi
- Kolesterol tinggi
- Penyakit dengan kadar homosistein tinggi (hyperhomocysteinemia)
- Memiliki anggota keluarga yang menderita penyakit arteri perifer,
penyakit jantung koroner, atau stroke.

Gambar 2. Patogenesis PAP

Patofisiologi yang terjadi pada pasien PAP meliputi keseimbangan


suplai dan kebutuhan nutrisi otot skeletal. Klaudikasio intermiten terjadi
ketika kebutuhan oksigen selama latihan atau aktivitas melebihi suplainya
dan merupakan hasil dari aktivasi reseptor sensorik lokal oleh akumulasi
laktat dan metabolit lain. Pasien dengan klaudikasio dapat mempunyai
single atau multiple lesi oklusif pada arteri yang mendarahi tungkai. Pasien
dengan clinical limb ischemic biasanya memiliki multiple lesi oklusif yang
mengenai proksimal dan distal arteri tungkai sehingga pada saat istirahat
pun kebutuhan oksigen dan nutrisi tidak terpenuhi.
22
Patofisiologi PAP terjadi karena tidak normalnya regulasi suplai darah
dan penggantian struktur dan fungsi otot skelet. Regulasi suplai darah ke
tungkai dipengaruhi oleh lesi yang membatasi aliran (keparahan stenosis,
tidak tercukupinya pembuluh darah kolateral), vasodilatasi yang lemah
(penurunan nitrit oksida dan penurunan responsifitas terhadap vasodilator),
vasokonstriksi yang lebih utama (tromboksan, serotonin, angiotensin II,
endotelin, norepinefrin), abnormalitas reologi (penurunan deformabilitas
eritrosit, peningkatan daya adesif leukosit, agregasi platelet,
mikrotrombosis, peningkatan fibrinogen).
Adanya stenosis pada pembuluh darah maka resistensi meningkat,
selain itu pada saat latihan tekanan intramuskuler meningkat sehingga
diperlukan tekanan darah yang lebih tinggi namun setelah melewati daerah
stenosis tekanan darah menjadi rendah. Tercukupinya kebutuhan oksigen
dan nutrisi pada pasien dengan stenosis bergantung pada diameter lumen
dan adanya kolateral yang dapat menyuplai darah secara cukup pada saat
istirahat namun tetap tidak mencukupi kebutuhan saat latihan.
Abnormalitas dari reaktifitas vasomotor mengganggu aliran darah.
Normalnya arteri dilatasi terhadap respon farmakologi dan stimulus
biokimia seperti asetilkolin, serotonin, trombin, dan bradikinin. Respon
vasodilatasi ini merupakan hasil dari pelepasan zat aktif biologi dari
endotelium terutama nitrit oksida. Pada arteri yang aterosklerosis
mengalami respon vasodilatasi yang buruk terhadap stimulus arus atau
farmakologi.

23
Gambar 3. Patofisiologi PAP

C. GEJALA DAN TANDA


Sebagian besar pasien dengan penyakit arteri perifer (PAP) memiliki

kemampuan latihan atau aktivitas yang terbatas dan kemampuan berjalan

juga terganggu sehingga, PAP terkait dengan menurunnya fungsi fisik dan

kualitas hidup. PAP pada kaki memiliki range presentasi klinis yang

berbeda-beda, dari rasa sakit ketika berjalan kaki (klaudikasio intermiten;

IC) hingga terjadinya gangren. Spektrum manifestasi penyakit meliputi

individu asimtomatik dengan aliran darah saat istirahat terganggu, orang

dengan klaudikasio intermiten atau gejala pada kaki selama beraktivitas,

orang yang nyeri saat istirahat (rest pain) dan tissue loss yang mengalami

progresifitas, atau critical limb ischemia (CLI),dan orang dengan perfusi

ekstremitas yang tidak adekuat secara tiba-tiba yang membahayakan

viabilitas pada critical limb ischemia.

