Oleh :
i|
HALAMAN PENGESAHAN
ii |
iii |
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................II
DAFTAR TABEL.................................................................................................VI
ABSTRAK...........................................................................................................VII
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...............................................................................................1
1.1. Latar Belakang.........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah....................................................................................3
1.3.Tujuan........................................................................................................3
1.4. Manfaat.....................................................................................................3
BAB II.....................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................4
2.1 Beton...........................................................................................................4
2.2 Beton Ringan.............................................................................................6
2.3 Batu Apung (Pumice Stone)......................................................................8
2.4 Abu Terbang (Fly ash )..............................................................................8
2.5. Bahan Inovasi Styrofoam.......................................................................11
2.6 Abu Sekam Padi.......................................................................................12
2.7 Coating.....................................................................................................13
2.8 Kuat Tekan...............................................................................................13
BAB III..................................................................................................................15
DESKRIPSI KARYA.......................................................................................15
3.1 Metode Pengambilan Data......................................................................15
3.2 Identifikasi Masalah................................................................................17
3.3 Deskripsi Singkat Karya..........................................................................17
3.4 Mix Design Benda Uji.............................................................................18
iv |
BAB IV..................................................................................................................23
BAB V....................................................................................................................24
PENUTUP.........................................................................................................24
5.1 Kesimpulan...............................................................................................24
5.2 Saran........................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................26
LAMPIRAN.........................................................................................................28
v|
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Tabel Berat Jenis Beton........................................................................6
Tabel 1.2. Jenis-jenis Beton Ringan Berdasarkan Kuat Tekan, Berat Beton, dan
Agregat Penyusunnya............................................................................................7
Tabel 4.1 Rencana Anggaran Biaya Material Untuk 1 Silinder Beton Inovasi....23
vi |
ABSTRAK
Pengaruh Subtitusi Agregat Kasar Batu Apung dengan Inovasi Limbah Abu
Sekam Padi dan Styrofoam dalam Campuran Beton Ringan, dan Minimum
Semen
Kata Kunci : Batu Apung, Styrofoam, Fly Ash, Abu Sekam Padi, Beton ringan,
Metode DOE, kuat tekan.
vii |
BAB I
PENDAHULUAN
Namun saat ini munculah berbagai inovasi baru seiring majunya teknologi
seperti beton ringan dan kuat menggunakan berbagai material tambahan yang bisa
dipakai untuk memperkuat beton ringan. Adapun beton ringan yang muncul
karena berbagai alasan salah satunya adalah karena sering terjadinya gempa-
gempa kuat yang terjadi beberapa tahun ini. Munculnya inovasi beton ringan
dikarenakan semakin ringan bobot bangunan maka semakin kecil pula beban
gempa yang dipikul. Di antara cara pembuatan beton ringan yang telah diterapkan
yaitu dengan memakai Styrofoam sebagai pengganti agregat kasar. Beberapa nama
produk yang telah dibuat: STYROFOAM T-MASS Tecnology (The Dow Chemical
Company, 2005) dan Sandwich Panel(Sarana Utama Sukses).1
1
Pemanfaatan Limbah Styrofoam Pada Pembuatan Beton Ringan (https://repository.unri.ac.id)
1|
Tidak hanya menggunakan Styrofoam tapi kami juga menggunakan abu sekam
padi berlandaskan hasil penelitian (Yulianto, 2005) menunjukkan bahwa secara
umum beton ringan sekam padi yang tidak direndam menghasilkan kuat tekan
yang lebih tinggi daripada yang direndam. Beton ringan sekam padi untuk seluruh
variasi campuran dapat digunakan sebagai bahan bangunan khususnya untuk
elemen non struktural dan struktur ringan/sangat ringan. Regangan yang
dihasilkan jauh diatas beton normal (0,002-0,003) sehingga beton ringan sekam
padi lebih daktai (tidak getas).