24
Tanda dan gejalanya antara lain adalah :

- Kram menyakitkan di otot pinggul, paha atau betis setelah


beraktivitas, seperti berjalan atau naik tangga (intermittent
claudicatio)
- Kaki mati rasa atau melemah
- Terasa dingin di bagian kaki, terutama bila dibandingkan dengan
bagian lain
- Jika terjadi luka pada kaki maka kaki tidak akan sembuh
- Perubahan warna kaki
- Rambut rontok atau pertumbuhan rambut lambat pada kaki
- Pertumbuhan kuku kaki lambat
- Kulit kaki mengkilat
- Tidak ada denyut nadi atau denyut nadi yang lemah di kaki
- Disfungsi ereksi pada pria

D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Beberapa tes yang dapat diandalkan untuk mendiagnosis penyakit
arteri perifer adalah:
1. Pemeriksaan fisik. Dokter Anda mungkin menemukan tanda PAD
selama pemeriksaan fisik, seperti yang lemah atau tidak ada denyut
nadi di bawah area penyempitan arteri Anda, deru suara (bruits)
melalui arteri Anda yang dapat didengar dengan stetoskop, bagian
luka didaerah penyembuhan yang mana aliran darah dibatasi, dan
penurunan tekanan darah pada ekstremitas yang terpengaruh.
2. Pergelangan kaki-brakialis indeks (ABI). Ini adalah tes umum yang
digunakan untuk mendiagnosa PAD. Membandingkan tekanan
darah di pergelangan kaki Anda dengan tekanan darah di lengan
Anda. Untuk mendapatkan tekanan darah, dokter menggunakan
manset tekanan darah biasa dan perangkat khusus ultrasound
untuk mengevaluasi tekanan dan aliran darah. Anda dapat berjalan
di treadmill dan memiliki tes yang diambil sebelum dan segera
25
setelah berolahraga untuk menangkap keparahan peneympitan
arteri selama berjalan.
3. USG. Khusus teknik USG , seperti USG Doppler, pencitraan dapat
membantu dokter Anda mengevaluasi aliran darah melalui
pembuluh darah dan arteri yang tersumbat atau mengidentifikasi
penyempitan.
4. Angiografi. Dengan menyuntikkan pewarna (kontras bahan) ke
dalam pembuluh darah, tes ini memungkinkan dokter untuk melihat
aliran darah melalui arteri Anda seperti yang terjadi. Tes ini mampu
melacak aliran bahan kontras dengan menggunakan teknik
pencitraan, seperti pencitraan X-ray atau prosedur yang disebut
angiografi resonansi magnetik (MRA) atau computerized
tomography angiography (CTA). Kateter Angiografi adalah
prosedur yang lebih invasif yang mengarahkan kateter melalui
arteri di pangkal paha ke daerah yang terkena dan menyuntikkan
pewarna tersebut. Meskipun invasif, jenis angiografi
memungkinkan simultan diagnosa dan pengobatan, menemukan
bagian pembuluh darah yang menyempit dan kemudian
membukanya dengan prosedur angioplasti atau pemberian obat-
obatan untuk meningkatkan aliran darah.
5. Tes darah. Sampel darah dapat digunakan untuk mengukur
trigliserida dan kolesterol Anda dan untuk memeriksa diabetes.

E. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pengobatan penyakit arteri perifer bertujuan untuk mengatasi gejala,
agar pasien dapat kembali beraktivitas seperti sebelumnya. Pengobatan
juga dilakukan untuk menghambat perburukan aterosklerosis, agar pasien
terhindar dari serangan jantung dan stroke.
Pasien akan dianjurkan untuk berhenti merokok, melakukan olahraga
rutin 30 menit sehari (5 hari dalam seminggu), dan menjaga berat badan
ideal. Langkah-langkah tersebut akan dikombinasikan dengan:
26
1. Obat-obatan
Untuk menangani penyakit arteri perifer, pasien bisa hanya
memerlukan 1-2 jenis obat di bawah ini, atau harus mengonsumsi
semua obat berikut:
a. Obat untuk kolesterol, misalnya simvastatin. Obat ini
berfungsi menurunkan kolesterol.
b. Obat untuk hipertensi, misalnya obat jenis ACE inhibitor. Obat
ini diberikan untuk menurunkan tekanan darah.
c. Obat untuk diabetes, misalnya metformin. Obat ini diberikan
untuk menurunkan kadar gula darah.
d. Obat pengencer darah, misalnya aspirin atau clopidogrel.
Obat ini berfungsi untuk mencegah penumpukan gumpalan
darah di pembuluh arteri yang menyempit.
e. Obat untuk melebarkan pembuluh darah, misalnya cilostazol
atau pentoxifylline. Obat ini mengembalikan aliran darah
kembali lancar.
2. Operasi
Jika obat-obatan tidak efektif dan nyeri sudah sangat parah,
operasi akan dilakukan untuk memulihkan peredaran darah di kaki.
Jenis operasi yang dapat dilakukan adalah:
1. Angioplasti
Angioplasti dilakukan dengan memasukkan balon kecil
bersama kateter, untuk melebarkan arteri yang menyempit.
2. Operasi bypass pembuluh darah
Operasi bypass pembuluh darah dilakukan dengan
mengambil pembuluh darah dari bagian tubuh lain, untuk
menjadi jalan alternatif bagi pembuluh darah yang tersumbat.
3. Terapi trombolitik
Terapi trombolitik merupakan prosedur penyuntikkan obat
pelarut gumpalan darah, langsung ke arteri yang menyempit.

27
F. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Penatalaksanaan faktor resiko dilakukan dengan cara pengobatan
secara non-farmakologis
1. Pengaturan diet
a. Rendah garam. Diet rendah garam dapat menurunkan tekanan
darah pada klien dengan pengurangan konsumsi garam dapat
mengurangi sistem stimulasi sistem rennin angiotensin sehingga
sangat berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah asupan
natrium yang di anjurkan 50-100 mmol atau setara dengan 3-6
gram garam perhari.
b. Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah tetapi
mekanismenya belum jelas. Pemberian kalium secara intravena
dapat menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya dimediasi oleh
oksidinitrat pada dinding vascular.
c. Diet kaya buah dan sayur.
d. Diet rendah kolestrol sebagai pencegah terjadinya jantung
koroner
2. Penurunan berat badan Mengatasi obesitas, pada sebagian orang,
dengan menurunkan berat badan mengurangi tekanan darah,
kemungkinan dengan mengurangi beban kerja jantungdan volume
sekuncup.
3. Olahraga. Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang,
bersepeda bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah dan
memperbaiki keadaan jantung. Olahraga isotonik juga dapat
meningkatkan fungsi endotel, vasodilatasi perifer, dan mengurangi
katekolamin plasma. Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3-
4 kali dalam satu minggu sangat dianjurkan untuk menurunkan
tekanan darah. Olahraga meningkatkan kadar HDL, yang dapat
mengurangi terbentuknya arterosklerosis akibat hipertensi.

28
4. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat
Berhenti merokok dan tidak mengonsumsi alcohol, penting untuk
mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok
diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat
meningkatkan kerja jantung. Penatalaksanaan medis yang di tera

G. KOMPLIKASI
Penyakit arteri perifer yang disebabkan oleh penumpukan plak di
pembuluh darah (aterosklerosis), Anda juga memiliki risiko terkena:
1. Iskemia kritis ekstremitas. Karena kurangangnya asupan darah
dan dapat menimbulkan infeksi. Kondisi ini dimulai dengan luka
terbuka yang tidak sembuh, cedera atau infeksi kaki. Kritis
ekstremitas iskemia terjadi di saat seperti cedera atau infeksi
berlanjut dan dapat menyebabkan kematian jaringan (gangrene),
kadang-kadang memerlukan amputasi pada ekstremitas
terpengaruh.
2. Stroke dan serangan jantung. Aterosklerosis menyebabkan tanda
dan gejala dari penyakit arteri perifer yang cukup parah pada kaki
Anda. Timbunan lemak juga tercipta dalam arteri yang memasok
hati dan otak.