Abu sekam padi diperoleh dari pembakaran kulit padi. Warna abu sekam padi
dari putih keabu-abuan sampai hitam, warna ini tergantung dari sumber sekam
padi dan suhu pembakaran. Jumlah sekam padi yang dihasilkan sekitar 20% -
33% dari berat padi dan tiap tahunnya dihasilkan sekitar 137 juta ton. Sisa
pembakaran sekam padi yang berupa abu sekam memiliki kandungan silika yang
tinggi, yaitu 94 - 96 % (Houston, 1972). Kandungan oksida silika (SiO2) yang
tinggi memberikan sifat pozzolanik yang baik pada abu sekam padi jika
dimanfaatkan sebagai bahan tambah parsial pada semen dan bermanfaat untuk
peningkatan kekuatan beton, mempunyai sifat pozzolan dan mengandung silika
yang sangat menonjol, bilsa unsur ini dicampur dengan semen akan menghasilkan
kekuatan yang lebih tinggi.
Cara yang dipilih dalam pembuatan beton ini adalah memproses dan
memanfaatkan Styrofoam dan batu apung sebagai mix agregat, menggunakan Fly
ash dan abu sekam padi sebagai mix semen, karena sesuai prinsip bahwa fungsi
agregat adalah pengisi di dalam campuran beton. Dalam jangka panjang,
mengolah dan menggunakan Styrofoam bekas sebagai agregat beton ringan non-
struktural, dapat berarti ikut melestarikan batuan alam karena mengurangi
kebutuhan untuk menambang agregat alami yaitu batu dan pasir. (Giok Swan,
2014).
2|
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah :
1.2.1 Apakah dengan mensubtitusi agregat kasar pada beton ringan dengan
batu apung dan limbah Styrofoam mampu menghasilkan beton ringan
dan berat jenis < 1900 kg/m3?
1.2.2 Bagaimana pengaruh beton dengan abu sekam padi dan Fly ash sebagai
substitusi semen terhadap ketepatan mutu f’c 30 MPa?
1.3.Tujuan
Berdasarkan masalah yang rumuskan di atas, tujuan dalam penelitian ini
adalah:
1.3.1 Untuk mengetahui pengaruh subtitusi bahan Styrofoam dalam campuran
beton ringan non - struktural.
1.3.2 Untuk mengetahui pengaruh beton dengan abu sekam padi dan Fly ash
sebagai substitusi semen terhadap ketepatan mutu f’c 30 MPa.
1.4. Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :
1.4.1 Bagi pemerintah; dapat memberikan masukan dalam penanganan
limbah memanfaatkan limbah Styrofoam dan abu sekam padi untuk
mereduksi jumlah limbah.
1.4.2 Bagi masyarakat, dapat memberi informasi mengenai pemanfaatan
limbah Styrofoam dan abu sekam padi dalam pembuatan beton ringan
sehingga masyarakat dapat memanfaatkan limbah Styrofoam dan abu
sekam padi dengan bijak.
1.4.3 Bagi akademisi, dapat memberikan informasi dan motivasi untuk
mengembangkan riset yang ada mengenai limbah terutama limbah
Styrofoam dan abu sekam padi dalam pembuatan beton ringan yang
memenuhi persyaratan.
3|
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Beton
Menurut SNI-03-2847-2002, pengertian beton adalah campuran antara semen
portland atau semen hidraulik lainnya, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau
tanpa bahan tambahan yang membentuk masa padat. Beton disusun dari agregat kasar
dan agregat halus. Agregat halus yang digunakan biasanya adalah pasir alam maupun
pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu, sedangkan agregat kasar yang dipakai
biasanya berupa batu alam maupun batuan yang dihasilkan oleh industri pemecah batu.
Beton merupakan bahan dari campuran antara Portland cement, agregat halus (pasir),
agregat kasar (kerikil), air dengan tambahan adanya rongga-rongga udara. Campuran
bahan-bahan pembentuk beton harus ditetapkan sedimikian rupa, sehingga menghasilkan
beton basah yang mudah dikerjakan, memenuhi kekuatan tekan rencana setelah
mengeras dan cukup ekonomis (Sutikno, 2003:1).
Tri Mulyono (2005) dalam bukunya menjelaskan bahwa beton merupakan fungsi dari
bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan semen hidrolik (portland cement), agregat
kasar, agregat halus, air, dan bahan tambah (admixture atau additive). Menurut SNI-03-
2847-2002, pengertian beton adalah campuran antara semen portland atau semen
hidraulik lainnya, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan
tambahan yang membentuk masa padat. Beton disusun dari agregat kasar dan agregat
halus. Agregat halus yang digunakan biasanya adalah pasir alam maupun pasir yang
dihasilkan oleh industri pemecah batu, sedangkan agregat kasar yang dipakai biasanya
berupa batu alam maupun batuan yang dihasilkan oleh industri pemecah batu.
4|
Skema bahan susun beton dapat digambarkan pada Gambar 2.1.
PASTA
SEMEN SEMEN
AIR BETON
S
AGREGAT S
PASIR
KERIKIL
S
a. Beton mempunyai kuat tarik yang rendah, sehingga mudah retak. Nilai kuat
tarik beton berkisar antara 9% - 15% dari kuat tekannya.
b. Kekurangan tersebut perlu diberi baja tulangan (Mulyono,Tri.2004).
c. Konstruksi dari beton itu berat sekitar 2400 kg/m 3. Sehingga jika dipakai
pada bangunan harus menempatkan pondasi yang cukup besar dan kuat.
d. Untuk memperoleh hasil beton dengan mutu yang baik, perlu biaya
pengawasan sendiri dan membutuhkan ketelitian yang tinggi.
e. Konstruksi beton tidak dapat dipindah, jika dibongkar maka beton menjadi
tidak berguna.
f. Memiliki daya pantul suara yang besar.
2.2 Beton Ringan
Beton ringan merupakan beton yang mempunyai berat jenis beton yang
lebih kecil dari beton normal. Pada dasarnya, semua jenis beton ringan dibuat
dengan kandungan rongga dalam beton dengan jumlah besar. Menurut SNI-03-
5|
2847-2002, beton ringan adalah beton yang mengandung agregat ringan dan
mempunyai berat jenis tidak lebih dari 1900 kg/m3. Oleh karena itu,
berdasarkan cara mendapatkan beton ringan menurut Tjokrodimuljo (1996),
beton ringan dapat dibedakan menjadi 3 jenis dasar sebagai berikut:
6|
Ringan Kuat Tekan Berat Isi Jenis Agregat
Ringan
(MPa) Kg/m3
Struktural:
_ _
Minimum
Perit atau vemikulit
Sangat ringan _ 800
sebagai isolasi:
Maksimum
7|
dari 2359 kg/m3 menjadi 1850 kg/m3. Kadar optimum substitusi parsial batu
apung pada beton agregat ringan batu apung adalah 20% dari berat agregat
kasar dengan kuat tekan dan kuat tarik belah sebesar 39,24 MPa dan 4,05 MPa.
Kondisi campuran beton agregat ringan memerlukan tambahan 20% Fly ash,
additive sika Ln 1,5% dan sika Vz 0,4% dengan permukaaan batu apung
dilapisi pasta semen. (Dionisius Tripriyo AB, Gusti Putu Raka dan Tavio,
2010).
Fly ash /Abu Terbang adalah limbah padat yang terdiri dari partikel-partikel
halus yang muncul dengan gas buang pembakaran dan diangkut dari ruang
batubara pada pembangkit listrik tenaga uap. Pembangkit listrik tenaga uap
(PLTU) melakukan proses pembakaran batubara dengan cara ditumbuk dan ditiup
dengan udara ke ruang bakar boiler di mana ia segera menyatu, menghasilkan
panas dan memproduksi residu mineral cair. Tabung boiler mengekstrak panas
dari boiler pendinginan gas buang dan menyebabkan residu mineral cair yang
mengeras dengan membentuk abu. Partikel abu kasar disebut sebagai bottom ash
atau slag jatuh ke bagian bawah ruang pembakaran, sementara ringan partikel abu
halus disebut Fly ash tetap tersuspensi dalam gas buang. Sebelum melelahkan gas
buang Fly ash dihapus oleh perangkat kontrol emisi partikulat seperti debu
elektrostatis atau rumah kantong kain filter. Jadi sisa hasil pembakaran dengan
batubara menghasilkan abu yang disebut dengan Fly ash dan bottom ash.