H. PENCEGAHAN
Cara terbaik untuk mencegah panyakit gangguan pembuluh darah
perifer adalah untuk mempertahankan gaya hidup sehat. Artinya:
1. Berhenti Merokok (jika seorang perokok).
2. Jika memiliki diabetes, jaga gula darah anda dalam kontrol yang
baik.
3. Berolahraga secara teratur. Selama 30 menit setidaknya tiga kali
seminggu (setelah mendapatkan persetujuan dari dokter).
4. Menurunkan kolesterol dan tingkat tekanan darah.
5. Makan makanan yang rendah lemak jenuh.
29
6. Mempertahankan berat badan yang sehat.

30
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN TN.L DENGAN


GANGGUAN PEMBULUH DARAH PERIFER

No Register : 0001
Ruang : Ruby
Tanggal MRS/Jam : 19 September 2019, jam 09.00
Tanggal Pengkajian/Jam : 19 September 2019, jam 11.05 wita
I IDENTITAS
a Biodata Umum
Nama : Tn L
Alamat : Jl Mulawarman No 20, Balikpapan
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Umur : 60 thn
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Salesman

b Biodata Penanggung Jawab


Nama : Ny D
Alamat : Jl Mulawarman No 20, Balikpapan
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 59 thn
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa
Pendidikan : SLTA
Hubungan dengan pasien : Istri

31
II. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri pada kedua tungkai, tungkai terasa kebas,
kram dan terasa berat, ada luka di mata kaki sebelah kiri yang terasa
nyeri
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan bahwa tungkainya terasa nyeri, kebas dan krams
dan terasa agak berat, Nyeri yang dirasakan akan bertambah buruk
ketika penderita beraktivitas (misalnya berjalan atau naik tangga),
nyeri pada luka di mata kaki sebelah kiri
c. Riwayat Penyakit Terdahulu
Pasien mengatakan pada hari kamis, 17 september 2019 yang lalu
tungkainya terasa kram dan kebas dan sedikit nyeri tetapi tidak
separah ini dan tidak dibawa ke rumah sakit hanya diolesi minyak kayu
putih saja.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit orang tua memiliki penyakit jantung dan diabetes,
makanan dirumah adalah makanan dari catering sehingga sulit untuk
memilih makanan, makan makanan yang hanya disediakan oleh
catering, pasien tidak memiliki alergi terhadap suatu makanan
e. Sanitasi Lingkungan
Pasien mengatakan bahwa mereka tinggal di perumahan, lingkungan
bersih

III. POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI


a. Pola Nutrisi
- Dirumah :
Makan sehari 3 kali dengan porsi nasi sepiring, lauk pauk, sayur
sambal, kerupuk dan kadang ditambah dengan buah. Minum ±
1000 cc, minum kopi sehari 2 kali (pagi dan sore)

32
- Di RS :
Makan bubur tanpa serat, hanya setengah porsi, minum ± 100 cc,
pasien merasa sudah kenyang dan tidak selera untuk makan
karena mual dan adanya rasa nyeri menelan
b. Pola Eliminasi
- Dirumah :
BAK 4-5 kali/hari, ±1200cc, urin berwarna kuning jernih, berbau
khas, BAB 1 kali/hari (pagi), ±400 gr,konsistensi feses lunak,
berwarna kuning kecoklatan
- Di RS
BAK 1 – 2 kali/hari, BAB belum ada sejak masuk (tgl 19 september
2019), Kembung (+), Flatus (-)
c. Pola Aktivitas
- Dirumah :
Pasien adalah pensiunan karyawan swasta, kegiatan sehari-
harinya adalah menjaga cucu dirumah, Jarang berolahraga,
pasien mempunyai kebiasaan merokok sejak SMA
- Di RS :
DI RS Tidak dapat beraktivitas banyak hanya berbaring ditempat
tidur, aktivitas hanya ketoilet saja, badan terasa lelah, ekstremitas
lemah dan nyeri pada kedua tungkai dan nyeri pada luka pada
bagian mata kaki sebelah kiri, tampak kemerahan pada luka
d. Pola Istirahat dan Tidur
- Dirumah
Pasien mengatakan istirahat dan tidur 6-7 jam/hari (jam 22.000 –
05.00 wita), pada siang hari terkadang tidur siang, pasien tidak
ada gangguan tidur
- Di RS
Pasien tampak cemas dan gelisah serta sulit untuk tidur