Batubara sebagai bahan bakar yang digunakan di PLTU. Dengan akibat naiknya
harga minyak, maka banyak perusahaan yang beralih menggunakan batubara
sebagai bahan bakar untuk menghasilkan steam (uap). Dengan menggunakan
batubara itu sebuah peridustian menciptakan limbah dari batu baru yang berupa
Fly ash dan bottom ash. Fly ash ini paling sering digunakan sebagai pozzolan
dalam aplikasi PCC. Pozzolans adalah bahan mengandung silika atau silika dan
alumina, yang dalam bentuk halus yang terpisah dan di hadapan air, bereaksi
dengan kalsium hidroksida pada suhu biasa menghasilkan senyawa semen. Oleh
karena itu Fly ash dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan daya tahan beton.
8|
SNI 03-64414-2002 mendefinisikan pengertian Fly ash abu terbang sebagai
limbah hasil pembakaran batu bara pada tungku pembangkit tenaga uap yang
berbentuk halus, bundar dan bersifat pozzolan. Peraturan pemerintah nomor 85
tahun 1999 menyatakan bahwa Fly ash merupakan limbah dari pembakaran batu
bara yang dikategorikan sebagai limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).
Komposisi dari Fly ash sebagian besar terdiri dari silikat dioksida (SiO2),
alumunium (Al2O3), besi (Fe2O3) dan kalsium (CaO), serta magnesium,
potassium, sodium, titanium, sulfur, dalam jumlah yang kecil. Komposisinya
tergantung dari tipe batu bara. Fly ash sebagai bahan pozzolan mempunyai arti
antara lain; merupakan bahan yang mengadung senyawa silika/ silika dan
alumina, tidak mempunyai kemampuan mengikat (non cementitious), mempunyai
bentuk yang sangat halus sehingga dapat bereaksi dengan kalsium hidroksida
untuk membentuk suatu bahan yang mempunyai sifat mengikat (cementitious).
Berdasarkan SK SNI S-15-1990-F Fly ash dikelompokkan menjadi tiga kelas
sebagai berikut;
9|
cementitious, jika terkena air atau kelembaban, akan berhidrasi dan mengeras
dalam waktu sekitar 45 menit.
c. Fly ash kelas N
Pozzolan alam atau hasil pembakaran yang dapat digolongkan antara lain
tanah diatomic, opaline chertz, shales, tuff dan abu vulkanik, yang mana biasa
diproses melalui pembakaran atau tidak melalui proses pembakaran. Selain itu
juga mempunyai sifat pozzolan yang baik.
Adapun sifat fisik dari abu terbang (Fly ash ) berdasarkan SNI 03-2460-1991
sebagai berikut :
Warna
Abu terbang berwarna abu-abu, bervariasi dari abu-abu mudasampai abu-
abu tua. Makin muda warnanya sifat pozolannya makin baik. Warna
hitam yang sering timbul disebabkan karena adanya karbon yang dapat
mempengaruhi mutu abu terbang.
Komposisi
Unsur pokok abu terbang adalah silikon dioksida SiO2 (30% - 60%),
aluminium oksida Al2O3 (15% - 30%), karbon dalam bentuk batu bara yang
tidak terbakar (bervariasi hingga 30%), kalsium oksida CaO (1% - 7%) dan
sejumlah kecil magnesium oksida MgO dan sulfur trioksida SO3.
Sifat pozolan
Sifat pozolan adalah sifat bahan yang dalam keadaan halus dapat bereaksi
dengan kapur padam aktif dan air pada suhu kamar (24°C - 27°C)
membentuk senyawa yang padat tidak larut dalam air. Abu terbang
mempunyai sifat pozolan seperti pada pozolan alam, mempunyai waktu
pengerasan yang lambat. Hal ini dapat diketahui dari daya ikat yang
dihasilkan apabila dicampur dengan kapur. Kehalusan butiran abu terbang
mempunyai pengaruh pada sifat pozolan, makin halus makin baik sifat
pozolan-nya.