33
e. Pola Personal Hygiene
- Dirumah
Pasien mandi 2 kali/hari menggunakan sabun (pagi dan Sore),
Keramas 3-4 kali/minggu, ganti baju 1 – 2 kali sehari,
- Di RS
Pasien belum mandi sama sekali, hanya diseka oleh keluarganya,
ganti baju 1 kali sehari, saat melakukan aktivitas jarang mencuci
tangan hanya menggunakan tisu basah karena takut infusnya
bengkak dan menjadi sakit

IV. DATA PSIKOSOSIAL


a. Status Emosi
Tampak cemas dan gelisah tetapi dapat menguasai emosi.
b. Konsep diri
1) Body Image : pasien tampak gelisah dan tidak tenang karena rasa
nyeri pada tungkai yang dirasakan dan luka pada bagian mata
kaki sebelah kiri
2) Self Ideal : Pasien berharap ingin segera pulang dan sembuh
3) Self Esteem : pasien merasa diperlakukan dengan baik oleh
perawat serta mendapat perhatian yang cukup dari keluarga
4) Role : Pasien sebagai kakak dari 3 bersaudara. Identity : pasien
berusia 60 tahun
c. Interaksi Sosial
Interaksi pasien dengan keluarga pasien sangat baik dan merespon
pertanyaan yang diajukan oleh perawat, tampak supel dalam
pergaulan dan berkomunikasi
d. Spiritual
Pasien beragama Islam dan taat beribadah, sebelum dan selama
sakit tetap menjalankan sholat 5 waktu. Dan senantiasa berdoa agar
cepat sembuh dan segera pulang serta tabah menghadapi sakitnya

34
V. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum
Kurang sehat, tampak cemas dan gelisah, terkadang meringis
menahan nyeri pada kedua tungkai
b. Kesadaran Composmentis
c. Tanda-tanda vital :
- TD: 160/110 mmHg - Saturasi : 80%
- S : 38,20C - BB di RS : 85 kg
- N : 104 x/mnt - BB sebelum MRS : 89 kg
- R : 24 x mnt - TB : 165 cm
d. Kepala
- Rambut: Pendek, lusuh, berminyak, permukaan kulit kepala tidak
terdapat benjolan dan lesi, tidak rontok
- Mata : tampak cekung, tampak kehitaman pada area lingkar mata,
sklera putih, pupil isokor, fungsi penglihatan mulai berkurang,
konjungtiva pucat
- Hidung: fungsi penciuman baik, tidak ada polip, simetris, sedikit
kotor
- Mulut : Mukosa bibir kering, bibir pucat, tidak ada perdarahan
pada gusi, tonsil merah muda, suara serak, gigi sedikit berkaries
- Leher : terdapat nyeri telan, simetris, tidak ada pembesaran
tiroid
- Telinga : telinga luar dan dalam agak sedikit kotor, tidak ada
gangguan pendengaran
e. Thorax
- Inspeksi : bentuk dada simetris, ekspansi dada simetris
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan
- Perkusi : suara resonan
- Auskultasi : dalam batas normal

35
f. Abdomen
- Inspeksi : perut tampak kembung, warna kulit pucat, turgor kulit
menurun, simetris, tidak ada bekas luka
- Auskultasi : bising usus baik
- Palpasi : nyeri tekan pada hypogastrium
g. Ekstremitas
- Atas : Tangan kanan terpasang infus, akral dingin, jumlah
jari lengkap, tidak ada kelumpuhan
- Bawah : nyeri ektremitas, tungkai sedikit edema, luka pada
bagian mata kaki sebelah kiri, kemerahan (+)
h. Integumen : warna kulit pucat, turgor kulit menurun,

VI. DATA PENUNJANG


ECG (Elektrokardiogram)