Kepadatan (density)
Kepadatan abu terbang bervariasi, tergantung pada besar butir dan hilang
pijarnya. Biasanya berkisar antara 2,43 gr/cc hingga 3 gr/cc. Luas
permukaan spesifik rata-rata 225 m2/kg - 300 m2/kg. Ukuran butiran yang
kecil kadang-kadang terselip dalam butiran besar yang mempunyai fraksi
lebih besar dari 300 μm.
Hilang pijar
10 |
Hilang pijar menentukan sifat pozolan abu terbang. Apabila hilang pijar
10% - 20% berarti kadar oksida kurang, sehingga daya ikatnya kurang, yang
berarti sifat pozolan-nya kurang.
Menurut (Irdhiani, 2008) Styrofoam dikenal sebagai salah satu dari busa
polystyrene yang dipadatkan dan biasa digunakan untuk membungkus barang
elektronik. Polystyrene sendiri dihasilkan dari styrene (C6H5CH9CH2), yang
mempunyai gugus phenyl (enam cincin karbon) yang tersusun secara tidak
teratur sepanjang garis karbon dari molekul. Penggabungan acak benzena
mencegah molekul membentuk garis yang sangat lurus, sebagai hasilnya
polyester mempunyai bentuk yang tidak tetap, transparan dan dalam berbagai
bentuk plastik yang cukup regas. Polystyrene merupakan bahan yang baik
ditinjau dari segi mekanis maupun suhu namun bersifat agak rapuh dan lunak
pada suhu di bawah 100oC (Billmeyer, 1984). Polystyrene memiliki berat
sampai 1050 kg/m3, kuat tarik sampai 40 MN/m2, modulus lentur sampai 3
GN/m2, modulus geser sampai 0.990 GN/m2 dan angka poisson 0.330
(Crawford, 1998).
11 |
Selama proses perubahan sekam padi menjadi abu, pembakaran
memghilangkan zat-zat organik dan meninggalkan sisa yang kaya akan
silika.perlakuan panas pada sekam menghasilkan perubahan struktur yang
berpengaruh pada dua hal. Yaitu tingkat aktivitas pozzolan dan kehalusan butiran
abunya.
NO KOMPONEN PERSENTASE
KOMPOSISI (%)
1 SiO2 94,5
2 AlO3 1,05
3 Fe2O3 1,05
4 CaO 0,25
5 MgO 0,23
6 SO4 1,13
7 CaO (bebas) -
8 Na2O 0,78
9 K2O 1
Dari tabel diatas, terlihat bahwa abu sekam padi mempunyai kandungan silika
hingga 94%. Komposisi silika yang cukup besar pada abu sekam padi, membuat
abu sekam padi menjadi bersifat pozzolan yang bila dicampur dengan semen
menghasilkan kekuatan yang lebih tinggi.
2.7 Coating
Coating merupakan perbaikan permukaan batu apung dengan menggunakan
pasta semen. Bahan coating menggunakan air dan semen dengan perbandingan
1:1 dari berat semen. Bahan coating kemudian dicampur dengan batu apung
kurang lebih selama 3 menit. Hasil campuran tersebut dikeringkan di suhu kamar
selama kurang lebih 3 minggu agar semen tersebut mengeras sehingga tidak
mempengaruhi faktor air semen. Pengujian absorpsi dilakukan untuk mengetahui
perubahan permukaan berpori batu apung sebelum dan sesudah coating. Hasi
12 |
pengujian absorpsi sebelum coating sebesar 36,07% dan sesudah coating sebesar
11,85%.
Kuat tekan beton adalah besarnya beban maksimum persatuan luas, yang
menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan
tertentu yang dihasilkan oleh mesin tekan. Kuat tekan beton ditentukan oleh
perbandingan semen, agregat halus, air, dan berbagai jenis bahan tambahan
(Tjokrodimuljo, 1996). Perbandingan air dengan semen merupakan faktor
utama dalam menentukan kuat tekan beton, kuat tekan beton dapat dihitung
dengan
P N
f’c: ( ) ...................................................................................(1)
A mm2
2
A : Luas penampang benda uji (mm )
13 |
BAB III
DESKRIPSI KARYA
b. Agregat Halus Agregat halus yang digunakan pada penelitian ini yaitu
pasir yang didapat dari salah satu toko bangunan di daerah Surabaya.
Dari uji material yang telah dilakukan di Laboratorium Beton Jurusan
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya.
14 |
c. Agregat Kasar Agregat kasar yang digunakan pada penelitian ini yaitu
batu apung yang didapat dari salah satu toko di daerah Perak, Surabaya
dan Styrofoam yang didapat dari limbah. Batu apung yang digunakan
pada penelitian ini terlebih dahulu dilapisi oleh semen dan air atau
disebut dengan coating untuk mencegah penyerapan air oleh batu apung.
Dari uji material yang telah dilakukan di Laboratorium Beton Jurusan
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya.
d. Air yang digunakan pada pembuatan beton ini adalah air yang berasal
dari PDAM yang ada di Laboratorium Beton Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya.
e. Abu sekam padi diperoleh dari perusahaan padi yang ada di Surabaya.
Abu sekam padi yang disiapkan sudah berupa abu yang telah dibakar
pada suhu terkontrol, abu sekam yang dihasilkan dari sisa pembakaran
mempunyai sifat pozzolan yang bila dicampur dengan semen
menghasilkan kekuatan yang lebih tinggi.
15 |
1. Penyiapan bahan-bahan yang akan digunakan, seperti semen
opc, pasir, batu apung, abu sekam, fly ash, styrofoam.
2. Persiapkan peralatan yang akan digunakan.
3. Menimbang kebutuhan bahan yang dibutuhkan sesuai dengan
mix design yang telah direncanakan.
4. Molen yang digunakan untuk membuat campuran beton dibasahi
terlebih dahulu, kemudian semen opc, pasir, batu apung, abu
sekam, fly ash dimasukkan terlebih dahulu, kemudian putar
molen selama 1 menit.
5. Kemudian kerikil, batu apung, dan styrofoam dimasukkan
kedalam molen dan putar molen selama 2 menit.
6. Masukkan air ke dalam molen dengan bertahap sebanyak 1/3
dari isi air yang dibutuhkan. Pastikan molen dalam keadaan
berputar.
7. Tambahkan air secukupnya sampai kebutuhan air terpenuhi.
8. Setelah kurang lebih 5-7 menit pengadukan campuran beton di
dalam molen terlihat homogen. Kemudian tuangkan ke talam.
9. Untuk mengetahui kekentalan beton, dilakukan tes slump.
10. Setelah didapat nilai slump, kemudian masukkan adukan beton
kedalam cetakan silinder 15x30 cm. Adukan beton diisi 1/3 dari
tinggi cetakan, kemudian cetakan dirojok sebanyak 25 kali
secara perlahan. Lakukan hal yang sama sampai terisi penuh.
11. Lakukan perataan permukaan beton.
12. Biarkan beton selama 24 jam dalam kondisi suhu ruang.
13. Setelah 24 jam, cetakan beton dibuka dan rendam benda uji di
dalam kolam perendaman sampai satu hari sebelum benda uji
akan diuji.
16 |
kasar berupa batu apung dan styrofoam , agar mencapai f’c yang disyaratkan pada
umur 28 hari sebesar 30 MPa atau setara dengan K-375.
17 |
Slump rencana : 75 – 150 mm
Ukuran aggregat maksimal : 20 mm
Slump 0 – 10 10 – 30 30 – 60 60 – 100
Ukuran Tipe
agregat agregat
maks.