Hasil Laboratorium
Tgl. 19 September 2019
- Hb : 10,9 g/dl (Nilai Normal L: 14,0 – 16,0 g/dl)
- Leukosit : 11.0 x 103/L (Nilai Normal 4,5 – 10,0 x 103/L)
- PLT : 290 x 10-9/L (Nilai Normal
- HCT : 0,82 % (Nilai Normal L: 40-54%, P: 37 –
47%)
Fungsi Ginjal
- BUN : 12 mg/dl
- Creating : 0,9 mg/dl)
Elektrolit
- Na : 130 mEq/L (Nilai Normal 135 -145 mEq/L)
- Kalium : 3,4 mEq/L (Nilai Normal 3,5 – 5,5 mEq/L)
- Cl : 9,5 mEq/L (Nilai Normal 9,8 – 10,7 mEq/L)

36
Glukosa
Gula darah acak : 160 mg/dl
Profil Lipid
- Kolesterol : 250 mg/dl (Nilai Normal < 200 mg/dl)
- Trigliseride : 280 mg/dl (Nilai Normal < 200 mg/dl)
- HDL : 28 mg/dl (Nilai Normal > 30 mg/dl)
- LDL : 168 mg/dl (Nilai Normal < 130 mg/dl)

Photo Thorax
Dalam batas normal

VII. TERAPI
a. Infus RL 20 tetes/menit
b. Simvastatin 40 mg 1 x 1 tablet
c. Captopril 12,5 mg 2 x 1 tablet
d. Metformin 500 mg 2 x 1 tablet

37
VIII. ANALISA DATA
Nama Pasien : Tn. L
No. Reg :
Tgl Lahir : 25 April 1970
Ruang : Ruby
Tgl Masuk : 19 September 2019
Diagnosa :

No Data Etiologi Masalah


1 DS: Nyeri pada Gangguan rasa
- Pasien mengatakan nyeri kedua tungkai nyaman
pada kedua tungkai,
tungkai terasa kebas,
kram dan terasa berat
- Pasien mengatakan
gelisah dan susah tidur

DO: pasien terlihat meringis


menahan sakit pada kedua
tungkai, mata cekung, dan
terdapat kantung mata pada
kedua mata
TD: 160/110 mmHg
S : 38,20C
N: 104 x/mnt
R : 24 x mnt
2 DS: pasien mengatakan nyeri Penurunan Perfusi perifer
pada saat beraktivitas, aliran arteri tidak efektif
khususnya pada saat
berjalan atau menaiki tangga

38
DO: pasien tampak kesakitan
saat beraktivitas khususnya
pada saat berjalan, Tungkai
edema (+), luka pada bagian
mata kaki sebelah kiri, warna
kulit tampak pucat, akral
dingin
TD: 160/110 mmHg
S : 38,20C
N: 104 x/mnt
R : 24 x mnt
3 DS: Pasien mengatakan nyeri Kerusakan Risiko infeksi
luka pada bagian mata kaki integritas kulit
sebelah kiri dan jaringan

DO: tungkai edema (+), luka


pada bagian mata kaki
sebelah kiri, kemerahan (+)
TD: 160/110 mmHg
S : 38,20C
N: 104 x/mnt
R : 24 x mnt

DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Nama : Tn. L No. Reg. :
Umur : 60 th Ruang : Ruby
Tanggal : 19 September 2019 Diagnosa :Gangguan
Pembuluh Darah Perifer

39
IX. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan nyeri pada kedua


tungkai yang dibuktikan dengan : pasien terlihat meringis menahan
sakit pada kedua tungkai
2. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan Penurunan aliran
arteri dibuktikan dengan : pasien tampak kesakitan saat beraktivitas
khususnya pada saat berjalan, Tungkai edema (+), luka pada bagian
mata kaki sebelah kiri, kemerahan (+), warna kulit tampak pucat,
akral dingin
3. Risiko infeksi dibuktikan dengan Kerusakan integritas kulit dan
jaringan

40
X. INTERVENSI KEPERAWATAN

Rencana Tindakan
Hari/Tgl Diagnosa Keperawatan Tujuan Keperawatan Nama /TTD
No Tindakan
Kamis, Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan Observasi :
19/09/19
berhubungan dengan tindakan keperawatan - Identifikasi lokasi, karakteristik,
Nyeri pada kedua tungkai selama 1 x 24 jam, durasi, frekuensi dan intensitas
dibuktikan dengan pasien maka nyeri pada nyeri
terlihat meringis menahan tungkai berkurang, - Identifikasi skala nyeri
sakit pada kedua tungkai, dengan kriteria hasil : - Identifikasi faktor yang
mata cekung, dan terdapat - Keluhan nyeri memperberat dan memperingan
kantung mata pada kedua meringis menurun nyeri
mata (5)
- Gelisah menurun (5) Terapeutik
- Kesulitan tidur - Atur posisi fisiologis
menurun (5) - Fasilitasi istirahat dan tidur
- Frekuensi nadi - Kontrol lingkunganyang
membaik (5) memperberat rasa nyeri
(lingkungan tenang dan batasi
pengunjung)

41
Edukasi
- Jelaskan penyeba, periode dan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Ajarkan teknik nnonfarmakologis
untuk mrngurangi rasa nyeri

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik
Kamis, Perfusi perifer tidak efektif Setelah dilakukan Observasi
19/09/19
berhubungan dengan tindakan keperawatan - Periksa sirkulasi perifer ( mis. Nadi,
Penurunan aliran arteri selama 1 x 24 jam, edema, pengisian kapiler, warna
dibuktikan dengan : pasien maka perfusi perifer dan suhu, ankhe brachial index)
tampak kesakitan saat meningkat, dengan - Identifikasi faktor risiko gangguan
beraktivitas khususnya kriteria hasil : sirkulasi
pada saat berjalan, - Edeme perifer - Monitor panas, kemerahan, nyeri
Tungkai edema (+), luka menurun (5) atau bengkak pada ekstremitas
pada bagian mata kaki - Nyeri ekstremitas
sebelah kiri, warna kulit menurun (5)

42
tampak pucat, akral dingin - Warna kulit pucat Terapeutik
menurun (5) - Hindari penekanan pada area yang
- Penyembuhan luka cidera
meningkat (5) - Lakukan hidrasi

Edukasi
- Anjurkan berhenti merokok
- Anjurkan olahraga yang teratur
- Jelaskan penyebab dan faktor
resiko penyakit
Kamis, Risiko infeksi dibuktikan Setelah dilakukan Observasi
19/09/19
dengan Kerusakan tindakan keperawatan - Monitor tanda dan gejala infeksi
integritas kulit dan jaringan selama 1 x 24 jam, Terapeutik
maka integritas kulit - Batasi jumlah prngunjung
dan jaringan meningkat - Berikan perawatan kulit pada area
dengan kriteria hasil : edema
- Kerusakan jaringan - Cuci tangan sebelum dan setelah
menurun (5) kontak dengan pasien dan
- Nyeri menurun (5) lingkungan pasien

43
- Kemerahan Edukasi
menurun (5) - Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara cuci tangan dengan
benar
- Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan
cairan

44
XI. IMPLEMENTASI
Sesuai dengan inetrvensi dan kondisi pasien

XII. EVALUASI KEPERAWATAN


Sesuai dengan kriteria hasil

45
DAFTAR PUSTAKA

Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Definisi dan Indikator Diagnostik-


Edisi I Cetakan III (Revisi) – Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Definisi dan Tindakan


Keperawatan-Edisi I Cetakan II – Persatuan Perawat Nasional Indonesia
(PPNI)

Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Definisi dan Kriteria Hasil


Keperawatan-Edisi I Cetakan II – Persatuan Perawat Nasional Indonesia
(PPNI)

Hidayat, aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba


Medika.

Suzane C.Smeltzer, Brenda G. Bare 2001. Keperawatan Medikal Bedah


Brunner & Sudarth ed. 8. Jakarta : ECG

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Sculapius

Doengoes, Marilynn, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman


untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih
bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made S. Jakarta : ECG

46

Anda mungkin juga menyukai