10 Tak pecah 150 180 205 225
Pecah 180 205 230 250
20 Tak pecah 135 160 160 195
Pecah 170 190 190 225
30 Tak pecah 115 140 160 175
Pecah 155 175 190 205
Dari tabel di peroleh nilai kadar air bebas :
18 |
Kadar air agregat halus = 1,85 %
Jumlah air dalam agregat halus = (A – KA) X (KAH)
100
= (0,5-1,85) X 645,78
100
= - 8,716 kg
19 |
Semen
Semen yang di butuhkan sebagai berikut :
Fly ash = 325 x 50 % = 162,5 kg/m3
Abu sekam = 325 x 20 % = 65 kg/m3
Semen = 325 – 162,5 – 65 = 97,5 kg/m3
Agregat kasar
Batu apung = 568,74 x 75 % = 426,55
Styrofoam = 568,74 x 8 % = 45,499
Kerikil = 568,74 – 426,55 – 45,499 = 96,691
Volume silinder :
V = ∏ x r2 x t
= 0,0053 m3
20 |
Beton ringan limbah abu sekam ini ini memiliki sifat yang ramah lingkungan
dan berat volume yang lebih rendah dibandingkan beton normal, jika
diaplikasikan di lapangan akan mengakibatkan massa bangunan konstruksi tidak
terlalu besar, sehingga beban gempa yang bekerja pada struktur bangunan lebih
kecil. Pada zaman modern seperti ini tidaklah mudah mendapatkan bahan yang
murah namun memiliki kualitas yang tinggi, sehingga diperlukan beberapa
penelitian untuk mengetahui bahan yang murah dan ramah lingkungan namun
dapat digunakan substitusi bahan campuran beton.
Selain itu, untuk penggunaan beton ringan juga diaplikasikan pada dinding lift,
tempat parkir gedung bertingkat, dan lain-lain. Hal ini dapat dilihat dari
keuntungannya dari sisi kekuatan dibandingkan menggunakan bata konvensional
pada umumnya.
21 |
BAB IV
RENCANA ANGGARAN BIAYA
Tabel 4.1 Rencana Anggaran Biaya Material Untuk 1 Silinder Beton Inovasi
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui biaya untuk membuat 1 silinder beton
inovasi memerlukan biaya sebesar Rp 2.482, atau untuk 1m3 beton ringan
memerlukan biaya sebesar ( 1/0,0053) x 2.482 = Rp 468.302.
22 |
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan tujuan dan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat
diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
b. Komposisi campuran beton dengan kuat tekan rencana 30 MPa pada umur
28 hari untuk 1 benda uji silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300
mm sebagai berikut:
3) Pasir : 3,468 kg
7) Styrofoam : 0,241 kg
23 |
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah:
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai proporsi abu sekam dan fly
ash yang ditambahkan pada beton ringan untuk menghasilkan kuat tekan
yang lebih tinggi.
24 |
DAFTAR PUSTAKA
Swan, Cecilia Lauw Giok dan Buen Sian. 2014. Penelitian Beton Ringan Non-
Struktural dengan Agregat Styrofoam Bekas. Research Report –
Engineering Science. Volume 1. Diakses dari
http://journal.unpar.ac.id/index.php/rekayasa/article/view/771/755 pada
26 Desember 2018.
Asroni, Ali . 2010. Balok dan Pelat Beton Bertulang. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Tripriyo AB, Dionisius., I Gusti Putu Raka., dan Tavio. 2010. Beton Agregat
Ringan dengan Substitusi Parsial Batu Apung sebagai Agregat Kasar.
Digital Library Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Diakses dari
http://digilib.its.ac.id/ITS-Article-3400011000179/136.coarse-agregat
pada 26 Desember 2018.
SK. SNI S-05-1990-F. (1990). Pernyaratan Mutu Abu Terbang Sebagai Bahan
Tambahan Dalam Campuran Beton.
25 |
Irdhiani. 2008. Pemanfaatan Beton Styrofoam Ringan Sebagai Pengganti
Tanah Urug Pada Raft Footing Untuk Meningkatkan Jumlah Beban Di
Atas Tanah Lunak. SMARTek. Volume 6, Nomor 1. Diakses dari
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/SMARTEK/article/viewFile/46
2/399 pada 23 September 2018.
Billmeyer, F.W. 1984. Textbook of polimer Sciense, 3rd Edition. Singapore: John
Willey and Sons, inc.
26 |
LAMPIRAN
27 |
28 |
29 |